Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harits Ghiffari Hanif
"Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri M. leprae. Kusta mempengaruhi kulit dan saraf manusia yang infeksinya melalui droplet dari hidung dan mulut. Gejala klinis kusta disebabkan oleh respon imun tubuh serta dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, paucibacillary dan multibacillary. Kusta dapat disembuhkan dengan multidrug therapy (MDT). Penderita kusta yang telah menyelesaikan pengobatan dapat kembali terjangkit kusta. Sebuah model deterministik yang diadaptasi dari model-model matematika yang sudah ada dikonstruksi untuk mensimulasikan dinamika penyebaran penyakit kusta. Model tersebut dianalisis kestabilan global titik ekuilibriumnya menggunakan fungsi Lyapunov dan memanfaatkan basic reproduction number. Hasil analisis menunjukkan titik ekuilibrium bebas penyakit dari model bersifat stabil asimptotik global. Kemudian dilakukan simulasi pada model untuk melihat pengaruh variasi nilai parameter laju infeksi dan laju pemberian obat. Dari simulasi dapat diinterpretasikan bahwa laju infeksi yang lebih tinggi atau laju pemberian obat yang lebih rendah akan menyebabkan kusta tidak akan hilang dan jumlah individu yang terinfeksi semakin banyak.

Leprosy is an infectious chronic disease which is cause by M. leprae bacteria. Leprosy affects the human skin and nerve where the infection is caused through droplets from the nose and mouth. Leprosy clinical symptoms are caused by the body immune response and can be classified to two types, paucibacillary and multibacillary. Leprosy is curable with multidrug therapy (MDT). Leprosy patients that have completed treatments may get infected again. A deterministic model was constructed by adapting some existing leprosy mathematical models to simulate the spread of leprosy. The model is analyzed for the global stability of the equilibrium points using Lyapunov function and utilizing basic reproduction number. The result of the analysis is a global asymptotic stability for the disease-free equilibrium. Then, simulations were done on the model with various parameters value of the infection rate and drug-administering rate to see the effects of those variety on the model. From the simulations, it can be interpreted as the higher the infection rate or the lower the drug-administering rate, leprosy will prevail and more individuals will be infected."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Rahayuningsih
"Stigma merupakan salah satu faktor tertundanya penanganan penyakit kusta yang membuat penderita merasa malu dan terlambat mencari pengobatan sehingga dan sudah mengalami kecacatan yang berakibat terjadinya penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol umur, jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan.
Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer menggunakan instrumen WHOQOL-BREF, perceived stigma dan format isian karakteristik. Kualitas hidup penderita kusta lebih banyak yang memiliki kualitas hidup kurang (57,45%). Karakteristik responden sebagian besar perempuan (82,98%), berumur 18-40 tahun (72,34%), lama pendidikan 0-6 tahun sebesar 76,60% dan penghasilan dibawah UMR (91,49%). Terdapat hubungan signifikan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol variabel penghasilan.
Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diperlukan penanganan stigma seperti konseling, terapi kelompok, rehabilitasi fisik dan okupasi untuk mencegah timbulnya cacat dan penderita bisa melakukan pekerjaan yang bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
Bagi peneliti lain disarankan untuk mencoba rancangan longitudinal, teknik analisis lain, menambah variabel, melakukan uji instrumen, mencoba instrumen lain dan membuat perbandingan responden. Masyarakat diharapkan lebih terbuka pada informasi kusta agar menambah pemahaman dan memiliki persepsi yang baik tentang kusta.

Stigma is one factor that delayed treatment of leprosy makes people feel embarrassed and too late to seek treatment and have experience of disability that results in decreased quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship between perceived stigma to quality of life after controlling for age, sex, education, and income.
The design used was cross sectional with primary data using the WHOQOL-BREF instrument, perceived stigma and formatting characteristics of the field. Quality of life of leprosy patients more likely to have less quality of life (57.45%). Characteristics of respondents most women (82.98%), aged 18-40 years (72.34%), a study period of 0-6 years at 76.60% and earnings below minimum wage (91.49%). There is a significant relationship between perceived stigma to quality of life after the controlled variable income.
To improve the quality of life of patients required treatment stigma such as counseling, group therapy, physical rehabilitation and occupational therapy to prevent the onset of disability and the patient can do the work that could improve the quality of life.
For other researchers are advised to try the longitudinal design, other analytical techniques, add a variable, test instruments, other instruments to try and make a comparison of respondents. Expected to be more open to the public information in order to increase the understanding of leprosy and has a good perception of leprosy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhityawarman Menaldi
"Bagi orang-orang yang menderita penyakit tertentu, menjalani kehidupan sehari-hari seperti layalmya orang nomml bukanlah sesuatu yang mudah. [ni dapat discbabkan karena penyakit yang mengganggu fungsi tubuh, atau bisa juga adanya stigrnatisasi terhadap suatu penyakit yang membuat si penderita tidak dapat berfungsi optimal di masyarakat (Anderson, etal, 1997). Salah satu penyakit yang hingga saat ini masih memiliki stigma ”berbahaya” di masyarakat adalah kusta (Finlay, etal, 1996, dan Bainson & Van Den Bome, 1998). Halim & Kurdi (dalam Sjamsoe Daili, dkk,, 2003) menyebutkan bahwa dampak dari adanya penyakit kusta ini adalah kecacatan Cacat ini sendiri kernudian dibagi menjadi dua jenis yaitu cacat Esik dan cacat psikososial. Bayangan cacat ini seringkali membuat penderitanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia. mendexita kusta, akibatnya akan ada perubahan mendasar pads. kepribadian dan tingkah lakunya. Tekanan psikis inilah yang rnembuat para penderita atau mantan penderita lebih memilih untuk berada bersama orang-orang yang menumtnya "senasib”. Meskipun demikian, tidak sedikit juga dari penderita kusta yang masih berusaha untuk bertahan hidup dan bekerja dengan segaja usaha yang dapat dilalcukml Bagi mereka yang mwih berusaha, sudah tentu memiliki kekuatan atau srreng1h yang menonjol dan diri mereka.
Pembahasan mengenai strength dari manusia merupakan bagian dari kajian Positive Psychology Penerapan dari strength dan virtue setiap individu pada berbagai aspek kehidupatmya sehari-hari akan menghmilkan kebahagiaan yang sejati (Seligman, 2002). Berangkat dan penjelasan di alas peneliti tertarik untuk melalcukan peneliiian yang dilandasi tclaah positive psychology terhadap penderita penyakit kronis khususnya kusla Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun alat ukur character strengths penyandang kusta dengan mengadaptasi VIA-IS dan menguji validitas dan reliabilitasnya pada kelompok sampcl.
Hasil adaptasi alat ukur VIA-IS pada sampcl panyandang kusta adalah dari 240 item pada VIA-IS, 63 item memiliki koefisien korelasi yang rendah terhadap skor total. Koeisien reliabilitas masing-musing strengths dalam VIA-IS cukup beragam, berkisar antara 0,509 - 0,787 . Reliabilitas tertinggi ada pada pengukuran Playyitlness dan terendah pada Equity. Pembuatan norma pada alat ukur VIA-IS dilakukan pada 24 strengths clan kemudian ditetapkan klasifikasi dari sangat kuat, kuat, sedang, lemah, sangat lemzxh. Prom VIA-IS pada pcnyandang kusta menunjukkan bahwa lima strengths yang menonjol dengan rata-rata tertinggi adalah Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love, dan Equity.

For people who suffer from a certain disease living life like normal people is not easy. Reason being is because certain disease can alfect body function or because of stereotypes against certain disease which make the person unable function fully in society (Anderson, et.al., 1997). One disease which still has a “dangerous” stereotype in society is leprosy (Finlay, et.al, 1996 and Bainson and Van Den Bome, 1998). The effect of leprosy is retardation (Halim and Kurdi in Daili, et.al., 2003). Retardation itself is divided into two types, namely physical retardation and psychosocial retardation. The thought of retardation olien makes people atfected with leprosy unable to time reality that they suffer from leprosy which impacts on a change in personality and behavior. This psychological pressure makes the leprosy or former leprosy patients decide to also live with leprosy patients. On the other hand, a lot of them try to survive living and working with every effort they can. Those who are still trying have a certain strength which stands up in them.
The study of strength in human is part of positive psychology. The application of strength and virtue in each individual in every aspect of daily life can outcome in true happiness (Seligman, 2002). Based onthat, researcher is interested in conducting a research based on positive psychology towards people alfected with chronic leprosy. Thus, the first step is designing an inventory for “character strength” in people affected with leprosy by adapting Values In Action-Inventory ofStrengrh (VIA-IS) and testing the validity and reliability of the sample group.
Result of the adapted VIA-IS of the sample group is that from 240 items on VIA-IS, 63 items have a low correlation coelicient against the total score. The reliability coetticient of each strength in VIA-IS are quite the same, namely between 0.509-0.787. The highest reliability score is on (dimention) “Playfulness” and the lowest on “Equity”. The nonns of VIA-IS was conducted on 24 strengths and four classifications are made ranging &om very strong, strong, weak and very weak. The VIA-IS profile on people a.E`ected with leprosy shows that five strengths have the highest score which are Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love and Equiw.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34074
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Vashti Lasrindy
"Latar belakang: Penyakit kusta adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang dapat melibatkan organ mata. Kelainan mata pada kusta perlu dideteksi lebih dini untuk mencegah kebutaan. Alat deteksi dini kelainan mata yang tersedia bervariasi, sehingga perlu dikembangkan suatu instrumen daftar tilik yang valid dan sensitif untuk mempermudah deteksi kelainan mata pada kusta, yang disesuaikan dengan kompetensi dokter bukan spesialis mata yang menangani kusta.
Tujuan: Uji validitas suatu instrumen daftar tilik untuk mempermudah deteksi dini kelainan mata pada kusta.
Metode: Sebuah daftar tilik disusun berdasarkan tanda dan gejala kelainan mata pada kusta, sesuai dengan masukan ahli di bidang dermatovenereologi dan oftalmologi. Pasien kusta yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, diperiksa mata dengan menggunakan instrumen daftar tilik tersebut oleh dokter bukan spesialis mata, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan mata yang lebih lengkap oleh dokter spesialis mata, untuk konfirmasi hasil pemeriksaan sebagai baku emas. Data yang dihasilkan dianalisis untuk mendapatkan nilai validitas dan sensitivitas instrumen daftar tilik.
Hasil: Daftar tilik pada penelitian ini memiliki validitas dan reliabilitas baik, dengan koefisien korelasi 0,664 p.

Introduction: Leprosy is a disease caused by Mycobacterium leprae that affects peripheral nerve, skin, and other organs including eye. Ocular leprosy needs early detection to prevent blindness. Early detection tools for ocular leprosy varies, thus it is important to develop a valid and sensitive screening tool that can easily be used by general practitioner and doctor other that ophtalmologist who treat leprosy.
Purpose: This study aimed to test the validity of a checklist for early detection of eye involvement in leprosy.
Methods: A checklist was designed according to signs and symptoms of ocular leprosy, based on suggestion from dermatovenereologist and ophtalmologist. Leprosy patients in Dermatovenereology clinic of Cipto Mangunkusumo National General Hospital was examined by a general practitioner non ophtalmologist using the checklist as a screening tool, then those patients were re examined by an ophtalmologist as gold standard. Data were later analized to get the validity and sensitivity of the screening tool.
Results: This checklist had good validity and realibility with correlation value was 0,664 p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ross, W. Felton
Jakarta: Gramedia, 1989
616.998 ROS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Elyanna M.P.
"Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi ketiga sebagai negara terbanyak pengidap kusta. Di Propinsi Jawa Timur penyakit kusta tersebar di 14 Kabupaten/Kota , diantaranya Kabupaten Gresik. Jumlah kasus kusta di Kabupaten Gresik terdiri dad 174 kasus tahun 2004 menjadi 166 kasus tahun 2005. Dilihat dari tipe kusta yang ada di Kabupaten Gresik lebih dominan tipe kusta multibasiler (MB) yang merupakan tipe menular yaitu 84,7% pada tahun 2004 dan 81 % pada tahun 2005, selain itu penderita baru yang ditemukan 12,3% pada tahun 2004 dan 14% pada tahun 2005 sudah mengalami kecacatan tingkat dua.
Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial. Mengacu pada terminology spasial bahwa penyakit tidak mengenal batas administrasi namon lebih mengenal ekosistem maka dilakukan penelitian spasial kejadian kusta di Kabupaten Gresik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik tahun 2004-2005 dan mengetahui bagaimana hubungan faktor risiko dengan penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik.
Desain penelitian ini merupakan studi korelasi ekologi dengan pendekatan spasial dengan variabeI penelitian berdasarkan kondisi demografi (kepadatan penduduk), kondisi sosial ekonomi (keluarga miskin), kondisi hunian (lantai tanah), kasus kontak intensif, dan kerapatan jaringan jalan di Kabupaten Gresik tahun 2004-2005. Populasi penelitian adalah seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik kecuali dua kecamatan di kepulauan terpencil, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun 2004-2005 semua wilayah endemis penyakit kusta. Iklim di Kabupaten Gresik merupakan iklim tropis basah dengan suhu rata -rata 28,51 °C ( 2004) dan 28,63 °C ( 2005) dengan kelembaban 74,17% ( 2004) dan 74,8 % (2005). Pola spasial demografi, penyebaran penyakit kusta banyak terdapat di daerah dengan kepadatan penduduk > 3000 jiwalkm2. Pola spasial kondisi rumah human, kusta banyak terdapat di rumah yang berlantai tanah > 2000 rumah di daerah utara dan selatan Gresik. Pola spasial sosial ekonomi, penyebaran kusta banyak terdapat di kecamatan yang memiliki banyak keluarga miskin > 3000 KK yaitu di utara, tengah dan selatan Gresik. Pola spasial kusta kontak intensif dengan penyebaran kusta banyak terdapat di Kecamatan Panceng, Cerme (2004) dan Kecamatan Panceng dan Wringin Anom (2005). Pola spasial kerapatan jaringan jalan, kasus kusta banyak terdapat di kerapataiA jaringan jalan sedang. Pola spasial potensi penyebaran kusta, seluruh wilayah berpotensi sedang kecuali Kecamatan Menganti, Gresik dan Kebomas berpotensi tinggi.

Leprosy is the important public health problem because Indonesia is a country which has the third position of the most country that has many lepers. Leprosy disease is spread over at 14 sub-provinces in province of East Java, one of them is sub-province of Gresik. Leprosy cases number in sub-province of Gresik are 174 cases in 2004 and became 166 cases in 2005. Seen from leprosy type that exists in sub-province of Gresik, multibasiler (MB) is more dominant. It is an infectious disease that is 84,7 % in 2004 and 81 % in 2005, besides found a new patient as the second handicap that is 2,3 % in 2004 and 14 % in 2005.
Spatial method in health sector is a new method which means a health development is a problem oriented and a problem priority of health (environment) spatially. According to terminology spatial that disease does not recognize an administration limit but it is more recognize an ecosystem, therefore it is conducted a spatial research of leprosy occurrence in sub-province of Gresik. This research purposes to find a spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik, 2004-2005 and a relationship between risk factor and spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik.
This research used an ecology correlation study design by a spatial method with research variable based on condition of demography (massive population), economic social (poor family), dwelling (ground floor), intensive contact case, and closeness of road network in sub-province of Gresik, 2004-2005. Research population is all of districts in sub-province of Gresik except two districts in outlying archipelago, so it is not conducted a sample election.
Research result indicated that all of endemic areas were leprosy diseases in 2004-2005. Sub-province of Gresik is a wet tropical climate with mean temperature is 28,51 °C (2004) and 28,63°C (2005), damp is 74,17 % (2004) and 74,8 % (2005). Spatial design of demography, spreading of leprosy disease found at area with a massive population are more than 3000 peoplelkm2. Spatial design of dwelling house condition, leprosy found at house with ground floor are more than 2000 houses in the north and south of Gresik. Spatial design of economic social, spreading of leprosy found at district owning many poor families are more than 3000 KK that is in the north, and south of Gresik. Spatial design of intensive contact leprosy, spreading of leprosy found at district of Panceng, Cerme (2004) and district of Panceng and Wringin Anom (2005). Spatial design of closeness of road network, leprosy cases found at closeness of road network of Spatial potency spreading of leprosy, all regions have potency except district of Menganti, Gresik and Kebornas have high potency.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Komarasari
"Latar belakang : Reaksi ENL disebabkan oleh ketidakseimbangan imunitas selular dan humoral. Kortikosteroid merupakan obat standar yang digunaktapi dapat menimbulkan efek samping pada berbagai organ. Sehubungan dengan itu perlu dipikirkan terapi ajuvan yang efektif untuk reaksi ENL. Seng merupakan mikronutrien yang berperan penting pada berbagai fungsi enzimatik, aktivasi sel T, efek antiinlamasi, menghambat pembentukan kompleks imun, dan mempunyai efek antioksidan, dipikirkan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan untuk terapi reaksi ENL.
Tujuan : Menilai perbandingan perbaikan klinis reaksi ENL pada pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak tersamar ganda menggunakan plasebo dengan desain paralel. Dilakukan randomisasi blok untuk membagi subyek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Evaluasi dilakukan tiap dua minggu selama enam minggu.
Hasil : Pada akhir perlakuan, perbaikan klinis kelompok perlakuan adalah 79,2% dan kelompok plasebo adalah 72,7%. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbaikan klinis reaksi ENL antara pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.

Background : ENL reaction is caused by imbalance of cellular and humoral immunity. Corticosteroid is the standard drug used to treat ENL, but can cause serious side effects in multiple organs. There for, it is needed to find effective adjuvant drug for ENL. Zinc is essential micronutrient for various enzymatic proceses, T cell activation, antiinflamation effect, inhibiting the formation of immune complexes, and has the effect of antioxidant. Several studies have shown the benefit of addition zinc for ENL reaction.
Objective : To assess the comparative clinical improvement ENL reaction in leprosy patients given adjuvant zinc with placebo.
Methods : Randomized double-blind clinical trial using placebo with parallel design. Block randomization divided the subjects into two groups, namely the treatment group and the placebo group. The evaluation was performed every two weeks for six weeks.
Result : At the end of treatment, the clinical improvement ENL reaction obtained was 79,2% treatment group and the placebo group was 72,7%. The differences were not statistically significant.
Conclusion : There were no significant differences in clinical improvement ENL reaction in leprosy patient treated with adjuvant zinc compared to placebo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>