Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Septiana
"Quarter life crisis merupakan fenomena yang terjadi pada usia 20-an dalam masa krisis yang mencakup ketidakstabilan yang ekstrem, perubahan terus menerus, ketidakberdayaan, ketidaktahuan, terisolasi, ragu pada kemampuan diri sendiri, dan takutnya akan kegagalan. Individu dengan self efficacy yang baik akan memiliki keyakinan yang kuat dalam menyelesaikan masalah, percaya dengan kemampuan diri, tidak takut gagal, senang dengan tantangan, dan senang dengan situasi baru. Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan quarter life crisis pada mahasiswa S1 reguler tingkat akhir. Sampel penelitian ini berjumlah 101 mahasiswa tingkat akhir RIK UI dengan teknik non-probability sampling dan pendekatan accidental sampling. Desain penelitian ini berupa deskriptif korelasional, pendekatan kuantitatif, dan rancangan cross-sectional. Penilaian ini menggunakan instrument The General Self Efficacy Scale (GSE) dan Quarter life Crisis Scale. Hasil penelitian melalui Uji Chi Square ditemukan adanya hubungan signifikan antara self efficacy dengan quarter life crisis pada mahasiswa S1 reguler tingkat akhir Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (nilai p< 0,000: α =0,05). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan mahasiswa untuk awareness terkait dengan kesehatan mental terutama memperhatikan pikiran, motivasi, suasana hati, dan kesehatan jasmani maupun rohani seseorang untuk mengatasi permasalahan yang ada guna mencapai suatu tujuan.

Quarter life crisis is a phenomenon that occurs in the 20s during a crisis that includes extreme instability, continuous change, helplessness, ignorance, isolation, self-doubt, and fear of failure. Individuals with good self-efficacy will have strong beliefs in solving problems, believe in their own abilities, are not afraid of failure, are happy with challenges, and are happy with new situations. This study aims to determine the relationship between self-efficacy and quarter life crisis in final year regular undergraduate students. The sample of this research was 101 final year students of RIK UI with non-probability sampling technique and accidental sampling approach. The research design is a correlational descriptive, quantitative approach, and cross-sectional design. This assessment uses the instrument The General Self Efficacy Scale (GSE) and the Quarter life Crisis Scale. The results of the study using the Chi Square Test found that there was a significant relationship between self-efficacy and quarter life crisis in regular undergraduate students at the end of the University of Indonesia Health Sciences Cluster (p value <0.000: α =0.05). Based on the research results, researchers recommend students to raise awareness related to mental health, especially paying attention to one's thoughts, motivation, mood, and physical and spiritual health to overcome existing problems in order to achieve a goal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifatul Awalin
"Pengetahuan dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri memberikan BHD pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian yaitu 352 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) Universitas Indonesia yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner pengetahuan BHD untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES) untuk mengukur tingkat efikasi diri responden dalam melakukan BHD. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji pearson chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri melakukan BHD (p value < 0,001, α = 0,05). Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa RIK perlu memperbaharui pengetahuan secara rutin mengenai pertolongan pertama sesuai dengan perkembangan jaman. Penyebarluasan informasi di masyarakat mengenai prosedur pertolongan  pertama juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama jika menemukan kasus henti jantung.

Knowledge can affect self-efficacy to provide Basic Life Support (BLS). This study aimed to identify the relationship between knowledge and self-efficacy for doing Basic Life Support (BLS) among health sciences students. The study design used quantitative study with cross-sectional approach. A stratified random sampling 352 students from health sciences cluster were recruited in this study. Questionnaires were used to measure the level of knowledge and Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES). The data was analyzed using univariate and bivariate analysis with pearson chi square test. The result showed there was significant correlation between knowledge and basic life support self-efficacy among health sciences cluster students (p value < 0,001, α = 0,05). In order to improve level of knowledge, health sciences cluster students need to update their first aid's knowledge regularly. Dissemination of first aid information in the community also needs to be improved so people as bystander can do first aid if they find a case of cardiac arrest."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadhillah
"Mahasiswa yang berada pada tingkat akhir memiliki tingkatan stress yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada tahun pertama. Mereka tidak hanya dihadapkan pada tuntutan yang tinggi terkait dengan akademis tetapi juga pada keputusan karirnya setelah kelu \lusan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada 365 mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia yang telah memperoleh jumlah credit tidak kurang dari 96 credit. Optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994) yang diadaptasi oleh Tasha (2011). Sedangkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir diukur dengan menggunakan alat ukut Career Decision Self Efficacy-Sort Form (CDSE-SF) yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz (1996) dan telah diadaptasi oleh Sawitri (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara optimisme dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir (r = +.306,p< .01). Dalam analisis tambahan juga ditemukan skor CDSE pada mahasiswa laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Akan tetapi, tidak ditemukan perbedaan antara skor optimisme berdasarkan jenis kelamin dan rumpun ilmu pengetahuan.

The stress levels of senior year college students are higher than first-year students. Seniors are not only stressed with higher demands of academic responsibility but also the career decision making after graduating. They are given transition demands of graduation and job placement. Thus, this research was conducted to examine the correlation between optimism and career decision making self efficacy among senior year college students. In study, 365 senior year college students of University Indonesia who has achieved not less than 96 credit were assessed by using self report quesionaire. Optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheir, Carver and Brudges and adapted by Tasha (2011). While Career decision making self efficacy was measured by Career Decision Making Self Efficacy-Short Form (CDSE-SF) constructed by Taylor and Betz (1996) and adapted by Sawitri (2008) . The result indicated significant positive correlation between optimism and career decision making self efficacy (r = .306, p< .01). Furthermore, another result also revealed that male students obtained higher score on career decision making self efficacy than female students. However, there is no significant mean differences of optimism found on gender and department of study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anya Fazahra
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara self-efficacy dan dukungan sosial keluarga dengan resiliensi akademik pada mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia. Mahasiswa selama bertahun-tahun melalui berbagai tahapan dalam studinya. Pada tahap akhir, mahasiswa memiliki kewajiban untuk membuat karya tulis ilmiah berupa tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan. Dalam penyusunan tugas akhir, proses-proses yang perlu dilalui, mulai dari perencanaan, pelaksanaan penelitian, analisis data penelitian, hingga penulisan tugas akhir menjadi hal yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga mahasiswa. Untuk menghadapi situasi ini, mahasiswa perlu memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas akhir dan penguatan yang diperoleh dari orang- orang terdekat, seperti keluarga. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu dari bulan Februari–Juni 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode survei dengan mendistribusikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada sampel. Sampel ditarik dengan teknik total sampling dan data berhasil dihimpun dari total delapan puluh (80) orang responden yang merupakan mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia. Uji korelasi Kendall's tau-b dilakukan untuk menganalisis data yang menghasilkan adanya hubungan positif yang signifikan antara variabel self-efficacy dan variabel resiliensi akademik. Dengan menggunakan metode yang sama, hasil analisis dari variabel dukungan sosial keluarga dan variabel resiliensi akademik tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki peran dalam tingkat resiliensi akademik mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia. Sedangkan, dukungan sosial keluarga tidak menjadi faktor yang memprediksi tingkat resiliensi mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih tidak hanya pada aspek akademis, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam rencana intervensi untuk meningkatkan resiliensi akademik mahasiswa tingkat akhir.

This research discusses the relationship between self-efficacy and family social support and academic resilience in final year students of the Bachelor Program of Social Welfare, University of Indonesia. Undergraduate students pursue higher education for years by going through various stages in their studies. At the final stage, students have the obligation to write a scientific paper in the form of a final assignment as one of the graduation requirements. In creating the final assignment, the processes that need to be gone through, starting from planning, conducting research, analyzing research data, to writing the final assignment are quite time-consuming and exhausting for the students. To face this situation, students need to have efficacy in their abilities to complete their final assignments and receive reinforcement from those closest to them, such as family. This research was conducted over the period from February to June 2024. This research uses a quantitative approach and uses a survey method by distributing questions in the form of a questionnaire to the sample. The sample was drawn using a total sampling technique and data was collected from a total of eighty (80) respondents who were final year students of the final year students of the Bachelor Program of Social Welfare, University of Indonesia. The Kendall's tau-b correlation test was carried out to analyze data which resulted in a significant positive relationship between the self-efficacy variable and the academic resilience variable. Using the same method, the results of the analysis of the family social support variable and the academic resilience variable did not show significant results. These findings indicate that self-efficacy has a role in the level of academic resilience of final year students of the Bachelor Program of Social Welfare Studies, University of Indonesia. Meanwhile, family social support is not a factor that predicts the level of resilience of final year students of the Bachelor Program of Social Welfare Studies, University of Indonesia. The results of this research can be a contribution not only to the academic aspect but can also be applied in intervention plans to increase the academic resilience of final year students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daula Gina Fabila
"Mahasiswa selalu dihadapkan dengan segala penugasan dan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Dalam proses penyelesaian tugas-tugas tersebut, tidak jarang mahasiswa memiliki kebiasaan untuk menunda-nunda menyelesaikannya yang disebut dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dapat disebabkan oleh rendahnya efikasi diri yang menjadi sumber penting dari motivasi belajar mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa S1 reguler keperawatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik proportionate stratified random sampling pada 241 mahasiswa S1 reguler keperawatan. Instrumen yang digunakan yaitu Academic Procrastination Scale (APS) untuk mengukur prokrastinasi akademik pada mahasiswa dan The Academic Self-Efficacy Scale (TASES) untuk mengukur efikasi diri. Hasil analisis univariat didapatkan sebanyak 133 responden (55,2%) memiliki efikasi diri tingkat tinggi dan sebanyak 164 responden (68,0%) mengalami prokrastinasi akademik tingkat sedang. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa S1 Reguler Keperawatan (p= 0,000). Diharapkan pendidik, pembimbing akademik, dan Badan Konseling Mahasiswa (BKM) dapat memberikan edukasi kepada mahasiswa terkait pentingnya efikasi diri bagi mahasiswa untuk menjalani proses perkuliahan dengan baik agar terhindar dari perilaku prokrastinasi akademik.

College students are always faced with all assignments and are responsible for completing them. In the process of completing these assignments, it is not uncommon for students to have a habit of procrastinating completing them which is called academic procrastination. Academic procrastination can be caused by low self-efficacy which is an important source of student learning motivation. This study aims to identify the correlation between self-efficacy and academic procrastination among regular undergraduate nursing students. This research used a cross-sectional approach with a proportionate stratified random sampling technique of 241 regular undergraduate nursing students. The instruments used are the Academic Procrastination Scale (APS) to measure academic procrastination in students and The Academic Self-Efficacy Scale (TASES) to measure self-efficacy. The results of the univariate analysis found that 133 respondents (55.2%) had high levels of self-efficacy and 164 respondents (68.0%) experienced moderate levels of academic procrastination. The results of bivariate analysis using the chi-square test showed that there was a significant correlation between self-efficacy and academic procrastination in regular undergraduate nursing students (p=0.000). It is hoped that educators, academic supervisors, and Student Counseling Boards can provide education to students regarding the importance of self-efficacy for students to go through the lecture process properly in order to avoid academic procrastination behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Nurhasanah
"Stres akademik merupakan permasalahan yang sering dialami mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang tinggal di Pondok Pesantren. Kondisi ini merupakan tekanan akibat dari proses belajar yang dapat memberi pengaruh pada aspek fisik maupun psikologis. Penelitian terdahulu mengungkapkan sejumlah variabel yang dapat mengurangi stres akademik, diantaranya adalah variabel efikasi diri akademik dan pola pikir positif. Husnudzan sebagai pola pikir positif dalam islam, dipandang memiliki pengaruh pada berbagai aspek psikologis seperti kesehatan mental, resiliensi, penerimaan diri dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menyebarkan adaptasi skala stres akademik (SSI), skala husnudzan dan skala efikasi diri akademik (TASES). Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan pada ketiga skala tersebut, dengan nilai 0.922 dan 0.959 untuk skala stress akademik, 0.876 dan 0.796 untuk skala husnudzan serta 0.905 dan 0.951 untuk skala efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji korelasi dan uji mediasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada variabel husnudzan dan efikasi diri (r = 0.480 dengan p < 0.01). Sedangkan pada variabel lainnya tidak terdapat korelasi yang signifikan, dengan nilai r = -0.147 (p = 0.193) untuk efikasi diri akademik dan stres akademik, serta r = -0.169 (p = 0.135) untuk husnudzan dan stres akademik. Berdasarkan uji mediasi, hasil penelitian menunjukkan efikasi diri akademik tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan husnudzan dan stres akademik dimana nilai yang diperoleh pada indirect effect adalah -0.0944, yang memiliki rentang antara BootLLCI (-0.3656) dan BootULCI (0.1986) melewati nilai 0.

Academic stress is a problem experienced mostly by students including those who live in Islamic boarding schools. This condition happens because of the learning process presssure which can affects them physically and psychologically. Many previous studies examined a number of variables that can reduce academic stress, including the variables of academic self-efficacy and positive mindset. Husnudzan, a positive mindset in Islam, is considered to have an influence on various psychological aspects such as mental health, resilience, self-acceptance and anxiety. The method used in this study is a quantitative method by distributing the adaptation of the academic stress scale (SSI), the husnudzan scale and the academic self-efficacy scale (TASES). The validity and reliability scores are 0.922 and 0.959 for academic stress scale, 0.876 and 0.796 for husnudzan scale, also 0.905 and 0.951 for academic self-efficacy scale. Data analysis was carried out by conducting correlation and mediation analyses. A total of 80 undergraduate students from State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung (UIN Bandung) participated in the study. The results demonstrated that husnudzan significantly correlated with academic self-efficacy (r = 0.480 and p<0.01). In contrast, there was no significant correlation not only on academic self-efficacy and stress academic r = -0.147 (p = 0.193) but also on husnudzan and stress academic r = -0.169 (p = 0.135). The mediation test results showed that academic self-efficacy could not mediate the relationship between husnudzan and academic stress with indirect effect score -0.0944 (BootLLCI = -0.3656 and BootULCI = 0.1986)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Konstantinus Allis Brawijaya Soetyono
"ABSTRAK
Selelah era keemasan perbankan dan properti berlalu, beberapa perusahaan di bidang
keuangan menjadikan bisnis asuransi sebagai tunggangan utamanya Banyak perusahaan
asuransi yang berusaha untuk meningkatkan pendapatannya atau dengan kata lain menjual
sebanyak mungkin jasa asuransinya, melalui polis dan premi. Self efficacy berhubungan
secara signifikan terhadap dalam melakukan tugas. Self Efficacy dapat meningkatkan
perfonnansi yang lebih baik secara, independen pada kemampuan seseorang (Baron &
Byme, 1994). Tuckman dan Sexton (1990, dalam Baron & Byme, 1994) dalam
eksperimennya membuktikan bahwa self efficacy yang tinggi dapat meningkatkan
performansi. Pekerja yang memiliki self efficacy tinggi dengan goal rendah maka
kemungkinan prestasi kerjanya akan tinggi, tetapi tidak sebagus dibandingkan dengan
pekerja yang memiliki self efficacy yang tinggi dengan goal yang tinggi. Pada pekerja
yang memiliki goal rendah maka pekerja tersebut akan mengurangi usaha dari standar
kemampuan yang dimilikinya Akan tetapi dengan tingginya self efficacy yang dimiliki
pekerja tersebut, maka pekerja tersebut dapat menyelesaikan perkerjaannya dengan penuh
keyakinan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara self efficacy dengan goal, dan self
efficacy dan goal dengan prestasi kerja pada agen asuransi. Selain itu, juga untuk
mengungkap besarnya sumbangan variabel self efficacy dan goal s pada prestasi kerja agen
asuransi. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada hubunngan di antar ketiganya.
Dalam penyusunan skala self efficacy ini dilakukan berbagai wawancara informal untuk
melengkapai referensi literatur yang ada Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang lengkap mengenai perilaku spesifik yang umumnya dilakukan oleh pegawai asuransi
PT. Astra C.M.G. Life. Dalam penelitian ini juga dipertimbangkan modifikasi dari
kuesioner skala self efficacy yang memiliki topik penelitian yang berkaitan dengan dunia
kerja Skala General Self Efficacy dari Ralph Schwarzer & Matthias Jerusalem (1993, rev.
2000) pada mulanya disusun pada tahun 1981 dengan 20 item. Skala ini telah dipakai
dalam berbagai proyek penelitiandan biasanya menghasilkan konsistensi internal alpha =
.75 dan .90. Karena reliabilitas alat ini telah teruji dalam penelitian Mursito (2001) maka
penulis memutuskan untuk melakukan uji reliabilitas terpakai. Anastasi dan Urbina mengatakan bahwa untuk menguji reliabilitas alat ukur yang
respondennya mendapatkan skor numerik untuk setiap item berdasarkan pilihannya
digunakan coeflicienl alpha. Sementara untuk mengukur konsistensi item berkaitan dengan
konstruk digunakan rumus correc/ed ilem-lotal corelation (Nunnaly & Bemstein, 1994).
Correcled ilcm lo/al digunakan untuk menyaring item-item yang homogen dengan
konstruk dan menghilangkan item-item yang tidak homogen. Analisis data statistik
menggunakan metode pearson producl mntnenl dan multiple regression. Akan digunakan
SPSS 10.0. Uji signifikansi akan dilakukan pada level 0.05
Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self
efficacy dengan prestasi keija pada agen asuransi. Karena hubungan memiliki arah positif,
maka semakin tinggi self efficacy agen asuransi maka semakin tinggi pula prestasi keija
pada agen asuransi PT Astra C.M.G Life, hasil penelitian juga membuktikan ada hubungan
yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan goal pada agen asuransi. Karena
hubungan memiliki arah positif, maka semakin tinggi self efficacy agen asuransi maka akan
diikuti oleh goal yang tinggi pula pada agen asuransi PT Astra C.M.G Life. Selain itu
hasil penelitian ini juga membuktikan ada hubungan yang signifikan antara goal agen
asuransi PT Astra C.M.G Life dengan prestasi keija yang dimilikinya Karena hubungan
memilild arah positif maka semakin tinggi goal agen asuransi maka semakin tinggi pula
prestasi keija pada agen asuransi PT Astra C.M.G \JSeselfefficacy dan goal agen asuransi
secara bersama-sama memberi sumbangan terhadap prestasi keija agen asuransi PT Astra
C.M.G Life. Secara teoritis, karena korelasi antara prestasi keija dengan goal lebih besar,
maka variabel goal lebih berpengaruh terhadap prestasi keija dibanding variabel self
efficacy.
Kesimpulan-kesimpulan lain yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan self efficacy'. Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara lama bekeija dan self efficacy'. Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi dengan lama bekeija Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi dan tingkat pendidikan.
Disarankan dalam penelitian lanjutan perlu dilakukan penelitian dan analisis secara
mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui faktor-faktor lain
yang mungkin berperan dalam pembentukan self efficacy agen asuransi seperti tingkat
kecemasan, tipe kepribadian,kepuasan keija, sosial support pengalaman dan latihan, dan
significanl ct/ier. Dapat juga dicari hubungan faktor-faktor ini dengan goal dan prestasi
keija sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor yang telah disebutkan tadi
menyebabkan adanya hubungan self efficacy dan goal pada prestasi keija Dalam
penelitian sejenis dengan komposisi jenis kelamin partisipan yang relatif seimbang,
sebaiknya diadakan perbandingan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin atau
hubungannya dengan self efficacy, goal dan prestasi kerja."
2002
S3095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Hasbi Asshiddiq
"HIV merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Terjadi Peningkatan kasus ODHIV dari tahun ke tahun. Rendahnya efikasi diri untuk mengelola HIV menyebabkan ODHIV tidak patuh pengobatan, kesulitan menghadapi stigma dan diskriminasi, bahkan berdamai dengan diri sendiri. Ada tiga faktor yang dapat memprediksi efikasi diri, yaitu faktor lingkungan, kognitif dan tingkah laku. Penelitian ini menggunakan pemaafan, perspektif hidup dan dukungan sosial dalam kerangka teori sosial kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Responden sebanyak 82 orang dengan rentang usia 21-43 tahun merupakan ODHIV dari populasi kunci LSL Penelitian menemukan ketiga variabel bebas memprediksi variabel terikat secara signifikan dan simultan. Jika dilihat peran dari variabel bebas, hanya variabel pemaafan dan perspektif hidup yang dapat memprediksi variabel terikat secara signifikan dan positif. Pada variabel pemafaan, hanya dimensi pemaafan diri yang memprediksi variabel terikat secara signifikan. Studi diharapkann dapat menambah literatur terkait isu HIV di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga menjadi dasar dalam penanganan HIV dari pandangan psikososial.

HIV is a serious health problem in Indonesia. There has been an increase in PLHIV cases from year to year. Low self-efficacy for managing HIV causes PLHIV to not adhere to treatment, difficulty facing stigma and discrimination, and make peace with themselves. There are three factors that can predict self-efficacy, environmental, cognitive and behavioral factors. This study uses forgiveness, life perspectives and social support within the framework of cognitive social theory. This study used a quantitative method using the Heartland Forgiveness Scale (HFS), Life Regard Index Revised (LRI-R), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Self Efficacy for Managing Chronic Disease (SEMCD). Respondents were 82 people with an age range of 21-43 years who were PLHIV from the key population MSM. The study found that three independent variables significantly and simultaneously predicted the dependent variable. If we look at the role of the independent variables, only forgiveness and life perspective variables can predict the dependent variable significantly. In the variable of forgiveness, only the dimension of self-forgiveness predicts the dependent variable significantly. The study is expected add the literature related to HIV issues in Indonesia. This study can be the basis for treating HIV from a psychosocial perspective."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>