Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zalfa Dhia
"Penerjemahan merupakan suatu proses reproduksi teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan yang terdekat. Kegiatan penerjemahan seringkali mengalami kendala, seperti ketika menerjemahkan konsep budaya bahasa sumber yang tidak dikenal dalam budaya bahasa sasaran. Penelitian ini membahas perbedaan prosedur penerjemahan kata budaya material novel Botchan dalam terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia beserta penyebabnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis terjemahan dengan konsep kata budaya dan prosedur penerjemahan oleh Newmark sebagai dasar teorinya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kata budaya material berdasarkan kategori kata budaya Newmark dalam novel Botchan bahasa Jepang, terjemahan bahasa Inggris, dan terjemahan bahasa Indonesia, kemudian menganalisis prosedur penerjemahan dari kedua terjemahan tersebut dengan menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari Botchan memiliki kecenderungan menerjemahkan kata budaya material dengan berorientasi terhadap bahasa sasaran. Meski demikian, terjemahan bahasa Indonesia masih menyisakan sedikit unsur budaya bahasa sumber. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu penerjemahan antara terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang terpaut cukup jauh, juga andil Cool Japan yang masuk ke Indonesia ketika Botchan diterjemahkan.

Translation is a process of reproducing text from the source language into the target language with the closest equivalent. Translation activities often encounter obstacles, such as when translating cultural concepts of the source language that are not recognized in the target language culture. This study discusses the differences in translation procedures of material cultural words of Botchan novel in English and Indonesian translation and their causes. This research uses translation analysis method with Newmark's concept of cultural words and translation procedure as the theoretical basis. The research was conducted by collecting material cultural words based on Newmark's cultural categories in Botchan's Japanese novel, English translation, and Indonesian translation, then analyzing the translation procedures of the two translations using Newmark's theory of translation procedures. The analysis shows that the English and Indonesian translations of Botchan have a tendency to translate material cultural words using procedures that oriented towards the target language. However, the Indonesian translation still leaves some cultural elements of the source language. This difference is due to the time difference between the English and Indonesian translations, which is quite far apart, as well as Cool Japan's contribution to Indonesia when Botchan was translated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Setiap manusia hidup di dalam ruang. Di dalam karya sastra, latar ruang juga menjadi salah satu unsur intrinsik. Latar ruang dalam karya sastra dapat diwujudkan dengan sebuah kamar, rumah, desa, kota, atau negara. Pada pertengahan zaman Meiji, karya sastra bertemakan kampung halaman muncul di Jepang. Karya sastra kampung halaman menggambarkan masalah yang ada di kota dan kebahagiaan yang terdapat di desa. Novel Botchan yang terbit pada 1906 memiliki dua latar ruang, yaitu Kota Tokyo dan "daerah di sekitar Shikoku". Penelitian ini akan menggambarkan latar ruang novel Botchan tersebut. Penelitian ini akan meminjam metode penelitian yang dilakukan oleh Tsuyoshi Kato. Melalui penggambaran itu, didapatkan bahwa tokoh Botchan memandang rendah "daerah di sekitar Shikoku" dan membangga-banggakan Kota Tokyo. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa novel Botchan merupakan antitesis dari sastra kampung halaman.

Humans live in a space. Space is also one of intrinsic elements of fiction. In fiction, space setting can be room, house, city, countryside, or state. In the mid-Meiji era, literary phenomenon called native place literature that discuss problematic city and peace of countryside emerged. Botchan is a novel that published in 1906. The novel has space setting in Tokyo and "an area around Shikoku". This study will describe Botchan’s space setting. This study will use method study which was conducted by Tsuyoshi Kato to describe both space settings. Through the depiction of them, we will get that the main character called Botchan have an underestimate opinion about "an area around Shikoku" and a pride of Tokyo. As the opinion from Botchan, this study is going to verify the hypothesis that Botchan novel is an antithesis of native place literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yustitasari
"Media modern, termasuk film, merupakan sesuatu yang dikonsumsi masyarakat luas di seluruh dunia. Kecanggihan teknologi kini membantu produk media menjangkau lebih banyak konsumen dari mancanegara. Dalam hal film, terjemahan berkualitas dibutuhkan agar dapat memastikan bahwa penonton asing dapat memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Namun, penerjemahan bisa menjadi pekerjaan yang sulit dilakukan, terutama ketika terdapat banyak penggunaan kata, frasa, dan kalimat tidak literal yang terikat dengan budaya tertentu. Makalah ini membahas jenis-jenis bahasa kiasan dan tata cara penerjemahannya yang terdapat dalam Babak 1 film musikal sejarah berjudul Hamilton (2020). Penelitian ini membandingkan dan menganalisa takarir (subtitle) resmi, dalam bahasa Inggris dan Indonesia, di platform resmi Disney+ Hotstar menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada teori kategorisasi bahasa kiasan milik Kennedy dan teori strategi penerjemahan bahasa kiasan milik Pierrini. Penelitian ini menemukan bahwa hiperbola, personifikasi, metafora, dan simile merupakan jenis bahasa kiasan yang paling umum digunakan dalam film ini. Sementara itu, strategi penerjemahan yang paling sering diterapkan adalah penerjemahan literal. Hasil terjemahan bahasa kiasan dalam film ini secara keseluruhan dapat diterima, meskipun masih terdapat beberapa bagian terjemahan yang terdengar agak canggung. Selain itu, terdapat juga beberapa bagian terjemahan yang berpotensi menimbulkan kebingungan dan salah tafsir. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman penerjemah terhadap bahasa kiasan atau kesalahan dalam memilih strategi penerjemahan yang sesuai. Secara keseluruhan, penonton masih dapat menikmati terjemahan bahasa kiasan ini terlepas dari potensinya yang masih bisa ditingkatkan.

Modern media, including movies, has been something widely consumed by everyone all over the world. The advanced technology now helps media products to reach wider and even foreign consumers. When it comes to movies, proper translation is needed to make sure that the foreign audience can still understand the meaning and message the movies deliver. However, translation can be something difficult to do, especially when non-literal, culturally-bounded words, phrases, and sentences are used. This paper discusses the types of figurative language and its translation procedures that can be found in the Act 1 of a musical historical movie Hamilton (2020). In order to do so, the official English and Indonesian subtitles provided on its official streaming platform, Disney+ Hotstar, are compared and analyzed using a descriptive-qualitative method. This study is based on Kennedy’s categorization of figurative language and Pierrini’s theory of figurative translation strategies. The research finds that hyperbole, personification, metaphor, and simile are the most common types of figurative language in this movie. Meanwhile, the translation strategy that is applied most often is literal translation. The translation as a whole can be accepted, although several parts sound a bit awkward. However, there are also some parts of the translation that potentially cause confusion and misinterpretation. It may have been caused by the translator's lack of understanding of the figurative language or mistakes in choosing the suitable translation strategies. Overall, the audience can still enjoy this translation of figurative language despite its possibility to be further improved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Pahala Alexandra
"Botchan yang menamatkan studinya mendapat tawaran pekerjaan di sebuah daerah di Shikoku yang cukup jauh dari Tokyo sebagai guru sekolah lanjutan. Botchan yang tidak memiliki persamaan perilaku dengan warga di sana kerap mendapat ijime. Konsep Shudan shugi dan Honne Tatemae di Jepang yang secara alami mengatur masyarakat Jepang secara alami bertingkah laku sesuai tempatnya ternyata menjadi pemicu utama ijime ini.

Botchan who has completed his study received an offering job as a senior high teacher in the area of ​​Shikoku where is quite far from Tokyo. Botchan who has nothing in common with the behavior of the people there often get ijime. The concept Shudan shugi and Honne Tatemae in Japan that naturally control Japanese act in front of public and group according to the place, turned out to be the main drivers of this ijime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Khairiah
"Penelitian ini merupakan penelitian masalah penerjemahan yang bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kata budaya dari novel Entrok ke dalam The Years of the Voiceless 2013. Penelitian dilakukan melalui ancangan kualitatif dan ancangan fungsional dengan model kausal komparatif yang diusulkan oleh Williams dan Chesterman untuk melihat prosedur penerjemahan kata budaya yang diterapkan penerjemah dalam mencapai skopos. Berdasarkan kategori kata budaya Newmark, peneliti ini mengidentifikasi 80 kata budaya yang dianggap representatif, meliputi kategori budaya materiel; kategori budaya sosial dan hiburan; dan kategori organisasi, adat, prosedur, aktivitas, dan konsep. Data dikumpulkan melalui penelitian perpustakaan dan wawancara dengan penerjemah. Setelah dikumpulkan, data itu dianalisis melalui teknik analisis kausal komparatif, yaitu dengan membandingkan kata budaya dalam TSu dan terjemahannya dalam TSa dan menganalisis prosedur penerjemahan yang diterapkan penerjemah untuk memenuhi skopos.
Dalam penelitian ini ditemukan empat masalah penerjemahan, yaitu 1 konsep dan referen dalam BSu tidak ditemukan di dalam BSa, 2 referen dan konsep BSu tidak dileksikalkan di dalam BSa, 3 BSa kekurangan kata spesifik dalam BSu, 4 adanya perbedaan perspektif antara BSu dan BSa dalam melihat referen yang sama. Untuk mengatasi masalah-masalah penerjemahan itu, penerjemah menerapkan 9 prosedur penerjemahan yang meliputi eksplisitasi, generalisasi, harfiah, kalki, kuplet transferensi dan catatan kaki, transposisi dan padanan budaya, transposisi dan padanan deskriptif, padanan budaya, padanan deskriptif, padanan fungsional, dan transferensi. TSa memenuhi skoposnya melalui prosedur penerjemahan yang diterapkan dengan mempertimbangkan konteks. Berdasarkan ulasan pembaca, TSa dianggap berhasil mempertahankan gaya bahasa penulis dan memberikan nuansa budaya TSu. Pemberian penjelasan tambahan pada catatan kaki membantu pembaca memahami makna kata budaya TSu tetapi mengurangi kenyamanan dalam membaca.

This research on translation problems aims to describe the translation of cultural words from Entrok novel into The Years of the Voiceless 2013. This research was conducted through qualitative and functional approaches and was analyzed by using Williams and Chesterman's causal comparative model to see the translation procedures applied to fulfill the skopos. Based on Newmark's cultural words category, the researcher identified 80 cultural words that were categorized into 1 material culture 2 social culture and leisure and 3 organization, customs, procedure, activity, and concept. The data were collected through library research and interview with the translator. The research then used the causal comparative technique to compare the source text's cultural words with its translation and to analyze the translation procedures chosen by the translator to fulfill the skopos of TT.
There are four translation problems found in this research and they are 1 a reference and concept in SL having no reference and concept in TL, 2 a reference and a concept in SL not lexicalized in TL, 3 TL lacking of specific words, and 4 different perspective between SL and TL in viewing a reference. To deal with those translation problems, there are 9 procedures applied by the translator that include explicitation, generalization, literal, calque, couplet transference and footnote, transposition and cultural equivalent, transposition and functional equivalent, cultural equivalent, descriptive equivalent, functional equivalent, and transference. TT fulfills its skopos through the translation procedures applied by considering the ST's context. According to the review of TT readers, TT is considered succeed to maintain the writer's language of style and give the nuance of ST's culture. The footnote also helps TT readers to understand ST cultural words but minimizes readers'comfort in reading.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natsume, Soseki
Tokyo: University of Tokyo Press, 1978
895.63 NAT st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Fakhriyah
"Sebagai produk budaya yang mengandung pesan tertentu, karya sastra sering kali diperkenalkan ke negara-negara lain dengan cara diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda. Penerjemahan karya sastra seperti novel bertujuan agar pembaca yang tidak menguasai bahasa sumber karya tersebut tetap dapat menerima pesan yang akan disampaikan. Dalam menerjemahkan bahasa sumber ke bahasa sasaran, penerjemah harus mampu menjaga keutuhan amanat teks yang diterjemahkan, dengan menyesuaikan padanan yang digunakan dengan konteks ataupun latar belakang budaya bahasa sasaran. Namun, terkadang penyesuaian tersebut membuat penerjemah harus mengubah padanan yang menyebabkan pergeseran. Pergeseran tersebut disebabkan oleh perbedaan komponen makna dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Artikel ini memaparkan jenis-jenis pergeseran yang terjadi ketika nomina istilah kesehatan dalam bahasa Prancis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan penyebab terjadinya pergeseran tersebut.
As a cultural product which consist of certain message, literature is often introduced to another countries by translating it into different languages. The translation of literature, such as novel aims to have the readers who are not mastering the source language of the work, been able to understand the delivered messages. In the process of translating from the source language to translation language, the translator should be able to keep the unity of message in the text, by adjusting translation with the context and cultural background of translation language. Therefore, occasionally the adjustment make the translator to change the translation and cause translation shifts. Translation shifts is caused by the difference of significance component from the source language to translation language. This article explains the type of translation shifts which happen when the noun of health term in French, translated into Indonesian, and the cause of translation shifts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Nurjana
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kata budaya dalam novel Laskar Pelangi ke bahasa Jepang, dalam novel Niji no Shoonentachi. Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif dengan model komparatif. Kata budaya dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan klasifikasiyang dikemukakan oleh Newmark. Dalam penelitian ini telah dikumpulkan 186 data dari dua kategori unsur budaya saja, yaitu materi dan ekologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, artinya membaca kedua teks itu. Analisis komparatif atas data menggunakan alat kerja berupa kamus baik cetak maupun daring. Sebagai hasilnya, ditemukan terjemahan 161 kata budaya yang sepadan dan 25 tidak sepadan.
Strategi yang digunakan oleh penerjemah adalah penerjemahan harfiah, kata umum, penyulihan budaya, kuplet, naturalisasi bahasa Indonesia, penghilangan, deskriptif, naturalisasi bahasa Inggris, dan kalki. Sementara itu, gaya bahasa penerjemah cenderung mengikuti gaya bahasa pengarang atau mempertahankan nilai estetis teks sumber. Dengan begitu, penerjemah menerjemahkan Laskar Pelangi berdasarkan ideologi penerjemahan pengasingan dan telah menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

This research aims to clarify the method and technique of the translation of cultural words in ldquo Laskar Pelangi rdquo into Japanese novel, ldquo Niji no Shoonentachi. rdquo This research uses descriptive approach with comparative models. Cultural words in this study are determined based on the classification proposed by Newmark rsquo s models. In this research 186 data have been collected according to the two cultural categories, namely, material one and ecological one.
The data collection is done by comparing Japanese the target language, and Indonesian the source language. This comparative analysis of the data uses work tools such as dictionaries, both prints and online.As a result, there are 161 equivalences and 25 not equivalences found out of the 186 data in the translation.
The strategy used by the translator consists of literal translation, using general words, cultural substitution, couplet, naturalization from Indonesian, omission, descriptive, naturalization from English and calque. Meanwhile, style of a translator tends to follow that of literal expression of an author, trying to bring out the aesthetic value of the source language. Following this tendency and attitude, the translator of ldquo Laskar Pelangi rdquo has produced the quality of translation.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T47296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Puspa Setyoadji
"Penelitian ini membahas tentang analisis keakuratan terjemahan laman bahasa Jerman dan bahasa Indonesia yang juga terdapat bahasa ketiga, yaitu bahasa Inggris. Analisis terjemahan ini mencakup analisis terjemahan tombol-tombol pada menu laman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis deskriptif dengan mengenali sifat bahasa ketiga menggunakan korpus data berupa laman Die Deutschen Auslandshandelskammern (AHK) Indonesien kemudian menghitung keakuratan terjemahannya pada laman web berbahasa Indonesia. Tujuan penelitian adalah membuktikan bagaimana keakuratan penerjemahan dengan keberadaaan bahasa ketiga. Hasil penelitian membuktikan dari 26 tombol terdapat 8 tombol yang diterjemahkan tidak akurat, 5 diantaranya disebabkan oleh bahasa ketiga (bahasa Inggris). Keberadaan bahasa ketiga yang dipertahankan dalam penerjemahannya mempunyai risiko yaitu tidak tersampaikannya pesan dengan baik kepada pembaca.

This study discusses the analysis of the accuracy of page translations in German and Indonesian, which also have English as a third language. This translation analysis includes analysis of page buttons on the web page menu. This study uses qualitative methods and descriptive analysis techniques by recognizing the nature of the third language using a corpus of data in the form of the Indonesien Die Deutschen Auslandshandelskammern (AHK) page and calculating the accuracy of the translation on the Indonesian language web page. The aim of this research is to prove the accuracy of translation with the existence of a third language. The results of the study prove that out of 26 buttons there are 8 buttons that are translated inaccurately, 5 of the buttons are caused by a third language (English). The presence of a third language in translation has the risk of delivering the message inaccurately to the readers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hazrina Sabila Rifdah
"Translating works of fiction involves a complex task as the translators have to deal with not only the textual transference between two languages but also the mediation between two cultures. The study aims to examine the type of cultural words found in the novel Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children and discuss the kind of translation ideology employed by the translator in translating the novel into Indonesian while also looking at the translation procedures used in translating the cultural words along with the translation method applied by the translator. The method used in conducting this study is a mixed-method between quantitative and descriptive qualitative methods with a focus on Chapters 6 and 7 of the novel. The study finds that cultural equivalent is the most used procedure in translating the identified cultural words. Moreover, the dominant translation method of the novel is the communicative translation method, and the dominant ideology employed by the translator is domestication. It can be concluded that the translator attempted to produce an acceptable and easy to understand translation text for the target readers by translating the source text close to the target language and its culture.

Menerjemahkan karya fiksi melibatkan proses yang kompleks karena penerjemah tidak hanya harus berurusan dengan transferensi tekstual antara dua bahasa tetapi juga dengan mediasi antara dua budaya. Studi ini bertujuan untuk menelaah tipe kata-kata budaya yang ditemukan di dalam novel Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children dan mendiskusikan mengenai ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel ini ke dalam bahasa Indonesia sekaligus melihat prosedur penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kata-kata budaya tersebut beserta metode penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah. Metode yang digunakan dalam melakukan studi ini adalah metode gabungan antara kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan fokus pada Bab 6 dan 7 dari novel. Berdasarkan studi ini, padanan kultural merupakan prosedur yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan kata-kata budaya yang ditemukan. Selain itu, metode penerjemahan dominan dari novel ini adalah metode penerjemahan komunikatif, dan ideologi penerjemahan yang dominan diterapkan oleh penerjemah adalah domestikasi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sang penerjemah berusaha untuk menghasilkan teks terjemahan yang dapat diterima dan mudah untuk dipahami oleh pembaca target dengan menerjemahkan teks sumber secara dekat ke bahasa target serta budayanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>