Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160015 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steven
"Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang disebabkan kelainan genetik dan dipicu faktor lingkungan, penyakit ini menyerang kulit dan sistemik seperti sendi dan kuku. Sel punca mesenkim (SPM) asal tali pusat manusia memiliki kapasitas proliferasi yang tinggi, imunomodulator yang luas dan imunogenitas yang rendah. Penelitian ini menggunakan model tikus psoriasis yang diinduksi dengan krim imiquimod 5% selama 6 hari. Tikus dibagi menjadi kelompok 5 kelompok yang diberi SPM atau Phosphate Nuffer Saline (PBS) secara intradermal atau subkutan serta kontrol normal. Pemberian SPM dan PBS dilakukan sebelum pengolesan krim. Penilaian harian kulit tikus dilakukan dengan skoring modified Psoriasis Area and Severity Index (mPASI). Setelah pembedahan, kulit tikus dianalisa terhadap ekspresi relatif gen Interleukin (IL)-17 dan IL-10. Sebagian kulit difiksasi dengan formalin dan dilakukan pemeriksaan histologi dan imunohistokimia dengan antibodi Anti-CD11b. Analisa statistik memperlihatkan skor mPASI kelompok SPM mengalami penurunan bermakna dibanding kelompok PBS. Ekspresi relatif gen IL-17 menurun dan gen IL-10 meningkat pada kelompok SPM dibandingkan PBS. Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin memperlihatkan rerata tebal epidermis dan jumlah kapiler mengalami penurunan pada kelompok SPM dibanding PBS. Rerata jumlah infiltrasi sel CD11b+ kelompok SPM menurun secara bermakna dibandingkan PBS. Penyuntikan SPM terutama intradermal mampu menyebabkan remisi pada lesi lokal kulit psoriasis pada model tikus Wistar.

Psoriasis is a chronic inflammatory disease affecting mainly the skin and other parts such as nails and joints. Human umbilical cord-derived mesenchymal stem cells (hUC-MSCs) are highly proliferative immunomodulator cells with low immunogenicity. The Psoriasis rat model was induced with 5% imiquimod cream for 6 days. The rats were divided into 5 groups receiving intradermal or subcutaneous injections of hUC-MSCs or Phosphate Buffer Saline (PBS), and a normal control group. MSCs and PBS were administered before cream application. Daily skin assessments were performed using a modified Psoriasis Area and Severity Index (mPASI) scoring system. After harvest, rat skin was analyzed for relative expression of Interleukin (IL)-17 and IL-10 genes. Some skin samples were fixed with formalin for histological examination and immunohistochemistry with Anti-CD11b antibodies. Statistical analysis showed a significant reduction in mPASI scores in the hUC-MSCs group compared to the PBS group. Histology staining revealed a decrease in epidermal thickness and capillary in the hUC-MSCs group. The infiltration of CD11b+ cells significantly decreased in the hUC-MSCs group.  The relative gen expression of IL-17 decreased, while IL-10 gene increased in the hUC-MSCs group. Particularly, intradermal injection of hUC-MSCs induced remission of local psoriasis skin lesions in the rat model."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Enky Merthana
"Pendahuluan: Saat ini tatalaksana nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh penyakit degeneratif diskus intervertebralis berupa pemberian antinyeri, fisioterapi, akupuntur hingga dengan tindakan pembedahan berupa arthroplasti diskus atau fusi spinal yang secara definitif belum mampu memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien. Hal ini disebabkan terapi yang ada tidak mengatasi masalah degenerasi yang terjadi di diskus intervertebralis. Saat ini muncul terapi alternatif dengan menggunakan sel punca mesenkimal tali pusat, terapi tersebut di harapkan dapat mengatasi sumber masalah dari nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh degenerasi diskus vertrebralis.
Material dan Metode: Penelitian ini adalah pre-pasca study pada 6 pasien usia 60th, 57th, 55th, 50th, 54th and 61th dengan penyakit degenerasi diskus intervertebralis dilakukan implantasi sel punca mesenkimal tali pusat sebanyak 107 sel/2ml NaCl 0.9% pada diskus intervertebralis. Kemudian di pantau efek samping dan efek pemberian sel punca mesenkimal berupa nyeri punggung dengan VAS, kualitas hidup dengan ODI, pemeriksaan antopometri dengan Schober Test, kekuatan sensorik dan motorik dengan menggunakan Frankel, pemeriksaan SSEP, EMG dan MRI yang di pantau pada 1, 3 dan 6 bulan. Data di uji normalitasnya dengan saphiro wilk dan di lanjutkan Analisa data dengan T berpasangan bila sebaran normal dan Wilcoxon bila sebaran tidak normal. Analisa statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Tidak terdapat efek samping. Didapatkan hasil perbaikan secara klinik, dimana skor VAS pre dan pasca implantasi 6 bulan (p=0.026), perbaikan nilai ODI pre dan pasca implantasi 6 bulan (p=0.002). Tidak terdapat perubahan nilai schober, tidak didapatkan penurunan nilai frankel. Tidak terdapat perubahan derajat pfirrmann yang dilihat dari MRI. Dari 5 pasien terdapat perbaikan nilai EMG pada 2 pasien, namun tidak terdapat perubahan nilai SSEP.
Kesimpulan: Terapi dengan implantasi sel punca mesenkimal tali pusat dapat menjadi pilihan pengobatan nyeri pinggang bawah yang disebabkan oleh penyakit degenerasi diskus intervertebralis. Terapi ini merupakan terapi minimal invasif, dapat menghilangkan rasa sakit akibat nyeri punggung bawah dan memperbaiki kualitas hidup, serta terapi yang aman dan tetap mempertahankan biomekanik normal

Introduction: Currently the management of low back pain caused by degeneratif intervertebral disc disease is in the form of the administration of painkillers, physiotherapy, acupuncture to surgery in the form of disc arthroplasty or spinal fusion, which definitifly have not been able to improve the patient's quality of life and reduce the pain experienced by the patient. This is because the existing therapy does not solve the degeneration problem that occurs in the intervertrebral disc. Currently, alternative therapies are emerging using mesenchymal stem cells (MSC), this therapy is expected to address the source of the problem of low back pain caused by vertrebral disc degeneration.
Methods: This study is a pre-pasca study in 6 patients age 60, 57, 55, 50, 54 and 61 yo with low back pain caused by degeneration of the intervertebral discs with implantation of human umbilical cord mesenchymal stem cells 107 cell/2ml NaCl 0.9% in the intervertebral discs. Then we monitored the safety and effects of mesenchymal stem cells in the form of back pain with VAS, quality of life with ODI, anthopometric examination with scober test, sensory and motor strength using Frankel, SSEP, EMG and MRI examinations that were follow-up on 1, 3 and 6 months.
Results: There were no reports of side effects of therapy. Clinical improvement was obtained, where the pre and pasca implantation VAS scores in 6 months (p=0.026), the pre and pasca implantation ODI scores in 6 months improved (p=0.002). There was no change in the Scober value, there is no change in the Frankel value. There was no change seen from MRI with pfirrmann scale. Of the 5 patients, there was an improvement in the EMG value in 2 patients, but there was no change in the SSEP value.
Conclussion: Umbilical cord mesenchymal stem cell implantation therapy can be a treatment option for low back pain caused by intervertebral disc degeneration disease. This therapy is a minimal invasive therapy, can relieve pain due to low back pain and improve quality of life, as well as a safe therapy while maintaining normal biomechanics
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyanti
"Platelet rich plasma (PRP) sebagai bahan suplemen medium kriopreservasi, mengandung plasma yang merupakan bagian dari darah dan mengandung banyak sekali albumin. Albumin diketahui sebagai CPA ekstraseluler alami yang bekerja dengan cara menstabilkan membran sel yang dapat terganggu akibat kriopreservasi. Bahan suplementasi medium kriopreservasi selama ini menggunakan bahan yang berasal dari hewan. Penggunaan bahan suplementasi dari hewan telah diketahui memiliki berbagai kendala seperti tersandung dengan komunitas perlindungan hewan dan juga dapat mencetuskan reaksi immunologi jika digunakan pada manusia. Karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk bahan suplementasi medium kriopreservasi. Penelitian ini meneliti apakah PRP dapat digunakan sebagai alternatif FBS sebagai medium kriopreservasi sel punca asal tali pusat manusia dengan menilai viabilitas, morfologi dan proliferasi sel punca pasca kriopreservasi. Penelitian diawali dengan isolasi dan propagasi sel punca asal tali pusat manusia dari satu buah tali pusat manusia yang memenuhi kriteria dengan metode eksplan. Sel punca kemudian disubkultur sampai mencapai jumlah sel yang dibutuhkan untuk kriopreservasi. Kriopreservasi sel punca dilakukan dalam delapan protokol kriopreservasi dengan variasi bahan suplemen, konsentrasi bahan suplemen dan konsentrasi sel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan antara FBS dan PRP dalam mempertahankan viabilitas dan morfologi sel bahkan PRP lebih baik ketika dilihat dari ukuran dan proliferasi pasca kriopreservasi. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa PRP dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan FBS dalam medium kriopreservasi sel punca asal tali pusat manusia.

Platelet rich plasma ( PRP ) as supplemental material cryopreservation medium , containing plasma which is part of the blood and contains a lot of albumin. Albumin is known as a natural extracellular CPA works by stabilizing cell membranes that can be disrupted by cryopreservation .One of the materials in cryopreservation medium that is used nowadays is derived from animals. Use of animal derived metarial has been known to pose various problems such as facing the animal protection community and also can trigger immunological reactions when used in humans. So it is necessary to find an alternative for animal derived material in cryopreservation medium. This study examined whether PRP could be used as an alternative to FBS as cryopreservation medium for human umbilical cord stem cells by assessing the viability, morphology and proliferation of stem cells after cryopreservation. The study began with the isolation and propagation of human umbilical cord stem cells from one human umbilical cord that meets the criteria using explant method. Stem cells then subcultured to achieve the required number of cells for cryopreservation. Cryopreservation of stem cells was done in eight cryopreservation protocols with various supplements, concentrations of the supplements, and cell concentrations. The results showed no difference between FBS and PRP in maintaining cell viability and morphology. PRP was even better when viewed from the size and proliferation of the cells after cryopreservation . In conclusion, this study shows that PRP can be used as an alternative to FBS in cryopreservation medium for human umbilical cord stem cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Setiawati
"Stres oksidatif telah diketahui menimbulkan efek yang merusak. Dalam fibrosis hati, stres oksidatif seolah-olah membentuk lingkaran setan yang menyebabkan perburukan fibrosis hati. Dalam hal ini, Nuclear Erythroid 2-Related Factor 2 (Nrf2) sebagai regulator antioksidan akan mengaktifkan sistem pertahanan antioksidan tubuh yang dapat memutus mata rantai fibrosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ekspresi Nrf2 pada jaringan hati, menganalisa kadar Malondialdehyde (MDA) sebagai oksidan bebas dan Glutathione (GSH) sebagai pemulung oksidan. Selain itu, juga menilai pengaruh pemberian Sel Punca Mesenkim asal Tali Pusat (SPM-TP) 1 juta dan 3 juta pada fibrosis hati. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan bahan biologis tersimpan berupa jaringan hati tikus Wistar 14 minggu. Terdapat empat kelompok perlakuan yaitu, kelompok sehat, kelompok 2AAF/CCl4, kelompok 2AAF/CCl4 yang diberikan SPM-TP 1 juta dan 3 juta dengan menggunakan tiga parameter yang diperiksa pada masing-masing kelompok yaitu, MDA, GSH, dan Nrf2. Pemeriksaan MDA dan GSH dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer, sedangkan pemeriksaan Nrf2 dinilai dengan menggunakan pulasan imunohistokimia dan kuantifikasi dengan ImageJ (IHC Profiller). Data terdistribusi normal yang diperoleh diuji dengan one way ANOVA  dan diuji post hoc Tukey sedangkan data tidak terdistribusi normal diuji dengan Kruskal Wallis dan post hoc Mann Whitney. Dari data-data tersebut didapatkan penurunan kadar MDA, peningkatan kadar GSH serta ekspresi Nrf2 pada kelompok yang diberikan SPM-TP 1 juta sedangkan pada kelompok yang diberikan SPM-TP 3 juta tidak menunjukkan hasil yang lebih baik.

Oxidative stress has been known to have deleterious effects. In liver fibrosis, oxidative stress seems to form a vicious circle that causes liver fibrosis to worsen. In this case, Nuclear Erythroid 2-Related Factor 2 (Nrf2) as an antioxidant regulator will activate the body's antioxidant defense system which can break the chain of fibrosis. This study aims to analyze the expression of Nrf2 in liver tissue, also the levels of Malondialdehyde (MDA) as a free oxidant and Glutathione (GSH) as an oxidant scavenger. In addition, it also assessed the effect of giving  Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cells (UCMSCs) 1 million and 3 million on liver fibrosis. This study was an experimental study using stored biological material in the form of 14-week-old Wistar rat liver tissue. There were four treatment groups, namely the healthy group, the 2AAF/CCl4 group, the 2AAF/CCl4 group who were given UCMSCs 1 million and 3 million using three parameters examined in each group, namely MDA, GSH, and Nrf2. MDA and GSH examinations were carried out using a spectrophotometer, while the Nrf2 examination was assessed using immunohistochemical staining and quantification with ImageJ (IHC Profiler). Normally distributed data obtained was tested with one way ANOVA and Tukey's post hoc test while data that is not normally distributed was tested with Kruskal Wallis and post hoc Mann Whitney.  From these data it was found a decrease in MDA levels, an increase in GSH levels as well as Nrf2 expression in the group given UCMSCs 1 million while the group given UCMSCs 3 million showed no better results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcel B. M. Teunissen
"This volume of current topics in microbiology and immunology covers diverse topics related to intradermal immunization. The chapters highlight the effectiveness of intradermal immunization in experimental animal models or in clinical practice, all supporting the view that intradermal immunization is at least as good as other immunization routes. Keeping in mind that current vaccines are not specially designed for intradermal immunization, but show comparable efficiency even at reduced dosages, this underlines the great potential for the skin as a vaccination site."
Berlin: [;Springer-Verlag, Springer-Verlag], 2012
e20417814
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Ismail Gani
"Pendahuluan: Delayed union merupakan permasalahan yang dapat terjadi pasca penyembuhan fraktur yang secara signifikan mengganggu kualitas hidup pasien. Telah banyak penelitian yang dilakukan berdasarkan pendekatan konsep diamond untuk memecahkan masalah delayed union. Granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) merupakan salah satu dari berbagai zat yang diketahui mempunyai peranan positif dalam penyembuhan jaringan skeletal atau regenerasi ajuvan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pemberian G-CSF dalam mempengaruhi penyembuhan fraktur delayed union.
Material dan Metode: Penelitian eksperimental dilakukan dengan randomized post test only control group design pada 24 hewan coba tikus putih Sprague-Dawley yang telah mengalami model delayed union. Penelitian membandingkan antara kelompok perlakuan yg diinjeksi subkutan G-CSF dengan kelompok kontrol dan dibagi menjadi empat kelompok (n=6). Harvest dan follow up histomorfometri dan imunohistokimia dilakukan pada dua kelompok di minggu kedua (KM2 dan PM2) dan dua kelompok lagi pada minggu keempat (KM4 dan PM4). Analisis histomorfometri terdiri dari presentase area tulang imatur, tulang rawan dan area fibrosa dengan pulasan Hematoxylin-Eosin (HE). Sedangkan evaluasi semikuantitatif imunohistokimia dengan ekspresi BMP-2 melalui skor imunoreaktif (IRS).
Hasil: Pada evaluasi parameter histomorfometri dan imunohistokimia didapatkan area fibrosis secara signifikan lebih sedikit (p<0,001) dan ekspresi BMP 2 lebih tinggi (p=0,008) pada kelompok perlakuan minggu kedua dibandingkan kontrol. Serta presentase area woven bone secara bermakna lebih besar (p=0,015), area fibrosis lebih sedikit (p=0,002) dan ekspresi BMP 2 lebih tinggi (p=0,004) pada perlakuan minggu keempat dibandingkan dengan kontrol.
Kesimpulan: G-CSF terbukti meningkatkan kecepatan penyembuhan pada tikus putih Sprague-Dawley pada model delayed union dievaluasi dari aspek histomorfometri dan imunohistokimia.

Introduction: Delayed union is a problem that can occur after fracture healing, which significantly impairs the patient's quality of life. Many studies were conducted based on the diamond concept approach to solve the problem of delayed union. Granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) is one of the various substances known to have a positive role in healing skeletal tissue or adjuvant regeneration. This study was conducted to see the effect of G-CSF in affecting delayed union fracture healing.
Methods: The experimental study was conducted by randomized posttest only control group design on 24 experimental animals Sprague-Dawley white rats that had experienced delayed union models. The study compared the treatment group injected with subcutaneous G-CSF with a control group and was divided into four groups (n=6). Harvest and follow-up histomorphometry and immunohistochemistry were performed in two groups in the second week (KM2 and PM2) and two more groups in the fourth week (KM4 and PM4). The histomorphometric analysis consisted of the percentage of immature bone area, cartilage, and fibrous area with Hematoxylin-Eosin (HE) streaks. Meanwhile, the semiquantitative evaluation of immunohistochemistry with the expression of BMP-2 through the immunoreactive score (IRS).
Results: In the evaluation of histomorphometric and immunohistochemical parameters, there were significantly differences less fibrosis area (p = 0,001) and higher BMP 2 expression (p = 0,008) in treatment week two compared to control. In addition, there were also significantly more woven bone area (p = 0,015), less fibrosis area (p = 0,002) and higher BMP 2 expression (p = 0,004) in treatment group week four compared to control.
Conclussion: G-CSF was shown to increase the speed of healing in Sprague- Dawley rats on delayed union models evaluated from histomorphometric and immunohistochemical aspects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Tjahjadi
"Asfiksia perinatal berhubungan dengan luaran buruk neonatus, seperti buruknya skor Apgar; kebutuhan resusitasi dan ventilasi bertekanan positif, perdarahan intraventrikuler, hypoxic ischemic encephalopathy, hingga terjadinya kematian dini neonatus. Pemantauan kesejahteraan janin melalui berbagai modalitas indirek dilakukan untuk mendeteksi dini faktor risiko asfiksia perinatal, meskipun pemeriksaan gas darah tali pusat diakui sebagai metode baku penetapan status asam basa dan penegakkan keadaan asfiksia yang objektif. Asidosis metabolik janin menurut ACOG dan AAP ditegakkan jika dijumpai pH arteri tali pusat ≤ 7 dan defisit basa ≥ 12 mmol/L, tetapi masih belum diketahui nilai pH dan BD yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian luaran buruk neonatus. Penelitian ini dilakukan di RSUPNCM selama bulan Mei – Agustus 2020 terhadap persalinan dengan usia kehamilan di atas 27 minggu, baik secara spontan maupun operasi. Desain penelitian adalah kohort prospektif dengan masa pemantauan bayi baru lahir selama 7 hari. Sejumlah 135 subjek yang memenuhi kriteria diikutsertakan dalam penelitian ini. Nilai pH < 7,2015 dapat diterapkan pada sampel arteri maupun vena tali pusat karena menunjukkan akurasi baik dan prediktif terhadap kejadian luaran buruk neonatus jangka pendek, dengan nilai RR masing-masing 4,05 dan 5,9. Nilai BD arteri tali pusat tidak menunjukkan kemaknaan dalam memprediksi luaran buruk neonatus jangka pendek.

Perinatal asphyxia is associated with adverse neonatal outcomes, such as poor Apgar score, the need for positive pressure ventilation and resuscitation, intraventricular hemorrhage, hypoxic ischemic encephalopathy, and the occurrence of early neonatal death. Monitoring of fetal well-being through various indirect modalities is performed to detect the risk of developing perinatal asphyxia, although cord blood gas testing is recognized as the reference method of determining neonatal acid-base status and diagnosing perinatal asphyxia. According to ACOG and AAP, fetal metabolic acidosis is confirmed if either umbilical cord artery pH ≤ 7, or a base deficit ≥ 12 mmol / L is found, but it is still unknown whether pH and BD values could be used to predict the incidence of adverse neonatal outcomes. This research was conducted at the dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital during May - August 2020 on spontaneous or caesarean deliveries with a gestational age of more than 27 weeks. The study design was a prospective cohort with 7 days monitoring period of newborns. A total of 135 subjects who met inclusion criteria were included in this study. The pH value of < 7.2015 showed good accuracy and predictive of short-term adverse outcome for both arterial and venous umbilical cord, with RR of 4.05 and 5.90 respectively. Umbilical cord BD was insignificant as short-term neonatal adverse outcomes predictor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"Latar belakang: Cidera saraf perifer sebagai keluaran dari post operatif hingga saat ini belum ditangani dengan maksimal. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan potensi dari sekretom pada regenerasi cidera saraf perifer.
Metode: Cidera saraf perifer buatan dilakukan pada tikus dengan melakukan diseksi pada saraf sciatic. Evaluasi perbaikan motorik dilakukan mengunakan Sciatic Functional Index (SFI) pada minggu ke enam (SFI 1), minggu ke sembilan (SFI 2), dan minggu ke dua belas (SFI 3). Rasio berat basah antara otot gastrocnemius kanan dan kiri dibandingkan serta dilakukan histomorphometry saraf sciatic pada tiap kelompok.
Hasil: Kelompok III menunjukan SFI 1 yang lebih baik dibandingkan kelompok I (p=0.017). Kelompok I dan III menunjukan perbedaan SF2 yang signifikan dibandingkan dengan kelompok II dan IV (p<0.001). Rasio tertinggi dari otot gastrocnemius ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai 0.65 ± 0.059 dan 0.67 ± 0.179 (p<0.001). Pada histomorphometry, akson termyelinisasi paling banyak ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai p<0.001.
Kesimpulan: Sekretom sel punca mesenkimal korda umbilikalis dapat digunakan sebagai terapi baru untuk menggantikan autograf pada penanganan kerusakan saraf perifer.

Background: Currently, the post-surgical outcome of peripheral nerve injury has not been optimal. The purpose of this research is to determine the potency of secretome in peripheral nerve injury regeneration.
Method: The mice had artificially-induced peripheral nerve injury, which was created by dissecting the sciatic nerve. Sciatic Functional Index (SFI) was used to evaluate the motoric recovery on week six (SFI 1), week nine (SFI 2), and week twelve (SFI 3). The mice was sacrificed on week twelve. The wet mass ratios of the right and left gastrocnemius muscle were compared, then the sciatic nerve histomorphometry evaluation was performed on each group.
Results: Group III showed a better SFI 1 result than Group I (p=0.017). Group I and III showed significantly better SFI 2 than group II and IV (p<0.001). The highest ratio of gastrocnemius muscle was found in group I and III, which were 0.65 ± 0.059 and 0.67 ± 0.179 (p<0.001). On histomorphometry, the highest number of myelinated axons were found in group I and III, which were p<0.001.
Conclusion: Umbilical cord mesenchymal stem cell secretome can be used as a new therapy to replace the autograft in peripheral nerve defect management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnerita
"Di Indonesia, Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari) 15 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 1997). Menurut survei kesehatan rumah tangga (START) tahun 1995), gangguan perinatal merupakan urutan penyebab kematian bayi di pulau Jawa-Bali (33,5%), diikuti kematian yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut (32,1%). Di luar Jawa-Bali, gangguan perinatal merupakan urutan kedua (26,9%) setelah infeksi saluran pernafasan akut (28%). (Depkes, 2000)
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lama puput tali pusat bayi baru lahir dengan metode asuhan persalinan normal (APN) dibandingkan dengan metode alkohol.di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara tahun 2002.
Studi ini menggunakan rancangan cross sectional, responden adalah ibu yang mempunyai bayi dengan menggunakan perawatan tali pusat dengan metode Asuhan Persalinan Normal (APN) di RB Tri TungaI dan ibu yang menggunakan perawatan tali pusat bayinya dengan metode alkohol di Bidan Praktek swasta (BPS) tahun 2003.
Subjek / responden : sebanyak 138 orang , dimana 69 orang menggunakan perawatan tali pusat metode APN dan 69 orang dengan metode Alkohol kemudian ditanyakan lama puput tali pusat pada saat kunjngan pertarna neonatal dan dicatat lama puputtali pusat kedua metode.
Hasil penelitian pada kedua metode tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam hal umur, pendidikan,BB bayi, jumlah anak, kondisi rumah dan lingkungan. Dari segi biaya lebih murah metode APN bila dibandingkan dengan metode Alkohol. Didapatkan Lama puput tali pusat Perawatan APN < 7 had 53 (76,8%) dan7 hari 16 (23,2%) sedangkan perawatan dengan Alkohol < 7 hari 17 (24,6 %) dan7 hari 52 (75,4%).
Hasil studi menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara metode APN dengan alkohol didapatkan OR 1-0,13 (4,63 - 22,16 . CI 95 %). Perbedaan lama puput tali pusat metode APN dengan metode alkohol secara statistik bermakna (p = 0,00). artinya Efektifitas perawatan tali pusat metode alkohol memiliki kecendrungan 10,13 kali lebih tinggi untuk mengalami lama puput >7 hari bila dibandingkan dengan metode perawatan tali pusat metode APN, bukti-bukti menunjukan bahwa perawatan tali pusat memakai alkohol menyebabkan alkohol dapat membunuh flora normal yang ada pada tali pusat sehingga memperlambat proses puput tali pusat dan mempengaruhi pengeringan tali pusat secara alami (WHO,1999).
Kesimpulan perawatan tali pusat metode Asuhan Persalinan Normal (APN) mempunyai efektivitas lebih baik , sekalipun di daerah prasejahtera I bila dibandingkan dengan perawatan tali pusat dengan metode alkohol terhadap lama puput tali pusat.
Saran penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta Utara, dengan karakteristik lingkungan dan perilaku yang berbeda diharapkan pada peneliti lain untuk dapat melakukan diluar DKI Jakarta.

In Indonesia, neonatal mortality is 2512000 live births and mortality rate of early neonatal (0-7 days) is 15/1000 live births (SDKI 1997). According to Household Health Survey (SKRT) 1995, prenatal problem is in the list of infants mortality in Java and Bali (33,5%), followed by acute respiratory infection (32,1%). Outside Java and Bali Island, prenatal is at second rank (26,9%) after acute respiratory infection (28%) (Depkes,2000)
Object of this study is to find out duration of cord stump separation of newborn by normal practice method (APN) compared to alcohol method in sub district of Penjaringan, north Jakarta, 2002.
This study is using cross sectional design, the cases are newborn used normal practice method (APN) Maternity Clinic of Tri Tunggal, and those who used alcohol method in practice of private midwives (BPS) 2003
Total respondents is 138 person, 69 using APN and 69 using alcohol method followed up until cord stump separated and record its duration in both method.
Result of study in these two methods has no significant differences regarding age education, body weight of infant, house and neighborhood condition. From cost aspect APN method is less expensive than alcohol method. Cord stump separation in APN method < 7 days is 53 (76,8) and ≥ 7 days is 17 (23,2%).and in alcohol method 7 days is 17 (24,6%) and ≥ 7 days is 52 (75,4%).
Result of this study shows that there is significant relationship between APN method and alcohol method OR 10,13 (4,63-22,16, 95%CI). Difference duration of cord stump separation between both methods is statistically significant (p=1,00), which mean effectiveness of alcohol method tend to have 10,13 times higher if duration ? 7 days compared to APN, there is evident that cord stump care by using alcohol could kill normal flora in cord stump and slowing down cord stump separation and draining process of cord stump naturally (WHO,1999).
Normal practice method (APN) has better effectiveness, even in poor area compared to practice with alcohol method in regard to duration of umbilical cord stump separation.
This study recommends conducting other studies in another location with different social demography outside Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Geofani
"Sel Punca Mesenkim (SPM) dianggap sebagai sel yang sangat menjanjikan untuk terapi penyakit berdasar inflamasi karena potensi proliferasi multilineagenya, imunogenisitas rendah, migrasi spesifik ke jaringan yang cedera, dan efek imunomodulator potensialnya. Diperlukan data pendukung mengenai potensi imunomodulasi SPM dalam menghadapi kondisi proinflamasi sebelum digunakan dalam uji klinis. Dilakukan desain penelitian eksperimental in vitro kultur sel untuk menilai potensi imunomodulasi SPM yang berasal dari tali pusat (SPM-TP) dan asal jaringan adiposa (SPM-AD). Untuk menciptakan kondisi inflamasi, menggunakan kultur PBMC yang distimulasi dengan mitogen PHA, diikuti oleh kokultur dengan dua jenis SPM. Pengujian proliferasi dengan Ki67 dilakukan dengan qRT-PCR, pengujian sitokin proinflamasi IFN-γ, IL-1β, dan antiinflamasi IL-10 dilakukan dengan metode Luminex dan pengujian sitokin TGF-β dan IDO dilakukan mnggunakan metode ELISA. Hasil studi menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok dengan perlakuan dan tanpa perlakuan, tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara dua kelompok perlakuan (SPM- TP dan SPM-AD). Namun, berdasarkan kemampuan untuk menekan proliferasi PBMC terlihat bahwa SPM-TP menunjukkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan SPM-AD.

The Mesenchymal Stem Cells (MSCs) are considered highly promising for inflammatory disease therapy due to their multilineage proliferation potential, low immunogenicity, specific migration to injured tissues, and potential immunomodulatory effects. Supporting data on the immunomodulatory potential of MSCs in facing proinflammatory conditions are required before their use in clinical trials. An experimental in vitro cell culture research design was conducted to assess the immunomodulatory potential of MSCs derived from umbilical cord (UC-MSCs) and adipose tissue (AD-MSCs). To induce inflammatory conditions, peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) were stimulated with PHA mitogen, followed by co-culture with the two types of MSCs. Proliferation testing using Ki67 was performed with qRT-PCR, proinflammatory cytokine testing (IFN-γ, IL-1β) and anti-inflammatory cytokine (IL-10) were conducted using the Luminex method, and TGF-β and IDO cytokine testing were performed using the ELISA method. The study results indicated significant differences between the treated and untreated groups, although no significant differences were observed between the two treatment groups (UC-MSCs and AD-MSCs). However, based on the ability to suppress PBMC proliferation, it was evident that UC-MSCs exhibited superior capabilities compared to AD-MSCs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>