Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan pelayanan kemoterapi pada pasien kanker payudara. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor pasien, faktor rumah sakit serta melihat gambaran hambatan pada masing-masing unit yang terlibat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif yang mengupas masalah dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketelambatan kemoterapi dapat berasal dari faktor pasien dan faktor rumah sakit. Untuk faktor pasien berdasarkan hasil uji statistic chi square didapatkan nilai alpha p>0.05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, stadium dan status pasien dengan keterlambatan kemoterapi. Namun berdasarkan hasil observasi bahwa faktor pasien yang menyebabkan keterlambatan kemoterapi yakni status kesehatan berdasarkan kadar hemoglobin. Untuk faktor rumah sakit yang menyebabkan keterlambatan pelayanan kemoterapi yaitu ketersediaan obat dan tempat tidur.

This study aims to determine the factors causing delays in care chemotherapy in breast cancer patients. These factors consist of patient factors, factors of the hospital and see a picture of the barriers on each unit involved. This research is a quantitative and qualitative peeling problems with in depth interviews, a document review and observasi.Hasil this research shows that chemotherapy ketelambatan may come from factors patient and hospital factors. For patient factors based on results of statistical tests chi square obtained the value of alpha p 0.05 means that there is no significant relationship between age, stage and status of patients with delayed chemotherapy. However, based on the observation that the factors that cause delays in chemotherapy patients that the health status based on hemoglobin levels. For hospital factors that cause delays in chemotherapy services, namely the availability of medicines and beds."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Kardiyudiani
"Kanker payudara adalah karsinoma atau keganasan pada beberapa morfologi sekaligus, dan salah satu terapi yang diberikan adalah kemoterapi. Kemoterapi yang dilakukan membutuhkan berbagai strategi keperawatan untuk membantu mengatasi berbagai efek yang ditimbulkannya termasuk dukungan keluarga. Maka tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi lebih mendalam tentang harapan pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi tentang dukungan keluarga. Selanjutnya penelitian dilakukan pada 5 partisipan dan menemukan 4 tema seperti : harapan untuk dapat melanjutkan normal dalam keluarga, harapan peningkatan pemahaman keluarga tentang dampak penyakit akibat kemoterapi dan perawatannya, harapan untuk di hargai, didengarkan dan ditemani, harapan untuk dibantu menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat sakit oleh keluarga.

Breast cancer is carcinoma or malignancy in some morphology as well, and one kinds of treatment that is given is chemotherapy. There were various kinds of nursing strategy to help overcoming various effects that are aroused by the chemotherapy given including family support. Therefore, the purpose of this research was to explore deeper about family support in raising breast cancer patient?s hope which is got chemotherapy. This research is held toward five participants and find four themes i.e. hope to continue normal life in their family, hope to raise family understanding about the impact malady caused by chemotherapy, hope to be appreciated, to be listened and to be accompanied, hope to be helped by their family in overcoming a problem which is faced because of the disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31758
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Marsaulina
"Golongan antrasiklin merupakan kemoterapi pilihan pertama untuk penanganan kanker payudara, khususnya pada pasien lanjut usia. Namun beberapa penelitian melaporkan terkait kejadian tidak diharapkan pada penggunaan antrasiklin. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan. Selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan pada penggunaan rejimen berbasis antrasiklin. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancang penelitian potong lintang (cross-sectional).  Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif, pada pasien lanjut usia (≥60 tahun) di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Pengambilan data mulai Januari 2018-Desember 2020. Identifikasi kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin menggunakan metode trigger tool khusus untuk pasien kanker. Analisis statistik digunakan untuk memperoleh karakteristik variabel bebas, selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan. Pada 107 subjek, sebanyak 71% (n=76 pasien) teridentifikasi dengan trigger tool, seluruh subjek mengalami 122 trigger.rigger pemberian transfusi darah paling banyak ditemukan pada penelitian ini, yaitu pada 39% (n=30 pasien). Netropenia dan anemia merupakan KTD terbanyak yang teridentifikasi pada penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin. Seluruh KTD yang teridentifikasi merupakan kategori E sebanyak 251 kejadian. Pemberian transfusi darah merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan signifikan (p<0,05) dengan kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin pada pasien lanjut usia kanker payudara.

Anthracycline are the first choice chemotherapy for the treatment of breast cancer, particularly in elderly patients. However, several studies reported adverse events in the treatment of using anthracyclines. This study aims to identify adverse events. Furthermore, to find out more about how independent variables related to adverse event. An observational retrospective study of elderly patient (≥ 60 years) was conducted in a tertiary cancer hospital in Jakarta. Data were collected from January 2018 to December 2020. We used trigger tool specific for cancer patients to identify adverse event during anthracycline base regimen. Independent variables were evaluated in univariate analysis: age, weight loss, marital status, total cumulative dose, polypharmacy, types of anthracycline, metastatic status. Bivariate and multivariate analysis to find out relationship between independent variable and adverse event. In total, 107 subject records were collected and reviewed, there were 71% (n=76 patients) identified with trigger tool. Trigger were totally identified 122 times in 86 medical records. Neutropenia and anemia were the most common adverse events identified in our study. Adverse events with category E identified in all of the subject, as many as 251 events. Blood transfusion had significantly relationship (p<0,05) with adverse events in elderly breast cancer patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Kardiyudiani
"Asuhan keperawatan pada pasien kanker yang dilakukan pada praktik klinik lanjut keperawatan medikal bedah adalah pada pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi dengan penerapan peaceful end of life theory di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Selain itu asuhan keperawatan juga dilakukan dalam bentuk resume keperawatan Dari pengelolaan asuhan tersebut ditemukan bahwa peaceful end of life teori dapat di terapkan pada pasien kanker yang memasuki tahap paliatif Sedangkan diagnosa keperawatan yang paling sering muncul adalah nyeri kronis dan kecemasan Pada praktik klinik ini terdapat juga penerapan evidence based practice EBN tentang penggunaan oral cryotherapy untuk mengurangi oral mukositis pada pasien yang mendapatkan kemoterapi 5 flourourasil 5 fu menemukan hasil bahwa oral cryotherapy mampu mengurangi kejadian oral mukositis Selanjutnya untuk memenuhi peran perawat sebagai innovator maka dilakukan evaluasi dan ujicoba pengembangan format pengkajian keperawatan Kata kunci kanker kemoterapi oral mukositis.

Nursing care to cancer patients conducted in advanced clinical practice medical surgical nursing was the breast cancer patients who received chemotherapy with the application peaceful end of life theory at Dharmais Cancer Hospital in Jakarta Nursing care was also done in the form of resume nursing From the nursing care was found that the peaceful end of life theory can be applied in cancer patients in the palliative stage While the nursing diagnosis that mostly found was chronic pain and anxiousness In this clinical practice there was also the application of evidence based practice EBN on the use of oral cryotherapy to reduce oral mucositis to patients who receiving chemotherapy flourourasil 5 5 fu And it was found that oral cryotherapy can reduce the oral mucositis Furthermore to fulfill nurse rsquo s role as an innovator there were evaluation and experimentation of nursing assessment formats development Keywords Cancer Chemotheraphy oral mucositis
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Kanker payudara merupakan penyakit kanker ketiga didunia dan penyebab kematian yang utarna pada wanita (American Cancer Society tahun 2000), data dari Dirjen Pelayananan Medik Departemen kesehatan RI tahun 1996 menunjukan kasus kanker payudara adalah sebesar 2.993, serta berdasarkan YK1 (Yayasan kanker Indonesia) bekerjasama dengan 13 rumah sakit didapat 2.993 kasus kanker payudara.
Berdasarkan data dari RS. Kanker Dharmais Jakarta tahun 2002, didapatkn bahwa pasien kanker payudara yang berkunjung sebanyak 225 orang (26,2%) dari 859 pasien kanker yang berkunj ung dan yang menjalani khemoterapi adalah sebanyak 114 orang atau 50,67%. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengamhi tingkat adaptasi psikologis pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi belum pernah dilakukan di RS. Kanker Dharmais.
Berdasarkan hal ini maka peneliti meneliti tentang faktor-faktor tersebut yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adafiasi psikologi pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan analisa univariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adaptasi klien kanker payudara yang menjalani khemoterapi adalah karakteristik klien terbanyak seperti : umur (41-50 tahun) sebesar 34,3 %, pendidikan (SLTA) sebesar 42,9 %, pekerjaan (Ibu rumah tangga) sebesar 48,6 %, suku (Sumatera) sebesar 37,1 %, Kondisi klien (sedang) sebesar 65,7 %, pengalaman terhadap penyakit (sedang) sebesar 74,3 %, sosial ekonomi (sedang) sebesar 77,1 %, psikologi (baik) sebesar 94,3 % dan efek samping terhadap pengobatan (baik) sebesar 100 %. Adaptasi terhadap penyakit (dapat beradaptasi) sebesar 85,7 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu bagi pemberi asuhan keperawatan untuk memberikan informasi yang baik bagi klien dan pentingnya dukungan keluarga terhadap klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5431
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Metungku
"ABSTRAK
Kepatuhan merupakan hal penting bagi wanita dengan kanker payudara karena dapat menjadi penentu efektivitas
pengobatan dan manfaat klinis yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, pekerjaan,
pendidikan, keikutsertaan dalam asuransi, depresi, dukungan sosial, efikasi diri dan pengetahuan dengan kepatuhan
kemoterapi pada pasien kanker payudara. Peneltian cross sectional ini melibatkan 89 responden yang dipilih dengan
teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan
kemoterapi dengan pendidikan (p value 0,001), pekerjaan (p value 0,002), depresi (p value 0,001), dukungan sosial (p
value 0,03), efikasi diri (p value 0,002), dan pengetahuan (p value 0,001). Hasil multivariat menujukan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 16 kali lebih patuh terhadap kemoterapi dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan buruk, setelah dikontrol oleh variabel pendidikan,depresi, dukungan sosial, dan
efikasi diri. Rekomendasi dari penelitian adalah memberikan edukasi sesuai karakteristik pasien dan sesuai dengan
penilaian tingkat depresi, dukungan sosial, dan efikasi diri.

ABSTRACT
Adherence is the important thing for the woman with breast cancer as it determines the effectiveness of the medical
treatment and optimal clinical benefits. This research aims to find out the correlation of age, job, education,
involvement in insurance, depression, social support, self-efficacy, and the knowledge of chemotheraphy adherence for
the breast cancer patients. This cross sectional research involved 89 respondents selected through consecutive
sampling technique. The research result shows that there is meaningful correlation between the chemotheraphy
adherence with education level (p value 0,001), job status (p value 0,002), depression level (p value 0,002) social
support (p value 0,03), self-efficacy (p value 0,002), and knowledge (p value 0,001). The multivariate result shows that
the respondents havinggood knowledge have the possibility 16 times to be more obedient to the chemotheraphy than
those having poor knowledge. Theresult is obtained after being controlled by the variable of education, depression,
social support, and self-efficacy. This research suggests to give the education based on the patients characteristics and
the assessment of depression level, social support, and patients'self-efficacies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Onna G.P
"Latar Belakang: Dari data SIRS,2010 pasien kanker payudara terbanyak di rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia yakni 28,7 dari seluruh kanker. Efek samping kemoterapi dapat menurunkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak pengobatan kemoterapi terhadap perubahan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien kanker payudara stadium I sampai III.
Metode: Desain pre dan post-test. Data diambil sebelum subjek mendapat protokol kemoterapi pertama dan setelah kemoterapi adjuvant ke-3. Kapasitas fungsional dinilai dengan uji jalan 6 menit dan kualitas hidup dinilai dengan EORTC QLQ C-30. Penelitian pada 30 subjek yang didapat secara konsekutif dan memenuhi kriteria penelitian. Data demografis dan klinis pasien dikumpulkan dan dicatat.
Hasil: Dari 30 subjek, terdapat 26 subjek 86,7 mengalami penurunan rerata score uji jalan 6 menit setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum pengobatan kemoterapi. Terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p le;0,05. Hasil score EORTC QLQ C-30 pada domain skala fungsi dan kualitas hidup secara global, didapatkan score rerata yang menurun pada semua fungsi setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum kemoterapi pada semua subjek. Perbedaan bermakna terdapat pada skala fungsi sosial p le;0,05 . Pada skala gejala terdapat peningkatan rerata score tiap gejala setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum kemoterapi pada semua subjek. Perbedaan bermakna terdapat pada gejala fatique, mual-muntah, dan penurunan nafsu makan p le;0,05.
Kesimpulan: Terdapat penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pada pasien kanker payudara setelah mendapat kemoterapi adjuvant ke-3 akibat efek samping pengobatan kemoterapi.

Background: SIRS data from 2010 breast cancer patients most in inpatient and outpatient care in all hospitals in Indonesia, namely 28.7 of all cancers. The side effects of chemotherapy can decrease the functional capacity and quality of life of patients. The purpose of this study Identify the impact of chemotherapy treatment in functional capacity and quality of life in patients with stage I III breast cancer.
Methods: Pre and post test design. Data was taken before the subject had the first chemotherapy protocols and after third adjuvant chemotherapy. Functional capacity was assessed with the 6 minute walking test and quality of life was assessed with the EORTC QLQ C 30. This study was conducted on 30 subjects with consecutive sampling and met the criteria of this study. Demographic and clinical patient data were collected and recorded.
Results: Among 30 subjects, 26 subjects 86.7 experienced decline in six minute walking test score after third adjuvant chemotherapy compare to prior chemotherapy treatment. There were significant differences in functional capacity before and after third chemotherapy adjuvant p le 0,05. There were decrease in mean score of all functions in EORTC QLQ C 30 score on functional domain scale and global quality of life in all subject after third adjuvant chemotherapy compared to prior chemotherapy treatment. Significant differences was found in social functioning scale p le 0,05 . On symptoms scale, there were increase in average score of each symptoms after third adjuvant chemotherapy in all subject compare to prior chemotherapy treatment. Significant differences was found in symptoms of fatigue, nausea, vomiting, and decreased appetite p le 0,05.
Conclusion: There are decrease in functional capacity and quality of life in breast cancer patients after third adjuvant chemotherapy due to side effects of chemotherapy treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Yuliawati
"Kanker payudara ditemukan di dunia dengan insiden relatif tinggi dan di Indonesia menempati urutan kedua setelah keganasan mulut rahim. Saiah satu terapi yang diberikan pada pasien kanker payudara adalah tindakan kemoterapi yang dapat menimbulkan efek samping diantaranya biologi, psikologis dan sosial. Efek samping secara biologi dapat berupa mual, muntah, rarnbut rontok, perubahan rasa kecap dan keletihan. Perubahan secara psikologis seperti kecemasan, depresi sampai gangguan konsep diri. Sedangkan dari segi sosial bisa terjadi gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang juga dapat dipengaruhi oleh perubahan fisik dan psikologis. Karena banyaknya efek yang ditimbulkan dari pemberian kemoterapi pasien kanker payudara perlu mendapat dukungan dari keluarga, sehingga bisa membuat pasien termotivasi untuk mengikuti kemoterapi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat motivasi pasien kanker payudara untuk mengikuti kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti (purposive sampling) di RS kanker Dharmais Jakarta sebanyak 30 responden. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah kuisioner dengan analisis menggunakan univariat prosentasi dan analisis bivariat dengan Fisher Exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi (nilai p 0,002 dengan α = 0,005)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5533
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Lasiyani
"Kanker payudara merupakan penyakit dengan jumlah terbanyak pada populasi wanita Indonesia dengan prevalensi 42,1 per 100.000 penduduk. Kemoterapi menjadi modalitas pengobatan yang sering digunakan, namun menimbulkan berbagai efek samping. Keluhan fisik sebagai efek samping yang sering diungkapkan yakni gangguan tidur yang berdampak pada perkembangan kanker. Relaksasi pranayama merupakan sebuah intervensi non-farmakologi yang mengadopsi kearifan lokal budaya Bali, dipadukan dengan sleep hygine education, dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas kombinasi relaksasi pranayama dan sleep hygiene education pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode penelitian berupa quasi experimen dengan pendekatan pre-post with control group, sampel sebanyak 49 partisipan, terdiri dari 26 kelompok kontrol dan 23 kelompok intervensi. Penelitian dilaksanakan di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, dengan mengajarkan teknik relaksasi pranayama dan sleep hygiene education pada kelompok intervensi serta perawatan biasa dan edukasi standar pada kelompok kontrol. Pengukuran menggunakan kuisioner PSQI dan sleep diary. Hasil penelitian menunjukkan relaksasi pranayama dan sleep hygiene education mampu menurunkan skor kualitas tidur kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol, dengan nilai P=0,001 (α<0,05). Relaksasi pranayama dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri perawat onkologi untuk memperbaiki kualitas tidur, serta menurunkan kelelahan, ansietas, mual muntah dan nyeri khususnya pada pasien kanker payudara yang sedang kemoterapi.

Breast cancer is the most common disease in the Indonesian female population with a prevalence of 42,1 per 100.000 population. Chemotherapy is a treatment often used, but it causes various side effects. Physical complaints as a side effect that are often expressed are sleep disorders which have an impact on the development of cancer. Pranayama relaxation is a non-pharmacological intervention that adopts local Balinese cultural wisdom, combined with sleep hygiene education, as an effort to improve sleep quality. This study aims to identify the effectiveness combination of pranayama relaxation and sleep hygiene education in breast cancer patients undergoing chemotherapy. The method used quasi-experiment with a pre-post with control group approach, with a sample of 49 participants, consist of 26 control groups and 23 intervention groups. The research was conducted at Prof. Ngoerah General Hospital, by teaching pranayama relaxation techniques and sleep hygiene education to the intervention group as well as usual care and standard education to the control group. Measurements used the PSQI questionnaire and sleep diary. The results showed that pranayama relaxation and sleep hygiene education were able to reduce the sleep quality score of the intervention group compared to the control group, with a value of P=0.001 (α<0.05). Pranayama relaxation can be used as an independent intervention for oncology nurses to improve sleep quality, as well as reduce fatigue, anxiety, nausea, vomiting and pain, especially in breast cancer patients undergoing chemotherapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnamawati
"Latar Belakang: Sel punca mesenkimal SPM asal jaringan lemak ASCs dan tali pusat UCSCs merupakan sumber sel punca yang umum digunakan pada terapi seluler. SPM berkomunikasi dengan sel kanker diantaranya melalui berbagai faktor biologis aktif yang dinamakan sekretom. Lingkungan mikro kanker yang hipoksik dapat memberi pengaruh berbeda pada interaksi ini. Efek interaksi sekretom SPM terhadap agresivitas sel punca kanker payudara hingga kini belum banyak diketahui.
Tujuan: Menganalisis berbagai penanda agresivitas yang berkaitan dengan pertumbuhan dan ketahanan hidup viabilitas, proliferasi, sifat pluripotensi OCT4 dan SOX2, tumorigenik MFU, progresif-agresif TGF-?1 dan T?R1, penanda kepuncaan dan kemampuan detoksifikasi ALDH1A1 dan ALDH1A3, serta sifat invasif MMP2 dari sel punca kanker payudara BCSCs ALDH paska interaksi dengan sekretom dari conditioned medium CM SPM asal tali pusat dan jaringan adiposa yang diproduksi dalam kondisi normoksia maupun hipoksia.
Metode: Studi eksperimental in vitro menggunakan CM UCSCs dan ASCs normoksia dan hipoksia yang disuplementasikan pada medium asal DMEM-F12 dari sel punca kanker payudara BCSCs ALDH dengan konsentrasi 50 v/v selama 72 jam. Analisis uji viabilitas dan proliferasi, q-RT-PCR ekspresi mRNA ALDH1A1, ALDH1A3, OCT4, SOX2, MMP2, TGF-?1 dan T?R1 serta uji MFU dari BCSCs ALDH dilakukan untuk mengetahui efek dari sekretom dalam CM terhadap agresivitas BCSCs ALDH.
Hasil: Sekretom dalam CM-UCSCs dapat meningkatkan agresivitas BCSCs melalui peningkatan penanda invasif ndash;agresif dan detoksifikasi. Sekretom dalam CM-ASCs dapat meningkatkan agresivitas BCSCs melalui peningkatan penanda pluripotensi, invasif dan detoksifikasi. Prekondisi hipoksia pada CM-SPM dapat meningkatkan potensi agresivitas lebih tinggi daripada CM normoksia. Perbedaan regulasi viabilitas dan proliferasi serta turunnya penanda tumorigenik BCSCs paska suplementasi CM perlu diinterpretasikan dengan hati-hati dan masih memerlukan verifikasi.
Kesimpulan: Sekretom dalam CM UCSCs maupun ASCs dapat memberikan efek meningkatkan sifat agresif dari BCSCs ALDH. Preparasi hipoksia pada produksi CM cendrung lebih mendukung sifat agresif dari BCSCs ALDH dibandingkan CM normoksianya. Perbedaan regulasi viabilitas dan proliferasi serta turunnya penanda tumorigenik pada BCSCs paska suplementasi CM SPM masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis dasar molekuler yang menyebabkannya.

Background: Adipose and umbilical cord tissue derived mesenchymal stem cells MSCs are the most common sources that are used in various cellular therapies. MSCs are known to communicate with cancer cells through their secretomes. The hypoxic microenvironment of cancer may cause different effects on this interaction. Effects of MSC secretomes against the aggressiveness of breast cancer stem cells BCSCs ALDH have not been widely investigated.
Aim: To analyze various markers of aggressiveness that are associated with growth and survival viability, proliferation, pluripotency OCT4 and SOX2, tumorigenic MFU, progressive aggressive TGF 1 and T R1, stemness and detoxification ALDH1A1 and ALDH1A3, as well as the invasive nature MMP2 of BCSCs ALDH post interaction with both normoxic and hypoxic MSC secretomes.
Methods: The in vitro experimental study using conditioned medium CM of MSCs produced in normoxic and hypoxic condition that were supplemented in medium of BCSCs ALDH with concentrations of 50 v v for 72 hours. Analysis of viability, proliferation, and q RT PCR of ALDH1A1, ALDH1A3, OCT4, SOX2, MMP2, TGF 1 and T R1 mRNA as well as MFU assay were performed to determine the effect of secretomes on the aggressiveness of BCSCs ALDH.
Results: Secretomes of UCSCs supported the aggressiveness by increasing invasive aggressive and detoxification markers, while secretomes of ASCs supported the aggressiveness by increased pluripotency, invasive and detoxification markers. Hypoxic preconditioning of MSC secretomes increased the potential for aggressiveness higher than normoxic secretomes. Differences in viability and proliferation regulation and the decrease in BCSCs tumorigenic post secretomes supplementation need to be interpreted carefully and further verification.
Conclusion: Supplementation of MSC secretomes increased the aggressive properties of BCSCs ALDH. The hypoxic secretomes tend to favor the aggressive nature of BCSCs ALDH compared to its counterpart. Differences in viability and proliferation regulation as well as the decrease in tumorigenic markers in BCSCs after MSC secretomes supplementation still need further research to analyze the molecular underlying basis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>