Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arief Fitriansyah
"Pengguaan obat yang bersamaan dengan makanan dapat menyebabkan adanya interaksi obat dengan makanan. Interaksi obat dengan makanan terjadi apabila makanan yang dikonsumsi dapat mengubah efek dari suatu obat tersebut saat diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Makanan dapat mengubah efek dari suatu obat dengan cara memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat melalui pengaruh yang disebabkab makanan pada proses absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat di dalam tubuh. Pasien di RSAB Harapan Kita mayoritas adalah pasien anak-anak, dimana anak-anak memiliki fisiologi tubuh yang rentan apabila terjadi kasus interaksi yang berat antara obat dengan makanan.

Concurrent use of drugs with food can cause drug interactions with food. Drug interactions with food occur when the food consumed can change the effect of a drug when given together or almost simultaneously. Food can change the effect of a drug by strengthening or weakening, prolonging or shortening the action of the drug through the influence caused by food on the process of absorption, distribution, metabolism or excretion of drugs in the body. The majority of patients at Harapan Kita Hospital are children, where children have a physiology that is vulnerable in cases of severe interactions between drugs and food."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rambe, Mhd. Arsyad Elfiqah
"[ABSTRAK
Fornas merupakan daftar obat acuan yang digunakan dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional sehingga perlu diteliti penggunaanya dilapangan. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat proporsi penggunaan obat yang sesuai Fornas dan
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang sesuai
Fornas di Unit Rawat Jalan RSUD Kota Padangsidimpuan. Metodenya adalah
metode kuantitatif (deskriptif analitik dengan 380 data rekam medis) dan metode
kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Proporsi
penggunaan obat Fornas hanya 83,2%. Pencapaian yang tidak mencapai 100% ini
dipengaruhi oleh tidak adanya prosedur internal penggunaan obat Fornas,
disfungsi Instalasi Farmasi, Tim Farmasi dan Terapi belum terbentuk, tidak
adanya evaluasi dari manajemen rumah sakit, metode pengarahan atau sosialisasi
hanya bersifat lisan serta terbatasnya dukungan dana dari APBD. Saran dari
penelitian ini adalah melakukan metode lain untuk sosialisasi, merevitalisasi
instalasi farmasi, membentuk Tim Farmasi dan Terapi, mempertimbangkan opsi
perubahan status menjadi BLUD, meninjau ulang kerjasama dengan Apotek KPN
dan menerapkan sistem satu pintu dalam pelayanan kefarmasian serta melakukan
advokasi kepada pemerintah Kota Padangsidimpuan untuk mengembangkan
RSUD Kota Padangsidimpuan.

ABSTRACT
The national formulary is list of reference medicines that used in national health
insurance program. Thus it is important to do research towards its use at the
hospital. This research aims to evaluate the proportion of the national formulary
medicines used in accordance with the national formulary and analyze the factors
that influence it at Kota Padangsidimpuan hospital. The method of this study is
mixed of quantitative (descriptive analytic by using data from 380 medical
records) and qualitative (by doing in-depth interview and documentary review).
Proportion of the national formulary medicines used in Kota Padangsidimpuan
hospital only reach 83,2%. This is influenced by several factors: no internal
procedur of the use of national formulary medicines, disfunction of pharmacy
department, no pharmacy and therapy team, no evaluation done by management.
no written dissemination method and limited support by local government budget
(APBD). This study suggestied to do written dissemination method, revitalize
pharmacy department, established pharmacy and therapy committee, consider to
change into BLUD status, application o a one-door system in pharmaceutical
services and advocate Padangsidimpuan local government to promote Kota
Padangsidimpuan hospital., The national formulary is list of reference medicines that used in national health
insurance program. Thus it is important to do research towards its use at the
hospital. This research aims to evaluate the proportion of the national formulary
medicines used in accordance with the national formulary and analyze the factors
that influence it at Kota Padangsidimpuan hospital. The method of this study is
mixed of quantitative (descriptive analytic by using data from 380 medical
records) and qualitative (by doing in-depth interview and documentary review).
Proportion of the national formulary medicines used in Kota Padangsidimpuan
hospital only reach 83,2%. This is influenced by several factors: no internal
procedur of the use of national formulary medicines, disfunction of pharmacy
department, no pharmacy and therapy team, no evaluation done by management.
no written dissemination method and limited support by local government budget
(APBD). This study suggestied to do written dissemination method, revitalize
pharmacy department, established pharmacy and therapy committee, consider to
change into BLUD status, application o a one-door system in pharmaceutical
services and advocate Padangsidimpuan local government to promote Kota
Padangsidimpuan hospital.]"
Lengkap +
2015
T43494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Diazepam, yang merupakan golongan benzodiazepin, merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Obat ini juga termasuk salah satu obat yang banyak digunakan di rumah sakit. Meskipun demikian, diazepam masih merupakan obat dengan potensi gangguan penggunaan yang tinggi, terkait dengan efek sampingnya. Selain itu, obat ini bersifat sangat adiktif dan dapat menimbulkan efek penarikan (withdrawal syndrome) dengan penggunaan yang teratur, sehingga ketergantungan dan penyalahgunaan adalah suatu tantangan yang mengakibatkan otoritas kesehatan memberlakukan peraturan khusus terkait dengan peresepan benzodiazepin, termasuk di antaranya diazepam. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, termasuk farmasis, harus dapat mengidentifikasi indikasi yang tepat untuk peresepan diazepam. Dalam rangka untuk mengidentifikasi indikasi yang tepat dalam peresepan diazepam, rumah sakit dapat melakukan pemantauan terapi obat (PTO), atau dapat melakukan penilaian kesesuaian indikasi obat. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penilaian kesesuaian indikasi penggunaan diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui indikasi pemberian diazepam pada pasien berdasarkan literatur, serta melakukan penilaian kesesuaian indikasi diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 1 Januari – 23 Februari 2023. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, melakukan pengumpulan data penggunaan diazepam di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui website Afya, dan melakukan penyusunan laporan. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa pada periode 1 Januari – 23 Februari 2023, terdapat 10 pasien rawat inap yang menerima diazepam, di mana terdapat 1 pasien rawat inap penerima diazepam yang diagnosis atau indikasinya belum dapat disimpulkan kesesuaiannya dengan indikasi pemberian diazepam karena membutuhkan data lebih lanjut.

Diazepam, which belongs to the benzodiazepine drug group, is one of the drugs that is widely used in hospitals. Despite this, this drug is highly addictive and can cause withdrawal syndrome with regular use, so dependence and abuse are challenges that have resulted in health authorities enforcing special regulations regarding the prescription of benzodiazepines, including diazepam. Therefore, health workers, including pharmacists, must be able to identify the appropriate indications for prescribing diazepam. In order to identify appropriate indications for prescribing drugs, hospitals can carry out drug therapy monitoring or assess the conformity of drug indications. Therefore, it is necessary to carry out monitoring in the form of assessing the conformity of indications for the use of diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. The aim of writing this special assignment report is to determine the indications for administering diazepam to patients based on the literature, as well as assess the suitability of the indications for diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. This writing was carried out by conducting a literature study, collecting data on the use of diazepam at the University of Indonesia Hospital via the Afya website, and preparing reports. Based on observations, it was concluded that in the period January 1st –February 23rd 2023, there were 10 inpatients receiving diazepam, of which there was 1 inpatient receiving diazepam whose diagnosis or indication could not be concluded as to its conformity for the indication for giving diazepam because further data was needed."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidya Augustine
"Penghambat pompa proton merupakan golongan obat yang telah banyak digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit terkait gastrointestinal. Obat golongan PPI aman dan dapat ditoleransi dengan baik bila digunakan dengan tepat, namun peningkatan penyalahgunaan obat golongan PPI dapat berakibat pada terjadinya luaran terapi yang tidak diharapkan. Evaluasi terhadap penggunaan obat golongan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah obat golongan PPI digunakan sebagaimana mestinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat golongan PPI dan menilai kerasionalan penggunaannya yang dilakukan secara deskriptif analitik observasional dengan pengambilan data secara retrospektif menggunakan data resep dan rekam medik. Sampel merupakan data pasien di Instalasi Rawat Jalan RSPAD Gatot Soebroto periode Juli 2015 - Desember 2015 yang menerima obat golongan PPI. Analisis dilakukan terhadap 400 jenis terapi obat dari 192 pasien. Aspek kerasionalan penggunaan obat golongan PPI dilihat dari lima aspek ketepatan, yaitu tepat penilaian kondisi pasien, tepat indikasi penyakit, tepat regimen dosis, tepat lama pemberian, dan tepat pemilihan obat. Sebanyak 100% terapi obat golongan PPI masuk ke dalam kategori tepat penilaian kondisi pasien, 79% tepat indikasi penyakit, 79% tepat regimen dosis, 79% tepat lama pemberian, dan 83,75% tepat obat.

Proton Pump Inhibitor are drugs that have been widely used to treat gastrointestinal related disorders. PPI is safe and well tolerated when used appropriately, but an increased in drug abuse can lead to unwanted outcome therapy. Evaluation of drug using Proton Pump Inhibitor is necessary to know whether PPI used properly. This study aimed to evaluate the use of PPIs and assess the rationalization of its use with observational analitical descriptive with retrospective methode using prescription data and medical records. Samples were data from outpatient at Gatot Subroto Army Hospital in the period of July 2015 - December 2015 that receive PPI. The analysis conducted from 400 therapy (192 patients). Aspects of the rational use of drugs known as PPI seen by five aspects of precision, appropriate condition of patients, appropriate indication, appropriate dosage, appropriate for the duration of PPI use, and appropriate for right medication. Data showed 100% appropriate condition of patients, 79,00% appropriate indication, 79,00% appropriate dosage, 79,00% appropriate for the duration of PPI use, and 83,75% appropriate for right medication."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Amarta
"Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Permenkes RI, 2016). High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat yang termasuk high-alert diantaranya adalah obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA). Dispensing obat-obatan high alert perlu dilakukan pengecekan ulang dan verifikasi oleh staff farmasi lainnya untuk meminimalisir risiko kesalahan pemberian obat ke pasien. Faktor risiko yang mungkin terjadi saat melakukan dispensing obat-obatan high alert diantaranya adalah rute administrasi, kesalahan dalam preparasi, kesalahan dalam memahami pesanan, kesalahan dosis yang diberikan, kesalahan obat yang diberikan, dan penandaan yang ambigu (Ministry of Health Malaysia, 2020). Berdasarkan observasi pengelolaan obat-obatan high alert di depo rawat inap dan rawat jalan RSUI dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dan penyiapan obat-obatan high alert sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pharmacy Installation is a functional implementing unit that organizes all pharmaceutical service activities in the Hospital. Pharmaceutical Service Standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services (Permenkes RI, 2016). High-alert medications are drugs that must be watched out for because they often cause serious mistakes/errors (sentinel events) and drugs that have a high risk of causing unwanted drug reactions (ROTD). The drug group that includes high-alert includes drugs that look alike and sound similar (NORUM, or Look Alike Sound Alike/LASA). Dispensing of high alert medicines needs to be double-checked and verified by other pharmacy staff to minimize the risk of drug administration errors to patients. Risk factors that may occur when dispensing high alert drugs include routes of administration, errors in preparation, errors in understanding orders, dosage errors given, medication errors administered, and ambiguous labeling (Ministry of Health Malaysia, 2020). Based on observations of the management of high alert medicines at the RSUI inpatient and outpatient depots, it can be concluded that the storage and preparation of high alert medicines are in accordance with applicable regulations."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Semiarto Aji Purwanto
"Persoalan kontak dengan kebudayaan asing pada sebuah masyarakat selalu menarik perhatian para ahli antropologi. Dalam thesis ini saya ingin rnenggambarkan bagaimana unsurunsur sistem medis Barat masuk dan dipergunakan secara luas dalam masyarakat kota di Indonesia. Jakarta saya pilih sebagai lokasi penelitian ini karena pertimbangan penduduknya yang relatif lebih terbuka dan memiliki kesempatan lebih banyak bergaul dengan kebudayaan Barat. Unsur sistem medis Barat yang saya amati adalah obat-obatan yang tersebar, dikenal dan dipakai masyarakat luas. Saya ingin menjelaskan bagaimana masyarakat menggunakan obat-obatan Barat dan mengadopsi sistem medis Barat namun penggunaan itu dilandasi oleh ide yang berasal dari sistem medis tradisional.
Sebagai suatu produk kebudayaan asing, obat seharusnya dipahami,dalam konteks yang tepat sehingga penggunaannya bisa memberikan hasil yang maksimal. Hasil penelitian saya menunjukkan pengetahuan mengenai obat-obatan Barat yang kurang sehingga bayangan kerugian akibat efek samping suatu obat berubah menjadi ancaman. Ditambah dengan kesadaran yang rendah terhadap pranata medis (Barat) yang baru serta tanggungjawab yang kurang, ancaman tersebut bukan mustahil menjadi nyata."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"Penggunaan obat rasional (POR) apabila memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat diagnosis, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama pemberian obat, dan waspada efek samping. Penerapan POR akan menjamin bahwa pasien mendapatkan pengobatan yang bermutu. Selain itu, analisis POR juga dapat menekan angka resistensi antibiotik dan penggunaan injeksi yang tidak diperlukan. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan POR di puskesmas Kelurahan Kramat Jati dengan perbandingan target indikator kinerja POR tahun 2019 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasional retrospektif, yaitu dengan mengumpulkan data POR bulan Juli-September tahun 2022. Hasil evaluasi menunjukkan capaian kinerja POR di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada bulan Juli sebesar 96,43%, bulan Agustus sebesar 93,40%, dan pada bulan September 90,54%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan obat di puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada Juli-September 2022 dikatakan rasional.

Rationality drugs use (RDU) meets the criteria of correct indication, correct diagnosis, correct selection of drug, correct dose, correct method of drug administration, correct time interval for drug administration, correct duration of drug administration, and alertness to side effects. Implementing RDU will ensure that patients receive quality treatment. Apart from that, RDU analysis can also reduce the rate of antibiotic resistance. For this reason, research was conducted to evaluate the implementation of RDU at the Kramat Jati Subdistrict Health Center by comparing the 2019 RDU performance indicator targets set by the Indonesian Ministry of Health. Data collection was carried out using a retrospective observational method, namely by collecting RDU data for July-September 2022. The evaluation results showed that the POR performance achievement at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July was 96.43%, in August it was 93.40%, and in in September 90.54%. This research concludes that the use of drugs at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July-September 2022 is said to be rational."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Massow, Fr. von
London: Macmillan, 1997
615.6 MAS g (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Ari Anindita Sari
"Lamanya waktu tunggu di pelayanan di instalasi farmasi rawat jalan Rumah Sakit Ari Canti masih belum sesuai target Standar Pelayanan Minimal, dimana standar pelayanan minimal (SPM) mewajibkan waktu tunggu obat non racikan ≤30 menit dan obat racikan ≤60 menit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan JKN dengan lean hospital di RS Ari Canti Tahun 2023. Desain penelitian ini adalah operational research (OR). Tempat dari penelitian adalah Depo Farmasi Rawat Jalan di RS Ari Canti saat hari kerja pada bulan Mei-Juni 2023. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 98 resep obat yang dibagi ke dalam beberapa poliklinik di RS Ari Canti. Pengamatan langsung menggunakan lembar observasi VSM dan lembar waste, wawancara mendalam dengan infoman menggunakan lembar wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total waktu dalam pelayanan kefarmasian pada kondisi current state adalah 53 menit 12 detik. Lead time untuk obat racikan selama 1 jam 2 menit 28 detik sedangkan pada resep obat non-recikan selama 51 menit 41 detik. Setelah dilakukan pengkajian ditemukan 10 aktivitas waste yang terdiri dari 56,89% waste waiting, 20,75% waste defect, 15,53% waste motion, dan 6,83% waste overprocessing. Setelah dilakukannya intervensi lean hospital berupa 5S, visual management, heijunka borda pareto dan PDCA terjadi penurunan lead time dari 53 menit 12 detik menjadi 19 menit 47 detik dengan persentase penurunan sebesar 62,80%. Kemudian lead time berdasarkan resep obat racikan pasca intervensi selama 42 menit 7 detik, sedangkan lead time resep obat non racikan selama 18 menit 47 detik. Nilai value to waste ratio juga terjadi peningkatan dari sebelumnya pre intervensi sebesar 40,90% menjadi 88,32% pasca intervensi. Kesimpulan penelitian ini alalah Lean Hospital merupakan metode atau tool yang tepat untuk meningkatkan value to waste ratio dengan mengurangi pemborosan dan meningkatkan nilai tambah untuk pasien. Manajemen dapat melakukan langkah awal continuous improvement seperti menghitung kebutuhan obat secara berkala untuk dapat memproyeksikan persiapan obat sesuai dengan permintaan. 

The length of time waiting for service at the outpatient pharmacy installation at Ari Canti Hospital is still not in accordance with the Minimum Service Standard target, where the minimum service standard (SPM) requires waiting time for non-concoction drugs ≤30 minutes and for mixed drugs ≤60 minutes. This study aims to analyze the waiting time for JKN outpatient drug services with lean hospital at Ari Canti Hospital in 2023. The design of this research is operational research (OR). The location of the research was the Outpatient Pharmacy Depot at Ari Canti Hospital during weekdays from May to June 2023. The sample in this study was taken as many as 98 drug prescriptions which were divided into several polyclinics at Ari Canti Hospital. Direct observation using VSM observation sheets and waste sheets, in-depth interviews with informants using interview sheets. The results showed that the total time in pharmaceutical services in the current state was 53 minutes 12 seconds. The lead time for concoction drugs is 1 hour 2 minutes 28 seconds while for non-recipe drug prescriptions it is 51 minutes 12 seconds. After conducting the study, it was found that 9 waste activities consisted of 56,89% waste waiting, 20,75% waste defects, 15,53% waste motion, and 6,83% waste overprocessing. After the lean hospital intervention in the form of 5S, visual management, heijunka borda pareto and PDCA, the lead time decreased from 53 minutes 12 seconds to 19 minutes 47 seconds with a decrease percentage of 62.80%. Then the lead time based on post- intervention concoction drug prescription was 42 minutes 7 seconds, while the non- concoction drug prescription lead time was 18 minutes 47 seconds. The value to waste ratio also increased from the previous pre-intervention of 40.90% to 88.32% post- intervention. The conclusion of this study is that Lean Hospital is the right method or tool to increase the value to waste ratio by reducing waste and increasing added value for patients. Management can take initial steps for continuous improvement, such as calculating drug needs on a regular basis to be able to project drug preparations according to demand. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Wijayanti
"Agen antiretroviral adalah obat yang digunakan untuk pasien HIV dan diminum rutin oleh pasien HIV seumur hidup. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, setidaknya sebanyak 83,4% pasien HIV mendapatkan terapi antiretroviral untuk mengurangi perkembangan virus tersebut. Penggunaan obat antiretroviral harus dipantau dan dievaluasi penggunaannya apakah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku. Selain itu, evaluasi diperlukan untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan oleh pasien HIV yang menggunakan antiretroviral. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi penggunaan obat antiretroviral terhadap pasien HIV di RSUP Fatmawati secara berkala. Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas khusus ini adalah penelitian observasional dengan design cross sectional. Data diambil secara retrospektif terhadap data sekunder yaitu data penggunaan obat yang diperoleh dari depo farmasi Instalasi Rawat Jalan Lantai 3 RSUP Fatmawati periode Juli-September 2022. Pengambilan data dilakukan dengan metode total sampling. Berdasarkan hasil pengambilan data, terdapat 2346 pasien HIV yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUP Fatmawati. Dari 2346 pasien tersebut, sebanyak 71% pasien HIV yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUP Fatmawati adalah laki-laki dan usia 35 - ≤45 tahun menjadi populasi terbanyak dengan persentase sebesar 46,76%. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penggunaan kombinasi Tenolam E (Tenofovir – Lamivudin – Efavirenz) merupakan kombinasi yang paling sering diresepkan di RSUP Fatmawati dengen persentase sebesar 24%. Kemudian, penggunaan obat non-ARV yang sering diresepkan adalah cotrimoxazol yang merupakan antibiotik untuk mencegah infeksi oportunistik pada ODHA.

Antiretroviral agents are drugs that are used for HIV patients and are taken regularly by HIV patients for life. Based on data from the Ministry of Health, at least 83.4% of HIV patients receive antiretroviral therapy to reduce the spread of the virus. The use of antiretroviral drugs must be monitored and evaluated for their use whether they are in accordance with the applicable management. In addition, evaluation is needed to reduce the risk of adverse events in HIV patients taking antiretrovirals. Therefore, it is necessary to periodically evaluate the use of antiretroviral drugs in HIV patients at Fatmawati General Hospital. The research method used in making this special assignment is an observational study with a cross-sectional design. Data were collected retrospectively from secondary data, namely drug use data obtained from the pharmacy depot on the 3rd floor of the Outpatient Installation at Fatmawati Hospital for the period July-September 2022. Data was collected using the total sampling method. Based on the results of data collection, there were 2346 HIV patients undergoing outpatient treatment at Fatmawati General Hospital. Of the 2346 patients, 71% of HIV patients undergoing outpatient treatment at Fatmawati General Hospital were male and aged 35 - ≤45 years being the largest population with a percentage of 46.76%. In this study, it was found that the use of the combination Tenolam E (Tenofovir – Lamivudin – Efavirenz) was the most frequently prescribed combination at Fatmawati General Hospital with a percentage of 24%. Then, the use of non-ARV drugs that are often prescribed is cotrimoxazol which is an antibiotic to prevent opportunistic infections in PLWHA."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>