Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rhiza Auliya Atthariq
"Jejak karbon rumah tangga berkontribusi besar di dalam emisi gas rumah kaca total, dan tentunya pengendalian perlu diupayakan untuk mengurangi tingkat jejak karbon dalam rumah tangga, dengan melakukan studi jejak karbon. Kecamatan balikpapan merupakan kecamatan di Kota Balikpapan dengan penduduk yang tertinggi dari 5 kecamatan lainnya di Kota Balikpapan, menyebabkan jejak karbon yang dihasilkan pada kecamatan ini juga cukup besar sebagai penyumbang jejak karbon di Kota Balikpapan. Penelitian yang dilakukan di kecamatan ini memiliki tujuan untuk menganalisis jumlah rata-rata jejak karbon yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, dan memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Balikpapan Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan dengan bantuan kalkulator karbon yang dikeluarkan oleh Carbon Footprint Ltd. Penelitian dilakukan dengan melihat sumber dari 3 macam sektor yaitu sektor energi, sektor transportasi, dan sektor konsumsi barang dan jasa. Hasil yang didapatkan adalah jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Balikpapan utara sebesar 10,02 t CO2e per rumah tangga per tahun dengan yang paling banyak bersumber dari sektor energi (49%) dengan jumlah jejak karbon yang dihasilkan sebesar 4,93 t CO2e per rumah tangga per tahun. lalu sektor transportasi dengan timbulan jejak karbon sebesar 3,14 t CO2e per rumah tangga per tahun, dan sektor barang dan jasa dengan timbulan jejak karbon sebesar 1,96 t CO2e per rumah tangga per tahun. jejak karbon yang ditimbulkan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran keluarga (r = 0,1), luas lahan (r = 0.22), penghasilan (r = 0,85 ; sig = <0,01), golongan daya listrik (r = 0.64 ; sig = <0.01), dan tingkat pendidikan (r = 0,56 ; sig = <0,01). Dalam melakukan upaya pengendalian jejak karbon ini, terdapat rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga, antara lain optimasi penggunaan energi terbarukan, penambahan jenis kendaraan umum, serta melakukan perubahan pola gaya hidup dengan melakukan financial literacy dan konseling dengan menggunakan metode self-instruction.

The household carbon footprint contributes significantly to the total greenhouse gas emissions, and it is crucial to implement control measures to reduce the carbon footprint level within households. A carbon footprint study is needed to analyze the average amount of carbon footprint generated by households in North Balikpapan District, Balikpapan City. This district has the highest population among the five districts in Balikpapan City, resulting in a considerable carbon footprint contribution to the city. The objective of this research is to analyze the average carbon footprint produced by households in North Balikpapan District, identify the influencing factors, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint in this district. The study employs a calculation method using the carbon calculator provided by Carbon Footprint Ltd. It focuses on three sectors: financial, transportation, and consumption of goods and services. The findings reveal that the household carbon footprint in North Balikpapan District amounts to 10.02 t CO2e per household per year, with the financial sector being the largest contributor (49%), generating a carbon footprint of 4.93 t CO2e per household per year. The transportation sector contributes 3.14 t CO2e per household per year, while the goods and services sector accounts for 1.96 t CO2e per household per year. Several factors influence this carbon footprint, including family size (r = 0.1), land area (r = 0.22), income (r = 0.85; sig = <0.01), electricity power rating (r = 0.64; sig = <0.01), and education level (r = 0.56; sig = <0.01). To address this carbon footprint, recommendations for household carbon footprint control include optimizing the use of renewable financial, expanding public transportation options, and adopting sustainable lifestyle changes through financial literacy and self- instruction counseling methods. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalina Ramadhanti
"Aktivitas rumah tangga merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca (GRK). Kecamatan Makasar di Jakarta Timur merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pemukiman. Berbagai aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh rumah tangga berkontribusi terhadap besarnya jejak karbon. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan jejak karbon dari sektor rumah tangga, salah satunya melalui studi analisis jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon yang berasal dari aktivitas rumah tangga seperti penggunaan energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Makasar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara terstruktur untuk memperoleh data aktivitas dan konsumsi rumah tangga. Jejak karbon rumah tangga dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang besarnya akan dinyatakan dalam satuan t CO2 ekuivalen per rumah tangga per tahun (t CO2e/RT/tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon di Kecamatan Makasar adalah 15,33 t CO2e/RT/tahun. Sektor penggunaan energi mendominasi besar jejak karbon rumah tangga dengan rata-rata sebesar 8,68 t CO2e/RT/tahun, kemudian sektor penggunaan transportasi sebesar 4,04 t CO2e/RT/tahun, serta sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 2,61 t CO2e/RT/tahun. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang kuat dan signifikan secara statistik dengan jejak karbon rumah tangga yaitu ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga), penghasilan, dan golongan daya listrik. Penghasilan menunjukkan hubungan/korelasi yang paling kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r = 0,872; p = 0,001) yang bermakna bahwa semakin tinggi penghasilan suatu rumah tangga, maka semakin tinggi jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities are one of the main sources of greenhouse gas emissions (GHG). Makasar district in east Jakarta is a region dominated by the settlement sector. The various household activities performed by households contribute to the size of the carbon footprint. Therefore, an effort is needed to control the carbon footprint of the household sector, one of which is through household carbon footprint analysis studies. The study aims to analyze the carbon footprint derived from household activities such as energy use, transportation, as well as the consumption of goods and services in Makasar District, analyze the factors that influence the household carbon footprints, and provide recommendations for reducing the domestic carbon footprint. This research method is quantitative. Data was collected through structured questionnaire and interviews to obtain data on household activity and consumption. The household carbon footprint is calculated using the Carbon Footprint Ltd. calculator, the size of carbon footprint will be expressed in t CO2 equivalent units per household per year (t CO2e/household/year). The results of the study show that the average carbon footprint in Makasar district is 15,33 t CO2e/household/year. The energy use sector dominates the large carbon footprint of households with an average of 8,68 t CO2e/household/year, followed by the transport sector with an average of 4,04 t CO2/household/year, and the consumption of goods and services with an average of 2,61 t CO2e/household/year. Factors that have strong and statistically significant relationship with a household’s carbon footprint are family size (number of family members), income, and electric power groups. Income shows the strongest correlation to the large carbon footprint of households (r = 0.872; p = 0.001), which means that the higher a household's income, the higher the household carbon footprint it produces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Rosita Budiono
"Pertumbuhan penduduk dan perkembangan bidang industri di Indonesia menjadikannya negara yang berkontribusi besar pada jejak karbon secara global. Mitigasi terhadap perubahan iklim harus dilakukan. Salah satunya dengan mengurangi jejak karbon dari sektor rumah tangga. Pada penelitian ini dianalisis rata-rata jejak karbon rumah tangga, sumber aktivitas pendorong, faktor yang mempengaruhi, dan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon dari Kecamatan Cibinong. Pengumpulan data primer didapatkan melalui kuesioner dan wawancara. Dilakukan pada Maret 2022 ketika diterapkan PPKM level 2 dengan teknik kombinasi simple random sampling dan purposive sampling. Dari data yang dikumpulkan dapat diperkirakan jejak karbon rumah tangga dari setiap sektor dengan kalkulator karbon yaitu Carbon Footprint Ltd.. Lalu, dianalisis sejauh mana faktor demografi, faktor ekonomi, dan faktor gaya hidup berpengaruh terhadap jejak karbon rumah tangga dengan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon rumah Kecamatan Cibinong sebesar 0,69 ton CO2e/rumah tangga/bulan. Rata-rata jejak karbon terbesar berasal dari sektor energi, lalu diikuti sektor transportasi, dan terakhir dari sektor penggunaan barang serta jasa. Jejak karbon rumah tangga Kecamatan Cibinong menunjukkan peningkatan signifikan akibat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, tingkat pendidikan, dan jenis diet yang diterapkan keluarga. Maka dengan membuat kebijakan peningkatan tarif konsumsi energi listrik rumah tangga, pengaturan tata ruang kota dengan transportasi yang terintegrasi satu dengan yang lain, dan menggunakan barang elektronik hemat energi dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Cibinong.

Population growth and industrial development in Indonesia make it a country that contributes greatly to the global carbon footprint. Mitigation of climate change must be done. One of them is by reducing the carbon footprint of the household sector. In this study, the average household carbon footprint was analyzed, sources of driving activities, influencing factors, and recommendations for reducing the carbon footprint of Cibinong District. Primary data collection was obtained through questionnaires and interviews. This study was carried out in March 2022, when Public Activity Restriction (PPKM) at level 2 happened, with a combination technique of simple random sampling and purposive sampling. From the data that has been collected, it is possible to estimate the household carbon footprint of each sector with a carbon calculator, namely Carbon Footprint Ltd.. Then, it is analyzed to what extent demographic factors, economic factors, and lifestyle factors affect the household carbon footprint by using a regression test. The results showed that the average house carbon footprint in Cibinong District was 0,69 tons CO2e/household/month. On average, the largest carbon footprint comes from the energy sector, followed by the transportation sector, and finally from the use of goods and services. The household carbon footprint of Cibinong District showed a significant increase due to family income, family size, education level, and the type of diet adopted by the family. So by making a policy of increasing household electricity consumption rates, regulating urban spatial planning with integrated transportation with one another, and using energy-efficient electronic goods can be an important step to reduce the carbon footprint of households in Cibinong District."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresca Aulia Saphira
"Aktivitas rumah tangga seperti penggunaan listrik, transportasi, serta barang dan jasa memiliki kontribusi terhadap gas rumah kaca. Kecamatan Pancoran menjadi salah satu wilayah pemukiman yang terletak di Jakarta Selatan. Dengan itu, diperlukannya upaya pengurangan besar jejak karbon pada wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan dari tiga sektor, yaitu energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Pancoran. Selain itu, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besar jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data diolah secara statistik. Data dikumpulkan dengan kuisioner dan wawancara kemudian dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan adalah 16,55 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Rata-rata jejak karbon rumah tangga dari sektor energi sebesar 8,71 ton CO2e per rumah tangga per tahun, sedangkan dari sektor transportasi sebesar 4,38 ton CO2e per rumah tangga per tahun, dan dari sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 3,46 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Faktor yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap besar jejak karbon rumah tangga adalah penghasilan keluarga, golongan daya listrik, luas rumah, dan ukuran keluarga. Penghasilan keluarga menunjukkan hubungan korelasi yang kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r=0,829, Sig.=<0,001, R2=0,70), dimana semakin besar penghasilan keluarga maka semakin besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities such as the use of electricity, transportation, and services contribute to greenhouse gas emissions. Pancoran subdistrict is one of the residential areas located in South Jakarta, therefore works are necessary to reduce the carbon footprint of this area. The findings of this study highlight the average household carbon footprints from energy, transportation, and consumption of goods and services in Pancoran District. Additionally, this study aims to analyze the factors that effect household carbon footprint. This study uses a quantitative approach with statistic tests. Data was collected by questionnaires and interviews and subsequently calculated by online calculator named Carbon Footprint Ltd. The results showed that the average household carbon footprint in Pancoran District is 16.55 tons of CO2e per household per year. The average household carbon footprint from the energy sector is 8.71 tons CO2e per household per year, while from the transportation sector is 4.38 tons CO2e per household per year, and from the goods and services consumption sector is 3.46 tons CO2e per household per year. Factors that have a statistically significant effect on household carbon footprint are household income, electric power class, house size, and family size. Household income shows a strong correlation with household carbon footprint (r=0.829, Sig.=<0.001, R2=0.70), where the wealthier household tend to have larger household carbon footprints."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bening Kalimasada Aura Keindahan
"Kecamatan Lumajang yang merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Kabupaten Lumajang memiliki keunikan dalam menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menganalisis jejak karbon rumah tangga Kecamatan Lumajang untuk mengidentifikasi kegiatan yang berkontribusi menghasilkan jejak karbon, nilai jejak karbon, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data konsumsi energi rumah tangga, aktivitas transportasi, dan konsumsi barang dan jasa dengan kuesioner online dan wawancara. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan kalkulator jejak karbon online oleh Carbon Footprint Ltd. Berdasarkan penelitian, rata-rata jejak karbon Kecamatan Lumajang adalah 0,507 mtCO2 per rumah tangga per bulan dan didominasi oleh jejak karbon energi (42%). Jejak karbon total berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,39, p = 5,2 x 10-5), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,47, p = 4,0 x 10-6), dan berkorelasi sedang dengan golongan daya listrik (r = 0,45, p = 5,1 x 10-7). Jejak karbon energi berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,29, p = 0,01), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,44, p = 2,8 x 10-5), berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2), dan berkorelasi kuat dengan golongan daya listrik (r = 0,66, p = 3,9 x 10-16). Jejak karbon transportasi berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2). Jejak karbon barang dan jasa berkorelasi rendah dengan penghasilan (r = 0,27, p = 4,1 x 10-2). Untuk mengurangi jejak karbon energi, metode reduksi absolut tepat digunakan mengingat hanya sedikit orang yang menggunakan energi terbarukan di rumah. Dalam meminimalkan jejak karbon transportasi, peralihan moda ke transportasi lebih rendah karbon lebih mudah diterapkan. Jejak karbon barang dan jasa paling baik dikurangi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan barang yang ada. Upaya-upaya ini juga dapat didukung dengan mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mengurangi jejak karbon.

Lumajang District, the most populated district in Lumajang Regency, has uniqueness in generating carbon footprint. This study analyzed the household carbon footprint of Lumajang District to identify activities that contribute to generating carbon footprint, the carbon footprint value, and factors that affect the carbon footprint, as well as provide recommendations for reducing household carbon footprints. This study collected datas of household energy consumption, transportation activities, and consumption of goods and services with online questionnaires and interviews. The carbon footprint calculation used an online carbon footprint calculator by Carbon Footprint Ltd. Based on this study, the average carbon footprint in Lumajang District was 0.507 mtCO2 per household per month and it is dominated by energy carbon footprint. The total carbon footprint was low correlated with education level (r = 0.39, p = 5.2 x 10-5), moderately correlated with income (r = 0.47, p = 4.0 x 10-6), and moderately correlated also with the electric power group (r = 0.45, p = 5.1 x 10-7). Energy carbon footprint had low correlation with education level (r = 0.29, p = 0.01), moderate correlation with income (r = 0.44, p = 2.8 x 10-5), low correlation with residential land area (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2), and strong correlation with the electric power group (r = 0.66, p = 3.9 x 10-16). The carbon footprint of transportation has a low correlation with the area of residential land (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2). The carbon footprint of goods and services has a low correlation with income (r = 0.27, p = 4.1 x 10-2). To reduce the energy carbon footprint, the absolute reduction method is the best measure considering that there are only few people who use renewable energy at home. In minimizing transportation carbon footprint, switching modes to a low-carbon transportation is easier to implement. The carbon footprint of goods and services is best reduced by increasing efficiency of the usage of existing goods. These attempts can also be supported by developing policies and systems for reducing carbon footprints"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isradi Zainal
"Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat risiko dari bahan berbahaya dan beracun yang ada di Kota Balikpapan. Metode yang digunakan adalah penilaian risiko dengan melihat potensi bahaya dan tingkat paparannya, mengacu pada Pedoman Penyusunan Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2019. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penilaian risiko yaitu jenis kegiatan Pengelolaan B3, jenis industri, klasifikasi B3, jumlah B3, potensi bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia; dan potensi ancaman terhadap fungsi lingkungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai risiko kedaruratan B3 di sektor Pertambangan Energi, Minyak, dan Gas Balikpapan dari pendekatan KLHK dan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) masing-masing sebesar 32,87 dan 32,81, yang artinya berisiko sedang. Jenis B3 yang dominan adalah mudah terbakar dan korosif. Rata-rata nilai risiko kedaruratan B3 di Sektor Penyedia Air Bersih Balikpapan dari pendekatan KLHK dan Kemnaker masing-masing sebesar 24, yang artinya berisiko rendah. Jenis B3 yang dominan adalah korosif. Rata-rata tingkat risiko B3 di Kota Balikpapan dari pendekatan KLHK dan Kemnaker masing-masing sebesar 31,56 dan 31,51 (sedang). Potensi kedaruratan B3: terjadinya tumpahan B3, kebakaran, ledakan, paparan terhadap manusia dan pencemaran lingkungan. Program kedaruratan B3 meliputi tersusunnya infrastruktur dan penanggulangan B3 dan Limbah B3

This study aim is to determine the level of risk of hazardous and toxic materials in Balikpapan City. The method used was a risk assessment carried out by looking at the potential hazards and the level of exposure referring to the Guidelines for Preparation of Hazardous and/or Hazardous Waste Management Emergency Programs by the Ministry of Environment and Forestry in 2019. Data and information needed for risk assessment are: type of HTS Management activity, type of industry, HTS classification, amount of HTS, potential hazards to the safety of human life; and potential threats to environmental functions. The results showed that the average of HTS emergency risk value in the Balikpapan Energy, Oil and Gas Mining sector from the Ministry of Environment and Forestry (MEF) and the Ministry of Manpower approaches was 32.87 and 32.81, respectively; which means moderate risk. The dominant types of HTS are flammable and corrosive. The average of HTS emergency risk value in the Balikpapan Water Supply Sector from the MEF and Ministry of Manpower approaches is 24, which means low risk. The dominant type of HTS is corrosive. The average level of HTS risk in Balikpapan City as a whole from the MEF and Ministry of Manpower approaches is 31.56 and 31.51 (medium). If the highest category is taken, the risk level for HTS waste is at a low level. Potential for HTS emergencies: HTS spills, fires, explosions, exposure to humans and environmental pollution. The HTS emergency program includes infrastructure and countermeasures for HTS and HTS Waste"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idris Hadi
"Pelabuhan Semayang merupakan kawasan di Kota Balikpapan yang berfungsi sebagai salah satu simpul stuktur ruang kota yang dapat memberikan kemudahan akses dan ketersediaan layanan angkutan laut kepada masyarakat dari satu pulau atau antar pulau. Peningkatan aktivitas kapal di pelabuhan tidak hanya berdampak positif dalam mendukung kegiatan ekonomi dan sosial di kota pesisir, namun juga telah berdampak negatif dalam menghasilkan emisi karbon gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar minyak kapal. Akumulasi dari emisi karbon di atmosfer dapat mendorong peningkatan suhu global dan perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan. Karena itu diperlukan penelitian ini untuk menganalisis perilaku masyarakat yang beraktivitas di dalam dan luar kawasan pelabuhan dalam merespon pencemaran emisi karbon gas buang kapal serta bagaimana usulan solusi terhadap masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam memaksimalkan upaya nya dalam mengurangi resiko/dampak buruk perubahan iklim akibat pencemaran emisi karbon gas buang kapal tersebut. Dengan menggunakan teknik analisis triangulasi terhadap data yang didapatkan maka penelitian dengan metodologi kualitatif ini telah menghasilkan kesimpulan bahwa masyarakat di dalam dan di luar pelabuhan belum seluruhnya menjalankan upaya untuk merespon pencemaran emisi karbon gas buang kapal. Hal ini disebabkan karena adanya masalah utama yang menghambat perilaku dari masyarakat tersebut yaitu rendahnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat terhadap dampak buruk yang dapat diakibatkan pencemaran emisi karbon gas buang kapal. Karena itu diharapkan adanya pembinaan secara resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada masyarakat di kawasan pelabuhan untuk ikut berpartisipasi dalam merespon pencemaran emisi karbon yang dihasilkan oleh kapal di pelabuhan. Pembinaan tersebut berisi program edukasi/pemberian informasi, peningkatan kapasitas/pelatihan tanggap darurat emisi karbon dan apresiasi. Perilaku masyarakat secara kolaboratif dalam merespon pencemaran emisi karbon di pelabuhan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan laporan pemerintah Indonesia atas kontribusi nasional yang ditetapkan (Nationally Determined Contribution-NDC) dalam hal pengendalian perubahan iklim dunia.

Semayang Port is an area in Balikpapan City that functions as one of the city's spatial structure nodes that can provide easy access and availability of sea transportation services to the public from one city to another on one island or between islands. Increased ship activities in the harbor not only have a positive impact on supporting economic and social activities in the coastal city but also hurt generating carbon emissions from the combustion of ship fuel oil. The accumulation of carbon emissions in the atmosphere can drive an increase in global temperatures and extreme climate change, which adversely affects the sustainability of human life and the environment. Therefore, this research is needed to analyze the behavior of people who are active inside and outside the port area to the pollution of ship exhaust carbon emissions and how to propose solutions to the main problems faced by the community in maximizing response efforts to the risk of climate change due to pollution of ship exhaust carbon emissions. By using a triangulation analysis technique of the data obtained, this qualitative methodology research has resulted in the conclusion that the community inside and outside the port has not optimally carried out efforts to ship exhaust carbon emission pollution. This is due to the main problem that hampers the low knowledge and awareness of the community about the adverse effects of ship exhaust carbon emissions at the port on the sustainability of life and the environment. Therefore, it is expected that there will be official guidance efforts to the community inside and outside the port by the Ministry of Environment of the Republic of Indonesia along with regulators and port operators in the form of a systematic special education program that contains information provision, capacity building/emergency response training for carbon emissions and appreciation for behavior efforts that can be used as material for the Indonesian government's report on the national contribution set as an effort to control world climate change (Nationally Determined Contribution-NDC)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfian Maulana Noer Ananda
"Penelitian ini menentukan harga gas bumi melalui pipa untuk rumah tangga di kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. PT PTGN menyampaikan Usulan Harga Jual Gas Kota di wilayah Kota Balikpapan kepada BPH Migas selaku badan yang memiliki kewenangan dalam Penetapan Harga Gas Bumi untuk Rumah Tangga. Metode yang digunakan antara lain dengan melakukan survei dalam rangka memperoleh data harga yang berlaku dipasaran, metode what-if analysis untuk mendapatkan harga gas rumah tangga, dan metode market based pricing untuk membandingkan antara harga gas rumah tangga dengan harga LPG dipasaran. Berdasarkan hasil evaluasi perhitungan harga gas bumi untuk rumah tangga diperoleh Harga untuk RT-1 sebesar Rp.4,541. Untuk Harga RT-1 disandingkan dengan harga hasil survei LPG 3 Kg untuk HET sebesar Rp.4.010 /m3 dan Harga yang beredar dipasaran sebesar Rp.5.013 /m3.

The study attempts to set the price of natural gas through pipelines for households in Balikpapan, Kalimantan Timur Province. PTGN proposed the price of natural gas through pipelines in Balikpapan to BPH Migas as the authorities to set the price of natural gas through pipelines for households. The methods of this research are survey to get the applicable price in the market, what-if analysis method to set the price of natural gas through pipelines for households, and market based pricing method to compare between the natural gas through pipelines and LPG price. Based on the results of the natural gas through pipelines for households calculation, RT-1 is Rp.4,541. The price of RT-1 compares to 3 kg LPG highest retail price is Rp.4.010 /m3 but the selling price is Rp.5.013 /m3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jais
"ABSTRAK
Analisis Sistem merupakan penguraian operasional suatu sistem yang meliputi
upaya pengidentifikasian tujuan, kegiatan, pelaksanaan kegiatan, situasi yang
dihadapi serta informasi yang dibutuhkan sistem disetiap tahap pelaksanaannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan perpaduan Teori Sistem Donabedian-
Azwar, dengan pokok tahapan Struktur/Input-Proses-Output/Outcome untuk
melihat sistem pelayanan penyakit jantung di RSUD Dr.Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2014. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Nopember
2015, menggunakan rancangan kualitatif dengan metode deskriptif analitik.
Analisis dilakukan dengan data bersumber dari telaah dokumen medik pasien
penyakit jantung di RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun 2014,
observasi dan wawancara mendalam terhadap informan terpilih. Hasil penelitian
menunjukan faktor dari Struktur/Input yang berpengaruh terhadap mortalita
dalam sistem pelayanan penyakit jantung di RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan adalah faktor Pasien, SDM, Fasilitas, dan Metode. Faktor Proses
berupa proses pemberian pelayanan, koordinasi dokter-perawat dan keterpaduan
layanan. Disarankan agar pihak RSUD Dr Kanujosos Djatiwibowo Balikpapan
melakukan penambahan tenaga dokter Spesialis Jantung, membuat pelayanan satu
atap pasien penyakit jantung/Cardiac Center dan meningkatkan
kerjasama/koordinasi yang baik antara pihak RSUD Dr Kanujosos Djatiwibowo
dengan Faskes Pelayanan Primer, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dan pihak
rumah sakit lainnya yang ada di Kota Balikpapan.

ABSTRACT
Decomposition Analysis System is operating a system that includes identification
efforts objectives, activities, implementation of activities, the situation faced and
information needed at each stage of system implementation. This study uses a
blend of Systems Theory approach Donabedian-Azwar, the principal stages of
Structural / Input-Process-Output / Outcome to look at heart disease care system
in hospitals Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2014. The study was
conducted from April to November 2015, using a design qualitative descriptive
analytic method. Analysis was performed with the data derived from the study of
medical documents cardiac patients in hospitals Dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan in 2014, observation and depth interview with selected informants.
The results showed a factor of structure / Inputs that influence mortality in
cardiovascular disease care system in the Hospital Dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan is Patient factors, human resources, facilities, and methods. Factors
such as the process of service delivery, the doctor-nurse coordination and
integration of services. It is recommended that the hospitals Dr Kanujosos
Djatiwibowo Balikpapan perform additional doctors Heart Specialist, create onestop
service for cardiovascular disease / Cardiac Center and increase cooperation /
coordination between the hospitals Dr Kanujosos Djatiwibowo with Primary
Health Care Facility, City Health Department Balikpapan and house parties other
hospitals in the city of Balikpapan."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>