Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emni Purwoningsih
"Latar belakang: Moringa oleifera (MO) secara luas telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan dan juga obat tradisional. M. oleifera telah terbukti memiliki berbagai efek farmakologi diantaranya efek neuroprotektif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek neuroprotektif dan mekanisme dasar dari ekstrak etanol 70% daun (MOE) dan minyak biji M. oleifera (MOO) pada mencit yang mengalami depresi, kecemasan dan fungsi kognitif akibat induksi stres kronik.
Metode: Dalam penelitian ini kami menguji analisis fitokimia MOE dengan LC-MS dan MOO dengan GC-MS. Dua puluh empat mencit jantan dengan berat badan 25-30 g, dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (mencit normal diberi 0,5% CMC), WIRS (mencit stres dengan induksi WIRS+CMC 0,5%), kelompok WIRS+MOE400 (mencit stres+ MOE 400 mg/kg BB), WIRS+MOE800 (mencit stres + MOE 800 mg/kg BB), WIRS+MOO1 (mencit stress + MOO 1 ml/kg BB), dan WIRS+MOO2 (mencit stress + MOO 2 ml/kg BB). Pemberian MOE dan MOO diberikan secara oral selama 23 hari. Induksi WIRS dilakukan pada hari 1 sampai 15 selama 2 jam, dan hari ke 16 dilakukan selama 6 jam. Selanjutnya dilakukan uji perilaku dengan open field test untuk prilaku kecemasan, forced swim test untuk perilaku depresif, dan uji memori dengan Y-maze test dan novel objective recognition test. Pada hari ke-24 mencit dikorbankan dan diambil darah serta jaringan otak untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil: MOE mengandung 5,8% (b/b) total fenol dan 2,70% (b/b) total flavonoid, sedangkan MOO mengandung 0,04% (b/b) total fenol, tetapi flavonoid tidak terdeteksi. GC-MS menghasilkan MOO yang mengandung senyawa asam lemak, sterol, vitamin E dan senyawa aromatik, sedangkan MOE didominasi oleh senyawa flavonoid, asam lemak dan alkaloid juga ditemukan. Pemberian MOE 400 mg/kg BB dan MOO 2 mL/kg BB, kadar protein dan ekspresi BDNF meningkatkan signifikan (p<0,050) dibanding kelompok WIRS, selanjutnya MOE 800 mg/kg BB dan MOO 1 dan 2 mL/kg BB aktivitas asetilkolinesterase (AChE) menurun signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok WIRS. MOE 400 dan 800 mg/kg BB dan MOO 1 mL/kg BB, tingkat depresi dan kecemasan menurun signifikan serta memori meningkat signifikan dibandingkan kelompok WIRS. Sedangkan MOO 2 mL/kg BB tingkat kecemasan tidak berbeda dari kelompok WIRS.
Kesimpulan: MOE dan MOO memiliki efek neuroprotektif dengan memperbaiki fungsi kognitif dan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan melalui mekanisme penghambatan aktivitas AChE dan meningkatkan kadar protein dan ekspresi mRNA BDNF.

Background: Moringa oleifera (MO) has been widely used by Indonesian people as a functional food and as traditional medicine. M. oleifera has been shown to have various pharmacological effects including neuroprotective effects. The aim of this study was to analyze the neuroprotective effects and the basic mechanisms of 70% ethanol extract (MOE) and seed oil of M. oleifera (MOO) in mice depression-like behavior, anxiety-like behavior, and cognitive decline due to chronic stress induction.
Methods: In this study we examine the phytochemical analyze of MOE by LC-MS and MOO by GC-MS. Twenty-four male mice with a body weight of 25-30 g, were randomly divided into 6 groups. Normal group (normal mice given 0.5% CMC), WIRS (stressed mice with induced water immersion restraint stress/WIRS+CMC 0.5%) group, WIRS+MOE400 (stressed mice+ MOE 400 mg/kg BW) group, WIRS+MOE800 (stress mice + MOE 800 mg/kg BW) group, and WIRS+MOO1 (stress mice + MOO 1 ml/kg BW) group, and WIRS+MOO2 (stress mice + MOO 2 ml/kg BW) group. The MOE and MOO were orally administration for 23 days. MOE and MOO were administered orally for 23 days. WIRS induction was performed for 2 hours on days 1 to 15, and for 6 hours on day 16. The open field test for anxious behavior, the forced swim test for depressive behavior, and a memory test using the Y-maze test and the novel objective recognition test were then performed sequentially on days 17-23. On day 24th the mice were sacrificed and the blood as well as the brain tissue were collected for further analyze.
Results: MOE contained 5.8% (w/w) of total phenols and 2.70% (w/w) of total flavonoids, while MOO contained 0.04% (w/w) of total phenols, but no flavonoids were detected. GC-MS produced MOO which contained fatty acid compounds, sterols, vitamin E and aromatic compounds, while MOE which was dominated by flavonoids, fatty acids, and alkaloids, were also found. Giving MOE 400 mg/kg BW and MOO 2 mL/kg BW, protein levels and expression of BDNF increased significantly (p<0.050) compared to the WIRS group, then MOE 800 mg/kg BW and MOO 1 and 2 mL/kg BW acetylcholinesterase activity (AChE) decreased significantly (p<0.05) compared to the WIRS group. MOE 400 and 800 mg/kg BW and MOO 1 mL/kg BW, the levels of depression and anxiety decreased significantly, and memory increased significantly compared to the WIRS group. Whereas MOO 2 mL/kg BW the anxiety level was not different from the WIRS group.
Conclusion: MOE and MOO have neuroprotective effects by improving cognitive function and reducing levels of depression and anxiety through mechanisms of inhibiting acetylcholinesterase activity and increasing protein levels and BDNF mRNA expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Sadam Safutra
"Moringa oleifera (MO) telah terbukti memiliki efek neuroprotektif, namun efek neuroprotektif melalui jalur senescence belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek neuroprotektif ekstrak air daun (MOE) dan minyak biji MO (MOO) terhadap disfungsi otak melalui jalur senescence pada mencit yang diberi diet tinggi lemak dan fruktosa. Mencit DDY jantan sebanyak 10 ekor dibagi secara acak menjadi 4 kelompok: Normal; Diet Tinggi Lemak + Fruktosa 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); dan HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Dilakukan penilaian kognitif dengan Uji Y-maze dan Novel Objective Recognition (NOR). Dianalisis ekspresi p16, p21, dan BDNF dengan metode RT-PCR serta pewarnaan SA-β-Gal pada jaringan otak. Dilakukan analisis interaksi senyawa ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera terhadap protein target dengan molecular docking. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian bersama MOE maupun MOO dapat meningkatkan persentase alternasi dan pengenalan objek baru, menurunkan ekspresi p16 dan p21, meningkat ekspresi BDNF, menurunkan intensitas warna biru pada organ otak. Berdasarkan analisis dengan molecular docking menunjukkan adanya interaksi senyawa terhadap reseptor TrkB. Temuan-temuan ini menunjukkan ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera memiliki potensi neuroprotektif melalui jalur senescence.

Moringa oleifera (MO) has been shown to have neuroprotective effects, but neuroprotective effects through the senescence pathway are not yet known. This study aimed to determine the neuroprotective effect of leaf water extract (MOE) and MO seed oil (MOO) against brain dysfunction through the senescence pathway in mice fed a diet high in fat and fructose. 10 male DDY mice were randomly divided into 4 groups: Normal; High Fat + Fructose Diet 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); and HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Cognitive assessment was carried out with the Y-maze Test and Novel Objective Recognition (NOR). Expression of p16, p21, and BDNF was analyzed by RT-PCR method and SA-β-Gal staining in brain tissue. Analysis of the interaction of leaf water extract compounds and Moringa oleifera seed oil on target proteins by molecular docking was carried out. The results of the analysis showed that co-administration of MOE and MOO can increase the percentage of alternation and recognition of new objects, decrease p16 and p21 expression, increase BDNF expression, decrease the intensity of blue color in brain organs. Based on analysis with molecular docking showed the interaction of compounds with TrkB receptor. These findings suggest the leaf water extract and seed oil of Moringa oleifera have neuroprotective potential through the senescence pathway."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
"Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol.

Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Maritza Pratama
"Latar Belakang: Moringa oleifera Lam. (M. oleifera) termasuk dalam famili Moringaceae dan merupakan tanaman silangan. Tanaman ini diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri yang digunakan dalam percobaan ini adalah Staphylococcus aureus (S. aureus) yang merupakan bakteri Gram positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah M. oleifera efektif sebagai antiseptik dan dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dengan mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Metode: Metode Percentage kill akan digunakan dalam penelitian ini, bersama dengan media kultur broth. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui pengaruh antiseptik berbahan ekstrak M. oleifera terhadap pertumbuhan S. aureus. Percentage kill adalah salah satu cara untuk mengetahui efek bakterisida atau fungisida suatu zat tertentu, dikatakan baik jika hasilnya >90%. Suspensi bakteri akan dimasukkan ke dalam tiga tabung terpisah, dengan tabung ketiga sebagai kontrol. Tabung akan diinkubasi selama durasi waktu kontak yang ditentukan. Dua variabel akan digunakan: kontrol dan perlakuan, yang keduanya akan diuji pada waktu yang sama, 1,2 dan 5 menit.
Hasil: Hasil M. oleifera sebagai antiseptik terhadap S. aureus dinilai efektif karena terdapat kesenjangan pertumbuhan bakteri yang sangat besar antara perlakuan dan kontrol, dan persentase hasil membunuh masing-masing pada menit 1,2 dan 5 adalah 92,36 %, 95,58% dan 96,45%, dimana terlihat hasilnya sudah mencapai >90% pada menit pertama.
Konklusi: dari eksperimen ini, hasil persentase kill pada ke-3 pengulangan, yaitu pada menit ke-1, 2, dan 5 menit, mencapai lebih dari 90% dari menit pertama, ini mengartikan bahwa ekstrak M. oleifera efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri S. aureus. Pertumbuhan S. aureus saat di berikan ekstrak menglami penurunan setiap pengulangan dan jumlah paling sedikit terlihat pada menit ke 5 yaitu 3.67 koloni dimana pada kontrol jumlah pada menit tersebut 103.33 koloni dengan persentase kill 96,45%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak M. oleifera efektif untuk di jadikan antiseptik terhadap bakteri S. aureus.

Background: Moringa oleifera Lam. (M. oleifera) belongs to the family Moringaceae and is a cruciferous plant. This plant is known to have an antibacterial activity. The bacteria that is use in this experiment is Staphylococcus aureus (S. aureus), which is a Gram-positive bacteria. This study aims to learn whether M. oleifera is effective as an antiseptics and can treat infection caused by S. aureus by affecting the growth of the bacteria.
Method: The Percentage Kill method will be used in this study, along with a broth culture medium. The purpose of this method is to determine the effect of the antiseptic made from Moringa oleifera extract on the growth of S. aureus. Percentage kill is one of the methods to determine the bactericidal or fungicidal effect of certain substances, it is considered good if the result is >90%. The bacterial suspension will be contained in three separate tubs, with the third serving as a control. Tubes will be incubated for the duration of the specified contact time. Two variables will be used: control and treatment, both of which will be tested at the same time.
Results: The results of M. oleifera as antiseptics towards S. aureus is considered effective because there is a huge gap in growth of the bacteria between the treatment and control, and the percentage kill result is respectively in minute 1,2 and 5 are 92.36 %, 95.58 % dan 96.45 %, where it can be seen the result already reach >90% at the first minute.
Conclusion: From this experiment, the results of the percentage kill in the 3 repetitions, namely at 1, 2, and 5 minutes, reached more than 90% from the first minute, this indicates that M. oleifera extract is effective in reducing the growth of S. aureus bacteria. The growth of S. aureus when given the extract experience a decreasing pattern in every repetition and the least amount was seen in the 5th minute, namely 3.67 colonies where in the control the quantity at that minute was 103.33 colonies with a percentage kill of 96.45%. It can be concluded that M. oleifera extract is effective to be used as an antiseptic against S. aureus bacteria.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Minyak biji kelor mengandung berbagai senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas, namun aplikasinya secara topikal menyebabkan terjadinya iritasi kulit dan ketidaknyamanan akibat efek berminyak. Minyak biji kelor bersifat hidrofobik sehingga diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi. Serum mengandung agen farmasetik dalam jumlah tinggi dan efek hidrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan mengetahui sifat antioksidan dari minyak biji kelor kemudian memformulasikanya menjadi serum nanoemulsi, melakukan uji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan. Komponen kimia minyak dianalisis dengan kromatografi gas. Aktivitas antioksidan minyak dan sediaan diukur dengan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Area optimum nanoemulsi pada diagram fase pseudo-ternary diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang disusun terdiri campuran minyak dan smix mulai 1:9 hingga 9:1 dan dianalisis menggunakan software chemix 7.0. Formula optimum dimasukkan ke dalam formula serum dalam konsentrasi 10%, 20% dan 30%, formula terbaik dipilih berdasarkan hasil pengamatan stabilitas selama 1 minggu untuk selanjutnya diuji stabilitas selama 12 minggu dan uji aktivitas antioksidan. Minyak memiliki kandungan total asam lemak 65% b/b dengan kandungan asam oleat yang dominan hingga 72,341%. Minyak memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 147,0277 µg/mL. Formula nanoemulsi memiliki ukuran partikel Dv90 241 nm, PDI 0,474 dan zeta potensial -35,4 mV, nilai efisiensi penjerapan 58,59%. Uji stabilitas dilakukan terhadap sediaan serum dengan 10% kandungan nanoemulsi. Serum nanoemulsi stabil pada pengujian cycling test, uji mekanik dan penyimpanan pada berbagai suhu, namun terjadi peningkatan viskositas dan ukuran partikel. Aktivitas antioksidan serum sangat lemah dengan nilai IC50 14601,76 µg/mL dan mengalami penurunan menjadi 61642 µg/mL setelah penyimpanan selama 12 minggu.

Moringa seed oil contains various antioxidant compounds that can counteract free radicals, but its topical application causes skin irritation and discomfort due to the oily effect. Moringa seed oil is hydrophobic so it is formulated in a nanoemulsion carrier system. The serum contains a high amount of pharmaceutical agents and a good hydrating effect. The objective of this study was to characterize and determine the antioxidant properties of Moringa seed oil and then formulate it into a nanoemulsion serum, and test its stability and antioxidant activity. The chemical components of the oil were analyzed by gas chromatography. The antioxidant activity of was measured by the DPPH reduction method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The optimum area of ​​nanoemulsion on the pseudo-ternary phase diagram was obtained based on the results of the optimization of the formula which was composed of a mixture of oil and smix from 1:9 to 9:1 and analyzed using chemix 7.0 software. The optimum formula was put into the serum formula in concentrations of 10%, 20%, and 30%, the best formula was selected based on the observation of stability for 1 week to be further tested for stability for 12 weeks and antioxidant activity test. The oil has a total fatty acid content of 65% w/w with a dominant oleic acid content of up to 72.341%. The oil has moderate antioxidant activity with an IC50 of 147.0277 g/mL. The nanoemulsion formula had a particle size of 241 nm, PDI 0.474, and zeta potential -35.4 mV, the adsorption efficiency value is 58.59%. A stability test was carried out on serum formula with 10% nanoemulsion content. Serum nanoemulsion was stable in the cycling test, mechanical test, and storage at various temperatures, but there was an increase in viscosity and particle size. Serum antioxidant activity was very weak with an IC50 value of 14601.76 g/mL and decreased to 61642 g/mL after 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
"Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor.

Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariza Nabila Putri
"Moringa oleifera (M. oleifera) merupakan tumbuhan yang biasa di kenal dengan pohon Kelor. Tumbuhan ini lama dikenal memiliki sifat antimikrobial terhadap fungal, parasite, dan bakteri. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa), merupakan bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan banyak tipe infeksi, bakteri ini tumbuh dengan baik bahkan dalam suhu sampai 42°C. P. aeruginosa juga dikenal memiliki resistensi yang kuat terhadap zat antimikrobial. Antiseptik dan disinfektan digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi tubuh, pemakaiannya bervariasi dari membrane mucosal sampai dengan luka terbuka. Riset ini dilakukan untuk membuktikan kemampuan M. oleifera sebagai cara baru untuk menjadi antiseptik terhadap P. aeruginosa yang sudah resistan terhadap banyak obat obatan. Metode: Penelitian ini mengunakan metode Percentage Kill menggunakan kultur broth sebagai medium. Suspensi bakteri akan di simpan dalam 3 tabung yang berbeda dimana tabung ketiga akan menjadi kontrol. Tabung ini akan di inkubasi dengan waktu kontak yang sudah ditentukan. 2 variabel akan digunakan yaitu kontrol dan perlakuan yang masing masing harus dilaksanakan dalam waktu yang sama. Hasil dari tes akan dikalkulasi menggunakan rumus Percentage Kill dimana hasil yang dianggap baik jika diatas 90% Hasil: Hasil yang didapatkan dari uji dengan 3 waktu kontak (1, 2, 5 menit) yang diulang sebanyak kali mendapatkan rata rata sebanyak 103, 71, & 53.67 koloni yang masih bertahan, yang lalu dihitung menghasilkan 27.12%, 47.01%, & 57.7% dalam uji Percentage Kill"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alifia Purnama Effendy
"Moringa oleifera Lam. merupakan salah satu tanaman herbal di Indonesia yang mengandung senyawa antioksidan alami. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan aktivitas antioksidan pada konsentrasi substrat 5% hasil fermentasi oleh Lactobacillus plantarum InaCC B997 selama 24 jam. Ekstraksi senyawa antioksidan pada serbuk daun M. oleifera dilakukan dengan metode infusa, pada suhu 85̊C selama 30 menit. Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH (Diphenyl Plerylhydrazyl) dan mengukur konsentrasi senyawa antioksidan yang mampu menghambat 50% sifat radikal bebas dalam DPPH (Nilai IC50). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 infusa daun M. oleifera kontrol (nonfermentasi) ialah 137,15 μg/mL, sedangkan pada sampel infusa hasil fermentasi batch I, II, dan III berturut-turut ialah 155,10 ± 14,59 μg/mL, 165,20 ± 2,81 μg/mL, dan 189,77 ± 3,05 μg/mL. Penelitian menunjukkan bahwa fermentasi infusa daun M. oleifera Lam. pada konsentrasi 5% oleh L. plantarum InaCC B997 menurunkan aktivitas antioksidan sebesar 13,08%, 20,45%, dan 38,36% pada batch I, II, dan III.

Moringa oleifera Lam. is one of the herbal plants in Indonesia that contains natural antioxidant compounds. The aim of this research is to determine the antioxidant activity of fermented M. oleifera Lam. leaf infusion at 5% concentration using Lactobacillus plantarum InaCC B997 for 24 hours. The extraction of antioxidant compounds in M. oleifera Lam. leaf powder was carried out by infusion method at 85̊C for 30 minutes. Antioxidant activity was measured using the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging method and was evaluated based on the concentration of antioxidant compounds that were able to inhibit 50% of DPPH (Inhibitory Concentration 50). The result showed that unfermented leaf infusion had IC50 value of 137.15 μg/mL, while the fermented leaf infusion had IC50 value of 155.10 ± 14.59 μg/mL, 165.20 ± 2.81 μg/mL, and 189.77 ± 3.05 μg/mL in batch I, II, and III, respectively. This study showed that fermentation of M. oleifera Lam. leaf infusion at concentration of 5% using L. plantarum InaCC B997 had reduced antioxidant activity when compared to nonfermented leaf infusion at 13.08%, 20.45%, and 38.36% in batch I, II, and III, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tio Angger Pertama
"

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari mekanisme ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) dan ekstrak ubi ungu (Ipomoea Batatas) sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan untuk API 5L pada lingkungan 0,2 M HCl. Karakterisasi kedua inhibitor dilakukan dengan pengujian FTIR dan menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada kedua inhibitor tersebut adalah senyawa flavonoid. Pengujian polarisasi potensiodinamik dan EIS dengan variasi penambahan inhibitor serta campuran antara kedua inhibitor dilakukan untuk mempelajari sifat inhibisi, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa masing- masing kedua inhibitor dapat digunakan sebagai inhibitor ramah lingkungan sedangkan campuran antara kedua inhibitor tersebut tidak dapat melindungi logam API 5L pada lingkungan 0,2 M HCl. Dari pengujian polarisasi potensiodinamik menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak daun kelor maka laju korosi akan semakin menurun dan nilai efisiensi inhibisi semakin naik dengan nilai tertinggi adalah 73,08%, sedangkan dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak ubi ungu laju korosi semakin turun dengan nilai efisiensi inhibisi maksimal sebesar 65,31%. Namun hasil pengujian polarisasi potensiodinamik untuk kombinasi kedua inhibitor menunjukkan nilai laju korosi yang semakin meningkat. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa kedua inhibitor ini dapat melindungi logam dengan membentuk sebuah lapisan film yang melapisi permukaan logam. Mekanisme adsorpsi inhibitor menunjukkan sebagai mekanisme adsorpsi secara fisik serta sesuai dengan model dari Langmuir untuk inhibitor ekstrak daun kelor dan Temkin untuk ekstrak ubi ungu.


This research was conducted to study the mechanism of Moringa Oleifera leaf extract and purple sweet potato extract (Ipomoea Batatas) as green corrosion inhibitors for API 5L in the environment of 0.2 M HCl. The characterization of the two inhibitors was carried out by FTIR testing and showed that the compounds contained in the two inhibitors were flavonoids. Testing of potentiodynamic polarization and EIS with variations in inhibitor addition and mixtures between the two inhibitors was carried out to study the inhibitory properties, from this study it can be seen that each of the two inhibitors can be used as green corrosion inhibitors while the mixture between the two inhibitors cannot protect the API 5L environment of 0.2 M HCl. From the potentiodynamic polarization test showed that by increasing the concentration of Moringa leaf extract inhibitors, the corrosion rate will decrease and the inhibition efficiency value increases with the highest value is 73.08%, whereas with the addition of the purple yam extract inhibitor concentration the corrosion rate decreases with the inhibition efficiency value maximum of 65.31%. However, the results of the potentiodynamic polarization test for the combination of the two inhibitors showed an increasing corrosion rate. The EIS test results show that these two inhibitors can protect the metal by forming a layer of film that lines the metal surface. The adsorption inhibitor mechanism shows as a mechanism of physical adsorption and in accordance with the model from Langmuir for Moringa leaf extract inhibitors and Temkin for purple sweet potato extract.

"
2019
T52525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>