Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arneta Puspita Dharma
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia dengan potensi panas bumi sebesar 29.000 megawatt (MW). Namun, hal ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, terlihat dari baru 9,5% kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang terpasang di Indonesia dari sumber daya yang ada. Hal ini terjadi oleh karena sejumlah kendala, terutama harga atau secara ekonomis dimana 40% dari total biaya investasi pembangkit listrik panas bumi ini adalah biaya dari pengembangan sumur panas bumi. Penelitian ini akan meninjau pemakaian teknologi pada pengeboran panas bumi, yaitu dua desain sumur yang berbeda (slim hole well dan conventional well). Penelitian ini juga menganalisis keekonomian dengan melihat dari nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI) pada tiap teknologi dan dilihat mana yang layak untuk dijalankan. Analisis keekonomian juga didukung oleh hasil analisis risiko dengan menggunakan metode Monte Carlo dan terakhir dengan analisis sensitivitas guna melihat faktor yang paling berpengaruh pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis, proyek pengeboran dengan teknologi slim hole drilling lebih unggul secara aspek keekonomian dan lebih layak untuk di investasi dilihat dari aspek risiko.

Indonesia is one of the countries with the largest geothermal energy potential in the world with a geothermal potential of 29,000 megawatts (MW). However, this has not been fully utilized, as seen from only 9.5% of the installed Geothermal Power Plant capacity in Indonesia from existing resources. This issue is happening due to several constraints, especially price or economically where 40% of the total investment cost of this geothermal power plant is the cost of developing geothermal wells. This study will review the use of technology in geothermal drilling, namely two different well designs (slim hole wells and conventional wells). This study also analyses the economic parameters by looking at the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI) values for each technology and seeing which ones are feasible to run. Economic analysis also supported by the results of risk analysis using the Monte Carlo method and lastly with a sensitivity analysis to see the most influential factors in this study. Based on the analysis, drilling projects using slim hole drilling technology are superior from the economic aspect and are more feasible for investment from a risk perspective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bregas Pambudy Siswantra
"Akibat adanya pandemi Covid-19, permintaan energi mengalami penurunan, hal ini berlaku kepada permintaan minyak, batu bara, dan gas, tetapi tidak untuk energi baru terbarukan. Geothermal merupakan salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi besar di Indonesia, yaitu sebesar 29.000 MW. Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih kurang, yaitu hanya sekitar 7% dari total potensi yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu biaya investasi yang tinggi disertai risiko yang tinggi juga. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis risiko investasi untuk mengetahui kelayakan investasi Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Pada penelitian ini terdapat empat skema model bisnis yang penggunaanya terbagi menjadi Wilayah Indonesia satu dan Wilayah Indonesia dua. Berdasarkan perhitungan keekonomian yang melihat nilai NPV, IRR, PI, dan PBP terlihat bahwa hanya skema 2, skema 3, dan skema 4 yang layak digunakan dalam pengembangan listrik geothermal di Indonesia. Hasil perhitungan keekonomian didukung oleh hasil analisis risiko yang menggunakan metode Monte Carlo, terlihat bahwa penggunaan skema 2, skema 3, dan skema 4 memiliki nilai derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PI, dan waktu PBP >50% sehingga skema-skema tersebut layak untuk dilakukan. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa harga jual listrik dan kapasitas pembangkit merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini.

Due to Covid-19, energy demand has decreased, this applies to oil, coal and gas, but not for renewable energy. Geothermal is renewable energy that has potential in Indonesia, around 29,000 MW. However, the utilization still lacking, only about 7% of total potential. This is caused by several things, high investment costs accompanied by high risks. Therefore, investment risk analysis is needed to determine the feasibility of investing in Geothermal Power Plants in Indonesia. In this study, there are four business model schemes whose divided into Indonesian Region one and Indonesian Region two. Based on economic calculations that calculate NPV, IRR, PI, and PBP, it can be seen that only scheme 2, scheme 3, and scheme 4 are suitable for development of geothermal electricity in Indonesia. The results of the economic calculation are supported by risk analysis using the Monte Carlo method, it appears that scheme 2, scheme 3, and scheme 4 has a degree of certainty of the NPV, IRR, PI, and PBP greater than 50%. Based on the sensitivity analysis, it can be seen that the selling price of electricity and generating capacity are the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rifky Adrian
"Energi merupakan suatu komoditi utama yang menjadi penggerak kehidupan bagi hampir seluruh sektor kehidupan Namun adanya pandemi COVID-19 membuat distribusi kebutuhan energi mengalami perubahan dimana terjadi penurunan secara signifikan, namun untuk sektor energi terbarukan justru mengalami kenaikan terutama untuk saat ini. Geotermal merupakan salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia. Pada penelitian ini terdapat dua skema model bisnis yaitu steam direct sales dan electricity sales yang penggunaannya terbagi pada dua jenis lingkup pengembangan yaitu reservoir dan PLTP. Berdasarkan hasil perhitungan keekonomian dengan melihat nilai NPV, IRR, PBP, dan PI diketahui bahwa kedua skema layak untuk digunakan dalam pengembangan energi geotermal di Indonesia. Untuk mendukung hasil perhitungan keekonomian, dilakukan analisis resiko dengan menggunakan metode Monte Carlo terlihat bahwa kedua skema memiliki nilai derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PI, dan waktu PBP yang memenuhi parameter. Dengan melihat analisis keekonomian dan didukung dengan analisis risiko, diketahui bahwa skema terbaik yang layak untuk dilaksanakan adalah skema steam direct sales karena memenuhi semua parameter keekonomian serta hasil derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PBP, dan PI diatas 90% serta memberikan revenue yang cukup menjanjikan dibandingkan dengan skema electricity sales. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa harga jual listrik dan steam serta production capacity merupakan komponen paling berpengaruh pada penelitian ini.

Energy is a major commodity that drives life for almost all sectors of life. However, the COVID-19 pandemic has changed the distribution of energy needs, where there has been a significant decline, but for the renewable energy sector, it has increased, especially at this time. Geothermal is a renewable energy that has enormous potential in Indonesia. In this study, there are two business model schemes, namely steam direct sales and electricity sales, the use of which is divided into two types of development scope, namely reservoir and PLTP. Based on the results of economic calculations by looking at the NPV, IRR, PBP, and PI values, it is known that both schemes are feasible for use in the development of geothermal energy in Indonesia. To support the results of economic calculations, a risk analysis was carried out using the Monte Carlo method. Both schemes have a degree of certainty in the NPV, IRR, PI, and PBP values ??that meet the parameters. By looking at the economic analysis and supported by risk analysis, it is known that the best scheme that is feasible to implement is the steam direct sales scheme because it meets all economic parameters and results in the degree of confidence in the NPV, IRR, PBP and PI values ??above 90% and provides sufficient revenue. promising compared to the electricity sales scheme. Based on the sensitivity analysis, the selling price of electricity and steam and also production capacity are the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marmelia Puja Dewi
"Panas bumi sangat penting bagi pengembangan sistem energi berkelanjutan di Indonesia. Negara ini memiliki keistimewaan berupa potensi cadangan panas bumi setara dengan 29 Gigawatt-listrik. Namun, memanen potensi sebesar itu bukanlah sesuatu yang mudah, karena proyek panas bumi bersifat padat modal, kompleks, dan peka terhadap ketidakpastian dan risiko—akibatnya, proyek panas bumi menjadi investasi yang kurang menarik. Selain itu, karena ketidakpastian yang mendalam, keputusan-keputusan sulit seringkali harus dibuat berkenaan dengan kelanjutan proyek panas bumi karena alasan keuangan. Langkah-langkah tata kelola tambahan, seperti pembiayaan berkelanjutan, diperlukan untuk memastikan kelangsungan proyek dalam jangka panjang. Dalam rangka berkontribusi mengatasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan sebuah model pembiayaan berkelanjutan bagi proyek panas bumi di Indonesia. Dalam penelitian ini, pembiayaan berkelanjutan diartikan sebagai skema pembiayaan yang atraktif dan robust—mampu memberikan kinerja finansial jangka panjang yang memuaskan secara konsisten pada berbagai skenario perubahan yang disebabkan oleh ketidakpastian dan risiko. Untuk keperluan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Kebijakan dan Analisis Keuangan yang dikombinasikan dengan metode Exploratory Modelling and Analysis (EMA). Secara khusus, penelitian ini menerapkan Exploratory System Dynamics Modelling and Analysis (ESDMA) sebagai paduan pemodelan Sistem Dinamis (System Dynamics) dan EMA, serta memperkenalkan penggunaan Exploratory Financial Modelling and Analysis (EFMA) sebagai kombinasi pemodelan finansial dengan Discounted Cash Flow (DCF) dan EMA. ESDMA digunakan untuk menganalisis kompleksitas proyek panas bumi dan mengeksplorasi alternatif kebijakan pembiayaan yang efektif dan kokoh atau robust di bawah kondisi ketidakpastian mendalam; sedangkan EFMA diterapkan untuk menganalisis kinerja keuangan proyek dan mengeksplorasi skema pembiayaan yang menarik dan kokoh atau robust di bawah kondisi ketidakpastian mendalam. Selanjutnya, luaran dari simulasi ESDMA dan EFMA diselaraskan untuk menghasilkan rumusan model pembiayaan berkelanjutan beserta alternatif strategi penerapannya untuk proyek panas bumi di Indonesia. Sebagai hasil penelitian, model pembiayaan yang diusulkan merupakan kombinasi feed-in tariff (FIT) dengan program derisking pemboran sumur eksplorasi. Kedua program ini harus berdampingan agar tingkat keekonomian tetap atraktif dan robust. Selain itu diperlukan mekanisme kordinasi kelembagaan yang tersentralisasi agar model ini dapat diimplementasikan.

Geothermal is vital for sustainable energy systems development in Indonesia. The country is privileged with estimated geothermal reserves equivalent to 29 Gigawatt- electric. However, harvesting such massive potential is precarious since geothermal projects are capital intensive, complex, and sensitive to uncertainty and risk—thus, the projects become a less attractive investment. Moreover, due to deep uncertainties, difficult decisions often have to be made regarding geothermal projects (dis)continuation for financial reasons. Additional governance measures, such as sustainable financing, are required to ensure the viability of the projects in the long run. As a contribution to address the concern above, this study aims to develop a sustainable financing model for geothermal projects in Indonesia. Herein, a sustainable financing model is defined as an alternative financing scheme that is attractive and robust—able to provide a consistently satisfying long-term financial performance in various scenarios of change due to uncertainty and risk. For this purpose, the study combines Policy Analysis and Financial Analysis approaches with Exploratory Modelling and Analysis (EMA). More specifically, the study employs Exploratory System Dynamics Modelling and Analysis (ESDMA) as a combination of System Dynamics modelling and EMA; and introduces the use of Exploratory Financial Modelling and Analysis (EFMA) as an integration of financial modelling with Discounted Cash Flow (DCF) and EMA. ESDMA is used to analyze the complexity of geothermal projects and to explore robust financing policies under deep uncertainty; while EFMA is used to analyze the project's financial performance and to explore attractive and robust financing schemes under deep uncertainty. Aligning the results from ESDMA and EFMA, a sustainable financing model for geothermal projects and its alternative implementation strategies are formulated. As a result, the proposed financing model is a combination of Feed In Tariff (FIT) with an exploration well drilling program that eliminates risk. These two programs must coexist so that the economic level remains attractive and robust. In addition, a centralized institutional coordination mechanism is needed so that this model can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fiko Pradana S
"Panas Bumi (Geothermal) merupakan salah satu energi terbarukan jika dibandingkan dengan energi konvensional seperti minyak, batu bara, dan gas bumi. Potensi pada pengembangan geothermal di Indonesia sangatlah besar yaitu sebesar 29.000 megawatt (MW) atau sekitar 40% dari cadangan dunia. Pada penelitian ini akan mereview pemakaian teknologi pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), terdapat empat teknologi yaitu direct dry steam plant, flash plant, binary plant, dan combined cycle plant. Berdasarkan hasil perhitungan keekonomian melihat nilai NPV, IRR, PBP, dan PI terlihat bahwa teknologi flash plant dan binary cycle yang layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keekonomian didukung oleh hasil analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode Monte Carlo, terlihat bahwa keempat teknologi tersebut memiliki nilai derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PBP, dan PI >50% sehingga dapat dikatakan layak untuk dilakukan. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa LCOE dan kapasitas pembangkit merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam penenlitian ini.

Geothermal is a renewable energy when compared to conventional energy such as oil, coal and natural gas. The potential for geothermal development in Indonesia is very large, amounting to 29,000 megawatts (MW) or about 40% of world reserves. In this study, we will review the use of technology in Geothermal Power Plants (PLTP), there are four technologies, namely direct dry steam plants, flash plants, binary plants, and combined cycle plants. Based on the results of economic calculations looking at the values of NPV, IRR, PBP, and PI, it can be seen that flash plant and binary cycle technology are feasible to run. The results of the economic calculation are supported by the results of the risk analysis carried out using the Monte Carlo method, it appears that the four technologies have a degree of confidence in the value of NPV, IRR, PBP, and PI >50% so it can be said that it is feasible to do so. Based on the sensitivity analysis, it can be seen that LCOE and generating capacity are the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bregas Pambudy Siswantra
"Akibat adanya pandemi Covid-19, permintaan energi mengalami penurunan, hal ini berlaku kepada permintaan minyak, batu bara, dan gas, tetapi tidak untuk energi baru terbarukan. Geothermal merupakan salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi besar di Indonesia, yaitu sebesar 29.000 MW. Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih kurang, yaitu hanya sekitar 7% dari total potensi yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu biaya investasi yang tinggi disertai risiko yang tinggi juga. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis risiko investasi untuk mengetahui kelayakan investasi Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Pada penelitian ini terdapat empat skema model bisnis yang penggunaanya terbagi menjadi Wilayah Indonesia satu dan Wilayah Indonesia dua. Berdasarkan perhitungan keekonomian yang melihat nilai NPV, IRR, PI, dan PBP terlihat bahwa hanya skema 2, skema 3, dan skema 4 yang layak digunakan dalam pengembangan listrik geothermal di Indonesia. Hasil perhitungan keekonomian didukung oleh hasil analisis risiko yang menggunakan metode Monte Carlo, terlihat bahwa penggunaan skema 2, skema 3, dan skema 4 memiliki nilai derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PI, dan waktu PBP >50% sehingga skema-skema tersebut layak untuk dilakukan. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa harga jual listrik dan kapasitas pembangkit merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini.

Due to Covid-19, energy demand has decreased, this applies to oil, coal and gas, but not for renewable energy. Geothermal is renewable energy that has potential in Indonesia, around 29,000 MW. However, the utilization still lacking, only about 7% of total potential. This is caused by several things, high investment costs accompanied by high risks. Therefore, investment risk analysis is needed to determine the feasibility of investing in Geothermal Power Plants in Indonesia. In this study, there are four business model schemes whose divided into Indonesian Region one and Indonesian Region two. Based on economic calculations that calculate NPV, IRR, PI, and PBP, it can be seen that only scheme 2, scheme 3, and scheme 4 are suitable for development of geothermal electricity in Indonesia. The results of the economic calculation are supported by risk analysis using the Monte Carlo method, it appears that scheme 2, scheme 3, and scheme 4 has a degree of certainty of the NPV, IRR, PI, and PBP greater than 50%. Based on the sensitivity analysis, it can be seen that the selling price of electricity and generating capacity are the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Angela Rahayu
"Investasi pengembangan proyek pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) memiliki potensi terdepan di dalam transisi energi fosil menjadi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Dibandingkan dengan energi lain, panas bumi lebih berkelanjutan dalam jangka panjang dan tidak membutuhkan pembangkit listrik besar lainnya untuk memasok listrik secara nasional. Indonesia merupakan salah satu negara dengan energi panas bumi terbesar di dunia. Pembangunan PLTP di Indonesia memiliki potensi baik dan bersifat berkelanjutan sesuai dengan program pemerintah terkait pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dalam mendukung percepatan investasi panas bumi sektor energi baru terbarukan di Indonesia, maka diperlukan konsep perizinan yang cepat, mudah dan terintegrasi. Pemerintah diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja untuk melakukan pembenahan atau perubahan perizinan usaha berbasis risiko melalui sistem perizinan terintegrasi pusat ke daerah dalam Sistem Pengajuan Tunggal Online Berbasis Risiko (OSS-RBA). Tujuannya untuk mempermudah perizinan. Namun dalam praktiknya, upaya pemerintah tersebut menuai penolakan yang meluas, karena Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dinilai mengabaikan perlindungan lingkungan. Berdasarkan asas kelestarian dan berkelanjutan yang terdapat dalam RUU EBT Pasal 2 huruf d yang menyatakan penyelenggaraan EBT berdasarkan asas kelestarian dan berkelanjutan. Namun dalam penyelenggaraannya masih terdapat masalah terkait perizinan pembangunan PLTP di Indonesia sehingga memperhambat investor dalam berinvestasi di Indonesia, masih banyak masyarakat yang dirugikan dalam pembangunan PLTP. Salah satu indikator asas kelestarian dan berkelanjutan merupakan jaminan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang sehat dan layak sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama dan memadai untuk bertindak dan bekerja demi kemaslahatan umat manusia.

Project development investment in geothermal power plants (PLTP) has the potential to lead the transition from fossil energy to renewable energy in Indonesia. Compared to other energies, geothermal is more sustainable in the long term and does not require other large power plants to supply electricity nationwide. Indonesia is one of the countries with the largest geothermal energy in the world. Geothermal power plant development in Indonesia has good potential and is sustainable in accordance with government programs related to sustainable economic development. In supporting the acceleration of geothermal investment in the new renewable energy sector in Indonesia, a fast, easy and integrated licensing concept is needed. The government is authorized by Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation to reform or change risk-based business licensing through a central to regional integrated licensing system in the Risk-Based Online Single Submission System (OSS-RBA).. Based on the principles of sustainability and sustainability contained in RUU EBT Article 2 letter d which states that the implementation of EBT is based on the principles of sustainability and sustainability. However, in its implementation there are still problems related to licensing for PLTP development in Indonesia so that it hampers investors in investing in Indonesia, there are still many people who are disadvantaged in PLTP development. One indicator of the principle of sustainability and sustainability is a guarantee that people live in healthy and decent conditions so that they have equal and adequate opportunities to act and work for the benefit of humanity."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Adam
"Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang besar, diperkirakan 24 GW atau setara dengan 35-40% dari potensi global, menjadikannya komponen penting dalam upaya transisi energi terbarukan negara tersebut. Namun, hanya 2.34 GW yang telah dimanfaatkan, jauh di bawah target pemerintah 2025 sebesar 7.2 GW. Indonesia menghadapi masalah dalam mengamankan pendanaan untuk target panas bumi yang ambisius ini karena iklim investasi yang menantang. Ketidakpastian yang melekat dalam proyek panas bumi, biaya pengembangan awal yang tinggi, dan insentif yang tidak memadai menjadi penghalang besar bagi investor untuk mencapai pengembalian yang sepadan dengan risiko yang luas. Oleh karena itu, mengatasi ketidakpastian utama dalam fase yang sangat berisiko dari pengembangan panas bumi, seperti eksplorasi dan eksploitasi, diperlukan untuk mengejar strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko investasi yang gagal dan meningkatkan kesesuaian untuk alokasi anggaran. Studi ini mengusulkan pendekatan pemodelan dan analisis keuangan eksplorasi untuk menyelidiki ketidakpastian utama dalam proyek panas bumi dengan menggabungkan opsi nyata dan pemodelan eksplorasi. Temuan menunjukkan bahwa harga listrik, kekeringan fluida, biaya pengeboran eksplorasi, dan faktor kapasitas adalah ketidakpastian utama dalam fase eksplorasi. Sementara itu, rasio keberhasilan sumur produksi dan biaya pengembangan dan injeksi adalah ketidakpastian utama dalam fase eksploitasi. Analisis opsi nyata berguna dalam kondisi yang tidak menguntungkan di mana fleksibilitas manajemen diperlukan untuk menghindari penghentian proyek lebih awal. Namun, ketika berada dalam kondisi yang menguntungkan, para pengambil keputusan harus mencari ketahanan keseluruhan di mana proyek tidak akan dihentikan terlepas dari ketidakpastian masa depan.

Indonesia has massive geothermal reserves, estimated at 24 GW or equal to 35-40% of global potential, making it a crucial component in the nation's effort for renewable energy transition. Nevertheless, only 2.34 GW has been utilized, far below the government's 2025 target of 7.2 GW. Indonesia faces problems securing funding for its ambitious geothermal target due to the challenging investment climate. The inherent uncertainty in geothermal projects, high upfront development costs, and insufficient incentives pose significant barriers for investors in achieving returns commensurate with the extensive risks. Therefore, addressing key uncertainties in highly risky phases of geothermal development, such as exploration and exploitation, is needed to pursue the right strategy to minimize the risk of failed investments and increase appropriateness for budget allocation. This study proposes an exploratory financial modeling and analysis approach to investigating key uncertainties in geothermal projects by combining real options and exploratory modeling. The findings show that electricity price, fluid dryness, exploration drilling cost, and capacity factor are key uncertainties in the exploration phase. Meanwhile, the production well success ratio and costs of development and injection are key uncertainties in the exploitation phase. Real options analysis is useful in unfavorable conditions where management flexibility is needed to avoid early abandonment of the project. However, when situated in favorable circumstances, the decision-makers should seek overall robustness where the project will not be abandoned regardless of future uncertainties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"Berdasarkan hasil studi pengembangan energi baru dan terbarukan di luar migas di Indonesia, diketahui bahwa panas bumi (geothermal) berpotensi untuk dijadikan sumber energi alternatif dan memiliki kontribusi terbesar dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik nasional. Untuk mendukung kebijakan diversifikasi sumber energi melalui pemanfaatan panas bumi ini, diperlukan kebijakan ekonomi yang kondusif. Di bidang perpajakan, pemerintah menerapkan bagian pemerintah sebesar 34% dari penerimaan (hasil) bersih usaha yang menggantikan seluruh pajak dan pungutan lain serta berbagai kelonggaran/fasilitas perpajakan lain.
Tesis ini bertujuan untuk membahas tax incentive tersebut berdasarkan analisis instrumen fiskal serta kajian revenue-adequacy & azas keadilan perpajakan. Tesis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui aspek kepastian dalam peraturan pelaksanaan perpajakan di bidang pengusahaan sumber daya panas bumi. Penulisan tesis bersifat deskriptif analistis dan dilakukan berdasarkan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, observasi data sekunder, dan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak terkait dan berkompeten.
Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembedaan ketentuan perpajakan bidang panas bumi dari industri pada umumnya, didasarkan atas kekhususan karakteristik industri tersebut, meski terhadap beberapa kewajiban perpajakan tetap diberlakukan ketentuan umum. Namun demikian, beberapa ketentuan perpajakan atas industri ini masih menunjukkan ketidakkonsistenan, diskriminasi perlakuan, dan ketidakpastian hukum yang berpotensi menciptakan ketidakadilan dan perselisihan perpajakan antara pengusaha dan aparat fiskus. Penerapan single fiscal instrument pada industri ini juga dirasakan kurang memperhatikan prinsip revenue-adequacy perpajakan.
Untuk menjamin terpeliharanya iklim investasi yang kondusif tanpa mengurangi penerimaan dari sektor perpajakan, direkomendasikan agar pemerintah mengaktifkan pajak-pajak dan pungutan lain yang diberlakukan pada industri pada umumnya yang status pengenaannya digantikan oleh instrumen fiskal bagian pemerintah, atau mengambil langkah-langkah reformatif terhadap upaya memperluas instrumen fiskal dengan memperkenalkan geothermal royalty atau resources rent tax sebagaimana ditempuh rejim fiskal negara lain. Dalam rangka menciptakan kepastian hukum dan keadilan di bidang perpajakan, sebaiknya pemerintah melakukan revisi ketentuan perpajakan menyangkut tarif PPh dan perlakuan pemungutan PPh Pasal 22 atas local purchases. Di samping itu perlu diberikan klarifikasi lebih lanjut atas beberapa ketentuan perpajakan seperti : penyeragaman istilah fiskal dalam kontrak, perhitungan penyusutan, batasan daerah terpencil, kewajiban withholding taxes atas biaya alokasi kantor pusat dan jasa teknik yang dilakukan kantor pusat/afiliasi, dan ketentuan baku persyaratan restitusi PPN."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wicitra Diwasasri
"Penelitian kualitatif ini membahas mengenai hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi di Indonesia dalam kurun waktu 2010-2017. Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah 'Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan geothermal panas bumi di Indonesia tahun 2010-2017?'. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut penulis menggunakan teori utama yakni barrier renewable energy penetration serta dibantu dua konsep Multi-Level Governance MLG dan Central-Local Relation, dimana Barrier renewable energy penetration dan MLG lebih banyak digunakan untuk melihat permasalahan institusional yang menjadi kendala bagi pengembangan energi panas bumi di tingkat pusat, sementara central-local relation akan lebih ditekankan untuk menganalisis pengaruh desentralisasi dalam menghambat pengembangan energi terbarukan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang dominan menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi yakni institusional, posisi ekonomi energi terbarukan yang marjinal, kebutuhan jangka pendek yang mendesak dari proyek listrik nasional dan desentralisasi menjadi faktor yang menghambat energi terbarukan panas bumi dalam kurun waktu 2010-2017.

This qualitative research discusses challenges implementation of geothermal energy 2010 2017. The main question which is raised in this research is what are the factors which obstacled the implementation of geothermal energy in Indonesia 2010 2017. To answer this question, renewable energy penetration theory is used. Another framework which is used in this research are Multi Level Governance and Central Local relation. Barrier to renewable energy penetration and MLG are mostly focused to see the institutional problem of geothermal in the central government, while central local relation discusses how decentralization detain the implementation of renewable energy.
This research concluded that there are four main factors which detained the implementation of geothermal as renewable energy in Indonesia in 2010 2017, formal institution, marginal economy needs, electrification government program and decentralization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>