Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sania Faradila Aisyah Supardi
"Henna merupakan istilah lain dari tanaman Lawsonia Inermis. Henna merupakan tanaman yang banyak ditemukan di negara-negara Timur Tengah, seperti Mesir dan Palestina, hingga di negara India. Henna juga telah banyak tersebar di Indonesia. Tren pemakaian henna di Indonesia yang banyak digunakan dalam pernikahan ini telah menjadi sangat populer terutama di kalangan anak muda Jakarta, menjadikan henna sebagai salah satu icon riasan yang harus dipakai saat menikah. Selain karena tren, para mempelai memakai henna juga karena memiliki makna yang mendalam. Beragam motifnya juga memiliki makna masing-masing. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tren dan makna pemakaian henna dalam pernikahan di kalangan anak muda Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, studi pustaka, dan studi penelitian lapangan dengan observasi tidak langsung, dokumentasi, dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori kebudayaan populer oleh Mukerji (1991).

Henna is another term for the Lawsonia Inermis plant. Henna is a plant that is widely found in Middle Eastern countries, such as Egypt and Palestine, to India. Henna has also been widely spread in Indonesia. The trend of using henna in Indonesia, which is widely used in weddings, has become very popular, especially among young people in Jakarta, making henna one of the makeup icons that must be worn when getting married. Apart from the trend, the bride and groom wear henna also because it has a deep meaning. The various motifs also have their respective meanings. Therefore, the author is interested in researching the trends and meanings of using henna in marriage among young people in Jakarta. The method used in this research is qualitative-descriptive, literature study, and field research study with indirect observation, documentation, and conduct."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Ariandini
"Penelitian ini membahas tentang proses komodifikasi budaya henna di Indonesia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komodifikasi yang dikemukakan oleh Mosco. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada delapan orang narasumber yang berprofesi sebagai henna artist. Hasil dari penelitian ini, henna adalah salah satu alat kecantikan yang sudah digunakan sejak berabad-abad lalu. Sejak dahulu pula henna merupakan bagian dari budaya atau tradisi masyarakat Arab dan India namun, akibat adanya globalisasi menyebabkan henna menyebar menjadi budaya populer yang kemudian henna bisa di gunakan oleh siapapun. Tampilnya henna menjadi budaya populer di Indonesia membuat meningkatnya permintaan penggunaan henna di kalangan masyarakat. Kemudian, henna artist muncul bersamaan dengan perkembangan henna ini dan untuk memenuhi  peningkatan permintaan henna. Henna artist menjadikan henna sebagai komoditas untuk mendapatkan keuntungan sehingga komodifikasi budaya henna lahir dari kondisi ini.

This research describes about the  process of the commodification of henna culture in Indonesia.  The theory used in this research is theory of the commodification which stated by Mosco. This is a qualitative research in which the methods are interviews, observations, and documentations. Interview were conducted by the researchers on eight  interviewees who work as a henna artist. The result of this research is, henna is one of  the beauty tools which has been used for centuries. Back then, henna also was a culture or a tradition of Arab and Indian society but, the existence of globalization caused henna spread out become popular culture so that henna may be used by everyone. In Indonesia, the popularity of henna generates the increasing demand for henna among Indonesia society. Then,  the henna artist comes together in line with the development of henna, and to supply that increasing demand for henna. The henna artist utilizes henna as a commodity for obtaining profit subsequently, the commodification in henna culture born by this condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhikmah
"Senyawa 2-hidroksi-1,4-naftokuinon atau lawson merupakan senyawa yang terkandung dalam tanaman Lawsonia inermis biasa juga disebut pacar kuku. Pacar kuku merupakan tanaman yang mudah dijumpai dan di dalamnya terkandung senyawa fenolik, khususnya naftokuinon yang memiliki aktivitas biologis seperti antibakteri, antikanker, antitumor,
serta berpotensi menjadi antioksidan. Melalui pendekatan reaksi multikomponen sintesis senyawa turunan 2-hidroksi-1,4-naftokuinon dengan variasi aldehida aromatik (banzaldehida, sinamaldehida, 4-hidroksi benzaldehida), hidrazin, dan katalis iodin telah berhasil disintesis. Berdasarkan hasil (senyawa 1) hasil reaksi menggunakan
benzaldehida belum berhasil disintesis dengan nama IUPAC 2-(hidrazinil(fenil)metil)-3- hidroksinaftalen-1,4-dion dengan rendemen sebesar 91%, untuk (senyawa 2) hasil reaksi menggunakan sinamaldehida juga belum terbentuk 2-(1-hidrazinil-3-fenilalil)-3- hidroksinaftalen-1,4-dion dengan rendemen sebesar 91,75%, untuk (senyawa 3) dengan rendemen sebesar 87,22% belum berhasil juga membentuk senyawa 2-(hidrazinil(4- hidroksifenil)metil)-3-hidroksinaftalen-1,4-dion dari hasil reaksi menggunakan 4- hidroksi benzaldehida. Analisis produk hasil sintesis dikonfirmasi dengan KLT, UV-Vis, FTIR, dan GC-MS. Uji aktivitas antioksidan didapatkan nilai IC50 dari senyawa 1 dan senyawa 2 masing-masing sebesar 204,94 dan 139,06 ppm
2-hydroxy-1,4-naphthoquinone or lawson are compounds where is contained in the Lawsonia inermis plant, also commonly called pacar kuku. Pacar kuku is a plant that is easily to found and it contained in phenolics, especially that naphthooquinone derivativies have biological activities such as antibacterial, anticancer, antitumor, and have the potential to become antioxidants. Through a multicomponent reaction synthesis approach 2-hydroxy-1,4-naphthooquinone derivativies compounds with aromatic aldehyde variations; banzaldehida; cinnamaldehyde; 4-hydroxy benzaldehyde, hydrazine, and iodine catalyst have been synthesized. Based on the results (compound 1) have not succeeded with the name IUPAC 2- (hydrazinyl (phenyl) methyl) -3- hydroxynaphthalene-1,4-dione with 91% yield, for the (compound 2) is still have not ducceeded with the name (E) -2- (1-hydrazinyl- 3-phenylallyl) -3-hydroxynaphthalene- 1,4-dione with 91,75% yield, and then (compound 3) with 87,22% yield have not succeeded in forming 2- (hydrazinyl (4-hydroxyphenyl) methyl) compounds - 3- hydroxynaphthalene-1,4-dione from the reaction using 4-hydroxy benzaldehyde. The analysis of the synthesis products was confirmed by TLC, UV-Vis, FTIR, and GC-MS. The antioxidant activity test found IC50 values of compounds 1 and 2 respectively 204,94 and 139,06 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otong Zenal Arifin
"Objectives of the study was to discover genetic variability and genetic relationship of paternal half sib population of nile tilapia (Oreochromis niloticus) under selection program scheme at research Institute for Freshwater Aquaculture,in Bogor West Java...."
Jakarta: Berita Biologi Jurnal Ilmiah Nasional, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Handoyo
"Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dalam konfigurasi tabung telah berhasil dibuat. DSSC dirakit menggunakan Inner Wall Conductive Glass Tube (IWCGT) yang mengandung SnO2-F (Fluorine Tin Oxide) sebagai lapisan konduktif. IWCGT dipreparasi menggunakan tehnik penguapan dan spray nebulizer, menghasilkan kaca transparan berpenghantar yang memiliki hambatan jenis antara 11-80 Ω/cm2. Sol TiO2 dilapiskan pada IWCGT dengan tehnik dip coating, dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 500° C dan 550° C. Terhadap TiO2 hasil sintesis dilakukan karakterisasi menggunakan UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), Xray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan spektrofotometer Raman. Lapisan tipis yang diimobilisasi pada IWCGT dikarakterisasi menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM) dan sistem elektrokimia. Berdasar spektrum UV-Vis dapat diketahui TiO2 yang dihasilkan memiliki energi celah (band gap) sebesar 3,01 dan 3,04 eV. Hasil pengukuran spektroskopi Raman dan XRD menunjukkan bahwa film yang dihasilkan didominasi oleh TiO2 dalam bentuk anatase dan mempunyai ukuran kristal sebesar 9,79 nm (kalsinasi pada suhu 500° C) dan 10,59 nm (kalsinasi pada suhu 550° C). Hasil FE-SEM menunjukkan bahwa lapisan TiO2 yang dipreparasi dengan bantuan template PEG memiliki ketebalan sebesar 496,56 nm. Sistem DSSC dalam konfigurasi tabung yang disiapkan dengan menggunakan TiO2 dan zat warna Rhodamin B, Klorofil dan campuran keduanya mampu menghasilkan efisiensi (η) antara 0,03 - 0,91%.

A dye sensitized solar cell (DSSC) having tube geometry has been successfully constructed. The DSSC employ an Inner Wall Conductive Glass Tube (IWCGT) containing SnO2-F (Fluorine Tin Oxide) as conductive layer, which was prepared by evaporation and spray nebulizer method. The IWGCT has a transparent conductive oxide with high optical transmittance and low sheet resistance, that is 11-80 Ω/cm2. TiO2 film, immobilized on the IWCGT, was successfully prepared by a dip-coating technique from titania sol-gel, followed by heat treatment at 500° C and 550° C. The TiO2 was characterized by diffuse reflectance UV-Vis spectroscopy and XRD, photoelectrochemical system (PES) and field emission scanning electron microscopy (FE-SEM). Characterization results indicated that the prepared TiO2 has band gap of 3,01 and 3,04 eV (DRS UV-Vis); predominantly by anatase phase (XRD and Raman); having crystallite size of 9.79 nm (at 500° C calcinations) and 10.59 nm (at 550° C calcinations), and having 496,56 nm film thickness. By employing rhodamine B, chlorophyll and its mixture, as the dyes, the tubular DSSC reached efficiency (η) in the range of 0.03 to 0.91 %.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syifa Audia
"ABSTRAK
Zat warna dispersi merupakan zat warna khusus yang digunakan untuk mewarnai kain poliester. Pada penelitian ini, dilakukan studi terhadap proses adsorpsi zat warna Disperse Blue 56 pada kain poliester dengan metode tanpa carrier (100) dan dengan penambahan carrier (90). Carrier yang digunakan merupakan senyawa aktif dari Ekstrak Daun Alang-alang (EDA). Banyaknya zat warna yang teradsorp pada kain diketahui dengan mengukur nilai absorbansi awal dan sisa menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Dilakukan uji variasi beberapa variabel pada sistem, yaitu konsentrasi surfaktan, konsentrasi carrier, waktu kontak, pH, dan suhu untuk menentukan kondisi optimum. Kondisi optimum adsorpsi Disperse Blue 56 tanpa carrier dicapai pada konsentrasi surfaktan 75 ppm, waktu kontak 50 menit, pH 5, dan suhu 100, sementara kondisi optimum adsorpsi Disperse Blue 56 dengan carrier EDA dicapai pada konsentrasi surfaktan 55 ppm, konsentrasi ekstrak 17,5 ppm, waktu kontak 70 menit, pH 4, dan suhu 90. Selain itu dibandingkan pula dengan carrier vanilin yang memiliki nilai optimum pada konsentrasi surfaktan 75 ppm, konsentrasi carrier 70 ppm, waktu kontak 50 menit, pH 4, dan suhu 90. Proses adsorpsi Disperse Blue 56 tanpa carrier mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir dengan nilai Qm sebesar 9,1525 mg g-1dan pemodelan kinetika adsorpsi orde dua semu dengan nilai konstanta laju (k2) sebesar 0,0221 g mg-1 menit-1. Proses adsorpsi Disperse Blue 56 dengan carrier vanilin mengikuti model isoterm adsorpsi Freundlich dengan nilai Kf sebesar 48,6071 mg/g, sedangkan penggunaan carrier EDA tidak mengikuti model isoterm Langmuir maupun Freundlich. Pemodelan kinetika adsorpsi dari penggunaan carrier EDA maupun vanilin mengikuti orde dua semu dengan konstanta laju (k2) sebesar 0,0081 g mg-1 menit-1dan 0,0028 g mg-1 men

ABSTRAK
Disperse Dye is a special dye which used to coloring polyester fabric. In this study, carried out a study of the adsorption process Disperse Dye Blue 56 on the polyester fabrics with a method without carrier (100℃) and with the addition of the carrier (90℃). Carrier which used is the active compounds from the Cogongrass leave extract (EDA). The amount of dye on fabrics determined by measuring the absorbance value of the initial and residual use UV-Vis Spectrophotometer. Tested the variation of some variables in the system, namely the surfactant concentration, carrier concentration, contact time, pH, and temperature to determine the optimum conditions. The optimum condition of adsorption of Disperse Blue 56 with no carrier is achieved at a concentration of 75 ppm surfactant, a contact time of 50 minutes, pH 5, and a temperature of 100℃, while the optimum adsorption conditions Disperse Blue 56 with carrier EDA achieved on the surfactant concentration 55 ppm, the concentration of the extract 17.5 ppm, contact time of 70 minutes, pH 4, and a temperature of 90 ℃. Moreover compared well with vanillin carrier that has optimum value at a concentration of surfactant 75 ppm, 70 ppm carrier concentration, contact time of 50 minutes, pH 4, and a temperature of 90 ℃. The adsorption of Disperse Blue 56 without carrier follows the Langmuir adsorption isotherm models with Qm value of 9.1525 mg g-1 and the adsorption kinetics modeling of pseudo second-order rate constant value (k2) of 0.0221 mg g-1 min-1. The adsorption process Disperse Blue 56 with carrier vanillin following the model of Freundlich adsorption isotherms with Kf value of 48.6071 mg / g, while the use of EDA carrier did not follow the Langmuir and Freundlich isotherm models. Modelling of the adsorption kinetics of vanillin and EDA following the pseudo second-order rate constant (k2) of 0.0081 mg g-1 min-1 and 0.0028 g mg-1 min-1."
2016
S64247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Ridhova
"Nanopartikel TiO2 anatase telah berhasil disintesis menggunakan prekursor titanium tetraisopropoxide dan katalis tetramethylammonium hydroxide dengan metode sol-gel yang kemudian dilanjutkan dengan proses hidrotermal dan kalsinasi. Perlakuan hidrotermal dilakukan dengan variasi temperatur 100, 125, dan 150oC, yang secara khusus ditujukan untuk menginvestigasi pengaruh temperatur proses hidrotermal terhadap peningkatan kristalinitas dan ukuran kristalit. Hasil yang didapatkan kemudian diaplikasikan untuk fabrikasi sel surya tersensitasi zat pewarna dye-sensitized solar cell, DSSC dengan melihat performa efisiensi konversi - dari DSSC yang di fabrikasi dengan menggunakan zat pensensitasi hasil ekstraksi anthocyanin dari pewarna alam buah senduduk Melastoma malabathricum L..
Metode karakterisasi material yang digunakan adalah X-ray Diffraction XRD, Scanning Electron Microscope SEM , Fourier transform infrared FTIR, ultraviolet-visible Spectroscopy UV-Vis, dan differential scanning calorimetry DSC, sementara pengujian performa untuk mengetahui efisiensi - dilakukan menggunakan Semiconductor Parameter Analyzer dengan menganalisis karakteristik kurva arus dan tegangan J-V.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya temperatur proses hidrotermal, terdapat peningkatan kristalinitas dan ukuran kristalit yang cukup signifikan serta berbanding lurus. Semakin tinggi kristalinitas, ukuran kristalit juga mengalami peningkatan. Efisiensi DSSC yang didapatkan cukup menjanjikan dengan hasil perhitungan maksimal 5,69 untuk temperatur proses hidrotermal 150oC dan menggunakan zat pensensitasi dari anthocyanin yang diekstrak menggunakan etanol dan 20 wt. air suling. Hasil ekstraksi anthocyanin dari pewarna alam buah senduduk dalam penelitian ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai zat pensensitasi pada DSSC.

Anatase TiO2 nanoparticles have been successfully synthesized using Titanium Tetraisopropoxide as precursor and Tetramethylammonium hydroxide as catalyst through a sol gel method followed by hydrothermal treatment and calcination. Hydrothermal treatment was carried out at temperature variations of 100, 125, and 150oC, which is specifically aimed at investigating the effect of hydrothermal temperature on the crystallinity enhancement and crystallite size of the anatase TiO2 nanoparticles. The as synthesized TiO2 nanoparticles have been applied for dye sensitized solar cell DSSC, focused on the performance conversion efficiency of DSSC fabricated using sensitizer extracted from natural dye of Melastoma malabathricum L.
Characterization of the as synthesized materials was performed using X ray Diffraction XRD, Scanning Electron Microscope SEM , Fourier transform infrared FTIR, ultraviolet visible Spectroscopy UV Vis, and differential scanning calorimetry DSC, while the performance conversion efficiency was carried out using Semiconductor Parameter Analyzer through the characteristics of current versus voltage J V curve.
This results shows that increasing temperature of hydrothermal treatment results in significant crystallinity enhancement and an increase in crystallite size. The efficiency obtained is quite promising with maximum calculation of 5.69 for hydrothermal treatment temperature of 150oC sensitized using natural dye extracted with ethanol containing 20 wt. distilled water. This natural dye extracted from M. malabathricum L. has the potential to be used as sensitizer in DSSC device.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan
"Indonesia sangat bergantung pada sumber daya energi tidak terbarukan dimana 35% pembangkit listrik di indonesia berasal dari batubara dan sebanyak 19% berasal dari gas bumi dimana emisi karbon yang dihasilkan menyebabkan terjadinya efek gas rumah kaca. Pada Perjanjian Paris, indonesia telah menyampaikan untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan sebesar 29% pada tahun 2030 yang tentunya menjadi dorongan bagi bangsa indonesia untuk mengembangkan energi terbarukan salah sastunya adalah sel surya. Penelitian ini menawarkan pembuatan sel surya generasi ketiga yaitu sel surya tersensitisasi pewarna (DSSC) dari ekstrak buah kesumba (Bixa orellana. L) dan menggunakan semikonduktor TiO2 yang disintesis dengan metode sintesis hijau (green synthesis). Capping agent yang digunakan berasal dari ekstak bunga melati dengan pelarut etil asetat dan air. Variabel yang digunakan adalah Eth0 (100% air suling), Eth30 (etil asetat 30%), dan Eth50 (etil asetat 50%). Proses sintesis dilakukan dengan reaksi yang diberikan antara hasil ekstrak bunga melati dengan perkursor TiO2 yaitu TTIP serta dilanjutkan pada proses pengeringan pada suhu 100 oC dan kalsinasi pada suhu 500 oC. Karakterisasi partikel nano TiO2 dilakukan menggunakan XRD, SEM dan UV-DRS serta karakterisasi ekstrak bunga melati menggunakan FTIR dan ekstrak buah kesumba menggunakan FTIR dan UV-Vis. Pengujian efisiensi perangkat sel surya dilakukan dengan alat Keithley source meter yang dihubungkan dengan Sunlite® Solar Simulator. Hasil yang didapatkan ekstrak bunga melati menghasilkan fasa anatase 100% dan semakin tinggi konsentrasi etil asetat yang digunakan akan menurunkan ukuran partikel dimana ukuran partikel terkecil terdapat pada kondisi pengasaman 50% dengan ukuran rata-rata 131 nm. TiO2 yang disintesis dengan kondisi pengasaman 50% memiliki ukuran partikel dan kristalit terkecil dibandingkan yang lain yaitu sebesar 131 nm dan 10,91 nm pada bidang (101). Nilai band gap yang didapatkan pada TiO2 kondisi asam 30% sebesar 3,01 eV. Efisiensi terbesar didapatkan pada divais dengan kondisi pengasaman 30% yaitu sebesar 0,745%. 

Indonesia has high dependent on non-renewable energy in which 35% of power plant come from coal and 19% come from natural gases. These dependencies result in carbon emissions and greenhouse effect. In the Paris Agreement, Indonesia has stated that it will reduce its carbon emissions by 29% in 2030, which is certainly an encouragement for the development of renewable energy, one of which is solar cells. This work manufactured third generation of solar cells, i.e., dye-sensitized solar cells (DSSC) from titanium dioxide (TiO2) synthesized using environmentally friendly method (green synthesis) and sensitized using kesumba fruit extract (Bixa orellana. L). The green synthesis used capping agent from jasmine flowers extract under various acid condition 0%, 30%, and 50%. The synthesis process was carried out using precursor of titanium tetra isopropoxide (TTIP) followed by drying process at 100 oC and calcination at 500 oC. Characterization of TiO2 nanoparticles was carried out using X-ray diffraction (XRD) fo the crystal structure, scanning electron microscope (SEM) for surface topography, and ultraviolet spectroscopy (UV-DRS) for absorbance. Functional groups of the jasmine flower and kesumba fruit extracts were by using infrared (FTIR). Device performance and solar cell efficiency were carried out using Keithley source meter interfaced with Sunlite® solar simulator. The synthesis of TiO2 using jasmine flower extract produced 100% of anatase phase, and the higher the acid concentration, the lower the particle size. TiO2 synthesized using 50% acid concentration has the smallest particles and crystallites size compared to the others, namely 131 nm and 10.91 nm in the plane (101). The highest band gap energy of 3.1 eV was obtained from 30% acid condition. The highest efficiency of 0.745% was obtained from TiO2 synthesized under 30% acid condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Rufus Bowie R.
"Penelitian ini melakukan pembuatan sel surya generasi ketiga atau sel surya tersensitasi pewarna (DSSC) dari pewarna alami buah gendola dan TiO2 yang disintesis menggunakan metode ramah lingkungan (green synthesis). Dalam melakukan sintesis ramah lingkungan digunakan media ekstrak (capping agent) kulit buah manggis yang berada pada variasi kondisi asam yaitu 0%, 10%, 40%, dan 60%. Green synthesis dilakukan dengan mereaksikan ekstrak kulit manggis yang ditambahkan pengaruh asam dengan prekursor titanium tetra isopropoxide (TTIP) yang kemudian dilakukan proses filtrasi, pengeringan pada suhu 100o C dan kalsinasi pada suhu 450o C. Ekstrak kulit manggis yang ditambahkan pengaruh asam dilakukan karakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) untuk struktur kristal, mikroskop elektron (SEM) untuk topografi permukaan, dan ultraviolet visible (UV-DRS) untuk serapan. Ekstrak buah gendola dikarakterisasi menggunakan infra merah (FTIR) untuk gugus fungsi aktif dan UV-VIS untuk serapannya. Sampel prekursor TiO2 yang bervariasi dan dye difabrikasi dan diuji efisiensinya dengan sebuah source meter yang dilengkapi solar simulator. Hasil yang didapatkan menunjukkan efisiensi sel surya tersensitasi tertinggi 0.95% dari TiO2 dengan ekstrak kulit manggis pada kondisi keasaman 40%. Pada kondisi ini, TiO2 yang didapat mengandung fasa 68% anatase dan 36% rutile.

This research aims to manufacture third-generation solar cells or dye-sensitized solar cells (DSSC) from TiO2 synthesized via environmentally friendly methods (green synthesis) and sensitized using natural dyes extracted from gendola (Basella Rubra Linn) fruit. The green synthesis used mangosteen (Garciana Managostana) peel extract as a capping agent under acid condition, namely 0%, 10%, 40%, and 60% with precursor of titanium tetra isopropoxide (TTIP) followed by filtration, drying at 100o C and calcination at 450o C. The TiO2 products were characterized using scanning electron microscope (SEM) for surface topography, X-ray diffraction (XRD) for crystal structure, and ultraviolet spectroscopy (UV-DRS) for absorbance. For the gendola fruit extract, functional groups were characterized using infrared (FTIR) and UV-VIS for absorbance. Dye sensitized solar cells were fabricated and tested for its efficiency using Keithley 2450 source meter interfaced with Sunlite Solar Simulator. The results showed that the highest efficiency of 0.95% was obtained from TiO2 synthesized under acidic condition of 40%. At this condition, the obtained TiO2 contained a phase composition of 68% anatase and 36% rutile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>