Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153863 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiaraningtias Bagus Pertiwi
"Keberadaan struktur geologi merupakan faktor penting dalam eksplorasi panas bumi khususnya pada sistem non-vulkanik. Untuk menurunkan risiko pada tahap pembangunan sumur membutuhkan pemahaman yang baik tentang kondisi bawah permukaan melalui optimalisasi data geofisika berkualitas tinggi. Penelitian ini membahas investigasi struktur bawah permukaan menggunakan optimisasi data magnetotellurik dan data gravity. Anaslisis pola pemisahan kurva dan perubahan bentuk diagram polar dari data MT mengidentifikasi tiga zona sesar yaitu zona Barat dan zona Timur dari sesar Palu Koro serta Sesar Bora. Selain itu, analisis jenis struktur dilengkapi dengan kalkulasi nilai first horizontal derivative dan second vertical derivative dari data gravity yang menunjukkan jenis sesar naik pada sesar Palu Koro sementara sesar normal pada sesar Bora. Kemenerusan sesar Palu Koro terlihat jelas dari hasil pemodelan 2 dimensi gravity yang ditandai dengan zona graben memanjang ke arah Selatan. Berdasarkan pemodelan inversi 3 dimensi MT diketahui lapisan clay cap memiliki nilai resistivitas rendah (<10Ωm) di bawah zona sesar Bora. Delineasi reservoir pada sistem panasbumi Bora Pulu diperkirakan berada disepanjang rekahan-rekahan sesar tersebut.  Sementara nilai resistivitas tinggi mengindikasikan batuan intrusi granit yang dapat berfungsi sebagai sumber panas. Pola sesar Palu-Koro sebagai batasan dari sistem panas bumi yang ditandai dengan kehadiran manifestasi air panas (MAP) bertipe bikarbonat disepanjang jalur sesar. Adapun struktur horst pada sesar Bora dapat diinvestigasi sebagai zona upflow dengan pola up-dome pada model MT yang memiliki MAP bertipe klorida dapat berkorelasi sebagai daerah prospek dengan permeabilitas tinggi. Identifikasi perluasan area prospek pada daerah penelitian diperkirakan mengarah ke Tenggara dengan kemenerusan sesar bora. Analisis struktur yang diintegrasikan dengan data geokimia manifestasi untuk delineasi zona prospek sebagai target pemboran mendapatkan zona graben yang memilikideposit sedimen muda dapat mengurangi celah pada rekahan-rekahan sesar, sehingga persebaran zona permeable pada bagian Barat lebih rendah. Sedangkan pada zona sesar bagian Timur merupakan sesar paling muda yaitu sesar Bora yang berjenis sesar normal mendatar dan relatif memiliki permeabilitas baik. Oleh karena itu, lokasi pemboran menargetkan zona reservoir yang berada disepanjang pertemuan sesar Bora dan zonaTimur sesar Palu-Koro untuk mendapatkan fluida panas bumi.  

The existence of geological structures is an important factor in geothermal exploration, especially in non-volcanic systems. To reduce risk at the stage of well construction requires a good understanding of subsurface conditions through optimizing high-quality geophysical data. This study discusses the investigation of subsurface structures using optimization of magnetotelluric data and gravity data. Analysis of the pattern of curve splitting and changes in the elongation of the polar diagram from the MT data identified three fault zones, namely the West and East zones of the Palu Koro fault and the Bora fault. In addition, the analysis of the type of structure is complemented by the calculation of the first horizontal derivative and the second vertical derivative from the gravity data which shows the type of reverse fault on the Palu Koro fault while normal fault on the Bora fault. The continuity of the Palu Koro fault can be seen clearly from the results of the 2-dimensional gravity modeling which is marked by the graben zone extending to the south. Based on MT 3-dimensional inversion modeling, it is known that the clay cap layer has a low resistivity value (<10 Ωm) below the Bora fault zone. Reservoir delineation in the Bora Pulu geothermal system is estimated to be along these fault fractures. While high resistivity values indicate granite intrusive rocks that can function as heat sources. The Palu-Koro fault pattern is a boundary of the geothermal system which is characterized by the presence of bicarbonate-type hot water manifestations (MAP) along the fault line. The horst structure of the Bora fault can be investigated as an upflow zone with an up-dome pattern in the MT model which has a chloride-type MAP that can be correlated as a prospect area with high permeability. Identification of the expansion of the prospect area in the study area is estimated to lead to the southeast with the continuation of the Bora fault. Structural analysis integrated with manifestation geochemical data for delineation of prospect zones as drilling targets to obtain graben zones that have young sediment deposits can reduce gaps in fault fractures, so that the distribution of the permeable zone in the western part is lower. Meanwhile, the eastern fault zone is the youngest fault, namely the Bora fault, which is a normal fault and has relatively good permeability. Therefore, the drilling location is targeting the reservoir zone which is along the confluence of the Bora fault and the East zone of the Palu-Koro fault to extract geothermal fluids."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Noor Permadi
"Telah dilakukan penelitian terhadap lapangan panas bumi PATRA guna mengidentifikasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan interpretasi dari data gravitasi. Pada penelitian ini data utama adalah data gravitasi yang didukung oleh data geologi permukaan dan metode geofisika lainnya berupa data magnetotellurik. Secara geologi, daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu; Satuan batuan malihan yang terdiri dari batuan sekis, pilit dan kuarsit, Satuan batuan Lempung dan Satuan batuan alluvium. Struktur geologi yang berkembang didaerah penyelidikan berupa sesar-sesar mendatar yang mempunyai trend hampir utara-selatan, sedangkan sesar-sesar normalnya berkembang dengan trend hampir berarah barat-timur. Dari data pengolahan gravitasi tahap awal yang telah dilakukan, dengan densitas rata-rata sebesar 2.33 gr/cc dari metode parasnis yang diduga merupakan nilai dari batuan metamorf.
Struktur geologi yang ditemukan pada daerah penelitian berdasarkan hasil gabungan filtering data gravitasi menyebutkan terdapat dua buah struktur geologi patahan naik yang saling berhadapan, sangat berkemungkinan untuk menjadi struktur graben dibawah permukaan. Sistem panas bumi lapangan PATRA merupakan sistem tectonic setting. Struktur geologi bawah permukaan bumi dapat teridentifikasi dari berbagai pengolahan dan filtering data gravitasi yang menunjukkan bahwa jalur fluida panas berada pada bagian barat dan bagian tenggara daerah penelitian.

The research has conducted on geothermal field PATRA to identify subsurface geological structures based on interpretation of gravity data.In this study,the main data is gravity data that were supported by surface geological data and other geophysical methods, magnetotelluric data. Geologically, the investigation area was divided into three lithologies, there are metamorphic rock composed of schist, phylit and quartzite, clay and alluvium.Geological structures that developing the area of investigations such as horizontal faults that has almost north south trend, while the normal faults develop with the trend nearly east west. Processing of gravity data at early stage has been done with an average density of 2 33 gr cc from parasnis method which believed as the value of the metamorphic rocks.
The geological structure discovered in area of research based on the combined results of filtering gravity data mentioned there are two geological structure thrust fault that face each other, mostly identified as a graben structure below the surface. PATRA 39 s geothermal field system is tectonic setting. Geological structure below the earth 39 s surface can be identified from variety of processing and filtering gravity data that indicating the hot fluid paths is western and the southeastern part of area of research.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnul Riyanto
"Keberadaan struktur dalam lapangan geothermal mempunyai peranan penting untuk terbentuk zona reservoir terutama untuk lapangan geothermal non vulkanis. Hal ini dikarenakan struktur tersebut akan membentuk zona fracture sehingga formasi batuan yang ada disekitarnya menjadi permeable. Inversi 2D magnetotelurik dan forward 2D gravity merupakan salah satu metode yang mutakhir untuk menentukan pola struktur dan zona permeabel dalam sistem panas bumi, tentu saja dengan didukung data geologi dan geokimia.
Dari hasil analisa dari kedua metode tersebut di atas, diketahui bahwa struktur sesar Palu Koro dan Sesar Bora sebagai sesar utama yang membentuk reservoar panas bumi. Hal ini diperkuat dengan analisa geokimia dimana suhu reservoar pada daerah tersebut berkisar 2000C dengan kedalam sekitar 1500-2000 meter dengan mata air panas Bora sebagai Up flow. Dari hasil perhitungan cadangan dengan metode volumetrik, didapatkan potensi yang dapat dikembangkan sekitar 52 MW dengan luas zona prospek 26 km2.

Geological structure in geothermal field have important to develop reservoir zone especialy ini non volcanic system. It caused by the structure might created fracture zone to increase permeability. 2D Inversion of magnetotelluric and forward 2D modeling of gravity are currently method to define structure and permeable zone in geothermal system which is supported by geochemistry and geological data.
From the analysis of both method, known if Palu Koro fault and Bora fault is main structure to made reservoir zone. The geochemist analysis shown if temperature in reservoir is 2000C where Bora hot spring as up flow with 1500-2000 of depth. There was about 52 MW can be developed in Bora area counted by volumetric method with 26 Km2 extensive.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandi Baskoro Soebakir
"Keberadaan struktur geologi merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan zona permeabel pada suatu sistem geotermal. Penelitian ini dilakukan di salah satu area prospek geotermal di zona Sistem Sesar Sumatera (GSF) yang termasuk dalam segmen Angkola dan Barumun yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemenerusan fitur permukaan hingga bawah permukaan terutama struktur geologi yang berkaitan erat dengan zona permeabel dengan mengintegrasikan data geologi, geokimia, dan geofisika. Teknologi remote sensing digunakan untuk mengidentifikasi struktur geologi yang terobservasi di permukaan yang dikorelasikan dengan persebaran manifestasi permukaan. Namun, tidak semua struktur geologi yang terobservasi di permukaan dapat diamati dan kemenerusannya dari permukaan hingga bawah permukaan dilakukan dengan pendekatan geofisika menggunakan data magnetotelurik (MT) dan gravitasi. Interpretasi struktur geologi permukaan berdasarkan analisis remote sensing dan persebaran manifestasi permukaan memiliki korelasi yang positif dengan hasil gravitasi adanya struktur graben dari zona GSF yang memiliki orientasi baratlaut-tenggara. Kelurusan dan karakteristik (arah dan kemiringan) struktur ditandai dengan adanya kontras nilai gravitasi, nilai Horizontal Gradient Magnitude (HGM) maksimum, dan nilai zero Second Vertical Derivative (SVD) serta analisis Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD). Hasil interpretasi struktur bawah permukaan gravitasi berkorelasi positif dengan analisis parameter MT (splitting curve MT) yang dapat mengindikasi zona struktur bawah permukaan. Gabungan interpretasi struktur permukaan dan bawah permukaan teridentifikasi adanya 5 struktur (F1, F2, F3, F4, dan F5) yang diklasifikasikan sebagai Struktur Pasti (F1, F2, F3, dan F4) dan Struktur Diperkirakan (F5) yang memiliki orientasi baratlaut-tenggara. Struktur F3 yang berorientasi baratlaut-tenggara merupakan struktur utama yang berperan sebagai fluid conduit (zona permeabel) yang dibuktikan dengan adanya manifestasi mata airpanas bertipe klorida. Berdasarkan hasil pemodelan inversi 3-D MT dan pemodelan kedepan 2-D gravitasi dapat mendelineasi zona reservoir pada kedalaman 1500 – 2000-meter yang dikontrol oleh struktur F3 dan zona reservoir berasosiasi dengan batuan metasediment yang nantinya dapat menentukan lokasi sumur pengeboran. Untuk memvisualisasikan sistem geotermal secara komprehensif, maka dikembangkan model konseptual dengan mengintegrasikan model geofisika yang memiliki kualitas data optimum dengan data geologi dan geokimia yang saling berkorelasi, sehingga dapat dijadikan dasar dan acuan dalam menentukan lokasi pengembangan sumur produksi dan reinjeksi dan menurunkan resiko kegagalan dalam well targeting.

The existence of geological structures is one of the important parameters in determining the permeability zone in a geothermal system. This study was conducted in one of the geothermal prospect areas in the Sumatera Fault System (GSF) zone included in the Angkola and Barumun segments which aims to identify the continuity of surface to subsurface features, especially geological structures that are closely related to permeability zones by integrating geological, geochemical, and geophysical data. Remote sensing technology is used to identify geological structures observed at the surface that are correlated with the distribution of surface manifestations. However, not all surface-observed geological structures can be observed and their continuity from the surface to the subsurface is done with a geophysical approach using magnetotelluric (MT) and gravity data. Interpretation of surface geological structures based on remote sensing analysis and the distribution of surface manifestations has a positive correlation with the gravity results of the graben structure of the GSF zone which has a northwest-southeast orientation. The alignment and characteristics (direction and slope) of the structure are characterized by the contrast of gravity values, maximum Horizontal Gradient Magnitude (HGM) values, and zero Second Vertical Derivative (SVD) values as well as Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD) analysis. The results of gravity subsurface structure interpretation are positively correlated with MT parameter analysis (splitting curve) which can indicate subsurface structure zones. The combined interpretation of surface and subsurface structures identified 5 structures (F1, F2, F3, F4, and F5) classified as Certain Structures (F1, F2, F3, and F4) and Estimated Structure (F5) that have a northwest-southeast orientation. The northwest-southeast oriented F3 structure is the main structure that acts as a fluid conduit (permeability zone) as evidenced by the manifestation of chloride-type hot springs. Based on the results of 3-D MT inversion modeling and 2-D gravity forward modeling, it can delineate the reservoir zone at a depth of 1500 - 200 meters controlled by the F3 structure and the reservoir zone is associated with metasedimentary rocks which can later determine the location of drilling wells. To visualize the geothermal system comprehensively, a conceptual model was developed by integrating geophysical models that have optimum data quality with geological and geochemical data that are correlated, so that it can be used as a basis and guide in determining the location of production well development and reinjection and reduce the risk of failure in drilling targets."
Jakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherina
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya geotermal terbesar di dunia. Meskipun demikian, masih banyak daerah berpotensi lain yang belum diteliti lebih lanjut, salah satunya adalah daerah Gunung Pancar. Selain itu, akhir-akhir ini, data gravitasi satelit GGMplus juga sering kali menjadi pilihan bagi para peneliti untuk digunakan dalam survei pendahuluan. Oleh karena itu, pada penelitian ini, akan dilakukan komparasi antara data gravitasi satelit GGMplus dan data gravitasi lapangan dalam mengidentifikasi struktur dan keadaan bawah permukaan di daerah geotermal Gunung Pancar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan data gravitasi mana yang lebih konsisten dengan informasi geologi dan penginderaan jauh. Proses pengolahan data terdiri atas pengoreksian data gravitasi, pemisahan CBA (Complete Bouguer Anomaly), pembuatan peta FHD (First Horizontal Derivative) dan SVD (Second Vertical Derivative), analisis patahan, hingga pemodelan inversi 3D dan pemodelan ke depan 2D sebagai pelengkap. Adapun hasil komparasi menunjukkan bahwa CBA dan anomali residual yang dihasilkan oleh kedua data gravitasi sama-sama menampilkan anomali rendah tepat di tubuh gunung. Anomali rendah tersebut diduga berasosiasi dengan kehadiran sistem geotermal Gunung Pancar. Sementara itu, anomali regional dari data gravitasi lapangan menunjukkan hasil yang lebih sesuai dengan informasi geologi dibandingkan data gravitasi satelit GGMplus. Kemudian, data gravitasi lapangan juga berhasil mengidentifikasi dugaan patahan secara lebih detail (sebanyak dua belas dugaan patahan telah teridentifikasi). Selanjutnya, kedua data gravitasi menghasilkan model inversi 3D yang berkorelasi baik dengan penampang AMT (Audio-Frequency Magnetotelluric) hasil penelitian oleh Daud, et al. pada tahun 2017. Terakhir, setelah dilakukan komparasi, dilakukan integrasi dengan data pendukung untuk menghasilkan model konseptual hasil rekonstruksi yang memberikan informasi komprehensif terkait sistem geotermal di daerah penelitian.esimpulannya, data gravitasi lapangan bersifat lebih detail dan representatif dibandingkan data gravitasi satelit GGMplus dalam menggambarkan struktur dan keadaan bawah permukaan di daerah geotermal Gunung Pancar.

Indonesia is one of the countries that has the largest geothermal resources in the world. However, there are still many other potential areas that have not been thoroughly investigated, one of which is the Mount Pancar area. In addition, GGMplus satellite gravity data has recently been used many times by the researchers as part of a preliminary survey. Therefore, in this study, a comparison will be conducted between GGMplus satellite gravity data and field gravity data in identifying subsurface conditions and geological structures in the geothermal area of Mount Pancar. The aim of the comparative study is to determine which gravity data is more consistent with geological and remote sensing information. The data processing consists of gravity data correction, CBA (Complete Bouguer Anomaly) separation, making FHD (First Horizontal Derivative) and SVD (Second Vertical Derivative) maps, fault analysis, 3D inversion modeling, and 2D forward modeling as a complement. The comparison results show that the CBAs and residual anomalies of two-gravity data both depict an appearance of a low anomaly right in the mount’s body. The low anomaly is predicted to be associated with the presence of the Mount Pancar geothermal system. Meanwhile, regional anomalies from field gravity data show results that are more in line with geological information than those from GGMplus satellite gravity data. Then, field gravity data also successfully detected the possible faults in more detail (a total of twelve possible faults have been identified). Furthermore, the two-gravity data generate some 3D inversion models that have a good correlation with the AMT (Audio-Frequency Magnetotelluric) cross sections which was made by Daud, et al. in 2017. Last, after the comparison, integration with supporting data is also carried out to reconstruct a conceptual model that provides comprehensive information related to the geothermal system in the research area. In conclusion, field gravity data is more detailed and representative than GGMplus satellite gravity data in describing the subsurface conditions and geological structures in the geothermal area of Mount Pancar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Barkah
"

Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di sebelah utara Bandung, Jawa Barat mulai dieksplorasi sebagai daerah prospek geothermal sejak awal tahun 1980. Pemboran eksplorasi juga pernah dilakukan hingga kedalaman 620m dengan temperature 50-60oC. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada kemajuan ke tahap pengembangan. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman sistem geotermal pada lapangan ini secara rinci dan terintegrasi.

Salah satu aspek penting dalam sistem geotermal adalah zona permeabel yang erat kaitannya dengan keberadaan struktur geologi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memetakan keberadaan struktur geologi, estimasi temperature, zona permeabel, zona prospek geotermal serta lokasi optimal untuk pemboran. Namun begitu, penelitian ini lebih menekankan pada zona permeabel.

Untuk mendapatkan informasi terkait hal tersebut, maka digunakan metodologi analisis remote sensing dan gravity. Teknik pencahayaan pada citra DEMNAS diaplikasikan pada penelitian ini dengan menggunakan delapan sudut pencahayaan yang berbeda. Teknik ini mampu merepresentasikan zona high fracture, dan struktur geologi major pada skala besar. Zona high fracture yang menindikasikan zona permeable dominan terbentuk di sekitar patahan major. Penggabungan data DEMNAS dan composite band 432 dan 567 pada Landsat 8 menghasilkan deliniasi litologi pada daerah ini. Lebih lanjut, teknik turunan pada data gravity yaitu First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) memberikan informasi strutkur geologi major seperti Sesar Lembang, Sesar Haruman, dan Sesar Ciater di permukaan menerus hingga ke bawah permukaan, adapun beberapa struktur geologi yang tidak nampak di permukaan.

Analisis struktur geologi yang diintegrasikan dengan data MT dan analisis geokimia air menghasilkan model konseptual sistem geotermal di daerah ini. Berdasarkan model konseptual yang dibuat, zona upflow berada di area manifestasi DMS dan CTR, sedangkan zona outflow berada di Utara dan Selatan gunung Tangkuban Parahu. Berdasarkan model MT, zona reservoir berada tepat di bawah puncak gunung Tangkuban Parahu diindikasikan dengan keberadaan dome. Area tersebut memiliki temperature berkisar 240-250oC pada kedalaman BOC -500m di bawah permukaan. Heat source diperkirakan berasal dari sisa intrusi magma. Area optimal untuk pengeboran dari hasil penelitian ini berada pada area sekitar manifestasi DMS dan CTR. Dengan catatan area pemboran ini mempertimbangkan area volcanic hazard (erupsi hidrotermal).


Tangkuban Parahu, located north of Bandung, West Java, has been explored as a geothermal prospect area since the early 1980s. Exploration drilling has also been carried out to a depth of 620m with a temperature of 50-60oC. However, to this day there has been no progress to the development stage. Therefore, understanding detailed and integrated geological conditions are needed.

One of the important aspects of geothermal system is the permeable zone, which is closely related to the existence of geological structures. Therefore, this research was conducted to map the existence of geological structures, temperature estimates, permeable zones, geothermal prospect zone and optimal locations for drilling. However, this study only focus on the permeable zone.

To obtain the information related to permeable zone, a remote sensing and gravity analysis methodology were used. The artificial lighting technique in DEMNAS datasets were applied in this study using eight different sun azimuth angles. This technique is able to represent fracture zones and major geological structures on a large scale. High fracture zone which indicates a permeable zone, predominantly formed around major faults. The combination of DEMNAS data and composite bands 432 and 567 on Landsat 8 have been able to delineate the lithology in this area. Furthermore, the derivative techniques in gravity data, namely First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) have provide information that some of major geological structures that appear on the surface such as Lembang fault, Haruman Fault and Ciater Fault have continuity to the subsurface, while another geological structures are not visible on the surface.

Integration of structural geological analysis with MT model and water geochemical analysis has produced in a conceptual model of the geothermal system in this area. Based on the conceptual model that has been made, the upflow zone is located in the DMS and CTR areas, while the outflow zone is located in the North and South of Tangkuban Parahu mountain. The reservoir zone is located under the Tangkuban Parahu crater, this is indicated by the presence of a dome in the MT model. The area has temperatures ranging from 240-250oC at a depth of BOC -500m below the surface. The heat source may have been formed from residual magma intrusion. The optimal area for drilling from the results of this study is around the DMS and CTR manifestations. With a note that the drilling location must consider a volcanic hazard area (hydrothermal eruption).

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Hikmah Ramadianti
"ABSTRAK
Salah satu target eksplorasi panas bumi adalah zona permeabilitas tinggi, yang mana zona ini biasanya berhubungan dengan banyak struktur. Pemetaan struktur pada geologi hanya mampu menunjukkan struktur permukaan saja. Kemenerusan struktur ke bawah permukaan sulit dideteksi. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis struktur menggunakan metode Magnetotelurik (MT), yaitu induction arrows, kurva splitting dan diagram polar. Dengan menggunakan induction arrow dan diagram polar kita dapat memetakan keberadaan anomali konduktif. Spliting pada data kurva MT pada range frekuensi tinggi biasanya terjadi karena struktur di bawah permukaan. Forward modeling 3-D pun dilakukan guna memastikan struktur pada daerah tersebut, dengan model sintetik yang lebih simple dibuat berdasarkan acuan dari hasil inversi 3-D sehingga dapat mempermudah dalam melihat respon analisis induction arrows, kurva splitting dan diagram polar data MT riil lapangan. Hasil penelitian dari penelitian Lapangan ?S? ini menunjukan adanya korelasi antara struktur geologi dengan data MT baik analisis kurva splitting, induction arrows, dan diagram polar. Korelasi tersebut memperlihatkan adanya kontrol struktur yakni Sesar Sm dan Cg terhadap hadirnya zona main conductor. Zona pemboran diorientasikan sebelah Selatan Sesar Sm berarah NW-SE, dimana berdasarkan kemiringan struktur Sm ini mengarah NE-SW.

ABSTRAK
One of the geothermal exploration target is a zone of high permeability, which is usually associated with a lot of structure. Geological mapping of the structure is only able to show the structure of the surface. Continuity of structures beneath the surface difficult to detect. However, to look for structure, can be done by using the methods of structural analysis magnetotellurics (MT), such as, the induction arrows, splitting curves and polar diagram. By using induction arrow and diagram polar we can map the presence of anomalous conductive. Spliting the MT curve data at high frequency range usually occurs because of the structure below the surface. Forward 3-D modeling was done to ensure the structure of the region, with a more simple synthetic models are based on 3-D inversion results. The results of the Field "S" shows a correlation between the geological structure of the data is good MT splitting curve analysis, Induction Arrows, and a polar diagram. The correlation shows that the control structure of the Sm and Cg Fault zone to the presence of the main conductor. Zone drilling is oriented southern Sm Fault trending NW-SE, which is based on the slope of the structure of Sm leads NE-SW."
2016
S64171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wambra Aswo Nuqramdha
"Tahapan eksplorasi masih menyimpan tantangan terbesar dan memiliki resiko yang tinggi bagi para pelaku industri bidang geothermal. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik mengenai kondisi bawah-permukaan dengan mengintegrasikan data geosains yang memiliki kualitas yang bagus. Target utama dari eksplorasi yaitu penentuan lokasi pemboran dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Pemboran diarahkan pada area yang memiliki temperatur dan permeabilitas yang tinggi. Distribusi temperatur bawah permukaan dapat didekati dari nilai resistivitas yang diperoleh dari data MT. Sementara zona dengan permeabilitas yang tinggi, berasosiasi dengan struktur geologi. Pemetaan geologi hanya dapat menggambarkan struktur geologi di permukaan, sementara kemenerusannya di bawah-permukaan menjadi kesulitan tersendiri untuk dideteksi. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi struktur geologi bawah-permukaan menggunakan data Magnetotellurik (MT) dan Gravitasi. Analisis pola spliting kurva, arah elongasi polar diagram, serta pencitraan struktur di bawah-permukaan dengan melihat hasil inversi 3-dimensi, yang diperoleh dari data MT, serta didukung oleh hasil pemodelan data Gravitasi, merupakan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Data geologi dan geokimia, dilibatkan sebagai data pendukung untuk membuat analisis keberadaan struktur geologi bawah-permukaan ini menjadi lebih komprehensif. Tahap akhir dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi dalam menentukan lokasi pemboran, dengan sebelumnya membuat model konseptual dan mendelineasi daerah prospek. Hasil analisis struktur, model konseptual, dan delineasi daerah prospek, menghasilkan rekomendasi tiga buah sumur eksplorasi. Dua sumur mengarah pada upflow di Gunung ?X?, dan satu sumur mengarah pada upflow di scoria cone.

Exploration stage still holds the biggest challenges and have a high risk for the geothermal industry. Therefore, required a good understanding of subsurface conditions by integrating the geoscientific data that has a high quality. The main target of exploration is the determination of drilling trajectory. The subsurface drilling target is actually directed to high temperature and high permeability zone. Subsurface temperature distribution can be approximated from the resistivity values obtained from the data MT. While the zones with high permeability, associated with geological structures. Geological mapping could only figure out geological structures indicated at the surface. However, continuation of the geological structure into the subsurface is difficult to detect. This study focused on the identification of subsurface geological structure using Magnetotelluric (MT) and gravity data. Splitting pattern analysis from MT curve, the elongation of orientation of polar diagrams, as well as imaging of subsurface structures by looking at the results of 3-dimensional inversion, the data obtained from MT, and supported by the results of Gravity data modeling, a methodology used in this study. Geological and geochemical data, were included as supporting data to make the analysis of the presence of subsurface geological structure has become more comprehensive. And the final stage of this research is to provide recommendations in determining the location of drilling, by first making a conceptual model of the geothermal system and delineating the prospect area. The result of structure analysis, conceptual model, and prospect delineation, provide three exploration wells for recommendation. The first two will be directed to upflow at Mount ?X?, and the other one to upflow at scoria cone."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Novitasari
"Telah dilakukan penelitian guna mendelineasi zona reservoir daerah prospek geothermal "I" berdasarkan data audio magnetotellurik dan gravity, yang dipadu dengan data geologi dan geokimia. Penelitian ini difokuskan pada analisa zona reservoir menggunakan data geofisika audiomagnetotelurik dan gravity. Analisa geologi menggunakan metode remote sensing untuk memetakan struktur di permukaaan. Analisis geokimia digunakan untuk mengistimasi temperatur reservoir, jalannya fluida, dan karakteristik fluida pada sistem geothermal.Berdasarkan analisis remote sensing menggunakan ASTER DEM dan Landsat 8 dilakukan penarikan lineament secara pengamatan manual maka diketahui bahwa arah utama dari kelurusan yang berkembang di daerah prospek geothermal "I" adalah Barat Laut ndash; Tenggara 135 degrees. Kelurusan ini berkorelasi dengan kemunculan manifestasi mata air panas. Analisis data geokimia menunjukkan bahwa manifestasi manifestasi yang muncul di KMP-1, KMP-2, KMP-3, KMP-4,KMP-5, dan KP-2 memiliki pH netral. Geotermometer liquid menunjukan temperatur reservoar sekitar 180 C.Analisis data geofisika menggunakan 31 data titik ukur audio magnetotellurik dan 198 titik ukur gravitasi.
Berdasarkan inversi 3D data AMT dan forward modelling gravitasi terdapat lapisan penudung cap rock dengan nilai resistivitas rendah le; 20 ?m dan densitas 2.2 gr/cc. Batuan cap rock sudah terlihat mulai dari permukaan dan menebal ke arah manifestasi mata air panas KH dan KM dengan kedalaman sekitar 500 meter dengan ketebalan 500 meter hingga 1000 meter. Di bawah batuan cap rock terdapat batuan reservoir dengan nilai resistivitas sedang >20 s.d 65 ?m dan densitas 2,67 gr/cc. Batuan ini diinterpretasikan sebagai respon dari Jatiluhur shale. Lapisan heat source berada di bawah reservoir dengan nilai resistivitas >100 ?m. Top of Reservoir TOR diperkirakan berada pada kedalaman 800 m dari permukaan yang teridentifikasi pada elevasi 0 meter. Luas zona prospek sebesar 0.5 km2 yang berada tepat di bawah Gunung "I".

The research had been conducted to delineate reservoir zone in geothermal prospect area ldquo I rdquo based on audio magnetotelluric and gravity data supported by geology and geochemistry data. This research used audiomagnetotelluric and gravity method to analize reservoir zone. Geology analisys using remote sensing method are used to map the structure on the surface. Geochemical analysis are used to estimate reservoir temperature, fluid flow, fluid chraracteristic fluid in the geothermal system.Based on the remote sensing analysis by using ASTER DEM and Landsat 8 map in manual observation, the main direction of lineament developed in area ldquo I rdquo is West North ndash East South 135 degrees. This lineament is corelated to the appearance of hot springs. The geochemical data analysis shows that hot spring manifestation is the outflow type manifestation which appear in KMP 1,KMP 2, KMP 3, KMP 4, KMP 5, and KP 2 have neutral pH. Liquid geothermometer shows that the reservoir temperature is about 180 C.The analysis of geophysics data uses 31 audio magnetotelluric stations and 198 gravity stations.
Based on 3D AMT data inversion and gravity forward modelling, there is cap rock layer with low resistivity le 20 m and density 2.2 gr cc. The Cap rock layer finds in the surface and thickened toward hotspring KH and KM manifestation with depth about 500 meters with thickness 500 meters up to 1000 meters. Under cap rock layer, there is reservoir rock layer with medium resistivity 20 s.d 65 m and density 2,67 gr cc. This rock is interpreted as the response from Jatiluhur shale. Heat source layer is located underneath reservoir rock layer with resistivity value 100 m. Top of Reservoir TOR is estimated in depth of 800 m from the surface and identified at elevation 0 meter. The prospect area is about 0.5 km2 which located below ldquo I rdquo Mountain.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan Alamsyah
"Indonesia diampit dengan tiga lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Berdasarkan teori tektonik lempeng, pergerakan lempeng disebabkan oleh adanya dorongan dari arus konveksi mantel. Teori tersebut menyebabkan Indonesia mempunyai struktur-struktur geologi yang kompleks. Studi geologi struktur perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan bawah permukaan. Mencari struktur sulit dilakukan maka dari itu, dibutuhkan metode yang tepat dalam memetakan keberadaan struktur geologi. Metode tersebut adalah atribut seismik. Penelitian ini memakai data seismik 2D sebanyak 11 lintasan. Seismik 2D dapat dimodifikasi menjadi seismik volume menggunakan Pseudo 3D sehingga dapat dilakukan atribut seismik dalam mencari struktur geologi. Metode atribut seismik yang tepat dalam memetakan struktur geologi yaitu atribut seismik curvature, coherence, dan variance. Selanjutnya, menentukan atribut terbaik dalam memetakan struktur geologi yaitu variance dan membuat surface horizon map untuk mengetahui ketinggian secara lateral. Selanjutnya, melakukan intrepretasi secara manual dengan bantuan atribut seismik variance dan menganalisis orientasi arah major fault dan gaya utama. Dengan didapat orientasi major fault Timur Laut – Barat Daya dan gaya utama berasal dari Utara – Selatan mendorong ke tengah. Selain itu, dilihat spektrum frekuensi setelah dan sebelum dilakukan Pseudo 3D untuk melihat pengaruh Pseudo 3D terhadap data seismik. Dengan hasil yang dikeluarkan berbeda frekuensi setelah dan sebelum Pseudo 3D sehingga proses Pseudo 3D mempengaruhi kualitas data seismik.

Indonesia is flanked by three plates Eurasia, Pacific, and Indo-Australian. Based on plate tectonic theory, plate movement is caused by nudge from mantle convection current. This theory causes Indonesia to have complex geological structures. Structural Geological studies to be done to determine the sub-surface state. Finding geological structures is difficult, therfore, it takes the right method in mapping the existence of geological structures. The method is a seismic attribute. This study used 11 lines 2D seismic. 2D seismic data can be modified into seismic volumes using Pseudo 3D so that seismic attributes can be performed in search of geological structures. Precise seismic attribute methods in mapping geological structures are curvature, coherence, and variance seismic attributes. Furthermore, determine the best attributes in mapping geological structures namely variance and create a surface horizon map to know the altitude laterally. Next, perform the interpretation manually, with the help of variance seismic attribute and then analyze the orientation of major fault direction and main force. With the orientation of the major fault Northeast – Southwest and main force originating from North – South pushes to the center. In addition, look at the frequency spectrum before and after Pseudo 3D is performed to see the influence of Pseudo 3D on seismic data. With the results issued different frequencies before and after Pseudo 3D so that the Pseudo 3D procces affects the quality of seismic data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>