Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fara Fanesa Z.
"Asam mefenamat adalah obat golongan anti inflamasi nonsteroid yang cukup sering digunakan sebagai pereda nyeri pada tingkat ringan hingga sedang. Meskipun prevalensi penggunaan asam mefenamat di Indonesia cukup tinggi, namun beyond use date (BUD) asam mefenamat masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui BUD dari sediaan suspensi asam mefenamat yang beredar di pasaran dengan melakukan pengujian berkala terhadap perubahan kadar sampel menggunakan instrumen kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) pada metode yang telah tervalidasi. Kondisi KCKT yang digunakan adalah fase terbalik dengan kolom C18, fase gerak asetonitril – air (75:25) pH 4, laju alir 1,0 ml/menit, mode isokratik, dan panjang gelombang UV 280 nm. Waktu retensi yang diperoleh asam mefenamat adalah 5,068 menit. Berdasarkan hasil validasi, metode analisis optimal yang digunakan menujukkan hasil yang linear pada rentang 4 – 10 μg/mL dengan r = 0,9993. LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 0,5157 μg/mL dan 1,5627 μg/mL. Hasil uji akurasi asam mefenamat yaitu 98,80 – 101,16% dengan nilai KV<2%. Metode analisis telah memenuhi seluruh parameter validasi menurut ICH Q2(R1) (2005) dan Harmita (2015), sehingga dapat digunakan untuk analisis kadar suspensi asam mefenamat. Penetapan kadar dilakukan selama 39 hari. Penetapan BUD mengacu pada nilai t90 dari seluruh sampel yang diuji dan diperoleh BUD pada 33 hari.

Mefenamic acid is a non-steroidal anti-inflammatory drug which is quite often used as a pain reliever at mild to moderate levels. Although the prevalence of mefenamic acid use in Indonesia is quite high, the beyond use date (BUD) of mefenamic acid is still unknown. This study aims to determine BUD of mefenamic acid suspension on the market by conducting periodic testing of changes in sample concentrations using a high performance liquid chromatography (HPLC) instrument with a validated method. The HPLC conditions used were reversed phase with column C18, mobile phase acetonitrile – water (75:25) pH 4, flow rate 1.0 ml/min, isocratic mode, and UV detection at 280 nm. The retention time obtained by mefenamic acid was 5.068 minutes. Based on the validation results, the optimal analytical method used showed linear results in the range of 4 – 10 µg/mL with r = 0.9993. The LOD and LOQ obtained were 0.5157 µg/mL and 1.5627 µg/mL. This method had fulfilled the parameters of accuracy and precision with % recovery from 98.80 % to 101.16% and CV  <2%. The analytical method complies with all validation parameters according to ICH Q2(R1) (2005) and Harmita (2015), so that it can be used to analyze the concentrations of mefenamic acid suspension. Determination of samples’ concentrations carried out for 39 days. BUD determination refers to the t90 value of all samples tested and obtained BUD on 33 days."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaabita Nabila Rifqa
"Penggunaan sediaan deksametason dan deksklorfeniramin maleat cukup tinggi. Namun, sediaan dalam bentuk cair memiliki stabilitas yang buruk. Hal ini penting untuk mengetahui beyond use date (BUD) atau batas waktu penggunaan pada sediaan tersebut untuk menjamin keamanan produk. Penelitian ini bertujuan menunjukkan kondisi analisis yang optimal dan menentukan BUD sirup deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan metode KCKT fase terbalik. Kondisi optimal untuk analisis dicapai pada kondisi isokratik menggunakan campuran air-asetonitril (30:70 v/v) sebagai fase gerak dengan panjang gelombang detektor 262 nm, laju alir fase gerak 1 mL/menit, dan volume injeksi sampel sebesar 20 μL, dan Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 × 4,6 mm, 5 μm) digunakan sebagai kolom. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menganalisis standar dan sampel yang disimpan pada suhu 30oC selama 39 hari. Penentuan BUD dalam sampel berdasarkan t90 dari semua sampel yang dianalisis. Waktu retensi untuk deksametason pada 21,153 menit dan deksklorfeniramin maleat pada 3,442 menit. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang linier dengan koefisien korelasi untuk deksametason dan dekklorfeniramin maleat masing-masing sebesar 0,9997 dan 0,9992. Hasil uji akurasi diperoleh sebesar 101,0193-101,5551% untuk deksametason dan 99,6533-101,1556% untuk deksklorfeniramin maleat dengan KV ≤2%. Serta, nilai LOD dan LOQ untuk deksametason sebesar 0,6824 dan 2,0678 μg/mL. Sedangkan, deksklorfeniramin memiliki nilai LOD dan LOQ adalah 4,8766 dan 14,7760 μg/mL. Metode ini sepenuhnya divalidasi sesuai dengan persyaratan pedoman ICH didapat BUD pada sampel A dan B berturut-turut adalah 6 hari dan 48 hari. Sedangkan, secara fisik, sediaan sirup mengalami penurunan intensitas warna dan bau selama masa penyimpanan.

The usage of dexamethasone (DXM) and dexchlorpheniramine maleate (DCM) dosage forms is quite high. However, preparations in liquid form have poor stability. It is important to know these preparations beyond use date (BUD) to ensure product safety. The study aims to show the optimal condition of analysis and determine the BUD of DXM-DCM syrup with RP-HPLC methods. The best separation of the analytes was achieved under isocratic conditions using water-acetonitrile (30:70) as mobile phase, detector wavelength of 262 nm, 1 mL/min of flow rate, 20 μL of injection volume, and Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 x 4,6 mm, 5 μm) column. The DXM-DCM were determined by analyzing the samples stored for 39 days (30oC). The determination of BUD is based on the t90. The retention time of DXM-DCM were 21,153 and 3,442 minutes. The analytical methods have shown a linear result r value for DXM-DCM with the amount of 0.9997 and 0.9992 respectively. The accuracy of this method had justified by the recovery of 101,0193-101,5551% for DXM and 99,6533-101,1556% for DCM with CV ≤2%. The LOD and LOQ for DXM were 0,6824 and 2,8766 μg/mL. Furthermore, DCM was detected with LOD value of 2,0678 μg/mL and LOD value of 14,7760 μg/mL. The method was fully validated according to the requirements of ICH guidelines. The results of BUD in samples A and B were 6 and 48 days. Meanwhile, as a result of physical stability, the syrup showed a decrease in color and odor intensity during the storage period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Lestari
"Ambroksol HCl merupakan agen mukolitik yang cukup sering digunakan sebagai terapi gangguan respirasi yang berhubungan dengan kelebihan sekresi lendir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beyond use date (BUD) dari sirup ambroksol HCl yang beredar di pasaran berdasarkan analisis perubahan kadar sampel menggunakan instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kondisi KCKT yang digunakan adalah fase terbalik dengan kolom C18, fase gerak asetonitril - dapar fosfat 0,05 M pH 4,5 (60:40), dan laju alir 1,0 ml/menit pada panjang gelombang UV 248 nm. Waktu retensi untuk ambroksol HCl adalah 4,62 menit. Pada validasi metode, ambroksol HCl menunjukkan nilai linearitas yang baik, yaitu r = 0,99985 pada rentang 6 - 36 μg/mL. LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 0,7415 μg/mL dan 2,2470 μg/mL. Metode ini memenuhi parameter akurasi dan presisi dengan % perolehan kembali 99,0439% hingga 100,9383% dan nilai KV<2%. Metode ini telah memenuhi persyaratan dari masing-masing parameter sesuai dengan pedoman ICH Q2 dan dapat digunakan untuk analisis kadar sirup ambroksol HCl. Penetapan BUD sampel dilakukan berdasarkan analisis perubahan kadar pada kurun waktu 5 minggu. Berdasarkan hasil ekstrapolasi regresi linier diperoleh BUD sirup ambroksol HCl adalah 83 hari untuk sampel A dan B, serta 49 hari untuk sampel C, D, dan E.

Ambroxol HCl is a mucolytic agent that is quite often used to treat respiratory disorders associated with excess mucus secretion. This study aims to determine the beyond-use date (BUD) of ambroxol HCl syrup on the market based on analysis of the decrease in drug content using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The HPLC conditions used were reversed-phase with a C18 column, mobile phase containing acetonitrile - phosphate buffer 0.05 M pH 4.5 (60:40) at a flow rate of 1.0 ml/minute using UV detection at 248 nm. The retention time for ambroxol HCl was 4.6217 minutes. In method validation, ambroxol HCl showed good linearity with r = 0.99985 in the range of 6 to 36 μg/mL. LOD and LOQ for ambroxol HCl were 0.7415 μg/mL and 2.2470 μg/mL, respectively. This method had fulfilled the parameters of accuracy and precision with % recovery from 99.0439% to 100.9383% and CV <2%. This method had fulfilled the requirements of each parameter according to the ICH Q2 guidelines and can be used for the assay of ambroxol HCl syrup. Determination of BUD samples were carried out based on the analysis of changes in levels at specified time intervals and based on the results of linear regression extrapolation, the ambroxol HCl syrup was obtained for 83 days for samples A and B, and 49 for samples C, D, and E."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Demam merupakan suatu respons fisiologis apabila terjadi peningkatan suhu tubuh di atas suhu tubuh normal seseorang. Demam dapat ditangani dengan pemberian parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Namun, telah diketahui bahwa parasetamol memiliki produk degradasi utama yaitu p-aminofenol yang bersifat toksik bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis simultan parasetamol dan p- aminofenol yang tervalidasi menggunakan KCKT dengan detektor UV-Vis serta mengetahui beyond use date (BUD) dari sirup parasetamol yang beredar di pasaran. Analisis pada penelitian ini menggunakan kolom YMC-Triart C-18, (250 mm x 4,6 mm, 5 μm), fase gerak metanol – dapar dinatrium hidrogen ortofosfat 0,01 M pH 5,0 (30:70), mode elusi isokratik, laju alir 1,0 mL/menit, panjang gelombang analisis 232 nm. Waktu retensi untuk parasetamol yaitu 5,460 menit dan waktu retensi p-aminofenol 3,436 menit. Pada penelitian ini koefisien korelasi parasetamol dan p-aminofenol secara berurutan sebesar 0,9995 dan 0,9993 yang menunjukkan hasil linearitas yang baik. Metode ini akurat dengan perolehan kembali 98,13-101,55% untuk parasetamol, 99,22-101,91% untuk p-aminofenol. Metode ini memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan oleh ICH Q2 (2005) dan Harmita (2015) sehingga dapat digunakan untuk menganalisis kadar dari sirup parasetamol. Penetapan BUD dilakukan dengan menganalisis kadar selama 38 hari dan ditetapkan melalui hasil perhitungan t90 untuk keseluruhan sampel yang diuji, yaitu mencapai 52 hari.

Fever is a physiological response when the body temperature is increased above normal. Fever can be treated by giving paracetamol as an analgesic and antipyretic. However, it is known to have the main degradation product, namely p-aminophenol, that is toxic to the body. This study aims to obtain a validated simultaneous analytical method of paracetamol and p-aminophenol using HPLC with UV-Vis detector and to determine the beyond use date (BUD) of paracetamol syrup that are sold on the market. The analysis of paracetamol and p-aminophenol was conducted using YMC-Triart C-18 (250 mm x 4.6 mm, 5 μm) column with a mobile phase of methanol – disodium hydrogen orthophosphate buffer 0.01 M pH 5.0 (30:70), isocratic elution mode, a flow rate of 1.0 mL/min with UV detection at 232 nm. The retention time for paracetamol was 5.460 minutes, while for p- aminophenol was 3.436 minutes. The correlation coefficient of paracetamol and p- aminophenol was 0.9995 and 0.9993, respectively, which indicated good linearity. This method was considered accurate with the recovery of 98.13-101.55% for paracetamol and 99.25-101.91% for p-aminophenol. This method meets the validation parameters required by ICH Q2 (2005) and Harmita (2015), and thus can be used to analyze the concentration of paracetamol syrup. Determination of BUD was carried out by analyzing the concentration amount for 38 days and determined through the results of the t90 calculation for the entire sample tested, which is 52 days."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Gabriella
"Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk membersihkan partikulat atau sekret yang mengganggu dari saluran pernapasan. Pilihan terapi farmakologi yang digunakan untuk menangani batuk salah satunya adalah sediaan sirup kombinasi zat aktif bromheksin hidroklorida dan guaifenesin. Namun, telah diketahui bahwa sediaan sirup memiliki stabilitas yang lebih rendah dibandingkan sediaan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang tervalidasi dalam analisis simultan bromheksin hidroklorida dan guaifenesin dengan KCKT untuk menentukan beyond use date (BUD) dari sampel sirup yang beredar di pasaran. Analisis KCKT dilakukan menggunakan kolom YMC C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), fase gerak metanol-dapar fosfat 0,025 M pH 3,0 (60:40), laju alir 1 mL/menit, mode elusi isokratik, dan detektor UV-Vis pada panjang gelombang analisis 234 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk guaifenesin pada 4,330 menit dan bromheksin hidroklorida pada 9,633 menit. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang linear dengan koefisien korelasi untuk guaifenesin dan bromheksin hidroklorida berturut-turut sebesar 0,9995 dan 0,9991. Hasil uji akurasi untuk guaifenesin adalah sebesar 100,35-101,22% dan bromheksin hidroklorida sebesar 99,14-100,93% dengan KV <2%. Metode analisis telah memenuhi seluruh parameter validasi menurut Harmita (2004) dan ICH Q2(R1) (2005) sehingga metode dapat digunakan untuk analisis simultan kadar bromheksin hidroklorida dan guaifenesin dalam sampel. Penetapan kadar dilakukan selama 42 hari. Penetapan BUD sampel mengacu pada nilai t90 dari keseluruhan sampel yang diuji dan menunjukkan BUD pada 29 hari.

Coughing is a physiological mechanism process to expel foreign and potentially harmful particles and also secretes in the respiratory system. One of the most common pharmaceutical treatments for coughing is by administering bromhexine hydrochloride and guaifenesin syrup. It is known that syrupy substances have less stability in shelf life compared to other dosage forms. This research aims to validate an analytical method to determine the beyond use date (BUD) of bromhexine hydrochloride and guaifenesin syrup simultaneously using HPLC. The analysis was done by the usage of YMC C18 Column (250 × 4.6 mm. 5 µm), mobile phase containing methanol-phosphate buffer 0.025 M pH 3.0 (60:40), 1 mL/min of flow rate, isocratic elusion mode with UV detection at 234 nm. The retention time of guaifenesin was 4.330 min and bromhexine hydrochloride was 9.633 min. The analytical methods used in this research has shown a linear result with the correlation of coefficient for guaifenesin and bromhexine hydrochloride with the amount of 0.9995 and 0.9991 respectively. The accuracy of this method of analysis had justified by the recovery of 100.35-101.22% for guaifenesin and 99.14-100.93% for bromhexine hydrochloride with CV <2%. The analysis method had fulfilled the requirements of each parameter according to Harmita (2004) and ICH Q2(R1) (2005), thus being validated for further usage to analyze the said substances. Determination of concentration amount was obtained for 42 days. Determination of BUD in the sample based on the t90 of all samples analyzed, which showed BUD at 29 days."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Cetirizine HCl sebagai obat untuk terapi alergi memiliki tanggal kedaluwarsa pada kemasan sediaan, namun data mengenai beyond use date (BUD) dari cetirizine HCl masih terbatas. Oleh karena itu, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh BUD dari sediaan sirup cetirizine HCl berdasarkan kadar zat aktif dengan KCKT detektor UV-Vis. Metode ini dilakukan menggunakan fase gerak asetonitril-dapar fosfat pH 3 (50:50 v/v), laju alir 1 ml/menit dengan elusi isokratik dan dianalisis pada panjang gelombang 232 nm. Metode yang digunakan selektif dan spesifik. Hasil linearitas menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998 pada rentang konsentrasi 4-32 µg/ml. Nilai LOD dan LOQ sebesar 0,5 µg/ml dan 1,7 µg/ml berturut-turut. Metode ini memenuhi persyaratan akurasi, presisi, uji kekuatan, dan ketangguhan. Penetapan kadar dilakukan selama 5 minggu dan BUD dari sampel sediaan cetirizine HCl adalah 25 hari. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Cetirizine HCl as a drug for allergy therapy has an expiration date on it’s packaging, but for the data regarding beyond use date (BUD) of cetirizine HCl is still limited. Therefore, the purpose of this study is to obtain the BUD of cetirizine HCl syrup based on its active substance concentration using HPLC with UV-Vis detector. This method was carried out using mobile phase acetonitrile-phosphate buffer pH 3 (50:50 v/v), flow rate 1 ml/min with isocratic elution and analyzed at a wavelength of 232 nm. This method is selective and specific. The linearity results show the correlation coefficient (r) of 0.9998 in the concentration range of 4-32 g/ml. The LOD and LOQ values were 0.5 g/ml and 1.7 g/ml, respectively. This method satisfies accuracy, precision, robustness and ruggedness criteria. Concentration determination was carried out within 5 weeks and the BUD of cetirizine HCl syrup sample was 25 days. Further research needs to be done to obtain better results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Aghani
"Suspensi oral ibuprofen yang diindikasikan sebagai penurun demam anak memiliki waktu kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan sediaannya, namun belum ada data mengenai beyond use date (BUD) dari suspensi oral ibuprofen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data BUD suspeni oral ibuprofen berdasarkan penetapan kadar sediaan pada interval waktu yang telah ditentukan. Penetapan kadar dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) detektor UV/Vis pada panjang gelombang 220 nm dengan standar internal benzofenon. Analisis dilakukan menggunakan kolom C-18 Waters Spherisorb® (250 mm x 4,6 mm i.d; 5 μm) dengan fase gerak asetonitril-asam fosfat 0,01 M (63:37, v/v). Mode elusi yang digunakan yakni isokratik dengan laju alir 1 mL/menit dengan waktu analisis 10 menit. Waktu retensi ibuprofen dan benzofenon berturut-turut adalah 6,92 dan 7,68 menit. Analisis bersifat selektif ditunjukkan oleh tidak adanya gangguan di sekitar waktu retensi ibuprofen dan benzofenon. Persamaan regresi linier kurva kalibrasi yaitu y = 0,9517x + 0,0433 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah sebesar 0,9998. LOD dan LOQ ibuprofen secara berturut-turut diperoleh sebesar 13,3021 μg/mL dan 40,3094 μg/mL. Metode bersifat akurat dan presisi (nilai perolehan kembali sebesar 99,49-100,76% dan nilai koefisien variasi sebesar 0,20-0,54%). Suspensi oral ibuprofen secara umum dan sampel E berturut-turut mencapai BUD setelah 124 dan 36 hari terhitung sejak pembukaan pertama kemasan primer.

Ibuprofen oral suspension which is indicated as a fever reducer in children has an expiration date listed on the packaging, but there is no data on the beyond use date (BUD) of ibuprofen oral suspension. This study aims to obtain BUD data of ibuprofen oral suspension based on the determination of dosage levels at predetermined time intervals. Assays were carried out using a High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) UV/Vis detector at a wavelength of 220 nm with an internal standard of benzophenone. Analysis was performed using a C-18 Waters Spherisorb® column (250 mm x 4.6 mm i.d; 5 μm) with 0.01 M (63:37, v/v) acetonitrile-phosphoric acid as mobile phase (63:37, v/v). The elution mode used was isocratic with a flow rate of 1 mL/minute with an analysis time of 10 minutes. The retention time of ibuprofen and benzophenone were 6.92 and 7.68 minutes, respectively. Selective analysis was indicated by the absence of disturbances around the retention time of ibuprofen and benzophenone. The linear regression equation for the calibration curve was y = 0.9517x + 0.0433 with a correlation coefficient (r) was 0.9998. The LOD and LOQ of ibuprofen were 13.3021 μg/mL and 40.3094 μg/mL, respectively. The method is accurate and precise (recovery value was 99.49-100.76% and coefficient of variation value was 0.20-0.54%). The ibuprofen oral suspension in general and sample E reached BUD after 124 and 36 days, respectively, from the first opening of the primary pack.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Susanto
"Arthritis merupakan penyakit pada daerah persendian yang dapat diobati dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) misalnya asam mefenamat. Asam mefenamat merupakan OAINS yang sudah umum dikonsumsi secara oral, tetapi menimbulkan iritas pada sistem gastrointestinal sehingga dibutuhkan cara penghantaran obat yang lain misalnya melalui kulit. Asam mefenamat merupakan senyawa hidrofobik, dibutuhkan suatu yang bersifat aman dan mampu melarutkan asam mefenamat. Deep Eutectic Solvent (DES) merupakan pelarut tidak beracun yang mampu melarutkan senyawa hidrofobik. DES tersusun atas senyawa pemberi ikatan hidrogen (HBD) dan penerima ikatan hidrogen (HBA). Mentol merupakan senyawa yang memiliki kemampuan anti inflamasi dan sudah umum dijadikan sebagai pemberi ikatan hidrogen. Asam laurat merupakan senyawa hidrofobik yang umum digunakan untuk melarutkan senyawa hidrofobik. Mentol dan asam laurat dipilih sebagai senyawa penyusun DES dengan rasio molar tertentu. Asam mefenamat akan dilarutkan dalam DES kemudian akan dibentuk menjadi nanoemulgel dengan bantuan karbomer 940. Nanoemulgel akan dibuat dari DES dengan rasio molar HBA:HBD sebesar 2:1 dan 4:1. Jumlah asam mefenamat juga divariasikan untuk melihat pengaruhnya pada nanoemulgel. Hasil pengujian nanoemulgel memperlihatkan kestabilan selama satu tahun, memiliki ukuran partikel berkisar 467,93-711,1 nm dengan Polydispersity index 0,77-2,04. Loading dari nanoemulgel berada pada rentang 0,17-0,74 % dengan efisiensi enkapsulasi sebesar 9,61-108,4 %. Sampel E21 dan E23 diujikan lebih lanjut untuk kemampuan permeasi transdermal dan menunjukan sampel E21 mampu untuk melepaskan 21,33% obat sedangkan sampel E23 mampu melepaskan 7,72% obat setelah pengujian 6 jam.

Arthritis is a disease affecting the joints that can be treated with non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), such as mefenamic acid. Mefenamic acid is a commonly used oral NSAID but can cause irritation to the gastrointestinal system, so an alternative drug delivery method is needed, such as through the skin. Mefenamic acid is a hydrophobic compound, and a safe solvent capable of dissolving mefenamic acid is required. Deep Eutectic Solvent (DES) is a non-toxic solvent that can dissolve hydrophobic compounds. DES is composed of a hydrogen bond donor (HBD) and a hydrogen bond acceptor (HBA) compound. Menthol is a compound with anti-inflammatory properties and is commonly used as a hydrogen bond donor. Lauric acid is a hydrophobic compound commonly used to dissolve hydrophobic compounds. Menthol and lauric acid are chosen as the constituents of DES with a specific molar ratio. Mefenamic acid will be dissolved in DES and then formed into a nanoemulgel with the help of carbomer 940. Nanoemulgel will be made from DES with HBA:HBD molar ratios of 2:1 and 4:1. The amount of mefenamic acid is also varied to observe its effect on the nanoemulgel. The testing results of the nanoemulgel show stability for one year, with particle sizes ranging from 467,93 to 3711,1 nm and a polydispersity index of 0,77 to 2,04. The loading of the nanoemulgel ranges from 0,17% to 0,74% with encapsulation efficiency ranging from 9,61% to 108,4%. Samples E21 and E23 were further tested for transdermal permeation capability, with sample E21 able to release 21,33% of the drug, while sample E23 released 7,72% of the drug after 6 hours of testing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Amalina Putri Joni
"Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang telah dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu. Beberapa orang menyalahgunakan jamu dengan cara menambahkan bahan kimia obat untuk meningkatkan efek terapi. Penggunaan bahan kimia obat pada jamu melanggar hukum yang ada serta berbahaya bagi masyarakat. Salah satu jamu yang sering ditambahkan bahan kimia obat adalah jamu rematik, dengan penambahan obat golongan anti inflamasi. Pada penelitian ini dilakukan validasi metode analisis dari Metampiron, Asam Mefenamat, dan Parasetamol di dalam jamu rematik menggunakan KLT Densitometri. Jamu yang telah diekstraksi dengan etanol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak toluen-etanol 6:4 . Batas deteksi dan kuantitasi metampiron, asam mefenamat, dan parasetamol berturut-turut 46,39 g/mL, 154,66 g/mL; 43,29 g/mL, 144,29 g/mL; dan 30,92 g/mL, 103,08 g/mL. Dari sepuluh sampel yang diperiksa, lima diantaranya positif mengandung parasetamol dengan kadar sampel WT 4,96 ,GS 3,98 , AK 5,95 , KJ 4,62 , dan MN 27,91.

Jamu is a traditional medicine in Indonesia that has been used for centuries to maintain a good health. Some people add chemical drug into jamu to improve the therapeutic effect. This is a violation of the law and maybe harmful to health. Jamu for rheumatoid arthritis are often found contain added anti inflamatory drug. This study aims to validate analytical method of Methampyrone, Mefenamic Acid, and Paracetamol in jamu for rheumatoid arthritis by TLC Densitometry. The sample jamu was extracted ethanol is analyzed with TLC densitometry using toluene ethanol 6 4 as the mobile phase. This method was fulfilled the validation with limit of detection and limit of quantitation respectively for methampyrone, mefenamic acid, and paracetamol are 46.39 g mL, 154.66 g mL 43.29 g mL, 144.29 g mL and 30.92 g mL 103.08 g mL. Out of ten samples analyzed, five of them contained paracetamol at a concentration of WT 4.96 ,GS 3.98 , AK 5.95 , KJ 4.62 , and MN 27.91."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Az Zahra Nurjaman
"Asetosal sebagai obat antiplatelet mudah terhidrolisis menjadi asam salisilat setelah pemberian oral. Pemantauan asam salisilat sebagai metabolit utama dalam plasma bersama asetosal sebagai senyawa induk dapat dilakukan melalui studi farmakokinetika. Sebelum melakukan studi farmakokinetika, metode bioanalisis harus tervalidasi. Salah satu parameter validasi metode bioanalisis adalah uji stabilitas jangka panjang secara in vitro di dalam plasma. Akan tetapi, uji tersebut tidak menggambarkan kondisi stabilitas in vivo karena adanya proses metabolisme obat di dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo incurred sample stability asetosal dan asam salisilat dalam plasma 6 subjek sehat pada hari ke-7, 14 dan 25 pada fase Cmax dan fase eliminasi. Analisis asetosal dan asam salisilat dilakukan terhadap 6 subjek sehat yang mengkonsumsi tablet asetosal 80 mg. Pengambilan darah subjek dilakukan sebanyak 12 titik pada beberapa interval waktu hingga jam ke-24.
Kondisi kromatografi optimum yang digunakan adalah kolom C18 Waters, Reliant ? 5 m, 250 mm x 4,6 mm ; suhu kolom 35oC; fase gerak asetonitril ?? dapar fosfat pH 2,5 35 : 65 v/v ; laju alir 1,0 mL/menit; detektor UV-Vis; panjang gelombang 230 nm; dan furosemid sebagai baku dalam. Hasil incurred sample stability untuk asetosal dan asam salisilat sampai hari ke-25 pada 6 subjek menunjukkan stabilitas yang memenuhi persyaratan EMEA bioanalytical guideline tahun 2011 yaitu nilai diff tidak lebih dari 20.

Acetosal as an antiplatelet drugs is rapidly hydrolyzed to salicylic acid after oral administration. Monitoring salicylic acid as the main metabolite in plasma together with acetosal as a parent compound can be performed through pharmacokinetics studies. Before pharmacokinetics studies, the method of bioanalysis should be validated. One of the validation parameters of the bioanalytical methods is long term stability test of in vitro in plasma. However, the analysis can t describe in vivo stability condition due to the metabolism of drugs in the body.
This study aims to analyze the in vivo stability incurred sample stability of acetosal and salicylic acid in plasma on days 7, 14 and 25 in the Cmax phase and elimination phase. Acetosal and salicylic acid analysis were performed on 6 healthy subjects who consumed 80 mg acetosal tablets. Blood sampling on the subjects will be taken in 12 points at several times for to 24 hours.
The optimum chromatographic conditions that used were C18 columns Waters, Reliant 5 m, 250 mm x 4.6 mm column temperature 35oC mobile phase was acetonitrile phosphate buffer pH 2.5 35 65 v v flow rate was 1.0 mL min UV Vis detector at wavelength of 230 nm and furosemide as internal standard. The diff values of acetosal and salicylic acid incurred sample stability until day 25 on 6 subjects not more than 20 , which fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>