Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Ulfa
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat mengurangi harapan hidup. Lansia tentunya mengalami proses penuaan sehingga lebih mudah terkena penyakit diabetes. Kurangnya pencegahan faktor risiko diabetes menyebabkan keparahan dan durasi hiperglikemia yang lama, berisiko terjadi komplikasi kronis seperti neuropati diabetik. Latihan senam tangan dan kaki merupakan tindakan keperawatan berbasis bukti yang dapat mengurangi gejala neuropati, serta meningkatkan sensasi dan kemampuan ADL. Penulisan ini bertujuan untuk menjabarkan asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes tipe 2 dengan gejala neuropati melalui latihan senam tangan dan kaki untuk mengurangi keluhan nyeri kronis dan menurunkan risiko kerusakan integritas jaringan pada Nenek L di PSTW Budi Mulia 4 Ciracas. Nenek L berusia 64 tahun mengalami diabetes tipe 2 dengan kadar GDS saat ini 335 mg/dL. Gejala yang dirasakan berupa kesemutan, nyeri (seperti tertusuk), terasa tebal saat berjalan dan beristirahat, serta penurunan sensasi pada tangan dan kaki. Setelah dilakukan intervensi sebanyak 24 kali selama 8 hari, terjadi peningkatan sensasi pada kaki dan tangan, serta penurunan gejala neuropati. Latihan senam tangan dan kaki diharapkan dapat menjadi program harian yang dilaksanakan di PSTW Budi Mulia 4 Ciracas pada lansia dengan diabetes tipe 2 dengan gejala neuropati untuk mengurangi keluhan nyeri kronis dan mencegah risiko kerusakan integritas jaringan.

Diabetes mellitus is a chronic disease that can reduce life expectancy. The elderly experience an aging process, are susceptible to diabetic. The lack of prevention of diabetic risk factors causes the severity and long duration of hyperglycemia, the risk of chronic complications such as diabetic neuropathy. Hand and foot exercises are evidence-based nursing actions that can reduce neuropathy symptoms and improve ADL sensation and ability. This paper aims to describe nursing care for the elderly with type 2 diabetic with symptoms of neuropathy through exercise of the hands and feet to reduce complaints of chronic pain and reduce the risk of damage to tissue integrity in Nenek L at PSTW Budi Mulia 4 Ciracas. Nenek L, 64 years old, has type 2 diabetes with current GDS level of 335 mg/dL. Symptoms are tingling, pain (like being stabbed), feeling thick when walking and resting, and decreased sensation in the hands and feet. After 24 interventions for 8 days, can increase in sensation in the feet and hands, and reduce in neuropathy symptoms. Hand and foot exercises expected to become a daily program carried out at PSTW Budi Mulia 4 Ciracas in elderly with type 2 diabetes with neuropathy symptoms to reduce chronic pain complaints and prevent the risk of damage to tissue integrity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Mahardini
"Latar Belakang. Pasien diabetes melitus (DM) berisiko mengalami komplikasi pada sistem vaskular dan persyarafan, khususnya pada bagian perifer, yang jika tidak tertangani dengan baik dapat berimbas pada terjadinya luka kaki diabetes. Buerger Allen Exercise (BAE) merupakan salah satu pilihan terapi konservatif yang terbukti efektif dalam menangani Peripheral Artery Disease (PAD). Sayangnya beberpa penelitian sebelumnya belum membuktikan efektivitasnya. Pada penelitian ini akan BAE akan dikombinasikan dengan latihan Range of Motion (ROM) kaki untuk melihat efektivitasnya pada vaskularisasi dan neuropati perifer. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas latihan kombinasi BAE dan ROM kaki terhadap perbaikan vaskularisasi dan neuropati perifer pada pasien DM tipe 2. Metode. Desain penelitian yang digunakan adalah quassi experiment with pre test-post test two goups dengan total 72 orang pasien DM tipe 2 sebagai responden. Responden dibagi rata secara acak ke dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan latihan kombinasi BAE dan ROM kaki, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan latihan tunggal BAE. Setiap kelompok melaksanakan latihan kaki selama dua minggu dengan 2 siklus latihan perhari dan total durasi 30 menit. Sebelum dan setelah latihan, responden dikaji nilai Ankle Brachial Index (ABI) untuk menilai vaskularisasi dan nilai Michigan Neuropathy Screening Instruments (MNSI) untuk menilai neuropati. Hasil. Latihan kombinasi BAE dan ROM kaki lebih efektif dalam meningkatkan nilai ABI daripada latihan tunggal BAE (pvalue 0,00). Latihan kombinasi BAE dan ROM kaki juga lebih efektif dalam menurunkan nilai MNSI daripada latihan tinggal BAE (pvalue 0,00). Kesimpulan Latihan kombinasi BAE dan ROM kaki efektif dalam memperbaiki vaskularisasi dan neuropati perifer melalui perbaikan nilai ABI dan MNSI.

Background. Patients with diabetes mellitus (DM) are at risk of experiencing complications in the vascular and nervous system, especially in the peripheral areas. These complications can lead to even worse complication without proper intervention such as diabetic foot wounds. Buerger Allen Exercise (BAE) is a conservative therapy option that has been proven effective in treating Peripheral Artery Disease (PAD). Unfortunately, the effect of BAE on neuropathy has not been clearly proven. In this study, BAE will be combined with foot Range of Motion (ROM) exercises to see its effectiveness on vascularization and peripheral neuropathy. Objective. This study aims to identify the effectiveness of combined BAE and foot ROM exercises to improve vascularization and peripheral neuropathy in type 2 DM patients. Methods. Quasi experiment with pre test-post test two groups design was conducted on total of 72 type 2 DM patients. Respondents were divided randomly into intervention and control group. The intervention group received a combination of BAE and foot ROM exercises, while the control group received single BAE exercises. Each group carried out leg training for two weeks with 2 training cycles per day and a total duration of 30 minutes. Before and after exercise Ankle Brachial Index (ABI) score and the Michigan Neuropathy Screening Instruments (MNSI) score were assessed. Results. Combination BAE and foot ROM exercise was more effective in increasing ABI score than BAE-only exercise (pvalue 0.00). The combination of BAE and foot ROM combination was also more effective in reducing the MNSI score than BAE-only exercise (pvalue 0.00). Conclusion: Combination exercise of BAE and foot ROM is effective in improving vascularization and peripheral neuropathy as shown by improved ABI and MNSI score."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Apriani
"Latar Belakang.Pengetahuan dan perilaku perawatan kaki secara mandiri merupakan dasar yang harus dimiliki oleh pasien diabetes melitus. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian edukasi perawatan kaki melalui aplikasi diary monitoring terhadap pengetahuan dan perilaku perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pendekatan pre-post test dengan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 responden yang dibagi menjadi 36 respoden kelompok intervensi dan 36 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan perlakuan edukasi standar RS dan pemberian aplikasi diary monitoring perawatan kaki (penginstalan, penjelasan penggunaan), sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan edukasi standar RS (leaflet). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata selisih skor tingkat pengetahuan perawatan kaki antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol p value 0,003 (<0,05), ada perbedaan yang signifikan rerata selisih skor perilaku perawatan kaki antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol p value 0,000 (<0,05). Aplikasi diary monitoring diharapkan dapat diterapkan pada pasien secara mandiri dan mudah dilakukan di rumah agar dapat meningkatan pengetahuan dan perilaku perawatan kaki pada pasien DM tipe 2.

Background.Knowledge and behavior of independent foot care are supposed to be the fundamental owned by diabetes mellitus patients. Objective this study aims to determine the effectiveness of providing foot care education through a diary monitoring application on knowledge and foot care behavior in type 2 diabetes mellitus patients. Methods uses a quasi-experimental approach with a pre-post test approach with a control group. The sample in this study consisted of 72 respondents who were divided into 36 respondents in the intervention group and 36 respondents in the control group. The intervention group was given standard hospital educational treatment and the foot care diary monitoring application (installation, explanation of use), while the control group was only given standard hospital education (leaflets). Results of this study show that there is a significant difference in the mean difference in foot care knowledge level scores between the intervention group and the control group p value 0.003 (<0.05), there is a significant difference in the mean difference in foot care behavior scores between the intervention group and the control group p value 0.000 (<0.05). It is hoped that the diary monitoring application can be applied to patients independently and is easy to do at home in order to increase knowledge and foot care behavior in type 2 DM patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Shaka Wiranti
"Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan kronik yang dapat mempengaruhi kualitas hidup serta menyebabkan kematian. Lansia sebagai populasi yang mengalami proses penuaan, rentan menderita penyakit DM. Rendahnya pengendalian terhadap faktor risiko DM meningkatkan keparahan hiperglikemia dan risiko komplikasi kronis berupa neuropati diabetes. Latihan senam kaki sebagai salah satu intervensi praktik keperawatan berbasis bukti dapat mengurangi keparahan gejala neuropati dan meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita neuropati dibetes. Penulisan ini bertujuan untuk memaparkan asuhan keperawatan lansia dengan DM dan gejala neuropati menggunakan latihan senam kaki untuk mencegah risiko kerusakan integritas jaringan pada Nenek I di PSTW Budi Mulya 1 Cipayung. Nenek I usia 66 tahun memiliki penyakit DM yang terdeteksi beberapa tahun lalu dengan kadar GDP saat ini 400mg/dl. Gejala neuropati yang dirasakan adalah telapak kaki terasa kebas, kesemutan, terasa tebal saat berjalan, serta terjadi penurunan sensitivitas kaki. Setelah dilakukan intervensi sebanyak 10 kali selama 3 minggu, terjadi penurunan gejala neuropati dan peningkatan sensitivitas kaki. Latihan senam kaki diharapkan dapat menjadi program rutin dan berkelanjutan yang diterapkan di PSTW Budi Mulya 1 Cipayung untuk mencegah terjadinya risiko kerusakan jaringan pada lansia dengan DM dan gejala neuropati.

Diabetes mellitus (DM) is a chronic health problem that can affect the quality of life and cause death. The elderly as a population experiencing the aging process, are susceptible to diabetes. The low control of DM risk factors will increase the severity of hyperglycemia and the risk of chronic complications—such as diabetic neuropathy. Foot gymnastics exercise as an evidence-based nursing practice intervention can reduce the severity of neuropathic symptoms and increase foot sensitivity in diabetic neuropathy sufferers. This writing aims to describe nursing care for the elderly with DM and symptoms of neuropathy using foot gymnastics  exercises to prevent the risk of tissue integrity damage to Nenek I at PSTW Budi Mulya 1 Cipayung. Nenek I aged 66 years, had DM which was detected a few years ago with a current GDP level of 400mg/dl. Symptoms of neuropathy that are felt at this time are numbness of the feet, tingling, feeling thick when walking, and decreased foot sensitivity. After the intervention 10 times for 3 weeks, there was a decrease in neuropathy symptoms and an increase in foot sensitivity. Foot gymnastics exercise is expected to become a routine and sustainable program implemented at PSTW Budi Mulya 1 Cipayung to prevent the risk of tissue damage in the elderly with DM and symptoms of neuropathy.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan
"Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis dimana kadar gula dalam darah tinggi (> 200 mg/dL). Salah satu faktor risiko diabetes melitus adalah gaya hidup tidak sehat yang banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan, seperti pola makan tidak baik dan jarang berolahraga. Diabetes melitus yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi ke organ-organ tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, bahkan mengenai saraf. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan intervensi latihan senam kaki diabetik pada klien diabetes. Pemberian intervensi senam kaki menunjukkan telapak kaki lebih sensitif, lebih nyaman dan gula darah stabil setelah 6 minggu. Perawat keluarga diharapkan dapat mengembangkan program olahraga yang sesuai dengan kondisi klien sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sensitivitas kaki dan mengontrol kadar gula darah.

Diabetes mellitus is a chronic disease where blood sugar levels are high (> 200 mg / dl). One of the risk factors for diabetes mellitus is an unhealthy lifestyle that is found in many urban communities, such as poor diet and rarely exercising. Uncontrolled diabetes mellitus will cause complications to other organs such as the heart, kidneys and even nerves. This scientific work aims to describe the implementation of diabetic foot gymnastic training interventions for diabetic clients. Foot exercise interventions results client felt the soles of the feet were more sensitive, more comfortable and blood sugar is stable after 6 weeks. Thus, it is expected that family nurses develop a sports program that is in accordance with the clients condition as an effort to increase foot sensitivity and control blood sugar levels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
"Manajemen kaki diabetik sangat penting bagi orang yang mengalami diabetes melitus. Lansia dengan proses penuaan akan mengalami berbagai penurunan fungsi organ termasuk pembuluh darah, saraf, dan ketahanan terhadap infeksi. Kondisi tersebut menyebabkan lansia memiliki resiko lebih tinggi untuk  mengalami masalah kaki diabetik. Perilaku perawatan kaki merupakan bagian dari manajemen kaki diabetik. Pengetahuan perawatan kaki yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan lansia tentang perawatan kaki diabetik dan bagaimana perilaku perawatan kaki pada lansia. Penelitian ini merupakan peneltiian kuatitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan teknik probability sampling dengan teknik simple random sampling pada 82 lansia dengan diabetes melitus tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Diabetic Foot Care Knowledge Scale merupakan kueisioner yang sering dipakai dalam mengukur pengetahuan seseorang penderita diabetes tentang perawatan kaki, dan The Nottingham Assessment of Functional Foot Care untuk mengukur perilaku perawatan kaki. Hasil penelitian ini menunjukan 52,4 % responden berpengetahuan baik, 47,6 % responden berpengetahuan cukup dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Perilaku perawatan kaki pada responden menunjukan 61 % berperilaku positif dan 39% berperilaku negatif. Hasil Analisa korelasi chi-square antara pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki diperoleh nilai r-Value (0,000) < a (0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2.

Diabetes foot care is crucial for individuals with diabetes mellitus. Elderly individuals undergoing the aging process experience various declines in organ functions, including blood vessels, nerves, and resistance to infections. This condition predisposes the elderly to a higher risk of developing diabetic foot problems. Foot care behavior is an integral component of diabetic foot management. Adequate knowledge of foot care is one of the factors influencing foot care behavior. This research aims to identify the extent of elderly individuals' knowledge regarding diabetic foot care and assess their foot care behavior. The study employs a quantitative approach with a cross-sectional design, utilizing probability sampling techniques through simple random sampling on 82 elderly individuals with type 2 diabetes mellitus. The instruments  used including the Diabetic Foot Care Knowledge Scale questionnaire, frequently used to assess a diabetic patient's knowledge of foot care, and The Nottingham Assessment of Functional Foot Care to evaluate foot care behavior. The research findings reveal that 52.4% of respondents have good knowledge, 47.6% have sufficient knowledge, and no respondents have inadequate knowledge. Regarding foot care behavior, 61% of respondents exhibit positive behavior, while 39% exhibit negative behavior. The chi-square correlation analysis between knowledge of foot care and foot care behavior yields a ρ-Value (0.000) < α (0.05), indicating a significant relationship between the level of knowledge of foot care and foot care behavior in elderly individuals with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Upaya pemulihan kondisi pasca-amputasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mobilisasi dini. Mobilisasi yang tidak tepat meningkatkan morbiditas perioperatif dan lama rawat, serta memperlambat proses penyembuhan luka. Tujuan penulisan untuk menganalisis intervensi mobilisasi secara aman pada pasien pasca- amputasi bawah lutut menggunakan metode Metode yang digunakan dengan menerapkan latihan mobilisasi selama 6 hari berturut-turut, sebanyak 2 kali dalam sehari, serta dilakukan selama 30 menit setiap kali latihan. Latihan meliputi latihan tungkai, perubahan posisi, berdiri seimbang dan berpindah posisi. Hasil evaluasi hari ke 6 klien mampu latihan gerak tungkai, berubah posisi serta posisi secara mandiri. Berdiri seimbang dan berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dengan bantuan serta terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Mobilisasi dini pasca- amputasi diperlukan sebagai upaya pemulihan kondisi pasien dan melatih kemampuan berjalan.

Efforts to restore post-amputation conditions can be done in various ways, one of which is early mobilization. Improper mobilization increases perioperative morbidity and length of stay, and reduces wound healing. The purpose of this paper is to analyze the interventions of safely mobilization to post below knee amputation using SAFEMOB method. This study used method which applied mobilization exercises for 6 consecutive days in 2 times a day, for 30 minutes each exercise. Exercises involve leg exercises, position changes, dangling, standing balanced and moving positions. The results of the 6 day evaluation, the patient was able to train joint movements, change position and dangling independently. Standing in balance and shifting from bed to wheelchair with help also lies in increasing strength in the lower extremities. Early mobilization post- amputation is needed as an effort to restore the patients condition and practice walking skills. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rangga Putera
"Sepertiga masa kehidupan perempuan berlangsung dalam periode menopause, dengan lebih dari 80 % perempuan yang melaporkan gejala klimakterik dengan berbagai keluhan dan akibat pada tingkat kualitas kehidupan. Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) menyebabkan perubahan metabolik yang dapat menyebabkan menopause dini dan memperburuk gejala klimakterik. Penelitian kami bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gangguan tingkat kualitas hidup perempuan menopause yang mengalami DMT2, dengan durasi telah menopause, durasi telah DMT2, nilai antropometri, dislipidemia, tingkat aktivitas fisik, status nutrisi dan status kendali kadar glukosa darah. Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2024 pada 108 perempuan menopause dengan DMT2, yang merupakan peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis pada 15 Pusat Kesehatan Masyarakat tingkat Kecamatan, yang termasuk dalam kriteria penerimaan. Kuesioner The Menopause-spesific Quality Of Life (MENQOL) digunakan untuk mengetahui gejala klimakterik dan tingkat kualitas hidup. Studi ini menunjukkan bahwa gejala klimakterik dengan gangguan kualitas hidup tersering adalah nyeri sendi dan otot (72,2%), mudah pelupa (68,5%) dan kekuatan fisik berkurang (62,0%). Rerata tertinggi skor MENQOL untuk tiap aspek adalah aspek fisik (3,01 ± 1,06), diikuti oleh aspek psikososial (2,60 ± 1,24). Terdapat hubungan yang berbeda secara statistik pada faktor Indeks Massa Tubuh dengan gangguan aspek psikososial (p = 0,036) dan vasomotor (p = 0,005), lingkar pinggang dengan gangguan aspek vasomotor (p = 0,009), serta durasi telah DMT2 dengan gangguan aspek seksual (p = 0,032). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dampak gejala klimakterik pada tingkat kualitas hidup perempuan menopause dengan DMT2, yang menekankan perlunya menciptakan kesadaran mengenai gejala klimakterik dan tata kelola untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

Background: One-third of a woman's lifespan occurs during the menopausal period, with over 80% of women reporting climacteric symptoms during menopause, resulting in various symptoms and consequences on the quality of life. Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) induces metabolic changes that can lead to early menopause and exacerbate climacteric symptoms. Our study aimed to investigate whether there is a relationship between disturbances in the quality of life of menopausal women with T2DM and the duration of menopause, duration of T2DM, anthropometric values, dyslipidemia, level of physical activity, nutritional status, and blood glucose control status.
Methods: A cross-sectional study was conducted from January to February 2024 involving 108 menopausal women with diabetes mellitus, who were participants of the Chronic Disease Management Program at 15 District Health Community Centers, meeting the inclusion criteria. The Menopause-Specific Quality Of Life (MENQOL) questionnaire was utilized to assess climacteric symptoms and the quality of life.
Results: This study revealed that the most prevalent climacteric symptoms affecting quality of life were joint and muscle pain (72.2%), poor memory (68.5%), and reduced physical strength (62.0%). The highest mean MENQOL scores for each aspect were in the physical domain (3.01 ± 1.06), followed by the psychosocial domain (2.60 ± 1.24). Furthermore, the Body Mass Index was found to significantly increase the quality of life disturbances in the psychosocial aspect (p = 0.036) and vasomotor (p = 0.005) aspects, waist circumference in the vasomotor aspect (p = 0.009), and duration of T2DM in the sexual aspect (p = 0.032).
Conclusion: Climacteric symptoms have an impact on the quality of life of menopausal women with T2DM, emphasizing the need to raise awareness about climacteric symptoms and the management to improve their quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Mohammad Nuzul
"Tingginya prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dan makanan khas daerah yang mengandung cukup banyak lemak menyebabkan peningkatan resiko peripheral arterial disease di Kota Palu. Latihan Buerger Allen merupakan salah satu cara mencegah dan mengatasi penyakit ini. Akan tetapi, latihan tersebut kurang digunakan karena belum adanya penelitian terkait latihan ini yang dipublikasikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ini terhadap sirkulasi perifer pada ekstremitas bawah pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi-experimental, model pretest?posttest nonequivalent control group dengan 24 responden. Latihan ini diberikan kepada kelompok perlakuan selama 4 hari, 3 kali sehari, 2 siklus latihan selama 22 menit. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna nilai ankle brachial index antara pretest dan posttest pada kelompok perlakuan (p = .047; α .05), sebaliknya tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol (p = .083; α .05). Secara statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai ankle brachial index posttest kelompok perlakuan dengan kontrol (p = .045; α .05), sehingga disimpulkan latihan ini efektif meningkatkan sirkulasi arteri perifer ekstremitas bawah. Disarankan agar latihan ini diberikan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Patient with diabetes mellitus have high risk of peripheral arterial disease. The risk increased on Palu City due to high prevalence of diabetes mellitus type 2 and food culture with high amount of fats. The Buerger-Allen exercise studies showed positive effect to improve lower extremity perfusion among patients with type 2 diabetes mellitus. However, this exercise gradually has been dropped in recent decades due to lack of published study in Indonesia. The study aimed to identify the effectiveness of this exercise to improve peripheral circulation of lower extremity. This study is the quasi-experimental with a pretest-posttest nonequivalent control group model, which enrolled 12 experimental and 12 control participants. Exercise had provided for 4 days, 3 times a day, and 2 cycles exercise for 22 minutes. The result showed significant difference of ankle-brachial index between the experiment and control group (p = .045; α .05). This study recommends Buerger-Allen exercise to be applied to patients with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>