Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muardi Putra Haji Husin
"Hirarki dalam perumahan militer merupakan implementasi prinsip antara anggota dan atasan di dalam sistem militer. Prinsip ini mempengaruhi tata letak wilayah perumahan, meskipun bentuk pengaruhnya belum diketahui secara pasti. Studi ini mengamati pangkalan utama perumahan militer TNI Angkatan Laut Kelapa Gading untuk memahami susunan ruangnya. Hirarki dalam perumahan militer mengacu pada sistem organisasi yang menentukan tingkatan dan prioritas pembagian dan penggunaan fasilitas perumahan. Fasilitas pada tingkat tertinggi diperuntukkan bagi perwira tinggi dan staf senior, dengan standar dan spesifikasi yang lebih baik. Hirarki dalam perumahan militer merupakan faktor penting dalam pengembangan dan penggunaan fasilitas, memastikan penggunaan yang efisien dan adil sesuai dengan tugas dan tingkatan individu dalam organisasi militer.

Hierarchy in military housing districts is the implementation of the principles governing the relationships between members and superiors within the military system. This principle influences the layout of the housing area, although the exact nature of its influence is not yet fully understood. This study observes the main base of Indonesian Navy military housing in Kelapa Gading to comprehend its spatial arrangement. Hierarchy in military housing refers to the organizational system that determines the levels and priorities of the allocation and utilization of housing facilities. Facilities at the highest level are intended for high-ranking officers and senior staff, with better standards and specifications. Hierarchy in military housing is a crucial factor in the development and utilization of facilities, ensuring efficient and fair usage based on the duties and ranks of individuals within the military organization."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belly Hardi Lawira
"Material bekas dapat menjadi bahan alternatif sebagai material membangun rumah. Namun, keterlibatannya belum tentu disetujui atau disukai semua kalangan masyarakat. Skripsi ini saya tulis untuk mengenalkan keterlibatan material bekas dalam rumah: penanganan desain dengan material bekas agar dapat menjadi indah dan optimal, menelusuri sejauh mana material bekas ini dapat terlibat dalam rumah, dan dampaknya terhadap pemilik rumah. Rumah yang dijadikan model studi kasus adalah Rumah Puzzle, rumah yang didesain oleh Arsitek Yu Sing, dengan melibatkan banyak material bekas.

Reclaimed materials can become an alternative in building a house. However, the involvement of this kind material has not been approved or preferred by all societies. I wrote this thesis to introduce the involvement of reclaimed materials at home design effort for reclaimed material to show its beauty and its best exploring how far the materials can be involved in a house and its impact on homeowners. I choose ldquo Rumah Puzzle rdquo as my case study model. The house was designed by architect Yu Sing, involving a lot of reclaimed materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityas Megha Widyadari
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa otentifikasi Surat Izin Penghunian atas
Rumah Negara Golongan II dan Rumah Negara Golongan III sebagai bentuk
pemberian izin dari Kementerian/Lembaga tempat Pegawai Negeri Sipil atau
Anggota TNI bekerja untuk menghuni, menggunakan dan menguasai Rumah
Negara kepada Pemegang Surat Izin Rumah Negara yang merupakan Pegawai
Negeri Sipil maupun anggota TNI. Rumah Negara adalah aset milik negara yang
tidak dapat dimiliki namun terhadap Rumah Negara Golongan III beserta atau
tidak beserta tanahnya dapat dilakukan pengalihan hak menjadi hak milik melalui
perjanjian sewa-beli sampai dengan diterbitkannya Tanda Bukti Hak Milik dan
Pelepasan Hak atas Tanah. Surat Izin Penghunian menjadi salah satu dasar untuk
dilakukannya rangkaian prosedur pengalihan status Rumah Negara Golongan II
menjadi Rumah Negara Golongan III dan dasar dilakukannya pengalihan hak atas
Rumah Negara Golongan III sehingga penerbitannya dan penggunaannya harus
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena
akan berimplikasi kepada pihak ketiga saat Rumah Negara Golongan III sudah
beralih kepemilikan. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan melalui
pendekatan secara yuridis normatif menggunakan data sekunder yang berpedoman
pada hukum normatif yang berlaku di Indonesia serta data primer dengan
melakukan dan wawancara kepada narasumber yang menggeluti bidang rumah
negara. Surat Izin Penghunian, Perjanjian Sewa-Beli, dan akta Tanda Bukti Hak
Milik dan Pelepasan Hak atas Tanah walaupun bukan dibuat oleh dan/atau
dihadapan Notaris tetap merupakan akta otentik karena dibuat oleh dan dihadapan
pejabat yang berwenang dengan bentuk yang telah ditetapkan oleh undang-undang
sehingga tidak perlu melibatkan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melakukan
pendaftaran atas pengalihan hak Rumah Negara Golongan III. Surat Izin
Penghunian bukan merupakan tanda bukti kepemilikan melainkan hanya sebagai
pemberian izin untuk menghuni rumah negara yang akan kembali kepada negara
setelah masa kerja Pegawai Negeri Sipil atau Anggota TNI berakhir.

ABSTRACT
This study was conducted to analyze the authentication of Residential Permit of
State Housing Class II and State Housing Class III as a form granting permission
to inhabit, to occupy and to take control of State Housing from the
Ministry/Institution to the Civil Servants or Members of Indonesian National
Army as the holders of Residential Permit of State Housing. State Housing is the
state-owned assets that cannot be owned, but residents of the State Housing Class
III can do the transfer of authorization with or without the soil so that become
propriety through lease-purchase agreement until the Receipt of Propriety and
Land Rights Release issued. Residential Permit become one of the basic to
undertake a series of procedures for transferring status from State Housing Class
II into the State Housing Class III and for the transferring authorization from
State Housing Class III into propriety so that the publication and its use must be
conducted in accordance with the regulation as it will have implications for the
third parties when State Housing Class III have switched ownership. This study
uses literature through normative juridical approach using secondary data based
on the normative law in force in Indonesia as well as primary data by conducting
and interview to the State Housing expert. Residential Permit, Lease-Purchase
Agreement, and the deed of Receipt of Propriety and Land Rights Release
although not made by and/or Notary remains an authentic deed because it is
made by the official competent authority with the form established by law so no
need to involve Land Titles Registrar in registering on the authorization
transferring of State Housing Class III. Residential Permit is not an evidence of
ownership but only as granting permission to inhabit a State Housing that will be
returned to the country after devotion of the Civil Servants or Members of
Indonesian National Army come to an end."
2016
T45832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belly Hardi Lawira
"Material bekas dapat menjadi bahan alternatif sebagai material membangun rumah. Namun, keterlibatannya belum tentu disetujui atau disukai semua kalangan masyarakat. Skripsi ini saya tulis untuk mengenalkan keterlibatan material bekas dalam rumah: penanganan desain dengan material bekas agar dapat menjadi indah dan optimal, menelusuri sejauh mana material bekas ini dapat terlibat dalam rumah, dan dampaknya terhadap pemilik rumah. Rumah yang dijadikan model studi kasus adalah Rumah Puzzle, rumah yang didesain oleh Arsitek Yu Sing, dengan melibatkan banyak material bekas.

Reclaimed materials can become an alternative in building a house. However, the involvement of this kind material has not been approved or preferred by all societies. I wrote this thesis to introduce the involvement of reclaimed materials at home: design effort for reclaimed material to show its beauty and its best; exploring how far the materials can be involved in a house; and its impact on homeowners. I choose “Rumah Puzzle” as my case study model. The house was designed by architect Yu Sing, involving a lot of reclaimed materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S67892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sista Anggarani
"Permukiman di daerah pinggiran kota seperti Kota Depok dan Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya pemukim-pemukim yang berdatangan ke daerah pinggiran tersebut. Daerah pinggiran stasiun kereta api Depok Lama, Citayam, dan Bojong Gede merupakan daerah-daerah yang cukup banyak diminati oleh para pendatang karena ketersediaan lahan dan aksesibilitas yang cukup memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola pertumbuhan permukiman di pinggiran stasiun kereta api Depok Lama, Citayam dan Bojong Gede serta variabel apa saja yang mempengaruhinya. Proses penelitian dilakukan melalui pengumpulan data dengan menggunakan observasi, peta dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif untuk menjawab masalah bagaimana pola pertumbuhan permukiman di pinggiran stasiun kereta api Depok Lama, Citayam, dan Bojong Gede dengan melihat perubahan luasan permukiman yang terjadi di daerah penelitian selama kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 1995 – 2005. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan permukiman di pinggiran stasiun kereta api Depok Lama, Citayam, dan Bojong Gede cenderung berpola linier mengikuti jalan dan variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan pemukiman adalah aksesibilitas.

Settlements at the outskirts in the city like Depok Municipal and Bogor Regency experienced growth every year. Growth was marked by the growing number of settlers who flocked to their outskirts/bank. The outskirts of Depok Lama, Citayam, and Bojong Gede railway station are areas that are mostly staked to newcomers because of the availability of land and adequate accessibility. The study aims to find out how the growth pattern of settlements at the outskirts of the railway station Depok Lama, Citayam and Bojong Gede and what variables influence it. The research process carried out by collecting data using observation, map, and documentation. Analysis of data is using descriptive to answer the question on how patterns of settlement growth at Depok Lama, Citayam, and Bojong Gede railway station outskirts to see the changes that occurred in residential area during a 10 year of study period, from 1995 to 2005. The result shows the pattern of settlement growth at the outskirts tend to grow in linear pattern in line with the road, and the most influential variable in their growth is the accessibility. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
""Gang" is walking area applied as supporting facilities for circulation for in and out setlement of urban settlement which is the existing has become part of environmental variation urban which is inveterate there is in big towns in Indonesia.. Public residence culture in town kampong coloured by traditional life values in life is having neighbour and going into society influences their position in looking and utilizes road(street space. Gang which ought to be supporting facilities for circulation property of public is treated likely part of area of its. The thing mirror from usage pattern of road(street space in their everyday life. Road(street space which is public domain utilized as medium to do various public spirited not only activities but also having the character of personal. Road(street space in settlement of town kampung public becomes multifunction.Road (street space which ought to become public area often disturbed by behavior of dweller activity in right left along the length of gangway line. Gangway likely becomes area of property of dweller and its(the public is often is disturbed, intervenced even is dregs ."
710 JIAUPI 8:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Suhaila Syahriandy
"Perang berkaitan erat dengan arsitektur. Berawal dari arsitektur menjadi objek yang diserang, lalu lahir arsitektur sebagai pertahanan. Strategi perang terus mengalami perkembangan, hal ini memicu arsitektur menjadi bagian dari strategi perang. Arsitektur juga harus ikut berkembang dan melihat kebutuhan dari strategi perang tersebut agar dapat bertahan dalam perang.
Tulisan ini mencoba menganalisa strategi arsitektur sebagai pertahanan dalam perang. Tulisan ini juga didukung oleh pembahasan studi kasus dari sebuah cerita agar terlihat jelas bagaimana strategi arsitektur sebagai pertahanan dengan strategi yang digunakan user untuk bertahan begitu juga sebagai penyerang.

War is closely related to architecture. It starts when architecture became an object being attacked, which bring forth the idea of architecture as a defense. War strategy advances continuously, it triggers architecture to be part of the war strategy. Architecture must also take part in the advancement and recognize the needs to survive in war.
This paper attempts to analyze the architecture strategy as a defense in war. This paper is also supported by case studies research from stories in order to clearly find the architecture strategy used by a user to defend along with the strategy to attack.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Yayasan LPMB, 1984
728 IND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
"Tinggal di bangunan bertingkat tinggi memang bukan fenomena yang sudah lama terjadi Bangunan tingkat tinggi ini biasanya di desain untuk menghadapi masalah yang biasanya bersangkutan dengan kata ruang dan dikaitkan dengan meledaknya jumlah populasi manusia di dunia ini tetapi dihadapkan dengan jumlah tanah yang tidak mengikuti dengan perkembangan jumlah manusianya itu sendiri Konsep dari perumahan tingkat rendah akan memakan ruang yang lebih besar di konsep bangunan tingkat tinggi ini sederhananya adalah dengan menumpuk setiap rumah di tempat yang sama jadi pada akhirnya akan membutuhkan ruang yang lebih sedikit dan akan ruang terbuka dan lahan hijau jadi bisa lebih banyak lagi
Di dalam skripsi ini menjelaskan factor ketidak alamian dan konsekuensi dari tinggal di bangunantingkat tinggi tetapi skripsi ini hanya memfokuskan kepada subjek yang lebih spesifik yaitu anak kecil yang didasari oleh observasi langsung terhadap anak kecil yang terkait dengan melakukan perbandingan antara teori yang ada dengan penelitian dan buku yang sudah diterbitkan terlebih dahulu dan pada akhirnya ingin melihat jika teori dan fakta nya bisa berkesinambungan dan memang terjadi pada keadaan sebenarnya Dengan melakukan cek silang antara teori dan fakta yang ada kita akan bisa mengerti makna dari teori itu sendiri dan pada akhirnya apakah teori itu benar adanya atau tidak selalu benar di konsidi yang berbeda beda.

Living in a high-rise building, it is a quite recent phenomenon for human. It is designed to face the problem of space that human because of the exploding number of world population, and the limited build-able area. High-rise residential was designed to be efficient in the term of space. Low rise residential require larger amount of space, but in high-rise concept, you stack each house vertically,so it simply it will save a lot of space, and open area, either for public use and greenery will be much larger.
This thesis explains the factor of unnatural and the consequence of living in the high-rise The focus of this thesis is to a specific subject, which is young kids,based on the observation of kids, by doing comparison between the theory from the journal, book or research that had been done already, and see whether the theory and the facts are correct and applicable to the current situation. By doing the cross reference between the fact and the theories, we will be able to grasp the idea of the theory, whether it is true, or the theory is not always applicable in every situation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Churiah
"Perluasan wilayah administrasi kota Jakarta dalam perkembangan pembangunan kota pasca kolonial menempatkan kawasan Menteng yang awal dibangunnya merupakan permukiman pinggiran kota menjadi pemukiman strategis di pusat kota. Kondisi tersebut mengancam keberadaan bangunan hunian “warisan” kolonial yang memiliki signifikansi sejarah dan arsitektur. Dengan tujuan menambah daya tarik kota, pada tahun 1975, bangunan dan lingkungan di Menteng yang tersisa, dilindungi melalui penetapannya sebagai Cagar Budaya hingga kemudian masuk dalam perencanaan tata ruang kota. Namun seiring perkembangan pembangunan dan politik, kesenjangan antara peraturan dan praktik pelestarian tidak dapat dihindari berdampak pada otentisitas bangunan hunian asli. Tinjauan peraturan dan praktik pelestarian dengan studi kasus bangunan hunian di KCB Menteng yang terjadi mulai dari penetapan, instrumen kebijakan, tujuan, dan dampak yang terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenjangan antara peraturan dan praktik pelestarian bangunan hunian di KCB Menteng terikat faktor masyarakat dan pemerintahan beriringan dengan peningkatan kebutuhan ruang dan juga ketakutan akan menghambat pembangunan modern. Padahal jika direncanakan dengan tepat, kombinasi antara yang lama dan yang baru dapat membuat bangunan lebih menarik, sebagai negosiasi terhadap kebutuhan baru. Walaupun disadari pada akhirnya perencanaan yang tepat pun tidak akan terealisasi tanpa pengawasan yang baik. Sehingga dibutuhkan panduan pelestarian yang jelas, berkelanjutan dan tersosialisasi dengan baik.

The expansion of the administrative area of the city of Jakarta in the development of post-colonial urban development placed the Menteng area, which was originally built as a suburban settlement, into a strategic settlement in the city center. These conditions threaten the existence of colonial "heritage" residential buildings that have historical and architectural significance. With the aim of adding to the attractiveness of the city, in 1975, the remaining buildings and environment in Menteng were protected through their designation as cultural heritage, until later they were included in the city's spatial planning. However, along with developments and politics, the gap between regulations and preservation practices inevitably impacts the authenticity of the original residential buildings. Review of regulations and conservation practices with case studies of residential buildings in KCB Menteng that occurred, starting from the determination, policy instruments, goals, and impacts that occurred. The results of the study show that the gap between regulations and the practice of preserving residential buildings in KCB Menteng is bound by societal and government factors, along with increasing space requirements and fears of hindering modern development. Yet if planned properly, the combination of old and new can make a building more attractive through the negotiation of new requirements. Even though we realize that, in the end, even the best planning will not be realized without good supervision. So that clear, sustainable, and well-socialized conservation guidelines are needed. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>