Ditemukan 181375 dokumen yang sesuai dengan query
Clarissa Rebecca Fredricka
"Artikel ini meneliti gaya busana Bon Chic Bon Genre (BCBG) yang dipelopori oleh kaum bourgeois di Prancis pasca krisis minyak tahun 1979. Gaya busana ini berkaitan dengan status sosial kelompok masyarakat tersebut yang merupakan anggota kelas sosial tertinggi di Prancis saat itu. BCBG muncul di kalangan bourgeois yang ingin memisahkan diri melalui nilai-nilai yang dianut kelompok sosial ini sehingga BCBG bukan hanya sekedar gaya busana melainkan juga gaya hidup kaum bourgeois. Gaya busana BCBG dianalisis menggunakan teori semiotika milik Roland Barthes, Barthes menempatkan busana sebagai “petanda” dan gaya berpakaian sebagai “penanda” hingga sampai kepada “mitos” untuk menemukan tanda-tanda yang menunjukkan kaitan antara gaya busana tersebut dengan gaya hidup kaum bourgeois. Dari hasil pembacaan semiotis tersebut terlihat bahwa melalui gaya busana BCBG kaum bourgeois menunjukkan adanya pemisahan diri dengan kalangan sosial lainnya dan mengukuhkan posisinya sebagai pemilik status sosial tertinggi di Prancis. Pemisahan diri kaum bourgeois akan diteliti dengan menggunakan teori distinction oleh Pierre Bordieu yaitu konsep pemisahan diri kaum yang dominan sebagai langkah untuk mengukuhkan posisi mereka dan membedakan nilai diri mereka dengan pihak lain.
This article examines fashion stylesBon Chic Bon Genre (BCBG)which was spearheaded by the peoplebourgeois in France after the oil crisis in 1979. This style of clothing was related to the social status of these groups of people who were members of the highest social class in France at that time.BCBGappear amongbourgeois who want to separate themselves through the values adopted by this social group so that BCBG is not just a fashion style but also the lifestyle of thebourgeois. Fashion styleBCBGanalyzed using Roland Barthes' semiotic theory, Barthes places clothing as a "marker" and dress style as a "marker" to the "myth" to find signs that show the connection between the fashion style and the lifestyle of thebourgeois. From the results of this semiotic reading, it can be seen that through the style of clothingBCBG racesbourgeois indicating a secession from other social circles and strengthening its position as the owner of the highest social status in France. Separation of racesbourgeois will be investigated using theorydistinction by Pierre Bordieu namely the concept of separation of the dominant people as a step to strengthen their position and differentiate their self-worth from other parties."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
M. Urfi Setiawan Fudaili
"Artikel ini membahas mengenai perilaku konsumtif di media sosial melalui kajian atas gaya busana seorang selebritas, dalam hal ini penyanyi Syahrini di media Instagram. Di era postmodern seperti saat ini, perilaku konsumeris yang dilakukan oleh masyarakat konsumen sudah jamak terjadi, yang pada akhirnya berujung pada fenomena gaya hidup konsumerisme. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep masyarakat konsumeris yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard. Syahrini, sebagai seorang selebritas, dengan memanfaatkan media sosial Instagram tidak lagi hanya mengonsumsi produk-produk mewah miliknya tersebut, melainkan mengonsumsi citra yang ditawarkan oleh produk-produk tersebut. Ia tidak lagi mengonsumsi objek hanya karena kegunaan atau fungsi dari suatu objek konsumsi, melainkan karena citra atau tanda dari objek tersebut.
This article discusses about consumer behavior in social media by analyzing a celebrity’s fashion, in this case Indonesian pop singer Syahrini in Instagram. In this post-modern era, consumer behavior conducted by the consumer society is happening, which ultimately led to the phenomenon of concumerism lifestyle. This research conducted by using the concept of consumer society by Jean Baudrillard. Syahrini, as a celebrity, by utilizing social media Instagram, not only consumes her luxury products, but also consumes the image that is offered by the products. She is no longer consuming an object simply because of the usability or functionality of consumption’s object, but because of its image or its sign."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
R. Rendy Harsanto
"Penelitian ini membahas tentang orang kulit hitam Amerika Serikat dan musik blues yang dimaksudkan untuk menemukan makna yang lebih dalam tentang kaitan musik sebagai sarana untuk menyatakan eksistensi orang kulit hitam yang telah mengecap diskriminasi sehingga dalam banyak hal mereka digambarkan sebagai masyarakat yang pasif dan malas. Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pencarian data, dilakukan melalui studi kepustakaan dan internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan suatu gambaran proses sosialisasi dan adaptasi dalam membentuk karakter orang kulit hitam dan sebagai pembuktian intelektualitas mereka yang membawa pengaruh besar dalam sejarah musik di Amerika, sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang sejarah musik Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa musik blues bukan sekedar suatu alat protes, tetapi juga pembuktian intelektualitas orang kulit hitam yang mencoba menunjukan eksistensinya bagaimana masyarakat kulit hitam Amerika juga memperjuangkan musik blues sebagai musik yang digemari pada masa itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12426
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York: Basic Books, 1975
309.173 SOU
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: Longman, 2003
306.097 3 SOC
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Natasya Putri
"Karena meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekologis dan sosial yang berbahaya dari industri fashion, fashion berkelanjutan mengangkat perhatian sebagai model yang mempertimbangkan aspek etika, ekologi, dan sosial. Dengan elektronik dari mulut ke mulut (eWOM) sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi di media sosial, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara eWOM dan fashion berkelanjutan melalui media sosial. Juga, mengeksplorasi hubungan antara sikap yang dibentuk oleh eWOM dan perilaku pembelian terhadap konsumsi mode berkelanjutan. Menggunakan tinjauan literatur, temuan menunjukkan bahwa eWOM memediasi sikap pelanggan terhadap mode berkelanjutan, namun, sikap ini tidak diterjemahkan ke perilaku yang sesuai karena kesenjangan sikap-perilaku. Tidak ada kesimpulan yang ditemukan mengapa kesenjangan sikap-perilaku ini terjadi karena penelitian sebelumnya percaya bahwa sikap positif mengarah pada perilaku positif. Makalah ini menemukan bahwa pelanggan fashion berkelanjutan memiliki karakteristik psikologis yang berbeda dan oleh karena itu peneliti harus mengelompokkan mereka untuk mendapatkan studi menyeluruh tentang pemahaman perilaku mereka. Segmentasi pelanggan pada keberlanjutan menghasilkan hasil yang berbeda. Keterbatasan dalam penulisan ini adalah pengumpulan datanya mengandalkan data sekunder, disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan dual metode pengumpulan data dari sumber primer dan sekunder untuk mendapatkan studi yang lebih kaya.
Because of the rising concern about the harmful ecological and social impact of the fashion industry, sustainable fashion raises attention as a model that considers the ethical, ecological, and social aspects. With electronic word-of-mouth (eWOM) as a powerful tool to disperse information on social media, this paper aims to explore the relationship between eWOM and sustainable fashion through social media. Also, explore the relationship between attitude formed by eWOM and purchasing behavior toward sustainable fashion consumption. Using the literature review, the finding shows that eWOM mediates customers’ attitudes toward sustainable fashion, however, this attitude doesn’t translate to a corresponding behavior because of the attitude-behavior gap. No conclusion was found on why this attitude-behavior gap occurred because a prior study believes that a positive attitude leads to positive behavior. This paper found that sustainable fashion customers have different psychological characteristics and therefore researchers should segment them to obtain a thorough study on understanding their behavior. Segmentation of customers on sustainability yields different results. The limitation of this paper is that the data gathering relies on secondary data, it’s recommended that future research can do a dual method of gathering data from primary and secondary resources to get a richer study."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Warner, W. Lloyd
Chicago: Science Research Associates, 1949
301.44 WAR s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sullivan, Thomas J., 1944-
New York: Macmillan, 1988
361.1 SUL i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Howard, John R.
Philadelphia : J.B. Lippincott, 1974
917.3 HOW c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Farley, John E.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1987
306.0973 FAR a (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library