Ditemukan 160374 dokumen yang sesuai dengan query
Siahaan, Uli Artha Br
"Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat di fasilitas distribusi harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) merupakan masalah yang sangat kompleks. Produk Rantai Dingin atau Cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang peka terhadap suhu adalah produk yang bersifat mudah rusak dan memerlukan pengawasan dan distribusi di lingkungan yang terkendali. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza dan CCP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) di KFTD Bogor dan evaluasi penyimpanan terhadap Produk Rantai Dingin/ Cold Chain Product (CCP) di KFTD Bogor. Hasil menunjukan penyimpanan napza dan CCP di KFTD Bogor dianggap telah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam CDOB.
Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat di fasilitas distribusi harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) merupakan masalah yang sangat kompleks. Produk Rantai Dingin atau Cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang peka terhadap suhu adalah produk yang bersifat mudah rusak dan memerlukan pengawasan dan distribusi di lingkungan yang terkendali. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza dan CCP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penyimpanan terhadap napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) di KFTD Bogor dan evaluasi penyimpanan terhadap Produk Rantai Dingin/ Cold Chain Product (CCP) di KFTD Bogor. Hasil menunjukan penyimpanan napza dan CCP di KFTD Bogor dianggap telah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam CDOB"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rezki Yuni Adelia
"Seorang apoteker harus bisa membaca, mengkaji resep obat yang diterima, serta menggali informasi lain yang berhubungan dengan resep untuk dapat melaksanakan pelayanan farmasi klinik. Salah satu informasi yang perlu digali dari resep yaitu efek samping obat (ESO) dan potensi interaksi obat. Dengan mengetahui efek samping obat serta potensi interaksi obat, apoteker dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan ataupun munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Penelitian dilakukan dengan memilih beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara pada periode September 2022 yang kemudian dianalisis efek samping obat serta ada atau tidaknya potensi interaksi obat. Analisis dilakukan dengan merujuk pada literatur tentang obat. Dari hasil analisis terkait efek samping obat dan potensi interaksi obat pada beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara, didapat beberapa kesimpulan, yaitu: tiap obat memiliki efek samping yang terbagi kedalam kategori umum dan serius. ESO yang termasuk kategori umum adalah ESO yang ringan dan lebih sering terjadi, seperti mual, muntah, sakit kepala, mengantuk, dsb. ESO yang termasuk kategori serius merupakan ESO yang jarang terjadi namun membutuhkan penanganan yang lebih serius bila terjadi. Pada ketiga resep polifarmasi ditemukan beberapa potensi interaksi obat yang umumnya memiliki tingkat keparahan C sehingga hanya membutuhkan perhatian dan pemantauan khusus saja.
A pharmacist must be able to read, review drug prescriptions received, and obtain other informations related to the prescription to be able to carry out the clinical pharmacy services. The informations needed from the prescription are including the adverse effects and potential drug interactions. By knowing the side effects of drugs and potential drug interactions, pharmacists can prevent medication errors or adverse drug reactions (ADR). The research was carried out by selecting several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy in September 2022 which were then analyzed for adverse effects and whether or not there were potential drug interactions. The analysis was carried out by referring to the drug literatures. The results of the analysis regarding adverse effects and potential drug interactions in several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy, several conclusions were obtained, namely: each drug has adverse effects which are divided into general and serious categories. The adverse effects which belongs to the general category that is mild and occurs more frequently, such as nausea, vomiting, headaches, drowsiness, etc. The adverse effects which is included in the serious category is the side effects which rarely occurs but requires more serious treatment when it occurs. In the three polypharmacy prescriptions analyzed, several potential drug interactions were found which generally had a severity level of C so that they only required special attention and monitoring."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Puspa Yunita
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk memahami kegiatan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan Permenkes No. 74 tahun 2016. Tugas khusus yang diberikan berjudul “Analisa Perubahan Regimen Terapi Antiretroviral (ARV) Periode Januari 2021 - Agustus 2022 pada Pasien ODHA di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit”, dimana tugas ini bertujuan untuk mengetahui perubahan regimen terapi ARV serta mengetahui regimen terapi ARV terbanyak yang digunakan pada pasien ODHA di Puskesmas Duren Sawit. Beberapa obat ARV yang digunakan sebagai regimen terapi pasien ODHA di Puskesmas Duren Sawit diantaranya ARV FDC dan obat lepasan.
Pharmacist Professional Work Practice at the Duren Sawit District Health Center to understand pharmaceutical activities at the Health Center in accordance with Permenkes No. 74 of 2016. The specific assignment given was entitled "Analysis of Changes in Antiretroviral Therapy (ARV) Regimen for the January 2021 - August 2022 Period for PLWHA Patients at the Duren Sawit District Health Center", where this assignment aims to find out changes in ARV therapy regimens and find out the most ARV therapy regimens used in PLHIV patients at the Duren Sawit Health Center. Some of the ARV drugs used as a therapy regimen for PLHIV patients at the Duren Sawit Health Center include ARV FDC (Fix Drug Combination) and separate drugs.<"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nur Mulzimatus Syarifah
"Formularium Nasional (Fornas) merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Evaluasi dan pemantauan penerapan obat Fornas bertujuan untuk melihat tingkat ketaatan dan pemanfaatan obat Fornas di RS. Selain itu, evaluasi tersebut juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan fasilitas pelayanan kesehatan terhadap penggunaan obat Fornas, mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat Fornas, dan mengidentifikasi berbagai kendala terkait penerapan Fornas untuk pelayanan kesehatan. Kriteria dalam suatu Formularium RS diperlukan setidaknya >80% sediaan farmasi merupakan bagian dari sediaan farmasi yang berada di Formularium Nasional. Hasil nilai kesesuaian obat Fornas generik ialah 34,26%, Fornas bermerk ialah 37,88%, obat Non-Fornas generik ialah 5,57%, dan obat NonFornas bermerk ialah 22,28% yang terdapat di dalam Farmasi ICU RSUI pada tahun 2022.
Formularium Nasional (Fornas) is a list of selected drugs needed and used as a reference for writing prescriptions in the implementation of health services in the implementation of health insurance programs. Evaluation and monitoring of the application of Fornas drugs in a hospital aims to see the level of compliance and utilization of Fornas drugs in hospitals. In addition, the evaluation was also carried out to determine the level of compliance of health service facilities with the use of Fornas drugs, identify problems related to the use of Fornas drugs, and identify various obstacles related to the application of Fornas for health services. The criteria in an RS Formulary require at least >80% of pharmaceutical preparations to be part of pharmaceutical preparations in the National Formulary. The suitability value of generic Fornas drugs is 34.26%, branded Fornas is 37.88%, generic Non-Fornas drugs are 5.57%, and branded Non-Fornas drugs are 22.28% available in RSUI ICU Pharmacy in 2022."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Misbahul Fitri Hanifah
"Penggunaan obat rasional (POR) apabila memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat diagnosis, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama pemberian obat, dan waspada efek samping. Penerapan POR akan menjamin bahwa pasien mendapatkan pengobatan yang bermutu. Selain itu, analisis POR juga dapat menekan angka resistensi antibiotik dan penggunaan injeksi yang tidak diperlukan. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan POR di puskesmas Kelurahan Kramat Jati dengan perbandingan target indikator kinerja POR tahun 2019 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasional retrospektif, yaitu dengan mengumpulkan data POR bulan Juli-September tahun 2022. Hasil evaluasi menunjukkan capaian kinerja POR di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada bulan Juli sebesar 96,43%, bulan Agustus sebesar 93,40%, dan pada bulan September 90,54%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan obat di puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada Juli-September 2022 dikatakan rasional.
Rationality drugs use (RDU) meets the criteria of correct indication, correct diagnosis, correct selection of drug, correct dose, correct method of drug administration, correct time interval for drug administration, correct duration of drug administration, and alertness to side effects. Implementing RDU will ensure that patients receive quality treatment. Apart from that, RDU analysis can also reduce the rate of antibiotic resistance. For this reason, research was conducted to evaluate the implementation of RDU at the Kramat Jati Subdistrict Health Center by comparing the 2019 RDU performance indicator targets set by the Indonesian Ministry of Health. Data collection was carried out using a retrospective observational method, namely by collecting RDU data for July-September 2022. The evaluation results showed that the POR performance achievement at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July was 96.43%, in August it was 93.40%, and in in September 90.54%. This research concludes that the use of drugs at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July-September 2022 is said to be rational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Febryani Angelica
"Profil penggunaan obat antihipertensi dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan perbekalan farmasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil peresepan obat antihipertensi pada resep BPJS di Apotek Kimia Farma Kemanggisan Raya. Penelitian ini menggunakan sampel resep BPJS untuk obat antihipertensi bulan Maret 2022. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi resep BPJS yang mengandung obat antihipertensi dan kriteria eksklusi resep yang tidak lengkap datanya, seperti nama dan jenis kelamin. Subyek penelitian berjumlah 529 dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki 56,71% dan perempuan 43,29%, karakteristik usia dengan persentase terbanyak pasien berusia ≥ 60 tahun, dan karakteristik kombinasi obat antihipertensi tunggal 16,64% dan obat kombinasi 83,36%. Berdasarkan profil penggunaan obat antihipertensi, obat yang paling banyak diresepkan adalah bisoprolol (30,08%) dan golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah golongan beta blocker (31,13%).
The profile of antihypertensive drugs usage can be used as a guideline to improve the effectiveness of pharmaceutical supply management and increase knowledge and skills in pharmaceutical services at pharmacy. The purpose of this assessment is to study about profile of antihypertensive drug prescriptions on BPJS prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy Kemanggisan Raya. This study used sample from BPJS prescriptions for antihypertensive drugs in March 2022. The sampling technique was carried out using a purposive sampling technique with the inclusion criteria of BPJS prescriptions containing antihypertensive drugs and the exclusion criteria for incomplete data of prescriptions, such as name and gender. There were 529 samples taken with characteristic of gender such as male 56,71% and female 43,29%, characteristic of age with the highest percentage of patients aged ≥60 years, and characteristic of drug combination which is single hypertensive drug 16,64% and combination 83,36%. Regarding to the profile of antihypertensive drugs usage, the most widely prescribed drug is bisoprolol (30,08%) and the most commonly prescribed drug class was beta blockers (31,13%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sita Ayu Lestari
"Pemberian antibiotik pertama kali pada pasien pediatri umumnya hanya diberikan antibiotik empiris sehingga kemungkinan penggantian antibiotik tinggi, terutama jika pemberian antibiotik tidak mengatasi keluhan pasien sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi pengobatan antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan infeksi yang diderita oleh pasien, waktu pengobatan pasien menjadi lebih lama, meningkatkan risiko kematian, dan meningkatkan biaya pengobatan pasien Peresepan dan penggunaan antibiotik perlu diperhatikan dan dikaji dengan tepat agar tercapainya kerasionalan penggunaan obat. Berdasarkan PMK 73 tahun 2016, salah satu peran apoteker yang dapat dilakukan adalah melakukan pengkajian efek samping antibiotik pada resep agar tidak terjadi efek yang tidak diinginkan atau membahayakan pasien dari pengobatan yang dijalani sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai. Dari hasil pengkajian 4 resep yang diterima oleh Apotek Roxy Pondok Labu di bulan Oktober - November 2022 didapatkan bahwa Gentamisin Sulfat, Amoksisilin, Sefadroksil, dan Sefiksim memiliki efek samping yang dapat fatal apabila penggunaan antibiotik tidak rasional.
The initial administration of antibiotics in pediatric patients typically involves empirical antibiotics, leading to a high likelihood of antibiotic replacement, especially when the initial antibiotic fails to address the patient's symptoms. This can result in an increased risk of antibiotic treatment resistance, leading to heightened infection rates, prolonged treatment durations, elevated mortality risks, and increased treatment costs. The prescription and use of antibiotics require careful consideration and precise evaluation to ensure rational drug utilization. According to PMK 73 of 2016, one crucial role for pharmacists is to assess the side effects of prescribed antibiotics to prevent undesired or hazardous effects on patients' treatment outcomes. An analysis of four prescriptions received by Roxy Pondok Labu Pharmacy in October - November 2022 revealed that Gentamicin Sulfate, Amoxicillin, Cefadroxil, and Cefixime may have potentially fatal side effects if antibiotics are used irrationally. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Annisa Larasati Putri
"Seorang apoteker yang profesional harus mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa studi dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan calon apoteker mengenai peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker serta mendapatkan gambaran pekerjaan kefarmasian, calon apoteker perlu melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker terlebih dahulu sebelum memasuki dunia kerja. Praktik kerja profesi apoteker dilakukan di Kimia Farma Apotek 001 Garuda periode Maret 2022, PT. Novell Pharmaceuticals Laboratories periode Mei-Juni 2022, Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk periode Juli 2022, PBF SamMarie Tramedifa periode Agustus 2022, dan Rumah Sakit Universitas Indonesia periode September - Oktober 2022. Setelah pelaksanaan praktik kerja profesi apoteker di Apotek, Industri, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), PBF, dan Rumah Sakit tersebut, calon apoteker diharapkan dapat memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang cukup sehingga siap untuk memasuki dunia kerja sebagai apoteker yang kompeten dan profesional.
A professional pharmacist must be able to apply the knowledge that has been acquired during the study period in carrying out pharmaceutical work. As an effort to increase the knowledge and skills of prospective pharmacists regarding the roles, functions and responsibilities of pharmacists and to get an overview of pharmaceutical work, prospective pharmacists need to carry out Pharmacist Professional Work Practice before entering the world of work. Pharmacist professional work practice is carried out at Kimia Farma Pharmacy 001 Garuda for the period of March 2022, PT. Novell Pharmaceuticals Laboratories for the period May-June 2022, the Kebon Jeruk District Health Center for the July 2022 period, PBF SamMarie Tramedifa for the August 2022 period, and the University of Indonesia Hospital for the September-October 2022 period. Community Health Centers), PBF, and Hospitals, prospective pharmacists are expected to have sufficient insight, knowledge, skills and experience so that they are ready to enter the world of work as competent and professional pharmacists."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alifatha Amartya Naufal
"Sediaan farmasi yang didistribusi oleh PBF tidak hanya sebatas sediaan solid, semi solid atau liquid. Sediaan CCP (Cold Chain Product) dan obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-Obat Tertentu juga didistribusi oleh PBF, terutama oleh PBF KFTD. Selama proses distribusi dari sediaan CCP, terdapat titik kritis yang harus selalu diawasi agar tidak terjadi kerusakan sediaan selama proses pengantaran barang. Untuk obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu juga selama pendistribusian harus diawasi secara ketat karena rawan terjadi penyalahgunaan. Pengamatan dilakukan di KFTD Bogor bagian Logistik dari pukul 08.00 – 16.00 dengan mengamati dan membantu proses penyiapan dan pendistribusian Cold Chain Product dan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu. Tidak terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Cold Chain Product dengan CDOB 2020 dan terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Narkotika dengan CDOB 2020. Perbedaan tersebut adalah hasil investigasi internal yang tidak dilampirkan pada laporan kehilangan barang narkotika ke Badan POM sedangkan pada CDOB dalam laporan kehilangan dilengkapi hasil investigasi internal.
Pharmaceutical preparations distributed by PBF are not only limited to solid, semi-solid, or liquid preparations. CCP (Cold Chain Product) preparations and drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs are also distributed by PBF, especially by PBF KFTD. During the distribution process of CCP preparations, there are critical points that must always be monitored so that inventory damage does not occur during the goods delivery process. Drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs during distribution, must be closely monitored because they are prone to abuse. Observations were made at KFTD Bogor in the Logistics section from 08.00 – 16.00 by observing and assisting in the process of preparing and distributing Cold Chain Products and Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs. There is no difference between the SOP for Cold Chain Product Delivery and CDOB 2020 and there is a difference between the SOP for Narcotics Delivery and CDOB 2020. The difference is the result of an internal investigation which is not attached to the report on the loss of narcotics to the POM while the CDOB in the loss report is accompanied by the results of the internal investigation. It is necessary to add the results of internal investigations to the attachment to the report on the loss of narcotic goods in the SOP so that they can comply with the 2020 CDOB."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Humayoon Gardiwal
"Drug users in Indonesia are threatened by many health and social challenges of which HIV, HBV and HCV are dominant and hence the utilization of health services is vital for them. This study was aimed to determine the individual factors that influence the health service utilization among drug users in west Java (Bandung), Indonesia. We used secondary data from the National Drug Survey Indonesia 2008, with a sample size of 130 drug users. The individual determinant of health service utilization were studied in three categories, predisposing, enabling and need factors we found that living with parents, drug overdose, respiratory and miscellaneous symptoms were significantly associated with health service utilization. Those living with parents were more likely to use health services than those living with others. Those who had Digestive and Miscellaneous symptoms and did not experience drug overdose were also more likely to use health service utilization. We did not find any association among the predisposing factors and health service utilization among drug users."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T30834
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library