Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabilah Lailati Fajriah
"Sebagai upaya dalam meningkatkan ketersediaan obat publik, dibutuhkan optimalisasi perencanaan dan pendistribusian obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Unit Pelayanan Kesehatan. Diketahui bahwa persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kota Depok pada tahun 2022 adalah sebesar 84,21%, dimana angka tersebut memenuhi standar minimal 80%. Pada wilayah lain, diketahui persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kota Semarang pada tahun 2022 masing-masing adalah sebesar 89,13%, 95,16%, dan 100%, persentase tersebut dikatakan lebih baik dari persentase yang dimiliki Kota Depok pada tahun 2022. Tingkat ketersediaan obat dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor input seperti keterbatasan anggaran dan faktor proses yaitu pengelolaan obat yang kurang ideal. Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dapat dievaluasi dan ditingkatkan setiap tahunnya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pengelolaan obat di Kota Depok. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Validasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber melalui wawancara dengan berbagai informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukan ketersediaan obat sesuai kebutuhan untuk tiga penyakit terbesar di Kota Depok tahun 2022 adalah sebesar 85,57%, dimana persentase tersebut sudah memenuhi standar yang ada. Pengelolaan obat yang dilakukan sudah mengikuti pedoman dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan RI. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan analisis beban kerja bagi SDM agar pengelolaan obat yang dilakukan dapat lebih maksimal.

In an effort to increase the availability of public drugs, it is necessary to optimize the planning and distribution of drugs from the Regency / City Pharmacy Installation to the Health Service Unit. It is known that the percentage of Puskesmas with the availability of essential drugs in Depok City in 2022 is 84.21%, which meets the minimum standard of 80%. In other regions, it is known that the percentage of health centers with the availability of essential drugs in Bekasi Regency, Bandung Regency, and Semarang City in 2022 is 89.13%, 95.16%, and 100%, respectively, which is better than the percentage of Depok City in 2022. The level of drug availability can be influenced by various things, including input factors such as budget constraints and process factors, namely less than ideal drug management. Drug management is a process that can be evaluated and improved every year to get maximum results. Therefore, this study aims to determine the description of drug management in Depok City. The type of research used in this study is qualitative with in-depth interview method. Data validation used is source triangulation through interviews with various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that the availability of drugs as needed for the three largest diseases in Depok City in 2022 was 85.57%, where the percentage had met the existing standards. The drug management carried out has followed the guidelines of the Food and Drug Administration and the Indonesian Ministry of Health. Suggestions that can be given are to conduct a workload analysis for human resources so that drug management can be maximized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yupita Darmawanti
"Perubahan prevalensi Covid-19 menyebabkan banyak penyesuaian regulasi sebagai upaya penanggulangan wabah global terlebih pada sektor kesehatan yang berkaitan dengan persediaan obat. Hal ini dapat menyebabkan persediaan obat mengalami deadstock, stockout maupun overstock obat. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui perubahan pola persediaan obat dan metode yang dapat diterapkan untuk efisiensi persediaan obat. Analisis perencanaan persedian obat dengan menggunakan matriks Always, Better, Control-Vital, Essential, Non essential (ABC-VEN) dan Minimum Maximum Stock Level (MMSL) dapat digunakan untuk menentukan prioritas pengadaan, jumlah, dan batas minimum melakukan pemesanan obat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan perolehan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder berupa harga pembelian, lead time, dan data pemakaian persediaan obat pada periode 2021—2022. Hasil analisis perubahan pola persedian obat diketahui terdapat beberapa perbedaan pada jumlah pemakaian obat pada periode 2021 dan 2022. Berdasarkan hasil klasifikasi ABC-VEN dari 1063 obat yang dianalisis diperoleh 3 kategori, kategori A sebanyak 180 item (16,93%), kategori B sebanyak 495 item (46,57%), dan kategori C sebanyak 388 item (36,50%). Hasil interpretasi MMSL terdapat penurunan sebesar 15,64% yaitu pada sebelum intervensi Rp1.972.759.117,06 dan setelah intervensi Rp1.664.293.361,17. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara nilai Inventory Turnover Ratio sebelum intervensi dan setelah intervensi metode MMSL (p = 0,001). Terdapat perbedaan jumlah pemenuhan kebutuhan obat antara analisis Rancangan Umum Pengadaan (RUP) dengan hasil perhitungan MMSL sebanyak 175 item obat. Selanjutnya berdasarkan analisis Customer Service Level diperoleh nilai rata-rata 85,43%. Oleh sebab itu, metode ABC-VEN dan MMSL dapat diterapkan dalam manajemen persediaan obat.

Changes in the prevalence of COVID-19 have caused numerous regulatory changes to deal with global epidemics, particularly in the health sector regarding medicine supply. As a result, medicine supplies may undergo deadstock, stockout, or overstock. In connection with that, it is necessary to analyze changes in drug supply patterns and methods that can be applied for drug supply efficiency. Analysis of drug supply planning using the matrix Always, Better, Control - Vital, Essential, Non-essential (ABC-VEN), and Minimum Maximum Stock Level (MMSL) can be used to determine procurement priorities, quantities, and minimum limits for ordering drugs. This was an observational study with data collected retrospectively from secondary sources in the form of purchase prices, lead times, and drug inventory usage data for the years 2021—2022. The analysis of variations in drug supply patterns indicated that there were some differences in drug usage between the years 2021 and 2022. Based on the results of the ABC-VEN classification of 1063 drugs analyzed, three categories were obtained: category A had 180 items (16,93%), category B had 495 items (46.57%), and category C had 388 items (36.50%). The MMSL interpretation results showed a 15.64% decrease, specifically before the intervention of Rp1,972,759,117.06 and after the intervention of Rp1,664,293,361.17. Furthermore, the results showed a significant difference in the Inventory Turnover Ratio value before and after the MMSL method intervention (p = 0.04). There was a difference in the amount of fulfilment of drug needs between the analysis of the General Procurement Plan (RUP) and the results of the MMSL calculation of 175 drug items. Moreover, an average value of 85.43% was obtained from the Customer Service Level analysis. Therefore, the ABC-VEN and MMSL methods can be applied to manage drug inventories."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Afriliani Raihannah
"Peningkatan angka kasus COVID-19 yang tidak terkendali mengakibatkan fasilitas kesehatan di Indonesia kurang mampu untuk menampung seluruh pasien yang terinfeksi COVID-19. Sementara itu, pasien COVID-19 harus mendapatkan pengobatan dan perawatan. Salah satu upaya untuk yang dilakukan adalah isolasi mandiri bagi pasien tanpa gejala dan bergejala ringan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi akses pasien COVID-19 untuk memperoleh obat saat isolasi mandiri di rumah serta kendala yang dialami saat isolasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan studi literatur dan telah divalidasi dua tahap. Kuesioner disebarkan secara online dan mendapatkan 115 responden sebagai subjek penelitian. Butir pertanyaan kuesioner memuat tentang data sosiodemografi, gambaran keadaan subjek saat melakukan isolasi mandiri, dan aspek – aspek akses obat (aksesibilitas, ketersediaan, keterjangkauan). Sebagian besar responden melakukan isolasi mandiri pada periode Januari – Maret (53,2%). Persebaran responden paling banyak melakukan isolasi mandiri di Jakarta (45,22%). Ditinjau dari persentase tertinggi setiap aspek, 71,3% mengatakan sangat mudah dalam aspek aksesibilitas, 48,7% mengatakan ketersediaan obat cukup baik, dan 41,7% mengatakan harga obat cukup terjangkau. Adapun kendala yang terjadi selama isolasi mandiri, seperti kemacetan lalu lintas sehingga membutuhkan waktu lebih untuk ke fasilitas kesehatan, informasi obat tidak valid, serta harga antivirus mahal dengan ketersediaan yang minim. Uji komparatif dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi akses obat dan terdapat perbedaan bermakna pada variabel periode COVID-19 (p=0,003). Dari hasil analisis skor akses obat, disimpulkan bahwa akses obat saat isolasi mandiri mudah (89,6%) bagi pasien COVID-19 di Jabodetabek.

The number of COVID-19 cases that increased uncontrollably cause the health facilities in Indonesia being unable to accommodate all patients infected with COVID-19. Meanwhile, patients must receive treatment and care. One of the efforts to do is self- isolation for asymptomatic patients and mild symptoms. This study was conducted with the aim of exploring the accessibility of COVID-19 patients to obtain medication during self-isolation at home and the obstacles experienced during isolation. The research instrument used a questionnaire developed by the researcher based on a literature study and was validated in two stages. The questionnaire was distributed online and got 115 respondents as research subjects. Questionnaire items contain sociodemographic data, a description of the subject's condition when doing self-isolation, and aspects of drug access (accessibility, availability, affordability). Most of the respondents self-isolated in the January – March period (53.2%). The distribution of respondents who mostly self- isolated in Jakarta (45.22%). Judging from the highest percentage of each aspect, 71.3% said it was very easy in terms of accessibility, 48.7% said the drug availability was quite good, and 41.7% said the price of the medicine was quite affordable. The Obstacles that occur during self-isolation, such as traffic jams that require more time to go to health facilities, invalid drug information, and expensive antivirus prices with minimal availability. A comparative test was conducted to determine the factors that influence drug access and there was a significant difference in the COVID-19 period variable (p=0.003). From the results of the analysis of drug access scores, it was concluded that access to drugs during self-isolation is easy (89.6%) for COVID-19 patients in Jabodetabek."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firliana Pramesdya Yuanjaya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan obat Program Rujuk Balik di Apotek Sanafarma Tebet pada bulan Februari-Maret tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk mengetahui keterkaitan antara komponen input, dan proses, serta imbasnya terhadap ketersediaan obat program rujuk balik. Komponen input dalam penelitian ini yaitu sumber daya manusia, ketersediaan dana, sarana dan prasarana, peraturan atau kebijakan, koordinasi, dan tools yang digunakan, sedangkan komponen dalam proses yaitu perencanaan, pengadaan, penyaluran dan distribusi, serta monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stok obat rujuk balik masih mengalami kekosongan dikarenakan masih adanya kendala dari segi input yaitu sumber daya manusia dan ketersediaan dana, serta dari segi proses yaitu masih ada kendala dalam proses perencanaan dan pengadaan. Kendala-kendala ini pada akhirnya berdampak kepada masih terjadinya kekosongan obat rujuk balik di apotek Sanafarma Tebet. Saran dari peneliti adalah dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi untuk memantau stok obat dan pencatatan terkait penggunaan obat setiap bulannya, sehingga dapat diketahui stok obat yang ada dapat digunakan untuk jangka waktu berapa lama.

This research aims to know the drug availability of Back Referral Program in Sanafarma Tebet pharmacy in February-March 2019. By using qualitative method through in depth interviews and document analysis, this research was trying to find out about the relation between input, process components, and the availability of back referral program drugs as an output. Input components were defined by human resources, fund availability, infrastructures, policy, coordination, and tools that are used, while process components were defined by the plan, procurement, storage and distribution, and the monitoring and evaluation process. The result showed that stock out of back referral drugs were still happening in Sanafarma Tebet pharmacy because of the problems in human resources and fund availability from input components and because of planning and procurement from process components. To overcome those problems, a computerized based system can be implemented to monitor the drug stock and report about drug usage should have been made so that the number of drug stock and period availability can be known."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Universal design is a design is a design approach which considering that all products, building, exterior and interior spaces be usable to the greatest possible extent by all, regardless of ages and abilities...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yunita Andriani
"Pengelolaan obat adalah salah satu aspek manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukitinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan baik terlihat dari masih tingginya angka kekosongan obat pada tahun 2017 yaitu 7,6% dari 421 jenis obat setiap bulannya dan jumlah obat kadaluwarsa yaitu sebesar 10,45% yang seharusnya 0%. Perencanaan dengan memprioritaskan pembelian kelompok VA, EA dan NA perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan obat.
Untuk mencegah tingginya jumlah obat kadaluwarsa adalah dengan penghitungan jumlah obat yang dipesan berdasarkan penghitungan ROP dan Safety Stock. Kelompok VA merupakan kelompok dengan prioritas utama dalam pengadaan terdiri dari 10 macam obat dengan NS 500cc infus sebagai obat terpenting dalam kelompok. NS 500 cc infus membutuhkan Safety Stock 23.400 sebesar dengan nilai ROP 34.860.

Drug management is one important aspect of hospital management. This study is aiming at analysing drug management in pharmacy unit National Stroke Hospital Bukittinggi. This case study was using qualitative approach.
The study revealed that drug management and monitoring controlling were not well performed. A high percentage of drug stock out in 2017 was found 7,6% out of 421 drugs item each month, while number of expired drugs was high, reaching 10,45% compared to 0% as target. Planning to prioritize purchasing of drugs using VA, EA and NA drug need to implement in order to prevent stock out.
To avoid expired drug, hospital need to purchased based on ROP and Safety Stock. VA group is the highest priority that include 10 drug item where NS 500 cc infusion fluid is the top one in the group. NS 500 cc infusion fluid would need Safety Stock as much as 23.400 number as Safety Stock and ROP 34.860.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Oktaviani
"ABSTRAK
Instalasi farmasi merupakan revenue center dan pelayanan penunjang medik yang penting untuk pelayanan kefarmasian rumah sakit. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan farmasi harus lebih diperhatikan agar dapat mengoptimalkan pemasukan dan mengefiesiensikan penggunaan dana, serta dapat mengoptimalkan pelayanan kefarmasian dengan menjamin persediaan efektif dan efisien. Dalam pengelolaan persediaan obat, manajemen logistik farmasi di RSUD Koja masih belum optimal. Hal ini dikarenakan masih ditemukan masalah obat kosong, terutama obat formularium. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor penyebab terjadinya kekosongan persediaan obat formularium melalui e-catalogue. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif dengan metode wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Sumber data peneltian ini yaitu hasil analisa dari data primer melalui wawancara mendalam dan data sekunder melalui telaah dokumen. Dari hasil analisa data didapatkan informasi mengenai SDM, sarana/prasarana, kebijakan/SOP, dana, serta gambaran proses manajemen logistik farmasi, mulai dari proses perencanaan, pengadaan hingga pengendalian persediaan obat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan persediaan obat di RSUD Koja masih belum optimal. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekosongan persediaan obat yaitu faktor SDM, dana, distributor, serta proses perencanaan dan pengadaan. Hasil analisis faktor penyebab terjadinya kekosongan obat ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan RSUD Koja untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan perbekalanfarmasi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nadia
"ABSTRAK
Nama : Putri NadiaProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Implementasi Pengelolaan Persediaan Obat Di InstalasiFarmasi Rumah Sakit Swasta XYZ Pada Era Jaminan Kesehatan NasionalPembimbing : Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, M.P.HPelayanan Jaminan Kesehatan Nasional JKN di Rumah Sakit memerlukan obat-obatan yang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. RS XYZ telah menjadi provider program pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional sejak bulan Mei 2017 dan terjadi lonjakan pasien yang cukup signifikan. Rumah sakit perlu berbenah diri dalam melakukan perbaikan untuk pengelolaan persediaan obat di instalasi farmasi demi tercapainya efektifitas dan efisiensi persediaan obat di farmasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi pengelolaan persediaan obat instalasi farmasi Rumah Sakit XYZ dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Rumah Sakit XYZ. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-sectional yang bersifat kualitatif dan kuantitaif dengan wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen dan penghitungan klasifikasi analisa ABC obat di instalasi farmasi. Penelitian in menunjukkan bahwa RS XYZ belum memiliki metode perencanaan dan pengadaan obat khususnya di era JKN. Perencanaan obat melihat trend pemakaian 1 minggu ke belakang untuk penggunaan 10 hari kedepan. Peneliti melakukan analisa ABC untuk melihat pengelolaan persediaan obat di RS XYZ. Analisa ABC yang dilakukan pada penggunaan obat di instalasi farmasi menunjukkan bahwa terdapat 1024 jenis obat yang digunakan dimana analisa ABC pemakaian kelompok C yang termasuk slow moving memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu 70 . Hasil analisa ABC investasi kelompok A memiliki jumlah investasi paling besar yaitu 4.445.922.485. Hasil analisa ABC indeks kritis didapatkan hanya 55 obat indeks kritis yang masuk kedalam formularium. Terdapat 30 dokter yang belum patuh terhadap peresepan sesuai formularium. RS XYZ belum memiliki Rencana Kebutuhan Obat RKO dalam rangka memenuhi syarat untuk ikut dalam proses e-purchasing. RS XYZ belum memiliki sistem pengelolaan persediaan obat yang sesuai standar. RS XYZ diharapkan dapat membuat Rencana Kebutuhan Obat yang menerapkan prinsip efisiensi kendali mutu kendali biaya. RS XYZ diharapkan memiliki penghitungan jumlah obat yang harus di pesan, safety stock dan juga titik pemesanan kembali obat.Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Persediaan Obat, Analisa ABC, Formularium, Rencana Kebutuhan obat,
ABSTRACT
Name Putri NadiaStudy Program Study of Hospital AdministrationTitle The Analysis Of Implementation Of Drug Supply Management In XYZ Hospital Pharmaceutical Installation In The National Health Insurance EraCounsellor Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, M.P.HThe National Health Insurance Scheme JKN in hospitals requires safe, nutritious, quality and affordable medicines in adequate types and quantities. XYZ Hospital has been adopting the National Health Insurance scheme since May 2017 and as such, there is a significant surge of patients. Hospitals need to make room for improvements on the management of drug supplies in pharmaceutical installations in order to achieve high effectiveness and efficiency of pharmaceutical inventory utilization. The purpose of this research is to describe the implementation of pharmaceutical dr ug supply management of XYZ Hospital in the National Health Insurance era in preparation of XYZ Hospital Drug Requirement Plan. This study uses descriptive cross sectional method that is both qualitative and quantitative with in depth interviews, observations, document reviews and the ABC classification of the analysis of drugs in pharmaceutical installations. This research shows that XYZ Hospital does not have a definite method of planning and procurement of drug supply, especially in the era of JKN. Drug supply planning utilizes the trend in previous week rsquo s usage in order to forecast supply needs for the next 10 days. Researchers conducted an ABC analysis to review the management of drug supply at XYZ Hospital. ABC analysis performed on pharmaceutical use showed that there were 1024 types of drugs used in which ABC analysis on the utilization of category C drugs which includes slow moving drugs had the highest number at 70 . The result of the ABC analysis of group A reveals the highest amount of inventory value at 4,445,922,485. The result of the ABC critical index analysis reveals that only 55 of critical index drugs were entered into the formulary. There are 30 of doctors who do not faithfully prescribe according to the formulary. XYZ Hospital does not have a Drug Requirement Plan RKO in order to qualify to participate in the e purchasing process. XYZ Hospital does not have a standardized drug supply management system. XYZ Hospital is expected to create a Drug Requirement Plan that applies the principle of efficient cost control and quality control. RS XYZ is expected to be able to perform calculations on the amount of drugs that should be procured, safety stock and also the critical supply point at which the re ordering of drugs commence.Keywords National Health Insurance, Drug Inventory, ABC Analysis, Formulary, Drug Requirement Plan,"
2017
T49471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati
"ABSTRAK
Implementasi Sistem Informasi Pengelolaan Obat SIPO di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Depok digunakan untuk mengelola data obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel dan indikator yang mempengaruhi Imkesuksesan Sistem Informasi Pengelolaan Obat SIPO . Penelitian ini nengadopsi Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean, satu set pedoman wawancara tersruktur ditanyakan kepada 13 informan yang memenuhi syarat sebagai pengguna apoteker dan manajer . Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan Sistem Informasi Pengelolaan Obat SIPO telah sukses. Kepuasan pengguna juga telah sukses membuat pengguna bersedia menggunakan sistem informasi. Dampak individu dan organisasi juga telah sukses diberikan oleh sistem informasi untuk menyederhanakan pekerjaan pengguna. Berdasarkan analisis tersebut, keberhasilan sistem informasi manajemen obat tidak dapat dilakukan tanpa dukungan manajemen. Man, Material, Method dan Money sudah cukup tersedia untuk penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Obat SIPO.

ABSTRACT
Implementation of drug management information system in primary care and departement of heath at Depok are used to manage drug data. The purpose of this research is to analyze the variables and indicators that influence the suscces of drug management information system. Adopting DeLone and McLean Information System Success Model, a set of structural interview guidelines was asked to 13 informant who qualified as users pharmacist and the manager . The result has showed that quality of the system, information quality and service quality of drug management information system have been success. User satisfaction also has been success to made users willing to use the information system. Individual and organizational impact also has been success provided by the information system to simplify the user 39 s work. Based on the analysis, the success of drug management information system can not be done without management support. Man, Material, Method and Money has enough available to implementing of drug management information system."
2017
S69727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>