Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaidah Qurrota A’yun
"Fluoride varnish merupakan dental material yang diaplikasikan pada permukaan gigi untuk dapat melepaskan fluoride agar remineralisasi dapat terjadi sehingga dapat mencegah karies gigi. Umumnya fluoride varnish diaplikasikan setiap 6 bulan sekali, namun untuk kelompok dengan resiko karies yang tinggi, dapat diberikan setiap 3 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan daun sirih merah terhadap performa produk yang ditinjau dari pelepasan ion dan juga zona inhibisi bakteri. Kemudian dilakukan variasi kapasitas produksi untuk melihat kestabilan performa produk serta dilakukan analisa ekonomi untuk melihat kelayakan bisnis fluoride varnish. Hasil eksperimen didapatkan penggunaan ekstrak daun sirih merah pada pembuatan fluoride varnish dengan kapasitas 100 gr yang dibandingkan terhadap kontrol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zona inhibisi menggunakan bakteri Streptococcus mutans dan pelepasan ion fluoride menggunakan metode ISO 17730;2020 selama 6 jam, namun jika dibandingkan dengan produk komersial MI tidak berbeda nyata terhadap zona inhibisi bakteri maupun pelepasan ion fluor yang menandakan produk cukup baik jika dibandingkan dengan produk komersial. Variasi kapasitas produksi dilakukan untuk melihat apakah produk sudah stabil jika dilakukan scale up. Pada kapasitas produksi 200 gr dan 500 gr, produk sudah stabil namun ketika diproduksi menjadi 1000 gr produk belum stabil dalam pelepasan ion fluor dan zona inhibisi bakteri. Project fluoride varnish dengan ekstrak daun sirih merah sebagai antibakteri dapat dinyatakan layak karena memiliki NPV positif sebesar Rp.32.081.406.436,05, IRR 25,23%, payback period selama 5,4 tahun.

Fluoride varnish is a dental material which is applied to the tooth surface to release fluoride so that remineralization can occur to prevent dental caries. Generally, fluoride varnish is applied every 6 months, but for groups with a high risk of caries, it can be given every 3 months. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of red betel leaves on product performance in terms of ion release and bacterial inhibition zone. Then variations in production capacity were carried out to see the stability of product performance and economic analysis was carried out to see the feasibility of fluoride varnish business. The experimental results showed that the use of red betel leaf extract in the manufacture of fluoride varnish with a capacity of 100 g compared to the control had a significant effect on the inhibition zone using Streptococcus mutans bacteria and the release of fluoride ions using the ISO 17730;2020 method for 6 hours. Variations in production capacity were carried out to test the stability of product performance. At a production capacity of 200 gr and 500 gr, the product is stable but when produced to 1000 gr the product is not stable in the release of fluorine ions and bacterial inhibition zone. The fluoride varnish project with red betel leaf extract as an antibacterial can be declared feasible because it has a positive NPV of Rp.32.081.406.436, IRR 25,23%, payback period for 5,4 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Graciapalma Nastiti
"Karies gigi disebabkan oleh penumpukan bakteri di dalam mulut, khususnya bakteri Streptococcus mutans, yang menghasilkan plak dan menyebabkan demineralisasi gigi sehingga mengurangi kandungan mineralnya. Untuk mengatasi hilangnya mineral pada gigi, diperlukan solusi perawatan gigi yang dapat melakukan remineralisasi gigi, seperti fluoride varnish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viskositas dan pelepasan ion fluor yang paling optimal pada produk fluoride varnish antibakteri. Sifat antibakteri pada fluoride varnish ini berasal dari penambahan ekstrak daun ruku-ruku. Massa pelarut n-hexane merupakan variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap nilai dari pH, viskositas, dan pelepasan ion fluor pada penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut n-hexane optimum untuk produk fluoride varnish adalah 15,2%. Fluoride varnish ini memiliki nilai viskositas 1302 cP, pelepasan ion fluor tertinggi sebesar 8,53 mg/L, dan nilai pH 6,7. Pada penlitian ini juga dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode t-Test yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai viskositas dan pH sampel. Pada pelepasan ion fluor ketika dilakukan uji One-way ANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan pada variasi pelarut n-hexane 75 g (p<0,05).

Dental caries is caused by the growth of bacteria in the mouth, especially Streptococcus mutans bacteria, which produces plaque and causes tooth demineralization, which can reduce the mineral content. To overcome the loss of minerals in teeth, dental care solutions are needed that can remineralize teeth, such as fluoride varnish. This research aim is to determine the optimal viscosity and release of fluorine ions in antibacterial fluoride varnish products. The antibacterial properties of this fluoride varnish come from the addition of holy basil leaf extract. The mass of the n-hexane solvent is the independent variable used in this research. In addition, observations were made on the values ​​of pH, viscosity, and fluorine ion release in this study. The results obtained show that the optimum n-hexane solvent for fluoride varnish products is 15.2%. This fluoride varnish has a viscosity value of 1302 cP, the highest fluoride ion release of 8.55 mg/L, and a pH value of 6.7. In this research, statistical tests were also carried out using the t-Test method which showed that there were no significant differences in the viscosity and pH values ​​of the samples. In the release of fluorine ions when the One-way ANOVA test was carried out, a significant difference was found in the variation of 75 g n-hexane solvent (p<0.05)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Denise Chrysilla
"Fluoride varnish adalah material pencegahahan karies gigi yang menggunakan fluor, suatu gel khusus yang dioleskan pada permukaan gigi untuk remineralisasi lapisan email gigi. Namun setelah aplikasi varnish, terdapat pantangan untuk makan atau minum serta penggosokan gigi, sehingga membuat pengguna merasa tidak nyaman, terutama anak-anak. Selain itu, kemampuan antibakteri varnish tidak dapat mengatasi Streptococcus mutans pada mulut anak-anak. Kedua permasalahan tersebut dapat diatasi dengan fluoride varnish anak yang mengandung agen antibakteri serta memiliki kecepatan pelepasan ion fluor yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat scale up skala pilot dari produk fluoride varnish dengan daun ruku-ruku dengan variasi kapasitas produksi serta menganalisis kelayakan keekonomiannya. Pelepasan ion terbaik didapatkan dalam 6 jam pengujian sebesar 29,08 mg/L. Peningkatan skala kapasitas produksi sangat berpengaruh pada performa fluoride varnish, zona inhibisi mengalami peningkatan, pH cenderung stabil, dan pelepasan fluor cenderung naik. Nilai penyimpangan pelepasan ion fluor pada fluoride varnish skala lab dan scale up adalah sebesar 1,85%. Nilai rata-rata pH seluruh sampel fluoride varnish yang didapatkan telah berada di atas pH kritis fluorapatite sehingga remineralisasi dapat terjadi. Dari analisis kekonomian didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp15.950.830.768,00, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18,1% dan payback period selama kurang lebih 5,8 tahun, yang menunjukan bahwa pabrik fluoride varnish ini layak diimplementasikan.

Fluoride varnish is a dental caries prevention material that uses fluoride, a special gel that is applied to the teeth surface to remineralize teeth enamel. However, after the application of varnish, there are restrictions on eating or drinking and brushing your teeth, which makes users feel uncomfortable, especially children. In addition, the antibacterial ability of the varnish cannot overcome Streptococcus mutans in the mouths of children. Both of these problems can be overcome with children's fluoride varnish which contains antibacterial agents and has a high fluoride ion release rate. The purpose of this research is to make a pilot scale of a fluoride varnish product with holy basil leaves with variations in production capacity and to analyze its economic feasibility. The best ion release was obtained in 6 hours of testing at 29.08 mg/L. Increasing the scale of production capacity greatly affects the performance of fluoride varnish, the zone of inhibition increases, the pH tends to be stable, and the release of fluorine tends to increase. The deviation value of fluoride ion release in lab scale and scale up fluoride varnish is 1.85%. The average pH value of all fluoride varnish samples obtained was above the critical fluorapatite pH so that remineralization could occur. From the economic analysis, it was obtained a Net Present Value (NPV) of Rp. 15,950,830,768.00, an Internal Rate of Return (IRR) of 18.1% and a payback period of approximately 5.8 years, indicating that the fluoride varnish factory is feasible to be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Tri Yulian Prabowo
"Upaya yang dapat mencegah karies adalah dengan aplikasi bahan remineralisasi berupa topical fluoride yang dicampur dengan ekstrak daun ruku-ruku, dan daun sirih merah. Penggunaannya dapat meningkatkan kekerasan permukaan gigi dan menghambat bakteri penyebab karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kekerasan email setelah pengaplikasin fluoride varnish eksperimental modifikasi daun ruku-ruku dan daun sirih merah. Spesimen gigi dibuat sebanyak 24 buah dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok FV + daun ruku-ruku, FV + daun sirih merah, MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), dan kontrol, dilakukan tes kekerasan awal. Kemudian dilakukan perlakuan demineralisasi dengan perendaman saliva buatan (pH 4,5) selama 30 menit , sedangkan untuk fase remineralisasi dilakukan masing-masing kelompok dan perendaman dalam saliva buatan (pH 7) selama 6 jam, dan diletakkan pada suhu 370C. Setelah itu, setiap spesimen diukur kembali kekerasannya dengan alat Microhardness Tester (Shimadzu HMV-G21DT, Jepang), setiap fase demineralisasi dan remineralisasi. Hasil dari uji kekerasan didapatkan terdapat peningkatan yang tidak jauh berbeda dari masing-masing kelompok dengan peningkatan tertinggi pada gigi yang diberi dengan FV+ daun Ruku-ruku, kecuali pada kelompok kontrol yang tidak mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa FV + Daun Ruku-ruku dan dan FV + Daun Sirih Merah dapat meningkatkan kekerasan permukaan email seperti MI Varnish komersial

Efforts that can be made to prevent caries are the application of remineralization materials in the form of topical fluoride mixed with ruku-ruku leaves extract and red betel leaves. Its use can increase the hardness of the tooth surface and inhibit caries-causing bacteria. This study aims to determine the effect of increasing enamel hardness after the application of experimental fluoride varnish with modified ruku-ruku leaves and red betel leaves. 24 dental specimens were made and divided into 4 groups, namely the FV group + ruku-ruku leaves, FV + red betel leaves, MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), and control, All specimens were tested for initial hardness, and hardness after demineralization treatment by immersing in artificial saliva (pH 4.5) for 30 minutes at 370C. Furthermore, after application with FV + ruku-ruku leaves, FV + red betel leaves, and MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), the specimens were immersed in artificial saliva (pH 7) for 6 hours, 370C and then the final hardness measurement was taken. The test results showed no significant differences between the initial hardness, after demineralization, and after remineralization of the four groups. However, The teeth group that experienced highest increase in surface hardness were teeth treated with experimental fluoride varnish mixed with ruku-ruku leaves extract. It can be concluded that FV + Ruku-ruku leaves and and FV + Red Betel leaves can increase the surface hardness of the enamel like commercial MI Varnish"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Denny Juli
"Nanas (Ananas Comosus) banyak mengandung nutrisi terutama senyawa bioaktif yang dikenal dengan bromelain. Bromelain merupakan enzim proteolitik yang kaya akan bioaktivitas dibidang kedokteran sebagai antiinflamasi, antibakteri, antitumor, pengobatan kardiovaskular dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini manfaat bromelain sebagai antiinflamasi dan antibakteri diimplementasikan sebagai sedian nanoemulsi dengan tujuan pemakaian topikal. Dengan ukuran droplet yang kecil mampu menembus permukaan kulit, sehingga tujuan pemakaian pun dapat tercapai. Isolasi dan pemurnian bromelain dari bonggol nanas telah dilakukan dimana didapatkan aktivitas spesifik larutan bonggol dan enzim kasar masing-masing 51,36 U/mg dan 68,62 U/mg. Selanjutnya fraksinasi enzim menggunakan (NH4)2SO4 dan menghasilkan aktivitas spesifik 118,48 U/mg dan dilanjutkan dengan formulasi nanoemulsi bromelain. Ada tiga formula nanoemulsi, keseluruh formula ini memiliki karakteristik dan stabilitas yang memenuhi standar nanoemulsi yang telah dilakukan. Namun dari ketiganya formula, formula tiga lebih baik karena memiliki ukuran droplet yang lebih kecil yakni 22.04 nm dengan viskositas ketiganya berada pada range gel yakni 3200cps. Selanjutnya pengujian antibakteri dengan menggunakan nanoemulsi bromelain konsentrasi 3% dan 5% b/v dan memiliki daya hambat yang lemah. Konsetrasi 7% b/v memiliki daya hambat paling kuat terhadap bakteri p. Acnes. Invitro pada kulit tikus memiliki kecepatan penetrasi sebesar 587,56 μg/cm2 yakni pada menit ke 30.

Bromelain is a major proteolytic enzyme that existed in pineapple core and is widely known for its rich bioactivities, including anti-inflammatory and anti- bacterial. In this research, the isolation, extraction, and purification of bromelain from pineapple core was successfully performed, followed by the formulation of bromelain nanoemulsion, which ended with the in vitro testing on mouse skin to determine its skin permeability. The bromelain activity was also evaluated in this study, whereas the specific activity was determined at 51.36 U/mg and 68.62 U/mg at pineapple core and crude enzyme fractions, respectively. Moreover, the further fractionation using (NH4)2SO4 was performed and resulted in the specific activities of 118.48 U/mg for fraction 0-50% at 12 hr. In addition, three formulas of bromelain nanoemulsion were created in this study and characterized further using organoleptic and in vitro tests. According to the PSA data, the Formula 3 nanoemulsion, which majorly comprised of Tween 80 and small amounts of lecithin, shown a smaller droplet size at 22.04 nm, which corresponds to its higher penetration rate at 587.56 μg/cm2 in 30 minutes. Moreover, the decreased bromelain proteolytic activity in Formula 3 was not significant compared to the other two formulas. Anti-bacterial activity of bromelain in formula 3 with the concentration 7% b/v had the higher inhibision activity 20 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Friska Romasi
"It was reported that the extracts of papaya leaves could inhibit the growth of Rhizopus stolonifer. Antibacterial activity of Carica papaya leaf extracts on pathogenic bacteria was observed in this study. Papaya leaves were extracted by using maceration method and three kinds of solvents : ethanol, ethyl acetate, and hexane. Papaya leaf extracts were tested against Bacillus stearothermophilus, Listeria monocytogenes, Pseudomonas sp., and Escherichia coli by agar diffusion method. The objectives of this study were to determine extract ability against pathogenic bacteria, to observe the influence of pH, NaCl, and heat on extracts ability, and to observe extract ability against B.stearothermophilus spores.The data showed that ethyl acetate extract could inhibit B. stearothermophilus, L. monocytogenes, Pseudomonas sp., and E. coli. The extract activity was influenced by pH, and it was more effective in low pH. The extract activity was influenced by NaCl against B. stearothermophillus and E. coli . However, it was not influenced by NaCl in bioassay against L. monocytogenes and Pseudomonas sp. The extract activity was influenced by heating process against all the bacteria tested. The extracts inhibited B. stearothermophilus spores as well. Papaya leaves are potential natural anti -bacteria, which might be used in certain kinds of food."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alri Bakti Wiratama
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan periodonsium, ditandai dengan hilangnya perlekatan ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Periodontitis yang terus berlanjut tanpa ditangani dapat menyebabkan kehilangan gigi. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan salah satu bakteri yang memiliki berbagai faktor virulensi penyebab terjadinya periodontitis. Hal ini menyebabkan diperlukannya agen antibakteri, untuk melakukan kontrol terhadap aktivitas bakteri periodontopatogen. Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) diharapkan mampu menjadi agen antibakteri karena sifat antibakteri yang dimilikinya.
Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.
Metode: Uji zona hambat dan total plate count dilakukan dengan bahan uji gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 10%, 15%, dan 25%, gel klorheksidin 0,2% sebagai kontrol positif, serta gel tanpa bahan aktif sebagai kontrol negatif. Uji zona hambat dilakukan pada tiga koloni bakteri berbeda, dengan cara meletakkan cakram kertas yang telah dipaparkan bahan uji pada 5 plat agar Mueller-Hinton untuk tiap satu koloni bakteri. Pada uji total plate count, dilakukan penghitungan koloni bakteri yang tumbuh setelah dipaparkan bahan uji.
Hasil: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 15% dan 25% menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p-value <0,05).
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada konsentrasi 15% dan 25%.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease of periodontium, characterized by loss of periodontal ligament attachment and alveolar bone destruction. The advanced form of periodontitis could lead to tooth loss. Aggregatibacter actinomycetemcomitans is a bacterial that has a significant role in periodontitis by its various virulence factors. Therefore, antibacterial agents are needed to control the periodontal pathogen bacteria activity. Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) could be an antibacterial agent because of its antibacterial effect.
Objectives: To evaluate antibacterial efficacy of roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) against Aggregatibacter actinomycetemcomitans on in vitro study.
Methods: Disk diffusion test (zone of inhibition) and total plate count test were performed using roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) at concentrations of 10%, 15%, and 25%, 0.2% chlorhexidine gel as positive control and blank gel as negative control. Zone of inhibition test was carried out on three different bacterial colonies, by placing paper disk that had been exposed to gel on 5 Mueller-Hinton agar plates for each bacterial colony. Total plate count test was performed by counting bacterial colonies after exposed from the test material.
Results: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) concentrations of 15% and 25% showed statistically significant differences when compared to negative controls (p-value <0.05).
Conclusions: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) is effective in inhibiting the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans at 15% and 25% concentrations."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Haliza Aulia
"Latar Belakang: Infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) terus berlanjut meningkat dari waktu ke waktu, ini dapat dipengaruhi oleh adanya resistensi Antibiotik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan antibiotik irasional. Daun kelor (Moringa oleifera) diketahui memiliki efek antibakteri, terutama gram positif.
Tujuan: Mengetahui potensi antibakteri fraksi etil asetat daun kelor (Moringa oleifera) terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode makrodilusi fraksi vankomisin dan etil asetat daun kelor (Moringa oleifera). Pengenceran makro aktif vankomisin digunakan sebagai standar dan pembanding dalam penelitian ini karena vankomisin sensitif terhadap MRSA, sedangkan makrodilusi dari fraksi etil asetat digunakan untuk mengetahui potensi antibakteri dari fraksi etil asetat daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap MRSA. Hasil: Dalam penelitian ini, tidak ditemukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) fraksi etil asetat daun kelor (Moringa oleifera) dalam konsentrasi 1280 g/mL sampai 0,078125 g/mL. Kesimpulan: Tidak ada potensi antibakteri dari fraksi etil asetat daun kelor (Moringa oleifera) terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

Background: Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infections continue to increase from time to time, this can be influenced by the presence of antibiotic resistance which is increasing along with the increasing use of irrational antibiotics. Moringa leaves (Moringa oleifera) are known to have antibacterial effects, especially gram-positive.
Objective: To determine the antibacterial potential of the ethyl acetate fraction of Moringa leaves (Moringa oleifera) against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Methods: This study was conducted using the macrodilution method of vancomycin and ethyl acetate fractions of Moringa (Moringa oleifera). The macro-active dilution of vancomycin was used as a standard and comparison in this study because vancomycin was sensitive to MRSA, while macrodilution of the ethyl acetate fraction was used to determine the antibacterial potential of the ethyl acetate fraction of Moringa leaves.
(Moringa oleifera) against MRSA. Results: In this study, no Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was found. and Minimum Kill Concentration (KBM) ethyl acetate fraction of Moringa leaf (Moringa oleifera) in concentrations of 1280 g/mL to 0.078125 g/mL. Conclusion: There is no antibacterial potential of the ethyl acetate fraction of Moringa leaves (Moringa oleifera) against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Cesara Widyastuty
"Penggunaan antibakteri sekarang ini telah meningkat semakin tajam. Namun, pemberian antibakteri oleh dokter tidak diimbangi dengan penggunaan yang tepat oleh pasien. Salah satu hal penting yang mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang adalah pengetahuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak dan dewasa di tiga Puskesmas Kecamatan Kota Depok. Terdapat 7 indikator tingkat pengetahuan dan 4 indikator pola penggunaan yang dinilai. Desain penelitian ini adalah potong lintang dan pengambilan data retrospektif dilakukan dengan kuesioner. Wawancara berdasarkan kuesioner dilakukan pada sampel dari Februari-Mei 2012. Sampel adalah dewasa berusia 18-64 tahun dan orangtua/wali dari anak berusia < 12 tahun yang pernah mendapat antibakteri oral dari Puskesmas Cimanggis, Sukmajaya, dan Pancoran Mas. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 105 orangtua/wali dan 104 dewasa. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mayoritas responden, yang terdiri dari 45,2% kelompok dewasa dan 50,5% kelompok orangtua/wali memiliki pengetahuan cukup mengenai antibakteri. Selain itu, diketahui sebanyak 75,0% pasien dewasa dan 71,4% pasien anak memiliki pola penggunaan antibakteri oral yang tidak sesuai. Hasil akhir menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak maupun dewasa.

Nowadays, the use of antibacterial has increased more sharply. However, the doctor's giving of antibacterial is not balanced with the right use of patients. One of the important thing that affects someone's action is knowledge. The purposes of this research were to analyze the relation of knowledge level with the patterns of oral-antibacterial use by children and adult patients at three subdistrict public health centers in Depok City. There were 7 indicators of the knowledge level and 4 indicators of the use patterns was observed. The research design is cross sectional study and taking retrospective data by questionnaire. Interview based on questionnaire was conducted on the samples from February-May 2012. The samples were adults with age 18-64 years old and parents from the children with age < 12 years old who ever got oral-antibacterial from Cimanggis, Sukmajaya, and Pancoran Mas public health centers. The sampling technique used was consecutive sampling. The number of samples were 105 parents and 104 adults. The result showed that the majority of respondents, consists of 45,2% adults and 50,5% parents had medium knowledge of antibacterial. On the other hand, 75,0% and 71,4% had the patterns of antibacterial use is not appropriate. The last result is no relation in statistically between the level knowledge with the patterns of oral antibacterial use by both adult and children patients. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>