Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faradilla Anggit Prameswari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan spasial dampak perkembangan geowisata Kawasan Geopark Karangsambung terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perkembangan geowisata dan kondisi ekonomi lokal. Pengumpulan data dilakukan melalu observasi, wawancara, dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan membuat peta perkembangan geowisata, melakukan klasifikasi jenis rumah tangga, klasifikasi perubahan pendapatan rumah tangga, dan pembuatan klasifikasi untuk radius lokasi rumah informan terhadap pusat wisata. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) perkembangan geowisata ditandai dengan bertambahnya jumlah objek wisata dari atraksi wisata dan jumlah fasilitas sekunder wisata waktu ke waktu, 2) pertambahan dari fasilitas sekunder dan pertambahan atraksi pada geowisata di Kecamatan Ayah menjadi indikasi dalam perkembangan geowisata itu sendiri, 3) dampak ekonomi lokal yang ditimbulkan dari adanya perkembangan geowisata di Kecamatan Ayah berupa perubahan jenis rumah tangga dan perubahan pendapatan rumah tangga, dan 4) dampak dari perkembangan ini dilihat pada perubahan jenis rumah tangga yang mengarah pada jenis rumah tangga pariwisata.

This study aims at analyzing the process and spatial impact of geotourism development of the Karangsambung Geopark Area on the economic condition of local communities in Ayah District, Kebumen Regency. This research used qualitative methods. The variables used in this study were the development of geotourism and local economic conditions. Data collection was carried out through observation, interviews, and literature studies. Data processing was carried out by making maps of geotourism developments, classifying household types, classifying changes in household income, and making classifications for the radius of the location of informants' houses against tourist centres. Data analysis techniques were carried out by descriptive analysis and spatial analysis. The results showed that 1) the development of geotourism was characterized by an increase in the number of attractions from tourist attractions and the number of secondary tourist facilities over time, 2) the increase in secondary facilities and attractions in geotourism in Ayah District was an indication of the development of geotourism itself, 3) the local economic impact arising from the development of geotourism in Ayah District in the form of changes in household types and changes in house income ladder, and 4) the impact of these developments was seen in changes in household types leading to tourism household types."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Khasanah
"Geopark sebagai salah satu upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dicirikan dengan variasi warisan geologi yang seringkali berasosiasi dengan multi bahaya.  Masalah dalam penelitian adalah adanya potensi ketidakberlanjutan Geopark oleh ancaman multi bahaya. Tujuan penelitian yaitu menganalisis potensi multi bahaya, menilai kerentanan keberlanjutan Geopark, menilai upaya kolektif masyarakat dan menyusun konsep keberlanjutan Geopark. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial, Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE), analisis deskriptif eksploratif dan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Hasil penelitian menunjukkan tingkat multi bahaya sedang (68,55%), rendah (25,27%) dan tinggi (6,18%). Kerentanan keberlanjutan Geopark menunjukkan tingkat kerentanan keberlanjutan tinggi (4 Desa), sedang (3 Desa) dan rendah (2 Desa). Upaya kolektif masyarakat belum terbentuk. Konsep keberlanjutan Geopark pada kawasan multi bahaya berbasis masyarakat dilakukan dengan integrasi dan elaborasi aspek lingkungan, yaitu prioritas mitigasi berdasarkan sebaran multi bahaya, geodiversitas, biodiversitas, budaya, sosial ekonomi dan upaya kolektif masyarakat serta dengan kebijakan penguatan interaksi kolaboratif antar pemangku kepentingan.

Geoparks as an effort to achieve sustainable development, are characterized by a variety of geological heritage, often associated with multi-hazard. The is the potential for Geopark's unsustainability due to multi-hazard threats. The research aims to analyze the potential for multi-hazards, assess the vulnerability of Geopark sustainability, assess the collective action, and develop a concept of Geopark sustainability. The methods are spatial analysis methods, Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE), exploratory descriptive analysis, and Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) analysis. The results showed that the multi-hazard levels were moderate (68.55%), low (25.27%) and high (6.18%). Geopark sustainability vulnerability shows high (4 villages), medium (3 villages), and low (2 villages) sustainability vulnerability levels. Collective action has not yet been formed. The concept of Geopark sustainability in community-based multi-hazard areas is carried out by integrating and elaborating environmental aspects, mitigation priorities based on the distribution of multi-hazards, geodiversity, biodiversity, culture, socio-economics, and collective action, and the policies to strengthen collaborative interactions between stakeholders.

 

Keywords: collective action, Geopark sustainability concept, multi-hazard, vulnerability to Geopark sustainability."

Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnul Nur Kasanah
"Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul menghadapi berbagai permasalahan dalam pengembangan geowisata di Geopark Gunung Sewu yang menunjukkan adanya keterbatasan sumber daya pemerintah daerah, sehingga mendorong Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul membangun tata kelola kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan. Menggunakan pendekatan postpositivism dan metode kualitatif, penelitian ini menjawab bagaimana proses tata kelola kolaboratif dalam pengelolaan pariwisata Geopark Gunung Sewu di Kabupaten Gunungkidul dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses tata kelola kolaboratif telah terbangun antara Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Pemerintah Desa setempat, Kelompok Masyarakat Pengelola Geosite, dan Perguruan Tinggi karena adanya kepercayaan dan kesetaraan pemahaman tentang konsep pengembangan geopark, komitmen yang ditunjukkan dengan keterlibatan dalam proses kolaborasi, serta hasil yang sudah dirasakan oleh pemangku kepentingan, sedangkan dialog menjadi media untuk membangun kepercayaan, pemahaman, komitmen, dan mencapai hasil antara. Keterlibatan swasta dalam proses tata kelola kolaboratif masih terbatas, belum terbangun secara luas, dan kerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri belum direalisasikan. Faktor ketokohan dan keberadaan pemimpin organis ditingkat kelompok masyarakat menentukan jalannya proses tata kelola kolaboratif. Penelitian juga menemukan bahwa budaya masyarakat Gunungkidul dan teknologi komunikasi menjadi faktor yang mempengaruhi proses tata kelola kolaboratif. Inklusifitas forum sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi proses tata kelola kolaboratif diupayakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dengan menginisiasi pembentukan PHRI dan HPI Cabang Gunungkidul, serta Forum Promosi Pariwisata Daerah yang diikuti oleh lintas pelaku. Kelembagaan Badan Pengelola Geopark Gunung Sewu yang dibentuk dengan Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 171 Tahun 2017 belum efektif mendorong tata kelola kolaboratif antara tiga kabupaten, karena tidak memiliki instrumen untuk menyatukan komitmen.

The Gunungkidul Regent`s Tourism Office has been dealing with various problems in geo tourism management of Geopark Gunung Sewu, mainly caused by the local government`s limited resources, which in turn prompting the government to establish solid collaboration with relevant stakeholders. The study adopts a postpositivism approach using qualitative methods and will address the issue on a collaboration process of tourism management and other factors affecting it in Geopark Gunung Sewu in the Gunungkidul Regency. The result reveal that collaborative governance processes has been established between the Gunungkidul Regent`s Tourism Office, the local Village Government, the Geosite Management Community Group, and the College Academics, because they shared the mutual beliefs and understanding of geopark development concepts, demonstrated their commitment by fully involved in the collaborative process, and acknowledged the results, while using dialogue as a medium to build trust, understanding, commitment, and achieve intermediate outcomes. Private involvement in collaborative governance processes is still limited, not yet widely established, and cooperation with the Pacitan Regent`s Tourism Office and Wonogiri Regent`s Tourism Office has not been realized. The leadership factor and the presence of organic leaders at the community level determined the process of collaborative governance. The study also found out that the community culture of Gunungkidul and communication technology has become a factor affecting collaborative governance process. The inclusiveness of the forum as one of the factors influencing the collaborative governance process was endeavored by the Gunungkidul Regent`s Tourism Office through the initiation of the formation of PHRI and HPI Branch of Gunungkidul, as well as the Tourism Promotion Forum of the Region joined by cross stakeholders. The establishment of Geopark Management Board of Gunung Sewu, which was formed by the Decision of Bupati of Gunungkidul Number 171 of 2017, has not been effective in promoting collaborative governance between the three regents, as it has no instruments to unite the commitments. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T53632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi
Depok: Rajawali Pers, 2023
551.13 HAM c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Khalida Hanum
"Geowisata merupakan pariwisata dengan konsep konservasi berkelanjutan yang memadukan tiga keragaman alam, yaitu keragaman geologi, hayati, dan budaya. Daerah Dlingo dan Playen, Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul terletak di dalam Zona Pegunungan Selatan dengan bentang alam yang didominasi oleh perbukitan karst dan vulkanik yang memiliki potensi menarik sebagai destinasi geowisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan berupa pemetaan geologi dan asesmen kelayakan daerah penelitian yang mencakup nilai ilmiah, nilai edukasi, nilai pariwisata, dan nilai resiko degradasi. Stratigrafi daerah penelitian tersusun atas 4 satuan, yaitu Satuan Tuff berumur Miosen Awal, Satuan Breksi Andesit berumur Miosen Awal-Tengah, Satuan Batugamping berumur Miosen Tengah-Pliosen, dan Endapan Aluvial berumur Kuarter. Hasil asesmen kelayakan menunjukkan dari 60 stasiun pengamatan, terdapat 9 stasiun dengan kategori rendah dan 51 stasiun kategori sedang. Lalu 20 stasiun terbaik dipilih sebagai rekomendasi situs geologi.

Geotourism is tourism with a sustainable conservation concept that combines three natural diversities, i.e. geological, biological and cultural diversity. Dlingo and Playen areas, Bantul and Gunung Kidul Regencies are located within the Southern Mountains Zone with a landscape dominated by karst and volcanic hills that have good potential as geotourism destinations. This research uses field research methods in the form of geological mapping and feasibility assessment which includes scientific value, educational value, tourism value, and degradation risk value. The stratigraphy of the study area is composed of 4 units, namely the Early Miocene Tuff Unit, the Early-Middle Miocene Andesitic Breccia Unit, the Middle Miocene-Pliocene Limestone Unit, and the Quaternary Alluvial Deposits. The results of the feasibility assessment showed that of the 60 observation stations, there were 9 stations in the low category and 51 stations in the medium category. Then the 20 best stations were selected as recommendations for geological sites."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Fadhillah
"ABSTRAK
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang memiliki keanekaragaman geologi, biologi dan budaya, yang wajib untuk dilestarikan. Salah satu cara yang dapat membantu pelestarian keanekaragaman ini adalah dengan menciptakan Geopark. Pengembangan wilayah yang dilakukan dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat di wilayah geopark. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu terhadap kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan aktivitas spiritual kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark. Metode Public health Assessment PHA digunakan untuk melihat hasil awal dampak dari pengembangan lingkungan terhadap kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 101 responden yang tinggal di wilayah geopark serta mengobservasi wilayah geopark dan juga melakukan pengujian pada 16 sampel air bersih. Hasil statistik dan hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan perubahan lingkungan fisik yang terjadi di wilayah geopark tidak mempengaruhi kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah geopark, untuk hasil observasi terlihat adanya perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah Geopark Ciletuh. Kesimpulannya, pengembangan wilayah geopark Ciletuh tidak berpengaruh kepada kualitas hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam pengendalian pembangunan di sekitar wilayah Geopark Ciletuh dalam menjaga kelestarian lingkungan.

ABSTRACT
Sukabumi regency is part of Indonesia region which has geodiversity, biodiversity and cultural diversity, which are required to be preserved. One way that can help preserve this diversity is by creating a Geopark. The development of the region can affect the quality of life of the community in the geopark. This study aims to determine the impact of the development of Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu on physical health, psychological health, social relations and spiritual activity of quality of life of people living in geopark areas. The Public Health Assessment PHA method is used to see the preliminary impact of environmental development on health. This research was conducted by interviewing 101 respondents who live in the geopark region as well as observing the geopark region and also conducted experiments on 16 water samples. The results of statistics and interview conducted in this study indicate that the physical environment changes that occur in the geopark area does not affect the quality of life of people living in the geopark area, for the observation results seen environmental changes that occur in the Geopark Ciletuh region. In conclusion, the development of Geopark Ciletuh area has no effect on the quality of life of the community. Community and government participation are essential in controlling the development around Geopark Ciletuh areas to protecting the environment."
2017
T47734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Utomo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tata Kelola Kolaborasi Ekowisata Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perhatian diberikan pada studi tentang tata kelola kolaborasi dianggap sebagai salah satu isu kunci keberhasilan dalam konteks pengembangan pariwisata Belitung sebagai bagian dari jaringan UNESCO Global Geopark. Kontribusi dan peran masing-masing aktor baik dari pemerintah, swasta, masyarakat atau komunitas telah memberikan kontribusi positif sebagai upaya membangun kualitas pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan qualitative methods research eksploratori, dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara mendalam, review dokumen dan survey sehingga proses triangulasi dapat dilakukan secara lebih lengkap. Informan penelitian terdiri dari unsur pemerintah, swasta, asosiasi, masyarakat dan komunitas. Sebanyak 13 orang informan telah diwawancarai dan 31 orang telah menunjukkan jawaban atas survei yang dilakukan. Hasil penelitian Praktik Tata Kelola Kolaborasi yang berlangsung di Kabupaten Belitung diinisiasi dengan adanya inovasi program dan kolaborasi yang berkembang dari proses bottom-up yang dipelopori oleh peran Komunitas Geosites dan Desa Wisata. Berikutnya Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa kepercayaan, nilai-nilai dan jaringan sosial atau dipersepsikan sebagai modal sosial (social capital) telah menjadi perekat dan mengikat masing-masing aktor untuk bersinergi sehingga berfungsi sebagai elemen dasar untuk membentuk kolaborasi yang baik. Penelitian ini menegaskan dan melengkapi model collaborative governance yang telah digagas oleh Ansell dan Gash. Berdasarkan penelitian yang dilakukan telah menunjukkan peran modal sosial (social capital) merupakan faktor utama yang mendukung berjalannya tata kelola kolaboratif. Jika dalam model collaborative governance Ansell dan Gash tidak dengan tegas menyatakan modal sosial sebagai faktor utama berjalannya proses kolaborasi, penelitian ini telah menunjukkan peran modal sosial (social capital) sebagai landasan untuk inisiatif melakukan kolaborasi. Sebagai salah satu temuan dan novelty dalam penelitian ini, maka penulis menambahkan satu indikator pada dimensi Kondisi Awal (starting condition) pada proses kolaborasi dengan menambah latar belakang modal sosial (social capital) yang meliputi pengetahuan lokal (norma atau nilai-nilai budaya dan jaringan) yang berpengaruh pada pelaksanaan kolaborasi.

This research analyzes the Governance of Ecotourism Collaboration in Belitung Regency, Bangka Belitung Islands Province. Attention is paid to the study of collaborative governance which is considered one of the key issues for success in the context of Belitung tourism development as part of the UNESCO Global Geopark network. The contribution and role of each actor, whether from the government, private sector, society, or community, has made a positive contribution to build quality tourism that is sustainable and environmentally friendly. This research uses an qualitative methods research approach. In this research, data was obtained through in-depth interviews, document reviews, and surveys so the triangulation process could be carried out more completely. Research informants comprised elements from the government, private sector, associations, society, and community. A total of 13 informants were interviewed and 31 people provided answers to the survey conducted. The results of research on Collaborative Governance Practices that took place in Belitung Regency were initiated with program innovation and collaboration that developed from a bottom-up process spearheaded by the role of the Geosites Community and Tourism Village. Next, the results of this research have shown that trust, cultural values, and social networks perceived as social capital have become the glue and bind each actor to work together so that it functions as a basic element for forming good collaboration. This research confirms and complements the collaborative governance model initiated by Ansell and Gash. Based on research conducted, has shown that the role of social capital is the main factor that supports collaborative governance. If Ansell and Gash's collaborative governance model does not explicitly state social capital as the main factor in the collaboration process, this research has shown the role of social capital as a basis for collaborative initiatives. As one of the findings and novelty in this research, the author added one indicator to the dimensions of Initial Conditions and/or Collaborative Process by adding social capital background which includes norms or cultural values and social networks. which influences the implementation of collaboration."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alan Sutisna
"Indonesia mengimplementasikan konsep Community-Driven Development di wilayah perdesaan melalui Dana Desa sejak tahun 2015. Dana Desa menjadi salah satu instrumen untuk meminimalisasi dampak Covid-19 di wilayah perdesaan melalui kegiatan Padat Karya Tunai Desa dan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran evaluasi dampak Dana Desa dan BLT Dana Desa pada kesejahteraan ekonomi masyarakat perdesaan di setiap kuantil rumah tangga. Penelitian ini menggunakan data karakteristik 35.759 rumah tangga yang diperoleh dari data Susenas Maret & September 2020 yang disesuaikan dengan data Dana Desa di setiap wilayah kabupaten/kota. Data dianalisis menggunakan Smoothed Instrumental Variables Quantile Regression yang mampu mengatasi isu endogenitas dan menghasilkan estimasi yang robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Desa dan BLT Dana Desa berdampak positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat perdesaan, tetapi dampaknya lebih dirasakan oleh masyarakat lapisan menengah ke atas. Rumah tangga yang lebih banyak merasakan manfaat Dana Desa adalah rumah tangga di wilayah Sumatera, sedangkan rumah tangga yang lebih banyak merasakan manfaat BLT Dana Desa adalah rumah tangga di wilayah Jawa.

Indonesia has implemented the concept of Community-Driven Development in rural areas through Village Funds since 2015. Village Funds are one of the instruments to minimize the impact of Covid-19 in rural areas through Village Cash Labor Intensive activities (Padat Karya Tunai Desa-PKTD) and Village Fund Cash Direct Assistance (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa-BLT Dana Desa). This research was conducted to provide an overview of the impact evaluation of Village Funds and BLT Dana Desa on the economic well-being of rural communities in each household quintile. This study uses data on the characteristics of 35,759 households obtained from merging results of the March & September 2020 Susenas data with the Village Fund data in each district/city area. Data were analyzed using Smoothed Instrumental Variables Quantile Regression which was able to overcome endogeneity issues and produce robust estimates. The study results show that the Village Fund and BLT Dana Desa have a positive and significant impact on economic well-being of rural households, but their impact is felt more by the upper middle class. Households that benefit more from the Village Fund are households in the Sumatra region, while households that benefit more from BLT Dana Desa are households in the Java region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajisaka Octawiyano
"Tanjung Layar adalah sebuah situs geologi di Bayah Dome Geopark. Situs ini menyingkap Formasi Cimapag yang terdiri dari batupasir, batulempung, tuf, dan breksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi batuan asal dan kondisi geologi regional yang membentuk situs ini untuk memperluas sejarah geologi Kubah Bayah, meningkatkan nilai asesmen geowisata Situs Tanjung Layar, dan mengembangkan ekonomi masyarakat setempat. Metode yang digunakan adalah pembuatan log stratigrafi, pengukuran indikator paleocurrent, dan analisis petrografi untuk menjelaskan tatanan tektonik, indeks pelapukan, dan paleogeografi batuan asal. Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga asosiasi fasies batuan di Situs Tanjung Layar, yakni Asosiasi Fasies Laut Dangkal Dominasi Badai (ASF 1), Asosiasi Fasies Turbidit Channel (ASF 2), dan Asosiasi Fasies Turbidit Levee (ASF 3). Plot hasil analisis petrografi pada diagram Dickinson & Suczek (1979) dan Weltje et al. (1998) menunjukkan batuan asal memiliki tatanan tektonik recycled orogen dan magmatic arc, memiliki relief sedang hingga tinggi, dan beriklim sublembap hingga semikering. Arah paleocurrent menunjukkan arus berorientasi barat daya – timur laut. Perbandingan dengan paleogeografi Sundaland pada umur Miosen Awal (Hall, 2013) menunjukkan batuan asal berkaitan dengan kepulauan vulkanik di sisi timur laut wilayah penelitian yang terbentuk akibat subduksi Kerak Samudera Hindia terhadap Kerak Benua Eurasia.

Tanjung Layar is a geological site in Bayah Dome Geopark. The site is an outcrop of the Cimapag Formation which consists of sandstone, mudstone, tuff, and breccia. This research aims to identify the provenance and regional geology that forms this site to expand the geological history of the Bayah Dome, increase geotourism assessment value of Tanjung Layar, and help the development the locals’ economy. The methods used were measured stratigraphic log, paleocurrent indicator measurement, and petrographic analysis to explain the tectonic setting, weathering index, and paleogeography of the provenance. The results show three different facies associations at Tanjung Layar, namely Storm Dominated Shallow Marine Facies Association (ASF 1), Turbidite Channel Facies Association (ASF 2) and Turbidite Levee Facies Association (ASF 3). Petrographic analysis results plotted over the Dickinson & Suczek (1979) and Weltje et al. (1998) diagrams show the provenance has recycled orogen and magmatic arc tectonic settings, have moderate to high relief, and subhumid to semiarid climate. The paleocurrent has southwest – northeast orientation. Comparison with Early Miocene paleogeography of Sundaland (Hall, 2013) shows the provenance are related to volcanic islands northeast of the research area, which is formed by subduction of Indian Ocean Crust against Eurasian Continental Crust."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional program promosi kesehatan untuk mendukung pengembangan usaha gaya hidup sehat pada Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193 / MENKES / SK / X / 2004 tentang "Perilaku Sehat dan Higienis 2010" (PHBS 2010 ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di kecamatan Ciawi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif pada 676 kepala keluarga dengan menggunakan sampel kuota.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga adalah sebanyak 82,12 %. Perilaku terbanyak adalah penggunaan air bersih dan melakukan aktifitas fisik (99,1%). Indikator PHBS yang masih kurang diantaranya adalah penggunaan jamban sehat dan tidak merokok di dalam rumah.
Perlunya peningkatan informasi mengenai perilaku merokok dan efeknya terhadap kesehatan serta peningkatan cakupan penggunaan jamban sehat
di wilayah kerja puskesmas Ciawi"
613 JKKI 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>