Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Athalya Qotrunnada
"Perkembangan teknologi dalam senjata telah memengaruhi interaksinya dengan manusia dan hukum humaniter internasional. Penggunaan Autonomous Weapon System khususnya dalam konflik bersenjata telah menarik perhatian terkait dengan interaksi manusia dan mesin yang terdapat dalam sistem senjata tersebut. Ketiadaan kontrol manusia dalam fungsi kritis senjata, yaitu pemilihan dan penyerangan terhadap target, telah memicu kekhawatiran terkait hilangnya interaksi manusia dan mesin dalam penggunaan senjata. Selama ini, keberadaan kontrol manusia dalam penggunaan senjata merupakan hal penting untuk mempertahankan adanya tanggung jawab hukum internasional. Manusia sebagai pengguna senjata perlu memiliki kontrol untuk menilai dan mempertimbangkan prinsip-prinsip hukum humaniter internasional yang berlaku sebelum memutuskan penyerangan. Namun, manusia memiliki kontrol dan interaksi yang berbeda dalam penggunaan Autonomous Weapon System. Manusia hanya perlu mengaktifkan senjata, dan Autonomous Weapon System akan secara mandiri memilih dan menyerang target. Kemampuan senjata tersebut menimbulkan kekhawatiran terkait hilangnya kontrol manusia dalam fungsi kritis senjata. Perbincangan terkait interaksi antara manusia dan mesin dalam penggunaan Autonomous Weapon System mengangkat adanya konsep meaningful human control sebagai bentuk kontrol yang harus dimiliki manusia dalam senjata. Adanya meaningful human control dalam Autonomous Weapon System dinilai dapat memastikan adanya pihak yang bertanggungjawab terhadap pelanggaran hukum humaniter internasional yang timbul dari penggunaan senjata. Namun, definisi, bentuk, dan ambang batas terkait meaningful human control belum secara eksplisit tercantum dalam peraturan hukum humaniter internasional yang telah ada. Ketiadaan pengaturan menimbulkan adanya celah dari bentuk kontrol manusia yang harus disertakan dalam penggunaan senjata secara umum. Selain itu, ketiadaan pengaturan tersebut juga mempersulit bentuk kontrol manusia yang seharusnya disertakan dalam penggunaan Autonomous Weapon System.

Technological developments in weapons have affected their interaction with humans and international humanitarian law. The use of Autonomous Weapon System, especially in armed conflicts, has raised concerns regarding the human-machine interaction in the related weapon systems. The absence of human control in the weapon's critical functions, target selection and attack, has raised concerns regarding the loss of human-machine interaction in weapon use. It has been recognized that the existence of human control in the use of weapons is crucial to maintaining international legal responsibility. Humans as weapon users need to have the control to assess and consider the applicable principles of international humanitarian law before they decide to attack. However, humans have different controls and interactions in the use of Autonomous Weapon System. Humans are only required to activate the weapon, and the Autonomous Weapon System will autonomously select and attack targets. The weapon's capabilities have led to concerns regarding the loss of human control in critical functions of the weapon. The discussion related to the interaction between humans and machines in the use of Autonomous Weapon System brings up the concept of meaningful human control as a form of control that humans should have in weapons. The presence of meaningful human control in the Autonomous Weapon System is believed to ascertain the responsibility of the party responsible for violations of international humanitarian law arising from the use of weapons. However, the definition, form, and threshold related to meaningful human control have not been explicitly stated in existing international humanitarian law rules. The absence of regulation creates a gap in the form of human control that must be included in the use of weapons. In addition, the absence of regulation also imposes difficulties on the form of human control that should be required in the use of Autonomous Weapon System."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valeryan Natasha
"Skripsi ini akan menganalisa Sistem Persenjataan Otomatis Mematikan/Lethal Auotonomous Weapons Systems (LAWS), suatu sistem senjata baru yang dapat beroperasi tanpa campur tangan manusia. Analisa terhadap LAWS didasari pada prinsip dasar hukum humaniter, yaitu prinsip pembedaan dan proporsionalitas, serta aturan dasar persenjataan, yaitu Larangan Indiscriminate Weapons, Larangan Pengguaan Senjata yang mengakibatkan Superfluous Injury dan Unncessary Suffering, dan Klausa Martens. Penelitian ini bersumber dari studi kepustakaan dengan metode yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perlu dibuat suatu ketentuan yang bersifat pembatasan (restriction) terhadap pengembangan dan penggunaan LAWS.

This undergraduate thesis seeks out to analyze the use of Lethal Autonomous Weapon System (LAWS), a newly-invented weapon system which is capable to elf-operate without any human intervention. Analysis of the LAWS is based on he basic principles of humanitarian laws, namely, principle of distinction and rinciple of proportionality, as well as basic weaponry rules, such as Prohibition n Indiscriminate Weapons, Prohohibitions on Weapons that cause Superfluous njury and Unncessary Suffering, and Martens Clause. The research comes from iterature study with normative juridical method. Based on this research, it can be oncluded that a provision of a restriction nature shall be made to regulate the evelopment and use of LAWS."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S62655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Iswara
"Perang tidak pernah menunjukkan wajah yang sama disetiap perang. Jika dahulu manusia berperang menggunakan batu, sekarang manusia berperang menggunakan teknologi. Manusia telah memasuki era gelombang ketiga dimana peranan teknologi sudah tidak bisa lepas dari peradaban manusia. Teknologi-teknologi yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan dan dapat bertindak tanpa bantuan manusia (Sistem Senjata Otonom) kini hadir dan telah terjun langsung di medan perang dan memberikan ketakutan yang luar biasa bagi beberapa pihak dan juga menjadi sebuah senyuman bagi pihak lainnya karena merasa bahwa ini merupakan sebuah mahakarya yang dapat melindungi dan menyelamatkan nyawa. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam wujud penciptaan sistem senjata otonom ini kemudian diuji dengan etika dan moralitas dalam berperang. Pro dan kontra kerap terjadi dengan mengacu pada keraguan apakah sistem seperti ini dapat tunduk pada kaidah-kaidah yang hidup dan berlaku. Apakah hadirnya teknologi otonom seperti ini membawa manusia kedalam pertempuran yang lebih manusiawi atau malah semakin sadis? Pengaturan terkait hadirnya teknologi ini juga terlihat statis sehingg membuat banyak pihak semakin mempertanyakan keabsahan teknologi ini. Penelitian ini dilakukan secara normatif dengan mengkaji sistem senjata otonom berdasarkan hukum humaniter.

War never shows the same face in every war. If in the past humans carried out executions using stones, now humans carry out executions using technology. Humans have entered the third wave era where the role of technology cannot be separated from human civilization. Technologies that are equipped with artificial intelligence and can act without human assistance (Autonomous Weapon Systems) are now present and have plunged directly into the battlefield and have given great fear to some parties and also become a smile for others because they feel that this is a masterpiece that can protect and save lives. The use of science in the form of making an autonomous weapon system is then tested with ethics and morality in a sense of anxiety. Pros and cons often occur with reference to doubts whether a system like this can be subject to living and valid rules. Does the presence of autonomous technology like this bring humans into battles that are more humane or even more sadistic? Arrangements related to the presence of this technology also look static, so that many parties are increasingly modifying the validity of this technology. This research was conducted normatively by examining autonomous weapons systems based on humanitarian law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kolko, Jon
Boston: Elsevier, 2011
745.2 KOL t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Satiya Perkasa
"Peningkatan angka kecelakaan kerja di Indonesia menuntut adanya suatu pengembangan pendekatan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pegawai. Nyatanya, penyebab dari suatu kecelakaan kerja masih didominasi akibat kesalahan tindakan manusia (human error). Human error sangat erat dikaitkan dengan kecelakaan industri dan dalam kasus ini human error yang terjadi pada proses fabrikasi kendaraan khusus (armoured vehicle) yang memiliki lingkungan kerja yang ekstrem. Bercermin pada hal tersebut maka dibutuhkan suatu penelitian untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja dengan pendekatan analisis identifikasi dan pengurangan human error.
Sebuah pendekatan sistematis yang mengkombinasikan teknik identifikasi serta pengukuran pada human error yang dimulai dengan mengidentifikasi mengidentifikasi setiap task-task yang berlangsung pada proses fabrikasi kendaraan khusus. Kemudian dilakukan identifikasi kegagalan kerja menggunakan metode Systematic Human Error Risk Prediction and Analysis untuk memetakan resiko serta dampak dari setiap rangkaian-rangkaian pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pengukuran human error terhadap task-task tersebut dengan menggunakan metode Human Error Analysis and Reduction Technique (HEART) serta metode Standardized Plant Analysis Risk Human Reliability Assessment (SHERPA) yang masing-masing memiliki pendekatan yang relevan dalam menganalisis kondisi serta faktor yang mempengaruhi kegagalan dari sebuah pekerjaan.
Terakhir dilakukan analisa pola kecelakaan kerja dengan metode Fault Tree Analysis (FTA). Pendekatan ini menghasilkan identifikasi kegagalan kerja secara mendetail, pengukuran human error yang relevan, serta memberikan rekomendasi dan prioritas penanggulangan kecelakaan kerja dalam manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada fabrikasi kendaraan khusus.

The increasing number of work accidents in Indonesia demands a developed approach to management of occupational health and safety. In fact, the cause of an accident is still dominated by the improper work of human actions (human error). Human error is always related to industrial accidents, and in this case the human error that occurs in the fabrication process of armored vehicle that has an extreme working environment. Referring from that condition, a research to reduce the risk of workplace accidents with identification and reduction of human error analysis approaches must be needed.
A systematic approaches that combine identification technique to human error start from identification of every tasks in fabrication process of armoured vehicle. Then, work failure is identified by using Systematic Human Error Risk Prediction and Analysis method to measure the risk and impact from every tasks sequences. Then, assessment of human error conducted for every tasks with Human Error Analysis and Reduction Technique (HEART) method and Standardized Plant Analysis Risk Human Reliability Assessment (SHERPA) method that have their own relevant approaches in order to analyze the conditions and factors that influence the failure of a tasks.
Last step is to mapping the pattern of work accident using Fault Tree Analysis (FTA). This approaches resulting in detailed work failure identification, relevant human error measurement, and finding out the recommendation dan prioritize remedial action for reducing the work accident in occupational health and safety management for fabrication process of armoured vehicle.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crowe, Jonathan
"This is a concise and nuanced overview of International Humanitarian Law (IHL). The structure is unusual. While the book reflects the state of the law with accuracy and sobriety, it nevertheless shows the idealist and philosophical ambitions of the authors. Legal issues are often discussed within a wider moral and ethical context. The authors add many basics on human rights and the enforcement of international law, which are not directly relevant for IHL, but ensure the reader understands the wider picture. Marco Sass©øli, University of Geneva, Switzerland This book provides a clear and concise explanation of the central principles of international humanitarian law (or the law of armed conflict) while situating them in a broader philosophical, ethical and legal context. The authors consider a range of wider issues relevant to international humanitarian law, including its ethical foundations, relationship to other bodies of international law and contemporary modes of enforcement. This helps to develop a richer context for understanding the law of war and a sound basis for examining the changing nature of contemporary armed conflict. The book also discusses important recent decisions by international courts and tribunals, tracks the historical development of humanitarian principles in warfare and considers the legal position of states, individuals and non-state groups. Principles of International Humanitarian Law is an important resource for students of international humanitarian law and International law academics, as well as international humanitarian law practitioners.
Contents
Machine generated contents note: 1.The concept of armed conflict
2.Sources of international humanitarian law
3.Means and methods of warfare
4.Protection of civilians
5.Protection of combatants hors de combat
6.Humanitarianism and human rights
7.Liability of states and non-state groups
8.Liability of individuals."
Cheltenham, UK Northhampton, MA, USA: Edward Elgar, 2013
341.67 CRO p (3)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hadhi Santoso
"Ketahanan Nasional (Tannas) tidaklah serta merta terwujud dengan penjumlahan antar gatra yang ada dalam Tannas, melainkan harus ada integrasi yang dinamis antar gatra tersebut dan saling isi mengisi. Dapat saja untuk periode tertentu Tannas bercirikan beberapa gatra yang menonjol sedang gatra lainnya bersifat menunjang. Yang penting, integrasi gatra-gatra tersebut merupakan suatu sistem yang utuh, yang mampu menghadapi segala ancaman, hambatan dan gangguan, sekaligus mampu terus membangun negara menuju tahap yang lebih sejahtera. Gatra Hankam sebagai salah satu gatra Ketahanan Nasional, jika dipandang tersendiri, harus merupakan satu sistem tersendiri pula sehingga mampu menyumbang secara baik bagi upaya terciptanya Tannas secara keseluruhan.
Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) sebagai wujud pelaksanaan dari Sistem Pertahanan Keamanan Negara (Sishankamneg) RI adalah perpaduan dari dua sub sistem, yakni sub sistem senjata Teknologi dan sub sistem senjata sosial. Dalam pelaksanaannya kedua sub sistem ini merupakan sistem tersendiri pula yang lazim disebut Sistem Senjata Teknologi (Sistatek) dan sistem Senjata Sosial (Sistasos). Kalau Sistatek relatif lebih mudah diidentifikasi karena menyangkut hat yang bersifat teknis kesenjataan militer yang lazim dikenal, tidak demikian hal mengenai Sistatos karena Sistatos yang terdiri dari banyak segi-segi sosial, yang terjalin di dalamnya.
Untuk dapat menyusun suatu kekuatan Hankamrata yang baik, hingga dapat mewujudkan Hankamneg RI, perlu diamati antara lain apakah Sistatos telah dibina dengan baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya, karena berhasilnya Hankamrata dalam upaya dan peningkatan ketahanan di bidang Hankam pada hakekatnya akan menunjang pula upaya terwujudnya Tannas. Dengan kata lain, identifikasi masalah yang dititik beratkan dalam tulisan ini adalah perlunya dipikirkan upaya penyempurnaan pembinaan yang telah ada, untuk dapat berfungsi lebih baik guna mendukung Hankamneg (melalui peranannya sebagai bagian Sishankamrata)di masa mendatang, mengingat perkembangan lingkungan yang cepat berubah."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsalsabilla Winny Junika
"ABSTRAK

Untuk menunjang pemantauan konsentrasi manusia, perlu adanya pemahaman mengenai respon sinyal dari EEG terhadap dua kondisi manusia ya itu saat sedang konsentrasi penuh dan konsentrasi tidak penuh (adanya distraksi). Dalam mengolah data sinyal EEG tersebut, dibutuhkan metode algoritma dan klasifikasi sinyal untuk mendapatkan hasil data sinyal dari dua kondisi tersebut. Pada penelitian ini akan dijelaskan tentang sistem perancangan pendeteksian konsentrasi manusia berdasarkan sinyal EEG. Metode yang digunakan adalah Fast Fourier Transform (FFT) dan Discrete Wavelet Transform (DWT) sedangkan dalam algoritma klasifikasinya menggunakan Support Vector Machine (SVM). Hasil yang telah didapatkan dalam pengujian ini adalah SVM lebih mampu untuk mengklasifikasikan sistem dengan kernel RBF menggunakan 30% holdout validation. Keakurasian dari sistem ini adalah 91% pada metode DWT dan 72% pada metode FFT. Sehingga, dari kedua ekstraksi metode FFT dan DWT, yang memiliki nilai ekstraksi terbaik adalah DWT.


ABSTRACT
To support the monitoring focused human concentration, there is a need to understand the response of signals from EEG in two conditions which are when human is in full concentration and less concentration (presence of distraction).  To process those EEG signal data, an algorithm method and classification is needed to get the results of signal data from these two conditions In this research, the system of detecting design of human concentration levels based on EEG signals will be explained. The used methods are Fast Fourier Transform (FFT) and Discrete Wavelet Transform (DWT) while the classification algorithm uses Support Vector Machine (SVM).  The result of this research shows that by using SVM, a much more reliable result is achieved when a kernel RBF is used with 30% holdout validation. The result of the aforementioned method yields a 91% accuracy with DWT method and a 72% accuracy with FFT. 

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah I`tiqaf
"Meningkatnya masalah krisis kemanusiaan tentunya mengiringi munculnya berbagai operasi kemanusiaan atau yang biasa disebut humanitarian action dimana bantuan-bantuan tersebut dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah terkait kemanusiaan yang terjadi di banyak Negara. Humanitarian action ini melibatkan adanya humanitarian intervention dan juga humanitarian assistance. Humanitarian intervention dan juga humanitarian assistance merupakan dua konsep yang berbeda walaupun mereka berangkat dari tujuan yang sama. Terdapat beberapa perbedaan dari kedua konsep tersebut mulai dari bentuk keterlibatan, pihak yang dapat terlibat, dan status hukum pelaksanaan kedua konsep tersebut dalam keadaan konflik.
Skripsi ini pada dasarnya membahas mengenai perbedaan dari kedua konsep tersebut dan penerapan dari humanitarian assistance dalam keadaan konflik. Mekanisme dari pelaksanaan humanitarian assistance seringkali ditemukan adanya hambatan-hambatan yang membawa pengaruh buruk bagi keberlangsungan korban-korban konflik. Sepatutnya bagi negara-negara penerima bantuan tidak menutup diri karena dapat memperparah keadaan krisis kemanusiaan. Oleh karena itu seharusnya negara-negara penerima bantuan memanfaatkan bantuan-bantuan yang diberikan oleh PBB melalui organ-organnya dan organisasi kemanusiaan lainnya, guna memberikan perlindungan kepada penduduk yang menjadi korban konflik yang terjadi.

The rising humanitarian crisis made the emergence of various humanitarian operations or so called humanitarian action where the aid is considered as a solution to overcome the problems related to humanity that occurred in many countries. Humanitarian action involves humanitarian intervention and humanitarian assistance. Humanitarian intervention and humanitarian assistance are two different concepts even though they depart from the same goal. There are several differences between the two concepts ranging from the form of involvement, the parties involved, and the legal status of the implementation of the two concepts in a conflict country.
This study basically explains the differences between the two concepts and the application of humanitarian assistance in the conflict country. Mechanisms of the implementation of humanitarian assistance are often found to be obstacles that have a negative impact on the survival of conflict victims. As the humanitarian recipient countries, they should not close themselves because it can worsen the situation of the humanitarian crisis. Therefore, the recipient countries should use the assistance provided by the UN through their organs and other humanitarian organizations, to provide protection to the victims of the conflict.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2005
R 341.67 CUS I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>