Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Dhiyaa Fadhlullah
"Gunung Galunggung merupakan salah satu gunungapi aktif dengan tipe A dimana setidaknya telah terjadi erupsi setelah 1600 masehi (ESDM, 2022). Adanya aktivitas pada gunungapi menjadi pertanda aktivitas magmatik dibawah permukaan yang masih terjadi. Untuk memantau aktivitas magmatik dalam waktu yang lama digunakan metode InSAR serta analisis petrografi untuk mengetahui aktivitas magmatik pada Gunung Galunggung. Metode InSAR dapat digunakan dengan memanfaatkan citra satelit Sentinel-1 untuk menangkap gambar perkembangan deformasi pada waktu yang berbeda. Deformasi pada gunungapi dapat mengindikasikan adanya aktivitas magmatik dibawah permukaan dimana deformasi disebabkan dari proses kenaikan permukaan (inflasi) atau penurunan permukaan (deflasi). Dalam mengetahui gambaran aktivitas magmatik pada Gunung Galunggung, analisis petrografi dapat dilakukan melalui identifikasi mineral yang terbentuk pada sampel batuan Gunung Galunggung.

Mount Galunggung is an active volcano with type A where at least an eruption occurred after 1600 AD (ESDM, 2022). The existence of activity in the volcano is a sign of subsurface magmatic activity that is still happening. To monitor magmatic activity, the InSAR method is used and petrographic analysis is used to determine magmatic activity at Mount Galunggung. The InSAR method can be used by utilizing Sentinel-1 satellite imagery to capture images of deformation developments at different times. Deformation in volcanoes can indicate subsurface magmatic activity where the deformation is caused by a process of surface rise (inflation) or surface subsidence (deflation). In knowing the concept magmatic activity on Mount Galunggung, petrographic analysis can be carried out by identifying the minerals formed in the rock samples of Mount Galunggung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Alfayadh
"Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki banyak sekali gunungapi. Indonesia memiliki 3 tipe gunungapi yaitu gunungapi tipe A, gunungapi tipe B, dan gunungapi tipe C. Salah satu gunungapi tipe A adalah Gunung Sindoro, yang menjadi lokasi penelitian pada penelitian ini. Gunung Sindoro merupakan gunungapi aktif yang bisa kapan saja mengalami erupsi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi deformasi dari Gunung Sindoro selama periode 2019 hingga 2021 dan bagaimana kondisi magmatisme dari Gunung Sindoro. Pada penelitian ini menggunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) untuk mengetahui kondisi deformasi dari Gunung Sindoro. Metode analisis petrografi juga digunakan untuk mengetahui kondisi magmatisme pada Gunung Sindoro. Hasil analisis InSAR selama periode 2019 hingga 2021 menunjukan adanya deflasi pada daerah penelitian yang disebabkan oleh adanya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal. Hasil analisis petrografi didapatkan tekstur dari mineral yang menjelaskan magma mengalami penurunan tekanan, lalu mengalami konveksi secara terus menerus, mengalami fraksinasi kristal, mengalami proses pemanasan kembali, dan mengalami penurunan tekanan kembali ketika erupsi terjadi.

Indonesia is a country that is known to have a lot of volcanoes. Indonesia has 3 types of volcanoes namely type A volcano, type B volcano, and type C volcano. One of the type A volcanoes is Mount Sindoro, which is the research location in this study. Mount Sindoro is an active volcano which can erupt at any time. This research was conducted to find out how the deformation conditions of Mount Sindoro were during the period 2019 to 2021 and how the magmatism conditions of Mount Sindoro were. In this study, the Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) method was used to determine the deformation conditions of Mount Sindoro. The petrographic analysis method is also used to determine the magmatism conditions on Mount Sindoro. The results of the InSAR analysis for the period 2019 to 2021 show that there is deflation in the study area caused by deep volcanic earthquakes and shallow volcanic earthquakes. The results of the petrographic analysis obtained the texture of the minerals which explained that the magma experienced a decrease in pressure, then continuous convection, crystal fractionation, reheating process, and decompression when eruption occurs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Shidqi
"Gunung Slamet merupakan gunung aktif tipe A, dengan catatan sejarah letusan terbaru yaitu pada Mei 2009. Sejarah letusan memiliki tempo yang berulang. Sejarah letusan Gunung Slamet ditandai dengan letusan abu vulkanik, cinder, dan juga dapat menyemburkan lava. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi deformasi dan magmatisme pada tahun 2019-2021 dengan data Sentinel-1 menggunakan metode InSAR dan analisis petrografi. Hasil data olahan InSAR terbagi menjadi tiga citra yaitu citra koherens, citra interferogram dan citra displacement yang menentukan inflasi dan deflasi permukaan Gunung Slamet. Berdasarkan data kondisi deformasi Gunung Slamet pada Januari 2019 hingga Desember 2021 mengalami penurunan sebesar -0.020 m. Terdapat lima sampel batuan yang selanjutnya dilakukan analisis sayatan tipis untuk mengetahui kandungan mineral menggunakan point counting dan juga tekstur mineral. Hasil analisis sayatan tipis didominasi oleh kandungan mineral plagioklas yang memiliki mikrotekstur seperti Coarse-Sieve, Fine-Sieve, Fine-scale oscillatory zoning, Resorption surface, Synneusis, Glomerophyric, Shallow-tail, Microlites, dan Broken plagioclase crystal. Berdasarkan mineral dan tekstur yang berada pada mineral dapat diinterpretasikan bahwa, magma ini mengalami perpindahan dari dasar menuju dapur magma dangkal dan mengalami proses fraksinasi yang bersatu membentuk satu kesatuan mineral secara spasial, setelah itu magma mengalami proses pemanasan. Diinterpretasikan terjadi magma mixing selanjutnya ada proses konveksi sehingga terjadi diferensiasi magma yang mengganggu keseimbangan unsur kimia, lalu magma mengalami proses undercooling sehingga terjadi pelepasan tekanan.

Mount Slamet is an active volcano type A, with the most recent historical eruption recorded in May 2009. The history of Mount Slamet eruptions is marked by eruptions of volcanic ash, cinders, and can also lava. This study is to determine the conditions of deformation and magmatism in 2019 – 2021 with Sentinel-1 data using the InSAR method and petrographic analysis. The results of InSAR processed data are divided into three images, coherence images, interferogram images and displacement images. This three images, its possible to determine inflation and deflation on the surface of Mount Slamet. Based on data on the deformation conditions of Mount Slamet from January 2019 to December 2021 it has decreased by -0.020 m.. There are five rock samples subjected to thin section analysis to determine mineral content using point counting and also mineral texture. The results of thin section analysis are dominated by plagioclase mineral content which has microtextures such as Coarse-Sieve, Fine-Sieve, Oscillatory zoning, Resorption, Synneusis, Glomerophyric, Shallow-tail, Microlites, and Broken crystals. Based on minerals and textures, it can be interpreted that magma has moved from the deep magma chamber to shallow magma chamber and has being fractionation process that unites to form a spatial unit of minerals, after which the magma have heating process. It is interpreted that magma mixing occurs the convection process causes differentiation magma which disrupts the balance of chemical elements, then the magma has being undercooling process so that pressure is released."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iryan Anugrah Putra
"Gunung Guntur merupakan salah satu gunungapi yang aktif di Indonesia dengan tipe A yang memiliki sejarah erupsi yang sudah lama tidak tercatat sejak 1887 sampai dengan saat ini (PVMBG, 2014). Dilakukan pengolahan data citra satelit sejak 2017 hingga 2021 dan pengambilan data sampel batuan di delapan stasiun. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Guntur dalam 5 tahun terakhir dan kondisi aktivitas vulkanik berdasarkan karakteristik magma pada Gunung Guntur saat ini. Metode penelitian yang digunakan berupa InSAR dan analisis petrografi. Hasil analisis InSAR menunjukan bahwa ditemukannya pola deformasi permukaan di daerah penelitian berupa inflasi pada awal tahun 2017 hingga awal tahun 2019 dan deflasi pada awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020 yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik berupa gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Berdasarkan analisis petrografi, didapatkan bahwa pada kedelapan sampel didominasi oleh mineral plagioklas dengan beberapa tekstur khas pada mineral yaitu glomerophyric, sieve texture, dan oscillatory zoning yang menunjukan proses aktivitas vulkanik yang terjadi berupa proses konveksi, fraksinasi dan pelelehan magma kembali pada Gunung Guntur.

Mount Guntur is one of the active volcanoes in Indonesia with type A which has a long history of eruptions that have not been recorded since 1887 until now (PVMBG, 2014). Satellite image data processing was carried out from 2017 to 2021 and rock sample data were collected at eight stations. The focus of the research is to determine the condition of the deformation of Mount Guntur in the last 5 years and the condition of volcanic activity based on the characteristics of the current magma on Mount Guntur. The research method used is InSAR and petrographic analysis. The results of the InSAR analysis show that patterns of surface deformation were found in the study area in the form of inflation in early 2017 to early 2019 and deflation in early 2019 to mid-2020 caused by volcanic activity in the form of shallow volcanic earthquakes and deep volcanic earthquakes. Based on petrographic analysis, it was found that the eight samples were dominated by plagioclase minerals with several distinctive mineral textures, namely glomerophyric, sieve texture, and oscillatory zoning which showed the process of volcanic activity that occurred in the form of convection, fractionation and magma melting back on Guntur Mountain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aldin Faturrahman
"Klasifikasi tipe gunungapi di Indonesia dibagi menjadi tiga berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A, B , dan C. Lokasi penelitian merupakan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang merupakan gunungapi tipe B. Selain itu, ditambahkan gunungapi tipe A untuk melihat perbedaan penggunaan metode, yaitu Gunung Raung, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Lalu, untuk melihat perubahan deformasi pada gunung tersebut dari tahun 2015 hingga 2020 digunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan teknik InSAR menunjukan bahwa di Gunung Karang dari tahun 2015 hingga 2020 tidak menunjukan adanya deformasi yang terbentuk. Teknik ini akan lebih baik digunakan pada daerah yang minim vegetasi, karna citra interferogram yang terbentuk tidak akan menunjukan informasi jika digunakan pada daerah yang memiliki vegetasi yang tinggi.

Classification of volcanic types in Indonesia is divided into three based on the history of eruptions, namely types A, B, and C. The research location is Mount Karang, Pandeglang Regency, Banten Province which is a type B volcano. In addition, type A volcano is added to see the differences in the use of the method, namely Mount Raung, Banyuwangi Regency, Bondowoso Regency, and Lumajang Regency, East Java Province. Then, to see changes in deformation on the mountain from 2015 to 2020, the method was used Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). The results of data processing using the technique InSAR show that at Mount Karang from 2015 to 2020 there is no deformation formed. This technique would be better used in areas with minimal vegetation, because the formed interferogram image will not show information if used in areas with high vegetation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmed Al Ridho Zulkarnaen
"Klasifikasi tipe gunung api di Indonesia dibagi menjadi tiga berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A, B , dan C. Lokasi penelitian merupakan Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Gunung Papandayan merupakan gunung api stratovolcano tipe A, dengan erupsi terakhir pada tahun 2002. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Papandayan dalam 3 tahun terakhir dan kondisi magmatisme Gunung Papandayan saat ini. Untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Papandayan pada tahun 2019 hingga 2021 digunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Hasil dari pengolahan data mengguakan metode InSAR menunjukan ditemukan adanya deformasi permukaan selama 3 tahun terakhir yang disebabkan oleh aktivitas vulkanisme dan tektonisme yaitu pada tahun 2020 dan 2021, sedangkan pada tahun 2019 tidak ditemukan deformasi permukaan yang disebabkan oleh vulkanisme dan tektonisme. Kemudian untuk mengetahui kondisi magmatisme Gunung Papandayan digunakan metode petrologi berupa petrografi analisis sayatan tipis. Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa terjadi proses magma mixing dan pelelehan kembali magma pada Gunung Papandayan, jenis magma juga diketahui yang merupakan magma andesitik.

The classification of volcano types in Indonesia is divided into 3, based on the history of eruptions, namely types A, B, and C. The research locations are on Mount Papandayan, Garut Regency, West Java Province, respectively. Mount Papandayan is a type A stratovolcano, which last erupted in 2002. The focus of this research is to determine the deformation conditions of Mount Papandayan in the last 3 years and the current condition of magmatism. The Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) method was used to determine the deformation conditions of Mount Papandayan from 2019 to 2021. The results from data processing using the InSAR method showed that there was surface deformation for the last 3 years caused by volcanism and tectonic activity, namely in 2020 and 2021, while in 2019 there was no surface deformation caused by volcanism and tectonicism. Furthermore, to determine the magmatism condition, a petrological method is used in the form of petrographic thin-section analysis. The results showed that there was a magma mixing and re-melting process of magma. The type of magma is also known as andesitic magma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Angela Patresia
"Gunung Semeru terletak di Provinsi Jawa Timur dengan tipe stratovulkano atau kerucut merupakan salah satu Gunung Api paling aktif di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan antara deformasi Gunung Semeru terhadap aktivitas vulkanik yang terjadi pada tahun 2016 hingga 2022. Deformasi yang terjadi akibat adanya pergerakan magma dapat menimbulkan potensi longsor. Pada penelitian ini digunakan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) sebagai metode untuk mengetahui pola deformasi yang terjadi di Gunung Semeru akibat aktivitas vulkanik yang cukup padat. InSAR memiliki kemampuan untuk mendeteksi deformasi permukaan yang koheren. InSAR dapat mendeteksi gangguan permukaan melalui pengukuran dekorelasi interferometri. Hasil analisis InSAR selama periode 2016 sampai dengan 2022 menunjukan adanya uplift (kenaikan permukaan tanah) yang terjadi akibat adanya peningkatan aktivitas magma serta subsidence (penurunan permukaan tanah) akibat adanya erupsi yang terjadi. Adanya deformasi yang signifikan berkisar -42,752 mm sampai dengan -25,082 mm ke arah down dan berkisar 26,833 mm sampai dengan 54,229 mm ke arah east juga menimbulkan area dengan potensi longsor yang cukup besar akibat adanya kemiringan lereng yang cukup terjal.

Mount Semeru is a stratovolcano type, located in East Java Province, which is one of the most active volcanoes in Indonesia. This research was conducted to investigate the relationship between Semeru’s deformation and volcanic activity that occurred from 2016 to 2022. Deformation resulting from magma movement can potentially trigger landslides. In this study, Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) was used as a method to determine the deformation patterns occurring at Mount Semeru due to its intense volcanic activity. InSAR has the capability to detect coherent surface deformations. It also provides a unique perspective on surface disturbances through interferometric decorrelation measurements. The results of InSAR analysis during the period from 2016 to 2022 show uplift (ground surface elevation increase) due to increased magma activity and subsidence (ground surface elevation decrease) resulting from eruptions. The significant deformation ranges from -42.752 mm to -25.082 mm downwards and from 26.833 mm to 54.229 mm eastwards also create an area with a considerable landslide potential due to the steep slope inclination."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Mariana
"Pembangunan fisik di kota Jakarta telah memunculkan lingkungan terbangun yang terdiri atas bangunan dan lansekap. Lingkungan terbangun tersebut salah satunya dibangun dengan cara menutup permukaan tanah dengan lapisan baru berupa perkerasan. Namun, pengadaan perkerasan yang cenderung bersifat kedap air dapat berdampak pada ekologi dari lingkungan terbangun tersebut maupun kawasan kota tesebut secara umum. Dampak yang dimaksud adalah banjir akibat tertutupnya sebagian besar permukan tanah yang dapat meresapkan air.
Tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana seharusnya perkerasan mampu mendukung peresapan air pada lahan lingkungan terbangun, termasuk dalam hal ini lahan taman kota yang salah satu fungsinya dibangun sebagai lahan peresapan air. Pada akhir pembahasan, terlihat bahwa selain pengaplikasian perkerasan tembus air, diperlukan upaya-upaya lain yang terintegrasi untuk memaksimalkan peresapan air.

Physical development in Jakarta had emerges built environments that consist of buildings and landscapes. One of the ways to built this is by covering the ground surface with new layer of hard surface (pavement). But, the hard surface that is almost impermeable may cause some effects to the ecology of built environment and of the city generally. One of them is flood, which is caused by the covered ground surface.
This paper is trying to describe how the hard surface should can support the water infiltration, include the case of urban park area which is exists as water infiltration area. At the end of this paper, it could be considered that beside the application of permeable pavement, we need to integrate other efforts to maximize water infiltration.
"
2008
R.05.08.26 Mar p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Penelitian ini berfokus pada fenomena sistem keyakinan yang mempengaruhi pengetahuan lokal pada komunitas masyarakat yang bertempat tinggal di dekat ancaman bencana alam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kasus dua desa di sisi barat Gunung Galunggung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat dimensi spiritualitas yang terdapat dalam daur kehidupan masyarakat rawan bencana, yakni dimensi transendensi agama, dimensi adat istiadat, dimensi lingkungan alam dan dimensi akses informasi. Keempat dimensi spiritualitas ini dapat diketahui mana yang lebih dominan dengan menganalisisnya di dalam 6 kombinasi yang terdiri dari 2 dimensi. Dari keenam kombinasi tersebut yang juga didukung oleh data lapangan, dapat diketahui bahwa dimensi lingkungan alam adalah yang paling dominan. Kemudian diikuti dengan dimensi transedensi agama dan dimensi adat-istiadat. Selain itu, keempat dimensi spiritualitas tersebut membentuk apa yang dinamakan pengetahuan-semu yang merupakan bahan baku bagi pengetahuan lokal pada masyarakat rawan bencana. Secara umum, pengetahuan lokal warga masyarakat rawan bencana terwujud dalam arketipe ketidaksadaran kolektif yang bernama Ibu yang Agung.

This research focuses on the phenomenon of belief systems that affect local knowledge in the communities living in close proximity to the threat of natural disasters. The research approach used is qualitative research with case study of two villages on the west side of Galunggung Mountain. The results of this study indicate that there are four dimensions of spirituality contained in the life cycle of disaster-prone communities, namely the dimension of religious transcendence, the dimensions of customs, the dimensions of the natural environment and the dimensions of information access. Which one is more dominant of the four dimensions of this spirituality can be known by analyzing it in 6 combinations consisting of 2 dimensions. From the six combinations that are also supported by field data, it can be seen that the dimension of the natural environment is the most dominant. Then followed by the dimension of religious transcendence and the dimension of custom. In addition, these four dimensions of spirituality form what is called pseudo-knowledge which is a raw material for local knowledge in disaster-prone communities. In general, local knowledge of disaster-prone communities manifests in the collective unconscious archetype named Great Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revina Fauziyyah
"Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dikarenakan letaknya yang berada di antara beberapa lempeng tektonik yang aktif (Sungkawa, 2016). Gempabumi yang terjadi di bagian barat laut provinsi Sumatera Utara pada tanggal 1 Oktober 2022 dengan kekuatan 5.8 Mw merupakan bukti bahwa lempeng-lempeng bumi di wilayah tersebut bergerak aktif. Dari gempa tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui besar deformasi yang terjadi setelah gempa dikarenakan pada umumnya, gempabumi dapat menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan bentuk pada kerak bumi di sekitarnya. Deformasi coseismic merupakan deformasi yang terjadi pada kerak bumi akibat gempa utama dan gempa-gempa susulan yang memiliki magnitudo yang cukup besar. Untuk mendapatkan besar nilai dari deformasi coseismic dapat menggunakan teknologi remote sensing seperti Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) dengan 2 pasang citra Sentinel-1 yang diolah menggunakan aplikasi SNAP. Hasil pengolahan dari penelitian ini menunjukkan bahwa gempa yang terjadi di Tapanuli pada 1 Oktober 2022 menyebabkan terjadinya deformasi permukaan tanah berupa uplift pada sekitar daerah titik gempa dengan sebesar 0.32 m-0.47 m. Deformasi coseismic yang terjadi juga berhubungan erat dengan kondisi geologi dari daerah penelitian tersebut seperti litologi batuan berdasarkan formasinya, struktur geologi, bentuk lahan, serta kemiringan lereng.

Indonesia is an area where earthquakes frequently occur due to its location between several active tectonic plates (Sungkawa, 2016). The earthquake that occurred in the northwestern part of North Sumatra province on October 1 2022 with a magnitude of 5.8 Mw is evidence that the earth's plates in the region are actively moving. From the earthquake, research was carried out to determine the amount of deformation that occurred after the earthquake because in general, earthquakes can cause deformation or changes in the shape of the surrounding earth's crust. Coseismic deformation is deformation that occurs in the earth's crust due to the main earthquake and aftershocks that have a large enough magnitude. To get the value of coseismic deformation, remote sensing technology can be used, such as the Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) with 2 pairs of Sentinel-1 images processed using the SNAP application. The processing results of this study indicate that the earthquake that occurred in Tapanuli on October 1 2022 caused deformation of the ground surface in the form of an uplift around the earthquake point area of 0.32 m – 0.47 m. The coseismic deformation that occurs is also closely related to the geological conditions of the study area such as rock lithology based on its formation, geological structure, landform, and slope."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>