Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apriyana, Author
"Mengkaji puisi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan intertekstual. Intertekstual berfokus pada hubungan atau keterkaitan yang ada di antara dua teks. Penelitian ini membahas tentang kajian mengenai intertekstual yang terdapat dalam puisi karya Yoon Dongju yang berjudul ‘Seosi’ dan ‘Byeol heneun bam’. Puisi ‘Seosi’ diciptakan pada periode modern akhir atau disebut sebagai 근대 yakni pada tahun 1941, sedangkan puisi ‘Byeol heneun bam’ diciptakan pada tahun dan bulan yang sama. Akan tetapi puisi ‘Byeol heneun bam’ masuk ke masa periode modern awal atau 현대. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan keterkaitan dalam studi intertekstual yang terdapat pada kedua puisi tersebut. Penulis menjabarkan latar belakang dari kedua puisi dan mencari bagian dalam puisi yang memiliki hubungan tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif serta melakukan studi kepustakaan dengan merujuk pada artikel jurnal, buku-buku yang berkaitan, dan sumber-sumber daring. Hasil penelitian menunjukkan ada kata-kata yang terdapat pada kedua puisi saling memiliki keterkaitan. Kata-kata tersebut terdiri dari bukkeuroun/bukkeurom (malu), byeol (bintang), bam (malam), haneul (langit), serta gyeoul (musim dingin) dan baram (angin) yang dikaji menggunakan unsur fisik dan unsur batin.

The study of poetry can be approached through various methods, on of which is intertextual analysis. Intertextuality focuses on the relationships or connections between two texts. This research explores the intertextual analysis of the poems ‘Seosi’ and ‘Byeol heneun bam’ by Yoon Dongju. ‘Seosi’ was composed during the late modern period, specifically in 1941, while ‘Byeol heneun bam’ was written in the same year and month but falls under the early modern period. The objective of this study is to elucidate the intertextual connections present in both poems. The author provides the background of the two poems and identifies specific sections within them that exhibit interrelatedness. Qualitative descriptive methodology is employed utilizing literature reviews that include journals, relevant books, and online sources. The findings reveal that certain words in both poems exhibit intertextual connections, such as 부끄러운/부끄럼 (ashamed), 별 (star), 밤 (night), 하늘 (sky), and 겨울/바람 (winter/wind), which are analyzed in terms of their physical and emotional elements.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoelia Maretta Pratiwi
"Dua teks artikel VOGUE Germany berjudul Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Tiga penampilan yang penting – dan apa artinya untuk lokasi fashion show baru) dan Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week: 7 momen yang emosional dan modis di pekan mode Jerman) diduga memiliki relasi antarteksnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstualitas yang terjadi pada kedua teks tersebut meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kajian intertekstualitas oleh Julia Kristeva (1980) dan analisis teks linguistik oleh Klaus Brinker (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks memiliki tema yang sama, urutan kata yang sama, pola kalimat yang mirip, sudut pandang orang yang sama, adanya persamaan kalimat, perujukan, dan jenis teks yang sama. Perbedaan pada kedua teks terletak pada latar, perbedaan urgensi unggahan, penggunaan kalimat, dan kuantitas teks. Teks 1 merupakan hipogram untuk teks 2. Kedua teks juga dapat dipengaruhi teks lain sehingga kedua teks dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya yang lebih luas dan memperluas analisis intertekstualitas serta melihat keterhubungan yang lebih kompleks.

Two VOGUE Germany articles titled Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Three important looks – and what they mean for the new fashion show location) and Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week 2023: 7 touching and stylish moments of the German fashion week) are suspected to have intertextual relations. This research explores the intertextuality that occurs in these two texts, including similarities, differences, and the hypogram within the texts. The research adopts a descriptive qualitative research method with a focus on intertextuality from Julia Kristeva and linguistic text analysis from Klaus Brinker. Both texts share the same theme, word order, similar sentence patterns, the same first-person perspective, and exhibit similarities in sentences, references, and text type. The differences between the two texts lie in the background, posting urgency, sentence usage, and quantity of text. Text 1 serves as a hypogram for Text 2. Both texts can also be influenced by other texts, allowing them to serve as a foundation for further research that is broader in scope, expanding intertextual analysis and examining more complex interconnections."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hwang, Sun-wan
Seoul: Mimeumsa, 2006
KOR 895.73 HWA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Virgia Maulida Andaria
"Dampak psikologis yang dialami oleh masyarakat Korea Selatan pasca Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950-1953 cukup signifikan dalam mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari, termasuk pandangan mereka mengenai jati diri mereka. Selama masa perang tersebut, banyak karya sastra yang lahir, salah satunya adalah puisi karya Kim Chun Su yang berjudul Kkocheul Wihan Seosi. Puisi ini masih memiliki hubungan dengan puisi representatif Kim Chun Su yang berjudul Kkot. Puisi ini ditulis beberapa tahun setelah Perang Korea berakhir, sehingga latar belakang di mana puisi ini ditulis masih berkaitan erat dengan kondisi Korea Selatan pasca perang pada saat itu.
Jurnal ini bertujuan untuk menginterpretasikan puisi Kkocheul Wihan Seosi yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat Korea Selatan pasca perang. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berdasarkan pada studi kepustakaan seperti buku dan artikel jurnal terkait. Hasil penelitian dari jurnal ini adalah puisi Kkocheul Wihan Seosi menggambarkan pencarian jati diri masyarakat Korea Selatan yang berkaitan erat dengan faham eksistensialisme yang sedang berkembang pada masa itu.

The psychological impact experienced by South Korean people after Korean War which happened in 1950-1953 was significant enough in affecting their daily lives, including their views about their identity. During the war, there were many literature works being made, one of it was a poem by Kim Chunsu titled Kkocheul Wihan Seosi. This poem is still related to Kim Chun Su's representative work titled Kkot. This poem was written a few years after Korean War ended, thus, the background where this poem was written still has a close relation to South Korea's post-war condition at that time.
This journal aims to interpret poem Kkocheul Wihan Seosi linked to South Korean people's post-war condition. The research method used in this journal is qualitative descriptive method, whereas for the data source is based on literature study, such as books and related journal articles. The result from this research is poem Kkocheul Wihan Seosi depicts the search for South Korean people's identity which is closely connected to existentialism theory at that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Martha Andyani
"Intertekstualitas adalah hubungan yang muncul antara teks-teks berbeda, khususnya teks sastra. Intertekstualitas juga dapat dimaknai sebagai pengacuan dalam satu teks dengan teks yang lain. Intertekstual dalam sebuah teks sastra dapat berbentuk ekspansi dan konversi. Dalam tulisan ini, peneliti menganalisis hubungan intertekstual antara puisi Kkot karya Kim Chun-su yang merupakan puisi hipogram dan puisi Kkot-eui Paerodi karya O Gyu-won. Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan antara teks hipogram dan teks transformasi sebagai parodinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan intertekstual. Dari hasil analisis ditemukan adanya perbedaan dan persamaan dalam unsur intrinsik kedua puisi berupa ekspansi bentuk berupa penambahan larik dan bait dan perubahan rima serta irama, ekspansi ekspresi berupa perubahan penggunaan kalimat, bahasa kiasan, simbol, citra dan ironi, serta perubahan pemaknaan konsep secara umum yang menjadi inti utama masing-masing puisi. Selain berbentuk ekspansi, terdapat juga konversi berupa pengubahan objek serta penambahan sudut pandang pada teks transformasi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran makna eksistensialisme dari puisi aslinya. Teks trasnformasi juga tidak meneruskan konvensi teks hipogram sehingga terjadi perubahan bentuk yang signifikan yang menghilangkan kekhasan teks hipogram yang dapat terlihat dari irama dan rima yang digunakan.

Intertextuality is the relationship that arises between different texts, especially literary texts. Intertextuality can also be interpreted as a reference in one text to another. Intertextual in a literary text can take the form of expansion and conversion. In this paper, the researcher analyzes the intertextual relationship between Kim Chun-su's Kkot poem which is a hypogram poem and O Gyu-won's Kkot-eui Paerodi poem. This paper aims to find out the differences and similarities between the hypogram text and the transformation text as a parody. The method used is descriptive qualitative method with an intertextual approach. From the results of the analysis, it was found that there were differences and similarities in the intrinsic elements of the two poems in the form of form expansion in the form of adding lines and stanzas and changes in rhyme and rhythm, expansion of expression in the form of changes in the use of sentences, figurative language, symbols, imagery and irony, as well as changes in the meaning of general concepts used. become the main core of each poem. In addition to the form of expansion, there are also conversions in the form of changing objects and adding a point of view to the transformation text. These changes caused a shift in the meaning of existentialism from the original poetry. The transformation text also does not continue the convention of the hypogram text so that there is a significant change in form that eliminates the uniqueness of the hypogram text which can be seen from the rhythm and rhyme used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Eka Putri
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tanda-tanda verbal yang merepresentasikan harapan-harapan akan kemerdekaan melalui analisis puisi-puisi karya Yun Dongju dalam film biografi berjudul Dongju: The Portrait of a Poet. Puisi-puisinya ditulis pada masa penjajahan Jepang di Korea Selatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa film biografi ini menggambarkan perjuangan Korea selama periode kolonialisasi Jepang. Sebagai seorang penyair yang hebat, karyakarya Yun Dongju sangat dihargai dan telah dipelajari oleh para peneliti sastra. Akan tetapi, penelitian yang berfokus pada representasi harapan akan kemerdekaan dalam puisi Dongju belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan lima belas puisi yang muncul dalam film berjudul Dongju: The Portrait of a Poet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat Korea akan kemerdekaan direpresentasikan melalui tanda-tanda verbal pada puisi-puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan semiotik. Hasil dari penelitian ini adalah penemuan tanda-tanda verbal yang merepresentasikan kemerdekaan melalui kata benda hayati dan non hayati. Kata benda hayati yang lingkupnya dibatasi seputar manusia muncul dengan frekuensi yang cukup banyak dan melambangkan harapan-harapan baru dan semangat kemerdekaan. Kata benda non hayati juga menyimbolkan keinginan akan masa depan yang cerah dan sarat akan harapan kemerdekaan.

ABSTRACT
This research discusses verbal signs that represent hopes for independence through the analysis of poems by Yun Dongju in biographical movie titled Dongju: The Portrait of a Poet. His poems were written during colonial period of Japan in South Korea. Thus, this biographical film portrayed the struggle of Korean during the colonial period. As a great poet, Dongju s literary works have been highly appreciated and studied among scholars yet the one focus on representation of hope in Dongju s poem has not been conducted. This research used fifteen poems that appeared in the biographical film Dongju: The Portrait of a Poet. The purpose of this research is to find out how the Korean community s expectation of independence is represented through verbal signs on the poems. The method used in this research is descriptive analysis method with semiotic approach. The result of this research is the discovery of verbal signs that represent freedom through biological and non-biological nouns. The biological nouns associated with human"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrie Muhammad
"ABSTRAK
Diskriminasi merupakan sebuah penyimpangan sosial yang sering terjadi didalam masyarakat. Dalam masyarakat Korea, sering sekali terjadi diskriminasi. Banyak hal menyebabkan diskriminasi dalam masyarakat korea, salah satunya tentang ras dan suku bangsa. Hal ini karena masyarakat korea, merupakan masyarakat yang homogen, sehingga mereka sering mengaggap bahwa mereka adalah ras yang superior. Sehingga ketika mereka melihat ras dan suku bangsa lain, mereka merasa bahwa ras dan suku bangsa yang lain tidak ada apa-apanya. Dengan teori alih kode dan diskriminasi, jurnal ini akan membahas tentang diskriminasi yang terjadi di Korea melalui lirik lagu karya Yoon Mi-Rae.

ABSTRACT
Discrimination is a social aberration that often occurs in society. In Korean society, discrimination often occurs. Many things cause discrimination in Korean society, one of them is about race and ethnicity. This is because Korean society is a homogeneous society, so they often assume that they are a superior race. So when they see other races and etchics, they feel that other races and ethics are nothing. With code transfer and discrimination theory, this journal will discuss about discrimination happening in Korea through the lyrics of a song created by Yoon Mi Rae."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sangseok, Yoon
"Buku komik ini menjelaskan berbagai pengetahuan dan prinsip ekonomi yang harus kita tahu, agar mampu secara efektif menggunakan kehidupan kita"
Jakarta: Gramedia, 2013
741.5 SAN wt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Supriyana
"Penelitian ini membahasa mengenai majas yang terkandung dalam tiga puisi berjudul Памяти 19 Июля 1914 Года Pamjati 19 iyulya 1914 Goda (Mengenang 19 Juli 1914), Петроград 1919 Petrograd 1919 (Petrograd 1919), dan Лондонцам Londontsam (Untuk orang -orang London) karya Anna Akhmatova. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan sedikit gambaran mengenai majas dalam puisi berbahasa Rusia yang dikaji melalui teori stilistika. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif analitis yang berusaha mendeskripsikan mengenai majas yang terkandung dalam ketiga puisi. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menemukan bahwa ketiga puisi berjudul Памяти 19 Июля 1914 Года Pamjati 19 iyulya 1914 Goda (Mengenang 19 Juli 1914), Петроград 1919 Petrograd 1919 (Petrograd 1919), dan Лондонцам Londontsam (Untuk orang -orang London) karya Anna Akhmatova memiliki beragam majas diantaranya simile, personifikasi, metafora, repetisi dan hiperbola. Melalui majas yang digunakan, Akhamtova ingin menekankan bahwa ketiga peristiwa tersebut tidak layak untuk dikenang karena terlalu menyakitkan.

This study discusses the figure of speech contained in three poems entitled berjudul Памяти 19 Июля 1914 Года Pamyati 19 iyulya 1914 Goda (Reminiscing 19 July 1914), Петроград 1919 Petrograd 1919 (Petrograd 1919), and Лондонцам Londontsam (For the people of London) by Anna Akhmatova. . This study aims to analyze and provide a brief description of figure of speech in Russian poetry which is studied through stylistic theory. In this study used descriptive analytical research method that seeks to describe the figure of speech contained in the three poems. Based on the results of the analysis, this study found that the three poems entitled Памяти 19 Июля 1914 Года Pamyati 19 iyulya 1914 Goda (Remembering July 19, 1914), Петроград 1919 Petrograd 1919 (Petrograd 1919), and Лондонцам Londontsam (For the people of London) by Anna Akhmatova has a variety of figure of speech including simile, personification, metaphor, repetition and hyperbole. Through the figure of speech used, Akhamtova wants to emphasize that these three events are not worth remembering because they are too painful."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>