Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165047 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Candrarini Budiarto
"Dalam kehidupan akademis sehari-hari, tidak jarang mahasiswa melakukan kesalahan yang pada situasi biasanya tidak akan terjadi. Sebagai contoh, mahasiswa lupa untuk melampirkan berkas tugas saat hendak mengumpulkan tugas. Kejadian semacam ini dapat terjadi karena adanya kegagalan kognitif. Kegagalan kognitif merupakan kesalahan yang terjadi pada tugas yang biasanya dapat dilakukan tanpa kendala. Penelitian ini ingin melihat peran kemampuan metakognitif dan fleksibilitas kognitif terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa program sarjana di Indonesia. Partisipan penelitian ini sebanyak 249 mahasiswa program sarjana di Indonesia dengan usia dari rentang 18—25 tahun. Kegagalan kognitif diukur dengan alat ukur Cognitive Failures Questionnaire (CFQ) (Broadbent et al., 1982). Kemampuan metakognitif diukur dengan Metacoginitive Skills Scale (MSS) (Alt?ndag? dan Senemog?lu, 2013) dan fleksibilitas kognitif diukur dengan The Cognitive Flexibility Inventory (CFI) (Dennis & Vander Wal, 2010). Data penelitian dianalisis menggunakan teknik statistik multiple regression atau regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan metakognitif dan fleksibilitias kognitif secara simultan berperan signifikan terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa (F(2, 246) = 32.435, p < 0.001, R2 = .209). Kemampuan metakognitif (? = -0.385, p < 0.001) lebih berpengaruh terhadap kegagalan kognitif dibandingkan dengan fleksibilitas kognitif (? = 0.362, p < 0.001).

In everyday academic life, it is not uncommon for students to make mistakes that normally would not occur. For example, students forget to attach file assignments when they want to submit the assignments. This kind of incident can occur due to cognitive failure. Cognitive failures are errors that occur in tasks that could normally be performed without constraint. This research wants to see the role of metacognitive skills and cognitive flexibility on cognitive failure in undergraduate students in Indonesia. The participants of this study were 249 undergraduate students in Indonesia with ages ranging from 18--25 years. Cognitive failure was measured using the Cognitive Failures Questionnaire (CFQ) (Broadbent et al., 1982). Metacognitive abilities were measured with the Metacognitive Skills Scale (MSS) (Alt?nda? & Senemo?lu, 2013) and cognitive flexibility were measured with The Cognitive Flexibility Inventory (CFI) (Dennis & Vander Wal, 2010). Research data were analyzed using multiple regression statistical techniques. The results showed that metacognitive skills and cognitive flexibility simultaneously and significantly contributed to cognitive failure in undergraduate students (F(2, 246) = 32.435, p <0.001, R2 = .209). Metacognitive skills (? = -0.385, p < 0.001) has a greater role in predicting cognitive failure than cognitive flexibility (? = 0.362, p < 0.001).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cathleen Vania Karyadi
"Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan untuk mengalihkan set kognitif untuk beradaptasi terhadap stimulus lingkungan yang berubah. Penting bagi mahasiswa untuk memiliki fleksibilitas kognitif dalam menghadapi perkuliahan dan segala perubahan. Tujuan penelitian ini untuk melihat seberapa besar peran extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognisi terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana (S1). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), dan IPIP-BFM-25 untuk mengukur variabel. Penelitian ini dilakukan pada 249 mahasiswa program sarjana di Indonesia (83 laki-laki dan 166 perempuan) berusia 18––25 tahun (M=21, SD=1,4). Hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda adalah extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognitif secara simultan dan signifikan berkontribusi secara positif terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana, Extraversion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap fleksibilitas kognitif mahasiswa sedangkan kemampuan metakognitif memiliki peranan yang paling besar dalam memprediksi terjadinya fleksibilitas kognitif. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan proporsi demografi partisipan supaya lebih seimbang.

Cognitive flexibility is defined as the ability to adapt in changing environmental stimulus by switching cognitive sets. For college students, cognitive flexibility would be important to deal with academics in college studies as well as other changes. The purpose of this study is to see how significant are the roles of extraversion, openness to experience, and metacognitive skills towards the cognitive flexibility of undergraduate college students. The study used quantitative approach with Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), and IPIP-BFM-25 to measure the variables. The study was conducted to a group of 249 undergraduate college students in Indonesia (83 males and 166 females) between the ages of 18––25 years old (M=21, SD=1,4). The result of the multiple linear regression had showed that when extraversion, openness to experience, and metacognitive skills are simultaneously regressed, it significantly gives positive contributions towards cognitive flexibility of undergraduate students. However, extraversion by itself did not prove to contribute significantly towards cognitive flexibility of undergraduate college students and on the other hand, metacognitive skills the biggest role in predicting cognitive flexibility among all variables. For the future research, it is recommended to pay attention on the demographic proportion on the participants in order for the research participants to be more balance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ramadhan Fitriani
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Kegagalan kognitif merupakan suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari pada manusia. Kegagalan kognitif merupakan istilah yang mengacu pada segala jenis lapse secara kognitif. Pada mahasiswa, contoh dari fenomena ini adalah salah melihat jadwal kelas, lupa mengumpulkan tugas, dan salah memasuki ruang kelas. Kegagalan kognitif dapat menyebabkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan, seperti nilai dan performa akademik yang menurun. Pada mahasiswa, kegagalan kognitif seringkali terjadi karena individu kerap kali terpapar pada situasi yang stressful karena beban akademik dan tahap perkembangan yang dilalui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran conscientiousness dan kemampuan metakognisi dalam memprediksi kegagalan kognitif pada mahasiswa program sarjana. Partisipan penelitian ini adalah 249 mahasiswa program sarjana berusia 18-25 tahun yang berkuliah di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa conscientiousness dan kemampuan metakognisi secara simultan memiliki kontribusi terhadap kegagalan kognitif sebesar 9,8% (F(2, 246) = 13,399, p < .001, R2 = .098). Ditemukan pula bahwa kemampuan metakognisi memiliki kontribusi yang negatif dan signifikan terhadap kegagalan kognitif (B = -.313, SE = .086, p < .001) dan conscientiousness tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kegagalan kognitif. Temuan ini dapat bermanfaat untuk memperkaya literatur terkait kegagalan kognitif, conscientiousness, dan kemampuan metakognisi. Melalui penelitian ini, diharapkan individu dapat meningkat awareness terkait kegagalan kognitif beserta penyebab dan hal yang dapat mengurangi, seperti kemampuan metakognisi, agar dampak buruk dari kegagalan kognitif dapat diminimalisir. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuat temuan penelitian yang lebih representatif.

Cognitive failure is a phenomenon that occurs in everyday life in humans. Cognitive failure is a term that related to all type of cognitive lapses. For students, examples of this phenomenon are looking at the class schedule incorrectly, forgetting to submit assignments, and entering the wrong classroom. Cognitive failure can cause various negative impacts in life, such as decline in academic grades and academic performance. In college students, cognitive failure often occurs because individuals are often exposed to stressful situations due to the academic load and developmental stages they go through. This study aims to look at the role of conscientiousness and metacognition ability in predicting cognitive failure in undergraduate students. The participants in this study were 249 undergraduate students aged 18-25 years studying in Indonesia. The results of this study indicate that conscientiousness and metacognition simultaneously have a significant contribution on cognitive failure by 9.8% (F(2, 246) = 13.399, p <.001, R2 = .098). It was also found that metacognitive ability had a negative and significant contribution on cognitive failure (B = -.313, SE = .086, p < .001) and conscientiousness did not have a significant contribution on cognitive failure. These findings can be useful to enrich the literature related to cognitive failure, conscientiousness, and metacognitive abilities. Through this research, it is hoped that individuals can increase awareness regarding cognitive failure and its causes and things that can reduce it, such as metacognition abilities, so that the negative effects of cognitive failure can be minimized. More research is needed to make the research findings more representative."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Jocelyn Odelia
"Kegagalan kognitif adalah kegagalan individu dalam mengerjakan tugas yang biasanya secara sukses dapat dilakukan oleh individu. Kegagalan kognitif merupakan hal yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa, sebagai contoh melupakan suatu jadwal janji bertemu dengan teman dan dosen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat besaran peran kemampuan metakognisi dan neuroticism terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa program sarjana (S1). Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cognitive Failures Questionnaire (CFQ), Metacognitive Skills Scale (MSS), dan IPIP-BFM-25. Penelitian ini dilakukan kepada 249 sampel mahasiswa program sarjana di Indonesia (83 laki-laki dan 166 perempuan) dengan rentang usia 18––25 tahun. Hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi dan neuroticism secara simultan dan signifikan berperan terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa program sarjana, (F(2, 246) = 41.778, p < 0.001, R² = 0.254). Neuroticism (β = 0.419, p < 0.001) memiliki peranan yang lebih besar dalam memprediksi terjadinya kegagalan kognitif dibandingkan dengan kemampuan metakognisi (β = -0.202, p < 0.001). Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menanggulangi masalah kegagalan kognitif yang dialami oleh mahasiswa

Cognitive failure is an individual's failure to complete a task that normally executed successfully. Cognitive failure occurs in undergraduate students' daily lives, such as forgetting an appointment with supervisor or friend. The objective of this study is to look at the role of metacognitive skills and neuroticism towards cognitive failures among undergraduate students. This research is a non-experimental research with a quantitative approach. The measuring tools used in this study were the Cognitive Failures Questionnaire (CFQ), Metacognitive Skills Scale (MSS), and IPIP-BFM-25. This research was conducted on a sample of 249 undergraduate students in Indonesia (83 males and 166 females) with an age range of 18––25 years. The study was analyzed using multiple linear regression analysis and showed that metacognitive skills and neuroticism simultaneously and significantly contributed to cognitive failures in undergraduate students, (F(2, 246) = 41.778, p < 0.001, R² = 0.254). Neuroticism (β = 0.419, p < 0.001) has a greater role in predicting cognitive failures than metacognitive skills (β = -0.202, p < 0.001). This research is expected to contribute to overcoming the problem of cognitive failures experienced by undergraduate students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sausan Khairunnisa Haida
"Pembelajaran matematika secara konsep akan semakin abstrak di jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa matematika lebih banyak menghadapi penyelesaian soal berupa pembuktian teorema. Tuntutan kognitif yang semakin berat dapat memperbesar peluang untuk mengalami cognitive failure. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prediktor dari mathematics cognitive failure pada mahasiswa matematika yang secara khusus harus mendalami banyaknya konsep matematika. Pengukuran variabel dilakukan dengan mengkonstruksi Mathematics Cognitive Failure Questionnaire, mengadaptasi Metacognitive Skill Scale, dan menggunakan IPIP-BFM-25 Versi Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan accidental sampling kepada mahasiswa matematika dari 3 universitas terbaik di Indonesia menurut QS World University Ranking 2023. Total responden penelitian yang akan diolah menggunakan uji regresi berganda sejumlah 104 orang mahasiswa matematika dari semester 3, 5, dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness, serta keterampilan metakognitif bersama-sama dapat memprediksi mathematics cognitive failure secara signifikan. Besar sumbangan efektif dari prediktor yang mampu mempengaruhi mathematics cognitive failure pada mahasiswa matematika secara signifikan adalah 21,715% dari kepribadian openness, 16,125% dari keterampilan metakognitif, dan 8,539% dari kepribadian neuroticism. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterbukaan individu dengan hal baru dan kemauan untuk mengawasi pembelajarannya dengan strategi metakognitif, serta meminimalisir gejala dari neuroticism, maka individu akan terhindar dari mathematics cognitive failure.

The concepts of mathematical learning become increasingly abstract at the higher education level. Mathematics undergraduate students must engage in proving theorems in each problem-solving activity. The cognitive demands will become increasingly severe, thereby increasing the chances of experiencing cognitive failure. This research was conducted to determine the predictors of mathematics cognitive failure in students of mathematics that have to study many mathematical concepts. Variable measurements were carried out by constructing the Mathematics Cognitive Failure Questionnaire, adapting the Metacognitive Skill Scale, and using the Indonesian version of IPIP-BFM-25. Data collection was carried out by accidental sampling among mathematics students from the three best universities in Indonesia based on QS World University Ranking 2023. The total number of research respondents who will be processed using multiple regression tests is 104 mathematics students from 3, 5, and 7 academic semesters. The results of the research show that extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness, as well as metacognitive skills together, can predict mathematics cognitive failure significantly. The effective contribution of predictors that can significantly influence mathematics cognitive failure in mathematics students is 21.715% from openness personality, 16.125% from metacognitive skills, and 8.539% from neuroticism personality. This research shows that the higher an individual's openness to new things and the willingness to monitor their learning with metacognitive strategies, as well as minimizing neurotic behavior, the individual will avoid mathematics cognitive failure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stinky Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menemukan solusi alternatif terhadap masalah yang dialami. Kemampuan fleksibilitas kognitif berperan penting dalam memunculkan perilaku adaptif yang baik dalam diri seseorang. Individu yang memiliki fleksibilitas kognitif yang baik cenderung memiliki persentase yang tinggi untuk dapat berhasil, baik di dalam aspek akademik, karir, maupun hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap apakah mindfulness memiliki peranan memprediksi fleksibilitas kognitif seseorang. Partisipan penelitian melibatkan 193 orang. Dalam hal ini hanya melibatkan partisipan dengan karakteristik berupa berusia 18-25 tahun, berdosmilisi di Jabodetabek, serta berkewarganegaraan Warga Negara Indonesia (WNI). Mindfulness diukur melalui pengukuran alat ukur The Mindful Attention Awareness Scale dan fleksibilitas kognitif diukur dengan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory. Hasil penelitian menunjukkan adanya peranan mindfulness terhadap fleksibilitas kognitif. Secara spesifik, peranan mindfulness terhadap dimensi kontrol yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Di sisi lain, ditemukan pula tidak adanya keterkaitan mindfulness terhadap dimensi alternatif yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk melihat faktor mindfulness sebagai salah satu faktor yang membantu pemunculan kemampuan fleksibilitas kognitif yang dimiliki oleh individu.

Cognitive flexibility is the ability to find solutions to the problems experienced. Cognitive flexibility tends to have an essential role in the emergence of good adaptive behavior in an individual. Individuals with good cognitive flexibility tend to have a high percentage of success, both in academic, career, and relationship aspects. This study aims to reveal whether mindfulness has a role in the cognitive flexibility of an individual. This study researched on a number of 193 individuals. There are some characteristic of the participants, individual that around 18-25 years, domiciled in Greater Jakarta, and are citizens of Indonesian Citizens (WNI). The mindfulness is measured through The Mindful Attention Awareness scale and the cognitive flexibility is measured through the Cognitive Flexibility Inventory scale. The results of the study show that mindfulness plays a role in cognitive flexibility. Specifically, the role of mindfulness on the control dimension that is owned by cognitive flexibility. On the other hand, it was also found that there was no link between mindfulness and the alternative dimensions of cognitive flexibility. This shows the importance of looking at the mindfulness factor as one of the factors that helps individuals develop cognitive flexibility ability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Evania Fauzi
"Mahasiswa tingkat akhir berada pada masa dewasa muda, saat mereka akan berhadapan dengan masa transisi antara dunia kuliah dan kerja. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan fleksibilitas berpikir agar mereka dapat lebih mudah beradaptasi dengan
perubahan tersebut. Kepribadian pada level traits ditemukan menjadi salah faktor yang memungkinkan adanya perbedaan fleksibilitas berpikir pada masing-masing individu, namun penelitian yang menyoroti peran kepribadian pada level metatraits masih belum
banyak ditemukan. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk melihat peran metatraits (stability dan plasticity) terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir. Metatraits diukur menggunakan Big Five Inventory, sedangkan fleksibilitas berpikir diukur menggunakan Cognitive Flexibility Inventory. Seratus delapan puluh lima mahasiswa sarjana tingkat akhir dengan usia 20-25 tahun menjadi partisipan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stability dan plasticity secara simultan memiliki peran yang signifikan terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir (R² = 0,417, p < 0,05), serta terhadap dimensi alternatif (R2 = 0,186, p <
0,05) dan kontrol (R2 = 0,345, p < 0,05) yang ada di dalam fleksibilitas berpikir. Selain itu, hasil analisis parsial menunjukkan bahwa stability berperan signifikan terhadap dimensi alternatif dan kontrol pada fleksibilitas berpikir, sedangkan plasticity hanya memiliki peran yang signifikan terhadap dimensi kontrol. Hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian terkait fleksibilitas berpikir, serta memberikan masukan terhadap pihak universitas untuk mengembangkan intervensi yang dapat meningkatkan fleksibilitas berpikir pada mahasiswa.

Final-year students are emerging adults, who dealing with the transition from college to work life. Therefore, cognitive flexibility is needed so that they can easily adapt to these unpredictable life changes. Personality at the trait level was found to be one of the factors that allow the variation of cognitive flexibility in each individual, but the research that highlights the role of personality at the metatraits level is still difficult to find. So, this study aims to examine the role of metatraits (stability and plasticity) on final-year students’ cognitive flexibility. Metatraits were measured using the Big Five Inventory, while cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory. Onehundred-eighty-five (185) students in their final year of undergraduate studies, whose ages ranged from 20 to 25, participated in this study. The results showed that stability and plasticity simultaneously had a significant role in final-year students’ cognitive flexibility (R² = 0.417, p < 0.05), as well as in alternative (R2 = 0,186, p < 0,05) and control dimensions of cognitive flexibility (R2 = 0,345, p < 0,05). Furthermore, the partial analysis revealed that stability had a significant role in alternative and control dimension of cognitive flexibility, while the role of plasticity was only significant in the alternative dimension. The results of this study could contribute to the development of research
related to cognitive flexibility and provide input for universities to develop an intervention to improve college students’ cognitive flexibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Raihandari
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran fleksibilitas kognitif dan perceived social support terhadap efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa selama masa pandemi COVID-19. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner dalam bentuk google form. Alat ukur yang digunakan adalah Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Career Decision Self Efficacy-Short Form (CDSE-SF). Partisipan dalam penelitian terdiri dari 238 mahasiswa tingkat sarjana di perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia. Analisis multiple regression digunakan melihat peran dari kedua variabel prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif dan perceived social support secara simultan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap efikasi diri keputusan karier mahasiswa (R² = 0,233, p < 0,001). Adapun implikasi dari penelitian ini dapat berkontribusi di dalam literatur psikologi pendidikan, spesifiknya di dalam perkembangan karier mahasiswa, serta menjadi masukkan bagi perguruan tinggi dan praktisi/konselor karier dalam meningkatkan efikasi diri keputusan karier mahasiswa.

This study aims to examine the role of cognitive flexibility and perceived social support on career decision self-efficacy in college students during the COVID-19 pandemic. Data collection was using an online questionnaire with help of google form. The measuring tools used are Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Career Decision Self Efficacy-Short Form (CDSE-SF). This study used google form online questionnaires to collect the data. Participants in the study consisted of 238 undergraduate students at public and private universities in Indonesia. Multiple regression analysis was used to see the role of the two predictor variables. The results showed that cognitive flexibility and perceived social support were able to predict college students’ career decision self-efficacy (R² = 0,233, p < 0,001). The implications of this research can contribute to the educational psychology literature, specifically in the career development of college students and provide suggestions for universities and career practice/counselors in improving college students’ career decision self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Renata Anindita Wibowo
"Mengalami transisi kehidupan bukan suatu pengalaman yang mudah. Hal ini dialami oleh para mahasiswa tahun pertama yang mengalami penyesuaian diri dalam berbagai aspek, yaitu akademik, sosial, dan emosional. Dalam menghadapinya, individu memerlukan strategi untuk dapat menyesuaikan diri, dimana fleksibilitas kognitif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara fleksibilitas kognitif dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Studi kuantitatif dilakukan terhadap mahasiswa tahun pertama, yaitu mereka yang berada di semester satu dan/atau dua (N=90). Fleksibilitas kognitif diukur dengan menggunakan instrument Cognitive Flexibility Inventory yang dikembangkan oleh Indrasari et al. (unpublished manuscript). Penyesuaian diri di perguruan tinggi atau college adjustment diukur menggunakan instrumen College Adjustment Quetionnaire yang dikembangkan oleh Purnamasari (2022). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini dapat diartikan keberhasilan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan dapat diprediksi dengan adanya kemampuan fleksibilitas kognitif. Dalam arti lainnya, semakin tinggi fleksibilitas kognitif yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.

Life transitions is not an easy experience. This phenomena experienced by first-year students who are struggling with adjustment in various aspects, namely academic, social and emotional. In dealing with struggle, individuals need strategies to be able to adapt, where cognitive abilities are one of the influencing factors. This research was conducted with the aim of examining the relationship between cognitive flexibiluty and college adjustment in first-year students. The quantitative study was conducted on first year students, those in their first and/or second semester (N=90). Cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory instrument developed by Indrasari et al. (unpublished manuscript). College adjustment is measured using the College Adjustment Questionnaire instrument developed by Purnamasari (2022). The results of Pearson correlation test show that cognitive flexibiluty has a significant positive relationship with college adjustment. It means that students' success in facing various challenges of change can be predicted by their cognitive flexibility. It can also be concluded that the higher the cognitive flexibility, the higher the college adjustment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Angeline Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa untuk tetap adaptif dalam situasi sulit. Salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa adalah dari faktor ekonomi, terutama pada mahasiswa KIP Kuliah. Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu prediktor resiliensi akademik mahasiswa, sehingga mereka tetap bisa berprestasi meskipun mengalami hambatan-hambatan selama masa studinya. Instrumen dari fleksibilitas kognitif menggunakan alat ukur CFI (Dennis & Vander Wal, 2010) yang terdiri dari dimensi alternatif dan kontrol. Selanjutnya, resiliensi akademik diukur menggunakan alat ukur ARS (Cassidy, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh dimensi alternatif dan dimensi kontrol fleksibilitas kognitif terhadap resiliensi akademik mahasiswa KIP Kuliah. Penelitian dilakukan terhadap 166 mahasiswa aktif penerima KIP Kuliah berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki dapat memprediksi tingkat resiliensi akademik mahasiswa. Hasil studi juga menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif dimensi alternatif lebih berperan memprediksi resiliensi akademik dibandingkan dengan dimensi kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Perguruan Tinggi untuk melatih fleksibilitas kognitif mahasiswa agar lebih mampu meningkatkan resiliensi akademik mereka.

Cognitive flexibility is one of the essential abilities that must be possessed by students to remain adaptive in difficult situations. One of the difficulties experienced by students is due to economic factors, especially for KIP College students. Cognitive flexibility is a predictor of student academic resilience so that they can still achieve despite experiencing obstacles during their studies. The measurement for cognitive flexibility uses the CFI (Dennis & Vander Wal, 2010), which consists of alternative and control dimensions. Furthermore, academic resilience is measured using the ARS (Cassidy, 2016). This study aims to investigate the effect of alternative and control dimensions of cognitive flexibility on the academic resilience of KIP College students. The research was conducted on 166 active college students aged 18-24 years who received KIP. The results show that cognitive flexibility can predict the level of students’ academic resilience. The study results also show that the alternative dimension has a greater influence on academic resilience than the control dimension. The results of this study can be a suggestion for higher education institutions to train students' cognitive flexibility to be able to increase their academic resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>