Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Febyana
"Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari penambahan agen ikatan silang terhadap ketahanan air perekat Polivinil Asetat (PVAc). Proses pencampuran agen ikatan silang dengan perekat Polivinil Asetat dilakukan dalam jangka waktu 30 menit hingga 1 jam pada suhu ruang (25-30°C). Agen ikatan silang yang ditambahkan dalam proses ini antara lain aluminium klorida, glioksal, dan boraks dengan konsentrasi sebanyak 1, 3, dan 5 wt%. Melalui uji ketahanan terhadap air, diperoleh jenis agen ikatan silang glioksal dengan komposisi 5 wt% yang paling tahan terhadap air dengan kuat tarik perekat sebesar 98.000 N/m2 setelah direndam selama 8 jam. Selain itu, didukung dengan penambahan densitas dan viskositas yaitu 1,45 gr/cc dan 17,78 mPa.s. Nilai pH yang diperoleh dari pencampuran glioksal dengan perekat polivinil asetat tidak mengalami perubahan signifikan karena kedua bahan sama-sama memiliki pH asam. Selain itu, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada hasil FTIR karena ikatan silang terbentuk secara fisik, namun keberadaan glioksal dapat dilihat dengan adanya penurunan gugus fungsi C-O pada PVAc yang sudah ditambahkan glioksal. Selain itu, PVAc murni yang digunakan pada pencampuran dengan agen ikatan silang sudah melewati reaksi polimerisasi yang sempurna dengan nilai kandungan padatan 50,66%.

A study has been achieved to see the effect of the addition of a cross-linking agent on the water resistance of polyvinyl acetate (PVAc) adhesives. The mixing process of crosslinking agent with Polyvinyl Acetate adhesive is carried out within a period of 30 minutes to 1 hour at room temperature (25-30°C). Crosslinking agents added in this process include aluminium chloride, glyoxal, and borax with concentrations of 1, 3, and 5 wt%. Through the water resistance test, it was found that the type of glyoxal crosslinking agent with a composition of 5 wt% was the most resistant to water with a strong adhesive pull of 98,000 N/𝑚2 after being soaked for 8 hours. It is supported by the addition of density and viscosity, namely 1,45 gr/cc and 17.78 mPa.s. The pH value does not change significantly because both materials have an acidic pH. There was no significant change in FTIR results because crosslinking was formed physically, but the presence of glyoxal can be seen by a decrease in the C-O functional group in PVAc that has been added glyoxal. The pure PVAc used with cross-linked agents has gone through a complete polymerization reaction with a solids content value of 50.66%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Mulkiya
"Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi koloid pelindung Polivinil Alkohol (PVA) terhadap kekuatan daya rekat polimer emulsi Polivinil Asetat (PVAc). Sintesis polimerisasi emulsi dilakukan dengan teknik semi-kontinyu dengan komponen polimerisasi terdiri dari air, larutan PVA terhirolisis sebagian medium viscosity, dan surfaktan SDS. Sementara monomer Vinil Asetat (VAM) dan inisiator APS diberikan secara kontinyu selama proses sintesis berlangsung dengan temperature reaksi 70°C, kecepatan agitasi 300 rpm, dan waktu reaksi 5 jam dengan variasi konsentrasi larutan koloid pelindung PVA 2 wt%, 5 wt% dan 10 wt%. Kekuatan rekat polimer PVAc dilakukan dengan uji kuat geser terhadap kayu triplek mengikuti standar ASTM D905-03 dan diperoleh nilai shear strength PVAc meningkat seiring bertambahnya konsentrasi PVA sebesar 96, 225, 277, dan 421 kiloPascal. Parameter lain hasil akhir polimer juga dievaluasi dalam penelitian ini, meliputi temperatur reaksi, kandungan padatan, viskositas, nilai pH, dan densitas. Uji gugus fungsi pembentukan PVAc telah dilakukan dengan Spektrometer FTIR dan diketahui adanya gugus carbonyl C=O stretching & C=C stretching, dan gugus hydroxy O-H stretching. Ukuran partikel diuji dengan Dynamic Light Scattering PSA dan diperoleh ukuran 216 nm untuk PVAc tanpa koloid pelindung, sedangkan pada PVAc dengan koloid pelindung PVA berkisar antara 35-68,5 nm.

Research has been conducted to determine the effect of the concentration of protective colloid Polyvinyl Alcohol (PVA) on the adhesive strength of Polyvinyl Acetate (PVAc) emulsion polymer. The synthesis of emulsion polymerization was carried out using a semi-continuous technique with polymerization components consisting of water, partially hydrolyzed PVA solution with medium viscosity, SDS surfactant. Meanwhile, Vinyl Acetate (VAM) monomer and APS initiator were administered continuously during the synthesis process with a reaction temperature of 70°C, agitation speed of 300 rpm, and a reaction time of 5 hours with variations in the concentration of the protective colloid PVA solution 2, 5 and 10% by weight. The adhesive strength of the PVAc polymer was carried out by a shear strength test against plywood following the ASTM D905-03 standard and the value of the shear strength of PVAc increased with the increase in PVA concentration of 96, 225, 277, and 421 kiloPascal. Other parameters of the final polymer yield were also investigated in this study, including reaction temperature, solids content, viscosity, pH value, and density. Function group test for PVAc formation has been carried out with an FTIR Spectrometer and it is known that there are carbonyl groups C=O stretching & C=C stretching, and hydroxy groups O-H stretching. The particle size was tested with Dynamic Light Scattering PSA and obtained a size of 216 nm for PVAc without a protective colloid, while for PVAc with a PVA protective colloid it ranged from 35-68.5 nm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan serat rayon termoditikasi
dengan gugus fungsi amida melalui teknik ozonasi dalam udara, yang
memiliki karakter sebagai adsorben ion Iogam berat yang selektif, Serta tahan
terhadap kondisi asam, dan basa_ Gugus peroksida dan hidroperoksida
dibentuk terlebih dahulu pada permukaan serat rayon melalui ozonasi pada
berbagai keoepatan alir dan waktu pengaliran ozon. Selanjutnya, serat rayon
terozonasi dicangkok dengan monomer Nletakrilamida (N|Am) dalam media
gas N2 pada berbagai konsentrasi monomer, vvaktu, dan suhu reaksi.
Optimasi penoangkokkan diperoleh pada konsentrasi monomer
|\/Ietakrilamida 10% (W/W), waktu reaksi 1 jam, dan suhu reaksi 80 OC. Pada
kondisi optimum tersebut, dilakukan pencangkokkan campuran Nletakrilamida
dan N,N’-Ivletilendiakrilamida (NNBA) pada berbagai konsentrasi.
Berdasarkan data spektrum FT-IR, Po|iI\/|Am dan Po|iNNBA telah tercangkok
di permukaan serat rayon. Semakin tinggi kadar pencangkokkan maka
swelling serat rayon-grafbPo|iI\/Ietakrilamida meningkat. Adanya N,N'-
l\/Ietilendiakrilamida (NNBA) pada proses kopolimerisasi menurunkan swelling
serat dalam pH asam maupun basa. Ketahanan serat tercangkok terhadap
kondisi pH asam dan basa memperkuat dugaan bahvva NNBA berperan
sebagai agen pengikat silang. Adanya ikatan silang menurunkan kapasitas
pertukaran ion, untuk serat rayon-graft-PoIiMetakriIamida dan serat rayon-
graft-PoIilvletakrilamida-co-PoliNNBA masing-masing dengan kadarpencangkokkan 229.60 % dan 301.20 % adalah 4.936 mek/gram serat dan
2.131 mek/gram serat. Kedua serat termodiiikasi memiliki selektivitas yang
baik untuk memisahkan Cu” dengan adanya Co” dan Ni” pada pH 5.0.
Selektivitas meningkat dengan adanya ikatan silang, kation Ni” dapat
dipisahkan dari Cuz" dan Co” pada pH 7.0."
Universitas Indonesia, 2007
S30376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
LIza
"Separator baterai ion litium berbasis poliolefin memiliki wettability yang buruk dan porositas rendah, sehingga menurunkan kemampuan untuk mempertahankan larutan elektrolit dan mempengaruhi kinerja baterai terkait transportasi ionik dalam separator. Oleh karena itu, pengembangan separator dengan wettability dan porositas yang lebih baik telah menarik minat signifikan untuk meningkatkan kinerja baterai. Penelitian ini menyintesis dan mengkarakterisasi membran separator berbasis selulosa asetat yang di-crosslinking dengan asam sitrat menggunakan metode Non-Solvent Induced Phase Separation (N-TIPS). Selulosa asetat dan DMSO dicampur dan dituang ke pelat kaca, kemudian membran yang dicetak dievaporasi dan direndam dalam bak koagulasi air sebagai non-pelarut. Waktu evaporasi bervariasi pada 90, 120, 150, dan 180 menit untuk mempelajari pengaruhnya terhadap struktur pori membran. Hasil menunjukkan bahwa membran dengan waktu evaporasi 120 menit memberikan keseimbangan optimal antara struktur kimia, kemampuan pembasahan, dan sifat mekanik. Membran ini memiliki porositas 1,28%, sudut kontak terendah (45,1°), konduktivitas ionik yang baik sebesar 0,0276 mS/cm, dan kekuatan tarik 38,987 MPa. Terlebih lagi, membran ini memiliki nilai electrolyte uptake tertinggi sebesar 43,31% dan stabilitas termal yang baik dengan penyusutan yang rendah yaitu sebesar 14,61%. Selain itu, Uji EIS membuktikan bahwa membran berbasis selulosa asetat memiliki kinerja elektrokimia yang unggul dibandingkan separator berbasis poliolefin karena memiliki konduktivitas ionik yang lebih tinggi.

Polyolefin-based lithium-ion battery separators have poor wettability and low porosity, which can reduce their ability to retain electrolyte solution, thereby affecting battery performance due to ion transport within the separator. Therefore, developing separators with better wettability and porosity has attracted significant interest to enhance battery performance through improved ionic transport. This study synthesizes and characterizes cellulose acetate-based battery separators crosslinked with citric acid using the Non-Solvent Induced Phase Separation (N-TIPS) method. Cellulose acetate and DMSO were mixed and cast onto a glass plate, then the cast membrane was evaporated and immersed in a coagulation bath of water as the non-solvent. The evaporation time varied at 90, 120, 150, and 180 minutes to study its effect on membrane pore structure. The results show that the membrane with an evaporation time of 120 minutes provides an optimal balance between chemical structure, wettability, and mechanical properties. This membrane has a porosity of 1.28%, the lowest contact angle (45.1°), a good ionic conductivity of 0.0276 mS/cm, and a tensile strength of 38.987 MPa. Furthermore, this membrane has the highest electrolyte uptake value of 43.31% and good thermal stability with low shrinkage of 14.61%. In addition, EIS testing proves that the cellulose acetate-based membrane has superior electrochemical performance compared to polyolefin-based separators due to its higher ionic conductivity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri
"ABSTRACT
Satu upaya untuk mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi yang dinilai efektif dalam segi biaya adalah melalui fortifikasi zat besi ke dalam makanan. Namun, fortifikasi zat besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis makanan serta mengurangi efektivitas, stabilitas, dan bioavailabilitas zat besi hasil fortifikasi. Kendala ini dapat diatasi dengan teknologi enkapsulasi zat besi menggunakan bahan penyalut. Kitosan sebagai polisakarida yang biodegradable dan biocompatible bisa digunakan sebagai bahan penyalut untuk mengenkapsulasi besi dengan menambahkan tripolyphosphate TPP sebagai crosslinking agent. Tujuan dari studi ini adalah untuk menformulasikan sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi II glukonat tersalut kitosan menggunakan metode spray drying serta mengevaluasi pengaruh konsentrasi TPP terhadap karakteristik fisikokimia mikropartikel serta profil rilis in vitro mikropartikel. Pembentukan mikropartikel menggunakan metode spray drying menghasilkan partikel sferis yang halus dengan ukuran rata-rata 2,4 m-5,6 m. Peningkatan konsentrasi TPP yang ditambahkan ke larutan menghasilkan ukuran partikel yang semakin besar. Adanya TPP mempengaruhi kapasitas loading besi, efisiensi enkapsulasi, ukuran mikropartikel, serta morfologi partikel. Efisiensi enkapsulasi mikropartikel menggunakan spray drying mencapai nilai maksimum pada konsentrasi TPP 2. Namun, yield mikropartikel maksimum terjadi pada variasi konsentrasi TPP 1 . Uji rilis mikropartikel kitosan dilakukan pada synthetic gastric fluids SGF selama 3 jam dan 4 jam pada synthetic intestine fluids SIF. Profil pelepasan besi dari mikropartikel dengan berbagai konsentrasi TPP mengindikasikan burst release profile. Peningkatan jumlah TPP pada larutan terbukti memperlambat proses rilis besi. Pada variasi TPP 3 besi yang rilis pada jam pertama sebesar 50 dan 60 pada jam ke-7 sementara pada mikropartikel yang tidak ditambahkan TPP banyaknya besi yang rilis mencapai 80 pada jam pertama dan 100 pada jam ke-7. Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik mikropartikel dan profil rilis besi dipengaruhi oleh interaksi kitosan dengan TPP sebagai crosslinking agent. Keberadaan TPP merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam preparasi sistem pelepasan terkendali mikropartikel besi tersalut kitosan dengan metode spray drying.

ABSTRACT
One of the cost effective approaches to reduce the prevalence of iron deficiency anaemia is by developing iron fortified food. However, adding iron directly into food will not only affect the organoleptic quality of the food, but will also reduce the effectiveness, stability and bioavailability of the iron added. Chitosan as linear polysaccharide, that are biodegradable and biocompatible, can be used as a protective wall material to encapsulate iron by adding tripolyphosphate TPP as crosslinking agent. The aims of this study were to formulate an extended release system of chitosan microparticles loaded with iron gluconate using spray drying method, and to evaluate the physicochemical characteristics of microparticle and release of iron in simulated gastrointestinal fluids. Formation of microparticle using spray drying method resulted in a smooth spherical particles with average size of 2.4 m 5.6 m. Increase amount of TPP added into the mixture solution formed larger size of particles. The presence of TPP affected the iron loading capacity, iron entrapment efficiency, particle size and particle morphology. The encapsulation efficiency showed maximum at addition of TPP 2 using spray drying method. However the yield of microparticle formed showed maximum when the concentration of TPP is 1. The release test of iron from the chitosan microparticles was conducted in synthetic gastric fluids SGF in 3 hours and 4 hours in synthetic intestine fluids SIF, simultaneously. The release of iron from microparticles with various amount of TPP added indicated a burst release profile. Increasing amount of TPP in the solution reduce the release in the first 1 2 hours, as well as at the end of 7 hours period of release. Using TPP 3 the release in one hour reached 50 and about 60 in 7 hours. Comparing to chitosan solution without TPP, the release in one hour reached 80 and in 7 hours it was 100 release. The results indicated that the characteristics of microparticles and release profile of iron were influenced by the interaction of chitosan and TPP as cross linking agent. The presence of TPP is thus an important factor to be addressed when preparing iron loaded chitosan microparticles with extended release characteristics via spray drying method."
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Alviana
"Penyakit seliak diperkirakan diderita oleh sekitar 0,5-1% dari populasi di banyak bagian dunia yang mengharuskan penderita ini untuk menghindari semua sumber gluten dalam produk pangan. Tepung beras menjadi salah satu tepung gluten-free yang paling umum digunakan di berbagai produk makanan. Namun, struktur pati alaminya memiliki aplikasi yang terbatas untuk diolah sebagai makanan sehingga memerlukan modifikasi untuk diubah menjadi pati resisten. Pada penelitian ini, modifikasi pati tepung beras dilakukan secara kimia melalui metode ikat silang fosfat menggunakan campuran STMP: STPP (99: 1) dengan variasi konsentrasi. Keberhasilan modifikasi ditandai adanya penambahan puncak pada bilangan gelombang 1294 cm-1 menunjukkan ikatan P=O dan 1015 cm-1 menunjukkan ikatan P-O-C saat dikarakterisasi menggunakan FTIR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbaikan sifat fungsional seperti penurunan kelarutan, swelling power, dan daya cerna pati tepung beras hasil modifikasi. Hasil modifikasi terbaik yaitu hasil penambahan STMP: STPP (99: 1) 10% dan 6% digunakan sebagai campuran bahan pembuatan gluten-free rice cookies yang menghasilkan penurunan daya cerna dan karakteristik yang lebih baik berdasarkan uji organoleptik. Maka, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan produk makanan gluten-free menggunakan tepung beras termodifikasi yang memiliki sifat fungsional lebih baik.

Celiac disease is estimated to affect around 0.5 - 1% of the population in many parts of the world which requires these sufferers to avoid all sources of gluten in food products. Rice flour is one of the most used gluten-free flour in various food products. However, the structure of natural starch has limited application for processing as food, so it requires modification to convert it into resistant starch. In this study, starch modification of rice flour was carried out chemically through the phosphate crosslinking method using a mixture of STMP: STPP (99: 1) with various concentrations. The success of the modification was marked by the addition of a peak at a wavenumber of 1294 cm-1 indicating a P=O bond and 1015 cm-1 indicating a P-O-C bond when characterized using FTIR. The test results showed that there were improvements in functional properties such as decreased solubility, swelling power, and digestibility of modified starches rice flour. The best modified result was the addition of STMP: STPP (99: 1) 10% and 6% which was used as a mixture of ingredients for making gluten-free rice cookies which resulted in reduced digestibility and better characteristics based on organoleptic tests. Thus, this research can be used as a basis for developing gluten-free food products using modified rice flour which has better functional properties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Raafiaji Mashudi
"Hidrogel homopolimer poliakrilamida dan poli(N-metilol akrilamida) serta hidrogel IPN poliakrilamida-poli(N-metilol akrilamida) disintesis dengan menggunakan metode polimerisasi radikal bebas. Pada proses sintesis dilakukan variasi konsentrasi pengikat silang N,N'-metilen bis akrilamida (MBA) pada jaringan polimernya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap swelling. Variasi konsentrasi pengikat silang menyebabkan perubahan matriks hidrogel sehingga rasio swelling akan berbeda. Proses polimerisasi berhasil, ditandai dengan hilangnya puncak C=C dan C-H sp2 alkena pada FTIR. Uji swelling dilakukan pada suhu ruang dan variasi pH 3, 5, 7, 9, dan 12 selama 24 jam perendaman.  Hasil swelling hidrogel IPN ditemukan lebih tinggi dibandingkan hidrogel homopolimer dikarenakan keberadaan jaringan kedua. Swelling variasi pH pada hidrogel PNMA dan IPN mempunyai swelling tertinggi pada pH 5. Hidrogel dengan konsentrasi pengikat silang 1% untuk PAAm dan IPN PAAm serta konsentrasi pengikat silang 2% untuk PNMA dan IPN PNMA memiliki swelling tertinggi.

Homopolymer hydrogel polyacrylamide and poly(N-methylol acrylamide) also IPN hydrogel polyacrylamide-poly(N-methylol acrylamide) were synthesized using the free radical polymerization method. In the synthesis process, variations of concentration N, N'-methylene bis acrylamide (MBA) crosslinkers were used on the polymer network to determine their effect on swelling behaviour. Variations of crosslinker concentration  caused changes in the hydrogel structure and thus the swelling ratio will be different. The polymerization process conducted successfully, which was marked by the loss of the C = C and C-H sp2 alkene peaks at FTIR. Swelling test were carried out at room temperature and pH 3, 5, 7, 9, and 12. The IPN hydrogel swelling ratio was found to be higher than homopolymer hydrogel due to the presence of the second network. The highest swelling behaviour in different pH for PNMA and IPN hydrogels was found at pH 5. Hydrogels with a crosslinking concentration of 1% for PAAm, IPN PAAm and 2% for PNMA, IPN PNMA had the highest swelling."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nadillah Permata Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan sifat polivinil asetat dengan cara menambahkan koloid pelindung dan agen ikat silang agar diperoleh emulsi polivinil asetat yang lebih stabil dan memiliki kemampuan untuk menghambat laju api pada saat kebakaran. Polivinil asetat (PVAc) disintesis melalui proses polimerisasasi emulsi dengan menggunakan teknik semi-continuous yang dilakukan selama 5 jam pada suhu 70-80˚ C dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. Variasi yang digunakan dalam proses polimerisasi adalah dengan menambahkan polivinil alkohol (PVA) dan asam borat dengan konsentrasi penambahan 2 wt.% dan 0,5 wt.%. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengukur pH, densitas, kandungan padatan, viskositas, dan gugus fungsi dari polimer emulsi. Selain itu, untuk mengetahui sifat ketahanan api yang dimiliki oleh PVAc emulsi melalui reaksi ikat silang bersama asam borat dilakukan dengan cara uji pembakaran menggunakan substrat kertas. Diperoleh hasil, nilai pH yang semakin menurun hingga mencapai pH ~1 menunjukkan adanya pembentukan produk samping asam asetat dari PVAc. Nilai kandungan padatan PVAc tertinggi adalah 22,70% diperoleh dari penggunaan surfaktan yang ditambahkan PVA dan asam borat. Sedangkan densitas tertinggi diperoleh sebesar 1,07 gram/mL. Untuk nilai viskositas, emulsi yang ditambahkan PVA menjadi lebih kental dengan viskositas 14,06 mPa.s. Nilai kandungan padatan, densitas, dan viskositas dari variasi polivinil asetat dengan adanya tambahan aditif koloid pelindung dan agen ikat silang cenderung bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan variasi tanpa adanya komponen tambahan. Gugus fungsi polimer emulsi polivinil asetat yang sudah terbentuk diketahui dari pengukuran menggunakan FTIR Spectrophotometer. Pengembangan emulsi PVAc menghasilkan material penghambat laju api dengan laju pembakaran terlama 15,54 detik dan dengan waktu inisiasi pembakaran pada 1,98 detik.

This research was conducted to develop the properties of polyvinyl acetate by adding protective colloids and crosslinking agents to obtain a polyvinyl acetate emulsion that is more stable and can retard the rate of fire. Polyvinyl acetate (PVAc) was synthesized through an emulsion polymerization process using a semi-continuous technique carried out for 5 hours at a temperature of 70-80 ˚C with a stirring speed of 300 rpm. The variation used in the polymerization process is by adding polyvinyl alcohol (PVA) and boric acid with different concentrations of 2 wt.% and 0.5 wt.%. The characterization carried out in this study was to measure the pH, density, solids content, viscosity, and functional groups of the emulsion polymer. In addition, it is carried out through a combustion test using a paper substrate to determine the fire retardant properties of PVAc emulsion that has been crosslinked with boric acid. The results showed that the pH value decreased until it reached pH ~1, indicating the formation of acetic acid by-products from PVAc. The highest value of solids content of PVAc is 22.70%, obtained from the use of surfactants added with PVA and boric acid. Also, it got the highest density at 1.07 grams/mL. For the viscosity value, the emulsion added with PVA became denser with a viscosity of 14.06 mPa.s. The value of solids content, density, and viscosity of the polyvinyl acetate variation with the addition of protective colloid additives and crosslinking agents tend to be higher than the variations without additional components. The functional groups of the polyvinyl acetate emulsion polymer that have been formed are known from measurements using an FTIR spectrophotometer. The development of PVAc emulsion resulted in flame retardant material with the most extended burning rate of 15.54 seconds and the initiation time of combustion at 1.98 seconds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, [2022;, ]
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldriez Tresna Fachrezzy
"Bioplastik sebagai alternatif plastik konvensional dapat disintesis dengan berbahan dasar poli(vinil alkohol) (PVA) dan bahan alami di alam yaitu pati dari tepung tapioka. Bioplastik disintesis melalui metode ikat silang (crosslinking) dengan ditambahkan asam maleat dimana terjadi reaksi esterifikasi Fischer yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas dari struktur dan dapat meningkatkan kekuatan mekanis dari polimer plastik yang disintesis. Plastik tersebut lalu ditambahkan dengan filler selulosa yang termodifikasi dengan asam palmitat yang berguna untuk menurunkan tingkat asupan air dan meningkatkan kekuatan daripada lapisan campuran PVA/Pati sehingga menghasilkan produk bioplastik biodegradable yang memiliki sifat ketahanan tarik yang tinggi dan memiliki tingkat swelling yang rendah. Plastik tersebut lalu dikarakterisasi dan diuji tingkat kekuatan tarik, kelarutan dan kemampuan swelling.

Bioplastics as an alternative to conventional plastic can be synthesized from poly(vinyl alcohol) (PVA) and natural ingredients in nature such as starch especially from tapioca flour. Bioplastic was synthesized through a crosslinking method by adding maleic acid where a Fischer esterification reaction occurs which aims to reduce the mobility of the structure and can increase the mechanical strength of plastic. The plastic was then added with cellulose which was modified with palmitic acid which is useful to reduce the level of water intake and increase the strength of the PVA/starch mixture layer to produce bio-based plastic products that are biodegradable but can also can have high tensile resistance features, be resistant to water and have a low level of swelling. The plastic was then characterized and tested the level of tensile strength, solubility and swelling ability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suswanti
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emusi. Untuk aplikasi coating, polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi emulsi core shell metil metakrilat-butil akrilat yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA) dan variasi teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah variasi teknik penambahan insiator kedua yaitu secara shot dan kontinu dan suhu aging akhir yaitu 800C dan 1000C.
Variasi GMA yang dilakukan yaitu tanpa GMA, GMA 6% bersama preemusi shell, dan GMA 3% sebelum pre-emulsi shell. Polimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, suhu transisi gelas (Tg), dan spektrum infra merah. Kondisi optimum yang diperoleh adalah polimerisasi MMA-BA tanpa penambahan GMA, dengan teknik penambahan inisiator kedua secara kontinu, dan suhu aging akhir 800C. Teknik ini menghasilkan ukuran partikel 149 nm, persen konversi 97,06% dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>