Ditemukan 7299 dokumen yang sesuai dengan query
Adli Muaddib Aminan
"Penelitian ini membahas puisi karya Rasul Gamzatov "Dagestan" yang ditulis pada tahun 1951. Penelitian ini menganalisis penerjemahan lintas-budaya dalam puisi tersebut. Puisi ini terdiri dari delapan bait dan diterjemahkan oleh Ladinata Jabarti. Teori yang digunakan adalah Teori Puisi (Eliot,1986) dan Teori Penerjemahan Lintas Budaya (Bassnett, 2011). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif (Ritchie dan Lewis, 2004). Puisi ini mencerminkan kecintaan Gamzatov terhadap Dagestan, negara bagian multietnis di Rusia. Penerjemahan puisi ini memuat konteks Dagestan terkait alam dan budayanya. Penerjemahan puisi dilakukan dengan melibatkan dua bahasa yaitu bahasa Rusia dan bahasa Indonesia. Pembahasan penerjemahan ini dilakukan perbait dan meliputi lintas-budaya antara Rusia dan Indonesia. Empat hasil penelitian terkait lintas-budaya didapatkan dalam penelitian ini, yaitu rantau, cinta tanah air, patriarki, dan agraris.
This research discusses the poetry by Rasul Gamzatov "Dagestan" which was written in 1951. This research analyzes the cross-cultural translation of the poem. This poem consists of eight verses and was translated by Ladinata Jabarti. There are two theories used: Poetry Theory (Eliot, 1986) and Cross-Cultural Translation Theory (Bassnett, 2011). The method used is descriptive-qualitative method (Ritchie and Lewis, 2004). This poem reflects Gamzatov's love for Dagestan, a multi-ethnic state in Russia. The translation of this poem contains the context of Dagestan regarding its natures and cultures. The translation of the poem involves two languages, namely Russian and Indonesian. The discussions on this translation are carried out for each verse and cover cross-cultural relations between Russia and Indonesia. Four research results related to cross-culture are obtained in this research, namely wandering, love of homeland, patriarchy, and agrarian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jakarta: Tulodong, 2013
808.81 SIR r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Safirah Hanifati
"enulisan ini bertujuan untuk meneliti seruan freedom of speech dalam puisi berjudul Ikhtiyar karya Azzedine Mihoubi yang merupakan seorang penyair dan mantan menteri Kebudayaan Aljazair tahun 2015-2019. Puisi digunakan sebagai media menyampaikan pendapat para demonstran sebagai salah satu bentuk kebebasan pendapat. Akan tetapi seorang demonstran di Aljazair ditangkap sebagai tahanan politik setelah membacakan puisinya yang berisi kritik kepada pemerintah. Melihat peristiwa penangkapan tersebut, puisi Ikhtiyar menjadi menarik untuk diteliti. Karena puisi tersebut dibuat oleh seorang penyair yang pernah menjabat di pemerintahan. Pemerintahan pada umumnya sering menerima krtik dari rakyatnya sebagai bentuk kebebasan berpendapat dan Mihoubi menunjukan dukungan atas kebebasan berpendapat melalui puisi Ikhtiyar. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif dan deskriptif berdasarkan teori retorika Arab atau balagah dan teori isotopi. Penelitian ini menemukan bahwa teori balagah dan teori isotopi merupakan teori yang tepat untuk melihat seruan dan tema freedom of speech dalam puisi Ikhtiyar. Dalam puisi ini ditemukan banyak seruan freedom of speech yang ditujukan kepada rakyat Aljazair. Selain ditemukan tema freedom of speech, puisi ini juga terdapat sub-tema perjuangan, persaudaraan setanah air dan musuh negara.
This research aims to examine the invocation of the freedom of speech within Azzedine's poem entitled “Ikhtiyar”, written by Mihoubi Azzedine, who is a poet and a former Minister of Culture of Algeria from 2015-2019. Poetry is utilized as a medium to convey the opinion of demonstrators as a form of a freedom of speech. However, a protester in Algeria was arrested as a political prisoner after reading out loud his poetry which embodied criticism towards the government. Considering the arrest incident, the poetry of Ikhtiyar has become intriguing to research due the fact that the poem was composed by a poet who had served in the government. In general, the government often receives criticism from its people as a form of free-speech. On that ground, Mihoubi emphasized his support towards the civil-liberty through the Ikhtiyar poetry. This research was conducted with a qualitative and descriptive approach based on the Arabic rhetoric theory or balagah and the isotopic theory. Within the research, it is found that the balagah theory and the isotopic theory are suitable to examine the exclamation and the theme of freedom of speech in the Ikhtiyar poetry. Within this poem, it has discovered that there are many calls for the free-speech addressed to the Algerian people. Along the freedom of speech, this poem also encloses several sub-themes of struggles, compatriots, and enemies of the state."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Depok: Yayasan Puisi, Jakarta,
404 PUISI
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Wals, Chad
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1962
801.1 WAL d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Remy Sylado
Jakarta: Gramedia, 2005
808.81 SYL p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Remy Sylado
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2023
808.81 SYL p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fiori Aivesa Violetta
"Penelitian ini membahas tentang pemaknaan warna biru dalam dua buah puisi berbahasa Jerman karya Else Lasker-Schueler dengan menggunakan teori semiotik dari Saussure. Penggunaan tanda dalam puisi seperti warna adalah bukan sesuatu yang asing dalam sebuah karya sastra. Penggunaan tanda ini sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan ataupun emosi dari sang penyair, terutama di era ekspresionisme. Namun, penggunaan tanda dalam sebuah karya dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pemaknaan warna biru dalam kedua puisi ini oleh sang penyair dan melihat alasan mengapa Lasker-Schueler menggunakan warna biru dalam kedua karya tersebut serta melihat bagaimana pemaknaan biru dalam budaya jerman dan dalam kedua puisi ini. Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua puisi karya Lasker-Schueler yang berjudul Gebet dan Mein blaues Klavier. Keduanya diterbitkan tahun 1943 dalam sebuah buku kumpulan puisi dengan judul Mein blaues Klavier. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa Lasker-Schueler memaknai warna biru dalam Gebet sebagai sesuatu yang positif yaitu harapan dan dalam Mein blaues Klavier sebagai kenangan bahagia dari masa kecilnya.
This study discusses the meaning of blue in two German poems by Else Lasker-Schueler using the semiotic theory of Saussure. The use of signs in poetry like colors is not something unusual in a literary work. Sign in literature are often used to convey a message or emotion from the poet, especially in the era of expressionism. However, the use of signs in a literature work can also lead to different interpretations. Therefore, this study aims to see how the poet defines the meaning of blue in these two poems and to see the reasons behind the usage of blue in both works, and see how German culture interprets blue and how it relates to blue in these two poems. Corpus data used in this studyare two poems by Lasker-Schueler entitled Gebet and Mein blaues Klavier. Both poems were published in 1943 in a book under the title Mein blaues Klavier. The results from this study found that Lasker-Schueler interpreted the blue color in Gebet as something positive, hope, and in Mein blaues Klavier as a piece of a happy memory from her childhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Thompson, Denys
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1980
809.1 THO u
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ann Arbor: The University of Michigan, 1998
801.951 CLA
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library