Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Rohman
"Penelitian ini membahas mengenai kebebasan eksistensial manusia dalam teks Suluk Kasampurnan Jati yang merupakan kumpulan teks dalam Serat Suluk Warna-Warni. Teks tersebut dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Mohamad Wahyu Hidayat pada tahun 2020. Suluk Kasampurnan Jati memuat ajaran penyatuan dengan Tuhan melalui pemahaman manusia menggunakan rasa. Rasa atau dalam teks ini disebut sebagai “rahsa” merupakan kata kunci bagi manusia untuk dapat merasakan kebersatuan dengan Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan konsep eksistensialisme Kierkegaard (1813-1855). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutika Paul Ricouer yang lebih mengutamakan keintensionalitasan teks. Kasampurnan Jati berisi tahap eksistensi religius manusia dengan mengutamakan rasa sebagai keotentikan subjektif manusia untuk memahami kebersatuan dengan Tuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam teks Suluk Kasampurnan Jati berisi tahap eksistensi religius manusia mengutamakan rasa sebagai keotentikan subjektif manusia untuk memahami kebersatuan dengan Tuhan. Ajaran Suluk Kasampurnan Jati dapat digunakan sebagai suatu pengendalian diri dari berbagai macam tren dan informasi di era modern.

This research discusses human existential freedom in the text of Suluk Kasampurnan Jati, which is a collection of texts in Serat Suluk Warna-Warni. The text was transliterated and translated by Mohamad Wahyu Hidayat in 2020. Suluk Kasampurnan Jati contains the teaching of unification with God through human understanding using rasa. Rasa or in this text referred to as "rahsa" is the key word for humans to be able to feel unity with God. This research uses a qualitative descriptive method with the concept of existentialism of Kierkegaard (1813-1855). The approach used in this research is Paul Ricouer's hermeneutics which prioritizes the intensionality of the text. Kasampurnan Jati contains the stage of human religious existence by prioritizing taste as human subjective authenticity to understand unity with God. The results of this study show that the text of Suluk Kasampurnan Jati contains the stage of human religious existence by prioritizing taste as human subjective authenticity to understand unity with God. The teachings of Suluk Kasampurnan Jati can be used as a self-control from various trends and information in the modern era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Setyorini
"[ ABSTRAK
Teknologi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Teknologi tersebut tidak hanya membawa dampak positif, namun juga dampak negatif pada kehidupan manusia. Kekhawatiran akan dampak teknologi ini banyak dituangkan dalam karya sastra. Salah satu karya yang mencoba untuk menjelaskan fenomena ini adalah anime Psycho-pass. Penelitian ini membahas hilangnya kebebasan individu akibat teknologi dalam anime Psycho-pass sebagai sebuah bentuk kritik sosial terhadap masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra serta metode deskriptif analisis. Manusia memang membutuhkan teknologi untuk membantu kehidupannya, namun tidak seharusnya manusia menyerahkan semuanya pada teknologi. Hal inilah yang menjadi kritik sosial dalam animasi Psycho-pass.
ABSTRACT Technology holds an important part on human life. Technology brings not only positive effects but also negative effects like the lost of human freedom. Worry about this technological impact have been written in many literary works, and one of the work which try to explained this phenomenon is Psycho-pass animation. This research discuss the lost of human freedom because of technology in Psycho-pass animation as a part of social critics, and the theory that used in this research is a socio-literature theory and analytical descriptive as a methods. Humans do need technology to help with their life, but we must not let technology handle all of our life. This thought is the core of the social critics in Psycho-pass animation;Technology holds an important part on human life. Technology brings not only positive effects but also negative effects like the lost of human freedom. Worry about this technological impact have been written in many literary works, and one of the work which try to explained this phenomenon is Psycho-pass animation. This research discuss the lost of human freedom because of technology in Psycho-pass animation as a part of social critics, and the theory that used in this research is a socio-literature theory and analytical descriptive as a methods. Humans do need technology to help with their life, but we must not let technology handle all of our life. This thought is the core of the social critics in Psycho-pass animation, Technology holds an important part on human life. Technology brings not only positive effects but also negative effects like the lost of human freedom. Worry about this technological impact have been written in many literary works, and one of the work which try to explained this phenomenon is Psycho-pass animation. This research discuss the lost of human freedom because of technology in Psycho-pass animation as a part of social critics, and the theory that used in this research is a socio-literature theory and analytical descriptive as a methods. Humans do need technology to help with their life, but we must not let technology handle all of our life. This thought is the core of the social critics in Psycho-pass animation]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabar Walujati
"Karya Sastra adalah suatu bentuk pengungkapan seni dengan bahasa sebagai medianya, tapi banyak peneliti sas_tra yang mengabaikan bahasa sebagai variabelnya. Oleh karena itu, saya tertarik untuk menjadikan karya sastra sebagai obyek penelitian, yang akan saya teliti dari sudut linguistik. Dalam penelitian ini, saya mengkhususkan diri pada karya sastra yang berbentuk cerpen. Dilihat dari segi gra_matikal, cerpen adalan satuan gramatikal yang terlengkap, yang dapat dibagi merijadi satuan-satuan yang lebih kecil yang d isebu t paragraf. Dilihat dari tujuannya, ada 6 jenis wacana yang kita kenal. Dari keenam jenis wacana tersebut hanya wacana tuturanlah yang akan diteliti dalam skripsi ini. Tujuan skripsi ini ialah melihat hubungan antara proposisi dalam paragraf, mencari unsur dominan yang mempersatukan paragraf tuturan, dan meneliti struktur gramatikal yang umumnya terdapat pada paragraf tuturan. Dari hasil analisis, ternyata diperolah kesimpulan bahwa (1) sebagian besar paragraf semantis mempunyai hubungan INDUK-pendukung yang non-kronologis, (2) umumnya struktur paragraf gramatikal berbentuk sub-ordinatif, de_ngan kalimat terra di awal paragraf, dan (3) keutuhan paragraf cerpen pada garis besarnya diikat oleh tokoh tematis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutyaningsih
"Kajii Motojiro adalah seorang pengarang zaman Tai_sho yang mengidap suatu penyakit kronis yang cukup meng_khawatirkan. Karya-karyanya sebagian besar berisi catat_an pribadinya ketika ia berada di suatu tempat atau keti_ka ia sedang mengadakan suatu perjalanan. Nove1nya yang berjudul Fuyu no Hae, Yami no Emaki dan Kobi merupakan karya-karya Kajii Motojiro yang men_jadi bahan penelitian penulis dalam skripsi ini. Fuyu no Hae, Yami no Emaki dan Kobi banyak mence_ritakan tentang gelap atau kegelapan yang selalu dialami pengarang ketika ia sedang berjaian-jalan pada senja atau malam hari di suatu tempat yang umumnya sunyi. Unsur gelap yang terkandung di dalam ketiganya itu ternyata berhubungan erat dengan kesunyian hidup yang dialami pengarang atau Kajii Motojiro sebagai seorang penderita penyakit TBC atau paru-paru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Herviani Putri
"Mother マザー adalah film drama Jepang berdasarkan kisah nyata yang disutradarai oleh Tatsushi Omori yang menceritakan seorang boshi-katei, Akiko, yang gemar berjudi dan memiliki seorang anak bernama Shuhei. Hubungan Akiko dan Shuhei sepanjang film tidak menunjukkan kasih sayang antara ibu dan anak, melainkan hubungan yang tampak adalah codependent. Akiko juga sering menyuruh Shuhei untuk melakukan hal yang menyimpang seperti mencuri dan membunuh demi mendapatkan uang. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan amae yang gagal oleh karakter Akiko dan Shuhei yang direpresentasikan dalam film Mother マザー. Penulis menggunakan teori amae milik Takeo Doi dan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis yang berfokus pada berbagai adegan dan dialog. Film ini menggambarkan amae yang terwujud adalah amae yang gagal antara boshi-katei dan anaknya. Film ini juga menyoroti bagaimana amae yang terjadi memiliki kaitannya dengan on dan giri serta menjadi wacana pendukung pada realita di masyarakat Jepang kontemporer.

Mother マザー is a Japanese drama movie based on a true story directed by Tatsushi Omori that tells the story of a boshi-katei, Akiko, who likes to gamble and has a son named Shuhei. Akiko and Shuhei's relationship throughout the movie does not show the affection between mother and son, but rather a codependent relationship. Akiko also often tells Shuhei to do deviant things such as stealing and killing for money. Based on that, this study aims to describe the failed amae by the characters Akiko and Shuhei represented in the movie Mother マザー. The author uses Takeo Doi's amae theory and then analyzed using a descriptive analysis method that focuses on various scenes and dialogues. The film depicts amae that materializes as a failed amae between the boshi-katei and her son. The movie also highlights how amae that occurs has a connection with on and giri and becomes a supporting discourse on reality in contemporary Japanese society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlia Pari
"[ ABSTRAK
Penelitian ini membahas perubahan kehidupan seorang Ama di Prefektur Mie ditinjau dari aspek sosial budaya. Ama merupakan wanita yang menyelam ke dalam laut untuk mengambil tumbuhan laut dan hewan laut, seperti rumput laut dan awabi (siput laut) tanpa menggunakan tabung oksigen. Seiring dengan perubahan zaman, kehidupan Ama di Prefektur Mie juga mengalami beberapa perubahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan perubahan kehidupan Ama di Prefektur Mie ditinjau dari aspek sosial budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan-perubahan dalam kehidupan Ama di Prefektur Mie, seperti perubahan dalam cara berpakaian, perubahan populasi awabi, perubahan penghasilan Ama, dan perubahan populasi Ama;
ABSTRACT This study discusses about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. Ama is a woman who dives into the bottom of the sea without any special diving equipment to pick sea plants and sea animals, such as seaweed and awabi (abalone). New era resulted in some changes in Ama life in Prefecture Mie. The purpose of this study focuses on the explanation about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. This study uses descriptive qualitative method. The result of this study indicates that there are some changes in Ama life in Prefecture Mie, such as the way of Ama dressing, awabi population, Ama income, and Ama population.;This study discusses about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. Ama is a woman who dives into the bottom of the sea without any special diving equipment to pick sea plants and sea animals, such as seaweed and awabi (abalone). New era resulted in some changes in Ama life in Prefecture Mie. The purpose of this study focuses on the explanation about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. This study uses descriptive qualitative method. The result of this study indicates that there are some changes in Ama life in Prefecture Mie, such as the way of Ama dressing, awabi population, Ama income, and Ama population., This study discusses about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. Ama is a woman who dives into the bottom of the sea without any special diving equipment to pick sea plants and sea animals, such as seaweed and awabi (abalone). New era resulted in some changes in Ama life in Prefecture Mie. The purpose of this study focuses on the explanation about the changes of Ama life in Prefecture Mie based on its social and cultural aspect. This study uses descriptive qualitative method. The result of this study indicates that there are some changes in Ama life in Prefecture Mie, such as the way of Ama dressing, awabi population, Ama income, and Ama population.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardani
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Betakang Masalah
Kesusastraan merupakan ekspresi atau pernyataan kebudayaan yang mencerminkan sistem sosial, kekerabatan, ekonomi, pendidikan, poiitik, kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan. Berbicara mengenai kesusastraan suatu bangsa berarti juga mellihat kebudayaan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kesusastraan merupakan bagian dari kebudayaan (Atar Semi, 1989:5).
Kebudayaan merupakan jaringan makna yang dikembangkan oleh manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang semiotik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tanda, dan lambang, yang ada di dalam kehidupan masyarakat dan dikenal oleh khalayak yang bersangkutan. Lambang sebagai sesuatu yang perlu dipahami maknanya dan dapat dibagikan kepada warga masyarakat dan diwariskan kepada keturunannya. Di samping itu, kebudayaan pun merupakan sistem lambang Bahasa (Geertz,1992:5;; Semi,1989:2).
Kesusastraan dapat juga dikatakan sebagai suatu sistem lambang, bukan hanya karena kesusastraan itu menggunakan bahasa, melainkan karena kesusastraan dapat melambangkan kehidupan manusia. Dengan demikian, terdapat suatu keterkaitan antara kesusastraan dan kebudayaan yang diciptakan oleh suatu kelompok masyarakat. Hal itu sesuai dengan pendapat A.W.Wijaya yang berikut:
Masyarakat adalah sekelompok orang yang mempunyai identitas diri yang membedakan dengan kelompok lain dan hidup dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri. Kelompok ini baik sempit maupun luas mempunyai ikatan perasaan akan adanya persatuan di antara anggota kelompok dan menganggap diri berbeda dengan kelompok-kelompok lain. Mereka memiliki norrma norma, ketentuan-ketentuan, dan peraturan-peraturan yang dipatuhi bersama sebagai suatu ikatan. Perangkat dan pranata tersebut dijadikan pedoman untuk memenuhi kebutuhan kelompok dalam arti seluas-luasnya. (Wijaya, 1986:6).
Sehubungan dengan pandangan di atas, dalam tulisan ini akan melihat salah satu kelompok orang yang ada di dalam masyarakat Jepang pada era Tokugawa yaitu kelompok samurai. Kelompok masyarakat samurai yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan bushi. Bushi adalah golongan masyarakat yang apabila dilihat dari sistem penggolongan pada era Tokugawa, (zaman Edo) memiliki kedudukan yang paling tinggi. Penggolongan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Shi No Ko-Sho (Bushi/samurai-Nomin/petani-Shokunin/tukang Shonin/pedagang}. Dengan adanya sistem penggolongan seperti itu, masing-masing golongan mengembangkan gaya hidup dan lambang-lambang yang mencerminkan status masing-masing. Misalnya pakaian, tempat tinggal, dan tingkah laku. Hal tersebut hams dilaksanakan sesuai dengan status yang disandangnya. Dengan kata lain, sistem penggolongan tersebut mengatur dengan ketat status dan peran masing-masing golongan.
Berbicara mengenai tingkah laku ada suatu perbuatan yang dilakukan oleh golongan samurai untuk bunuh diri, yaitu dikenal dengan nama Seppuku (bunuh diri dengan cara memotong perut). Seppuku adalah suatu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh kalangan samurai dan merupakan bagian dari bushido, yaitu suatu kode moral dari samurai (Seward, 1968:9),
Secara harafiah bushido memiliki arti jalan samurai. Namun, secara keseluruhan yang dimaksud dengan bushido adalah kode moral yang harus dihormati dan dijalankan oleh samurai (kelas prajurit), baik di dalam kehidupan maupun di dalam pekerjaan mereka (Kodansha Encyclopaedia, 1983:221-223).
Bushido berkembang sejak zaman Karnakura, dan sampai pada kesempurnaannya pada zaman Edo (1603-1867) yang didasari oleh ajaran konfusian. Ajaran tersebut menanamkan nilai kesetiaan, pengorbanan keadilan, rasa malu, bertata krama sopan, kesuciar1, rendah hati (kesederhanaan), kehematan, semangat berperang, kehormatan, dan kasih sayang (Shimizu,1985:328),
Menurut A.L. Sadler nilai-nilai mendasar bushido bagi samurai diantaranya adalah nilai kesetiaan, keberanian, dan bertindak adil (Sadler, 1988:33).
Nitobe menambahkan nilai-nilai yang terkandung dalam bushido selain kesetiaan, keberanian, dan bertindak adil, adalah kessopanan, kesungguhan hati, kehormatan dan pengendalian did (Nitobe,1991;vii)?.
"
2001
T14627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Widiarti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk terjemahan metafora bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dan mengungkapkan perpadanan metafora bahasa sumber dengan unsur bahasa sasaran melalui prosedur penerjemahan berupa pergeseran baik berupa transposisi maupun modulasi. Analisis penerjemahan metafora dalam Tsu ke dalam Tsa dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap awal telah dikumpulkan data dari sumber data yang berupa novel dan terjemahannya. Data seluruhnya dikumpulkan dari Novel Yukiguni karya Kawabata Yasunari dan terjemahannya Daerah Salju oleh Ajip Rosidi.
Data tersebut diperoleh dengan mengenali unsur kebahasaan yang tak berterima secara harfiah dan dengan menggunakan teori pembandingan. Ditemukan unsur kebahasaan yang diidentifikasi sebagai metafora. Setelah itu, metafora dalam Tsu dikelompokkan berdasarkan tipe pembandingan yang membentuknya. Sebagian besar metafora bahasa sumber dan terjemahannya memiliki tipe pembandingan tak penuh dan citra yang sama. Jumlah terjemahan dalam bentuk metafora tipe pembandingan penuh dengan citra yang sama adalah 10 (19,23%), tipe pembandingan tak penuh dengan citra sama adalah 35 (67,31%) serta tipe pembandingan tak penuh dengan citra yang berbeda sejumlah 7 (13,46%). Jumlah terjemahan dalam bentuk simile dengan pembandingan tak penuh sebanyak 6 (40%), dalam bentuk non figuratif dengan pembandingan penuh sebanyak 1 (6,67%) dan pembandingan tak penuh sebanyak 8 (53,33%).
Berdasarkan analisis terhadap penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, disimpulkan bahwa prosedur penerjemahan yang sangat berpengaruh pada pencapaian kesepadanan dinamis dalam penerjemahan sebuah metafora adalah prosedur modulasi dan transposisi. Pergeseran sudut pandang terjadi pada citra metafora tersebut, sedangkan eksplisitasi terjadi pada titik kemiripannya. Pergeseran bentuk diperlukan untuk menghasilkan terjemahan yang wajar dalam bahasa sasaran.
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar metafora Jepang dan terjemahannya berbentuk tipe pembandingan tak penuh. Hal ini sesuai dengan hipotesis Quintilian yang menyatakan tipe pembandingan tak penuh adalah versi yang paling baik dari teori pembandingan. Dan segi terjemahan telah tercapai kesepadanan dinamis dalam penerjemahan metafora Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Amanat yang terdapat dalam metafora bahasa Jepang dapat tersampaikan dalam bahasa sasaran."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Satriaji Rowi
"Metafora diutarakan penutur untuk menyampaikan suatu gagasan melalui perbandingan ranah konseptual dengan ranah yang berbeda. Penggunaannya sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya sastra. Penelitian ini membahas klasifikasi metafora bahasa Jepang berdasarkan kategori makna asosiatif yang diusungkan Geoffrey Leech. Metafora asosiatif yang diamati sebagai data penelitian berasal dari lirik lagu karya Yoasobi dalam kurun waktu 2019-2021. Data berupa lirik lagu yang mengandung metafora dibedah menggunakan teori analisis metafora oleh Knowles dan Moon. Hasil analisis metafora akan mengidentifikasikan makna asosiatif macam apa yang dikandung dalam metafora tersebut. Melalui klasifikasi data, penulis berupaya untuk memperlihatkan komponen makna dan karakteristik masing-masing metafora asosiatif.

Metaphors used by a speaker as a way to convey an idea through the comparison of conceptual vehicle alongside with its different vehicle. Its usage frequency is no longer a foreign term both in everyday lives and literature works. This study discusses the classification of Japanese metaphors based on its associative meaning categories implemented by Geoffrey Leech. Associative metaphors used as this study’s data are compiled from song lyrics of Yoasobi which were released between 2019 and 2021. Metaphors found in song lyrics are being dissected using the theory of proper way of analysing metaphors by Knowles and Moon. The result of analysed metaphors will identify which associative meaning they bear. By acknowledging the data’s classifications, the author tries to show the component of the meaning and characteristics of each associative metaphors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Driska Dianisari
"[ ABSTRAK
Dalam budaya populer terdapat berbagai contoh istilah metode, salah satunya parodi. Parodi adalah sebuah karya yang diciptakan untuk menyindir suatu karya asli yang sudah ada sebelumnya. Parodi dapat ditemukan dalam karya seni, diantaranya adalah manga. Dalam manga Saint Oniisan, terdapat unsur parodi yang tergambar melalui dua karakter utamanya, yaitu Iesu dan Budda. Iesu merujuk kepada ‗Yesus? sedangkan Budda merujuk kepada ‗Gautama Buddha? sebagai tokoh agama besar dunia. Penulis menganalisis parodi manga Saint Oniisan berdasarkan teori Simon Dentith yang menyebutkan bahwa parodi dapat dibuat untuk tujuan meniru suatu tokoh/ sosok terkenal. Dalam manga, parodi muncul melalui tampilan fisik karakter utama, perisiwa historis dalam cerita, dan penggambaran sifat karakter utama. Selain itu, dalam beberapa chapter ditemukan sinkretisme yang termasuk sebagai bentuk kelucuan/ komedi cerita. Sinkretisme dalam manga tidak ditampilkan secara filosofis melainkan sangat pragmatis.
ABSTRACT When we are talking about the populer culture, there are many methods to define popular culture itself. One of them called as parody. Parody is an art creation whom created to satizire the real art creation that existed before it. Therefore parody can be found in art creation like manga. In Saint Oniisan manga, there is a parody that being visualised by the manga which refer to Iesu as ‗Jesus Christ? and Budda as ‗Gautama Buddha?. Writer analyzes the parody contents of Saint Oniisan manga which refer to Simon Dentith theory which said that parody is created to make copy a famous figure. On Saint Oniisan manga, the parody context can be found in the physical of the protagonist, historical content of the story, and character of the protagonist on the countrary. Also, we can find a syncretism concept on any chapter from this manga as a comedy pattern which involved to the story. Syncretism on manga is not performed in a philosophical manner but very pragmatic., When we are talking about the populer culture, there are many methods to define popular culture itself. One of them called as parody. Parody is an art creation whom created to satizire the real art creation that existed before it. Therefore parody can be found in art creation like manga. In Saint Oniisan manga, there is a parody that being visualised by the manga which refer to Iesu as ‗Jesus Christ‘ and Budda as ‗Gautama Buddha‘. Writer analyzes the parody contents of Saint Oniisan manga which refer to Simon Dentith theory which said that parody is created to make copy a famous figure. On Saint Oniisan manga, the parody context can be found in the physical of the protagonist, historical content of the story, and character of the protagonist on the countrary. Also, we can find a syncretism concept on any chapter from this manga as a comedy pattern which involved to the story. Syncretism on manga is not performed in a philosophical manner but very pragmatic.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>