Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Yan Mikhael
"Penelitian mengenai model persediaan telah banyak dilakukan dan telah menghasilkan solusi bagi perusahaan untuk dapat menghadapi ketidakpastian permintaan pelanggan. Beberapa masalah bagi perusahaan yang tidak menggunakan model persediaan dalam proses penyediaan bahan baku adalah seringnya terjadi kekurangan persediaan yang akhirnya menimbulkan biaya persediaan yang tinggi. Dengan menerapkan model pengelolaan persediaan (inventory control policy), total biaya persediaan dapat diminimalkan. Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan Simulasi Monte Carlo untuk menentukan model manajemen persediaan yang optimal dan nilai parameter model manajemen persediaan yang optimal. Obyek penelitian mencakup tiga jenis aluminium di perusahaan tempat penelitian. Model pengendalian persediaan yang optimal beserta dengan nilai optimal parameter-parameternya untuk setiap jenis aluminium berhasil ditemukan dengan implementasi metode Simulasi Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kuantitas peninjauan persediaan berkelanjutan (s,S) menjadi model optimal bagi dua jenis aluminium dan model (s,Q) menjadi model optimal bagi satu jenis aluminium.

Research on inventory models has been widely carried out and has resulted in solutions for companies to be able to deal with uncertainties in customer demand. Some of the problems for companies that do not use the inventory model in the process of supplying raw materials are the frequent occurrence of inventory shortages which eventually lead to high inventory costs. By applying an inventory management model (inventory control policy), total inventory costs can be minimized. This research was conducted by developing a Monte Carlo Simulation to determine the optimal inventory management model and the optimal parameter value of the inventory management model. The research object includes three types of aluminum in the research company. The optimal inventory control model along with the optimal values of its parameters for each type of aluminum was found by implementing the Monte Carlo Simulation method. The results showed that the continuous inventory review quantity policy (s,S) was the optimal model for two types of aluminum and model (s,Q) was the optimal model for one type of aluminum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Putri Maghfira
"Penelitian yang berfokus pada model inventaris telah mendapatkan perhatian yang signifikan sebagai solusi yang layak bagi perusahaan yang bergulat dengan ketidakpastian yang terkait dengan permintaan pelanggan. Tidak menerapkan model persediaan yang sesuai dalam proses pengadaan dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan seperti kehabisan stok dan meningkatkan biaya persediaan secara keseluruhan. Namun, mengatasi model penawaran dengan permintaan stokastik menggunakan metode analitik konvensional terbukti menantang karena distribusi permintaan pelanggan yang tidak normal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pasokan yang ditandai dengan permintaan stokastik dan terputus- putus melalui pengembangan metode simulasi Monte Carlo. Simulasi menilai keefektifan dua sistem inventaris: kebijakan peninjauan inventaris berkelanjutan (s,Q) dan kebijakan peninjauan inventaris berkala (R,s,S) yang dilakukan dengan interval 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu. Selanjutnya, model simulasi dioptimasi menggunakan metode integer linear programming dalam kerangka model inventori (s,Q) dan (R,s,S). Riset ini berfokus pada konteks perusahaan migas, khususnya kegiatan pengeboran di Indonesia, mengkaji hal-hal krusial untuk mendukung operasi pengeboran. Temuan menyoroti bahwa kebijakan kuantitas peninjauan inventaris berkelanjutan (s,Q) mengungguli kebijakan peninjauan inventaris berkala (R,s,S) dalam hal meminimalkan total biaya inventaris yang akan diterapkan. 

Research focusing on inventory models has gained significant attention as a viable solution for companies grappling with the uncertainties associated with customer demand. Not implementing appropriate inventory models in the procurement process can lead to detrimental consequences such as stockouts and increased overall inventory costs. However, addressing supply models with stochastic demand using conventional analytical methods proves challenging due to the non-normal distribution of customer demand. Consequently, this study aims to tackle supply issues characterized by stochastic and intermittent demand through the development of a Monte Carlo simulation method. The simulations assess the effectiveness of two inventory systems: continuous inventory review policies (s,Q) and periodic inventory review policies (R,s, S) conducted at intervals of 1 week, 2 weeks, 3 weeks, and 4 weeks. Subsequently, the simulation model is optimized using the integer linear programming method within the framework of the inventory models (s,Q) and (R,s,S). The research focuses on the context of oil and gas companies, specifically drilling activities in Indonesia, examining items crucial for supporting drilling operations. The findings highlight that the continuous inventory review quantity policy (s,Q) outperforms the periodic inventory review policy (R,s,S) in terms of minimizing the total inventory cost to be implemented. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Torkis Justicio Paruhum Natigor
"

Pengendalian persediaan dengan menggunakan model persediaan telah banyak dilakukan dan memberikan rekomendasi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang belum menerapkan sistem pengendalian persediaan apapun. Permasalahan persediaan yang sering dihadapi perusahaan antara lain kekurangan persediaan ataupun persediaan yang melebihi kapasitas maksimal gudang penampung yang berdampak pada peningkatan total biaya persediaan. Dengan penerapan sistem pengendalian persediaan yang tepat dapat mengoptimalkan kebijakan persediaan yang tepat untuk meminimalkan total biaya persediaan perusahaan. Permasalahan persediaan ini juga terjadi pada salah satu industri gula kristal rafinasi pada persediaan bahan bakunya yaitu raw sugar. Penelitian ini dilakukan untuk merekomendasikan sistem persediaan  perusahaan untuk mengatasi permasalahan persediaan di perusahaan dan diimplemantasikan dengan simulasi Monte Carlo yang akan melakukan simulasi secara berulang-ulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan sistem persediaan s,S yang dilaksanakan secara harian menjadi sistem persediaan yang paling optimal dalam meminimalkan total biaya persediaan raw sugar industri gula.


Inventory control using the inventory model has been widely carried out and provides recommendations for solutions to problems faced by companies that have not implemented any inventory control system. Inventory problems that are often faced by companies include inventory shortages or supplies that exceed the maximum capacity of the storage warehouse which has an impact on increasing the total cost of inventory. By implementing the right inventory control system, it can optimize the right inventory policy to minimize the company's total inventory costs. This supply problem also occurs in one of the refined crystal sugar industries in the supply of raw materials, namely raw sugar. This research was conducted to recommend a company's inventory system to overcome inventory problems in the company and implemented with a Monte Carlo simulation which will do the simulation repeatedly. The results showed that the s,S inventory system policy implemented daily was the most optimal inventory system in minimizing the total cost of raw sugar inventory for the sugar industry.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Bunga Lestari
"Penelitian tentang model persediaan telah banyak dilakukan dan menjadi solusi bagi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastiaan dari permintaan pelanggan. Beberapa permasalahan bagi perusahaan yang tidak menerapkan model persediaan pada proses pembelian bahan baku adalah terjadinya stockout serta tingginya total biaya inventori. Namun, pemecahan model persediaan yang memiliki permintaan bersifat stokastik tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis tradisional biasa. Hal tersebut dikarenakan permintaan pelanggan tidak mengikuti distribusi normal. Sehingga penelitian ini dibuat dengan mengembangkan metode simulasi Monte Carlo untuk menyelesaikan masalah persediaan dengan permintaan stokastik dan intermiten. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi dua jenis sistem persediaan, yaitu kebijakan peninjauan persediaan berkelanjutan (Q,R), serta kebijakan peninjauan persediaan berkala (s,S). Model simulasi kemudian dioptimalkan menggunakan model persediaan (Q,R) dan (s,S) dengan metode integer linear programming. Model-model tersebut diterapkan berdasarkan data dari salah satu perusahaan manufaktur perhiasan di Indonesia dengan produk yang diuji bertipe diamond jewelry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kuantitas peninjauan persediaan berkelanjutan (Q, R) lebih baik daripada kebijakan peninjauan persediaan berkala (s, S) dari segi total biaya persediaan untuk kelompok bahan baku komponen.

Research on the inventory models have conducted intensively and become a solution for companies when dealing with the uncertainty of customer demand. Some problems that occur to companies that have not applied the inventory models in the process of purchasing raw materials are stockout material and high total inventory costs. However, solving the inventory models that have stochastic demand cannot be done using traditional analysis methods. That is because the customer demand does not follow the normal distribution. So, this research was made by developing a Monte Carlo simulation method to solve inventory problems with stochastic and intermittent demand. Simulations is conducted to evaluate two types of inventory systems, which is the continuous inventory review policy (Q, R), and the periodic inventory review policy (s, S). The simulation models are optimized using the inventory model (Q, R) and (s, S) with the integer linear programming method. The models are applied based on data from one of the jewelry manufacturing companies in Indonesia with the product being tested as diamond jewelry. The results showed that the continuous inventory review policy (Q, R) was better than the periodic inventory review policy (s, S) in terms of total inventory cost for the component raw material group."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Salma
"Manajemen persediaan yang efektif menjadi hal yang penting bagi perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dalam memenuhi permintaan dinamis pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan metode peramalan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) guna meningkatkan manajemen persediaan produk kategori Home care pada perusahaan FMCG. Data historis permintaan produk Home care digunakan untuk mengembangkan model ARIMA dalam meramalkan permintaan. Hasil peramalan digunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal, termasuk tingkat safety stock dan reorder point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model peramalan ARIMA, khususnya ARIMA (2,1,1), memberikan prediksi permintaan yang akurat. Dengan menggunakan tingkat service rate yang berbeda (80%, 85%, 90%, dan 95%), perusahaan dapat menyesuaikan strategi persediaan untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan tingkat layanan yang diinginkan. Oleh karena itu, disarankan agar perusahaan FMCG mempertimbangkan implementasi metode peramalan ARIMA guna meningkatkan manajemen persediaan produk Home care. Penelitian ini memberikan wawasan berharga dalam meningkatkan praktik manajemen persediaan di industri FMCG dan membantu perusahaan mengoptimalkan tingkat persediaan, mengurangi risiko kehabisan stok, serta memenuhi ekspektasi pelanggan.

Effective inventory management is crucial for Fast Moving Consumer Goods (FMCG) companies to meet dynamic customer demands. This study aims to implement the ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) forecasting method to improve inventory management of Home care products in an FMCG company. Historical demand data for Home care products are utilized to develop ARIMA models for demand forecasting. The forecasted demand is then utilized to determine optimal inventory levels, including safety stock and reorder points. The results demonstrate that the ARIMA forecasting model, specifically ARIMA (2,1,1), provides accurate demand predictions. By adopting different service rate levels (80%, 85%, 90%, and 95%), the company can customize inventory strategies to meet varying customer demand and achieve desired service levels. Consequently, it is recommended that FMCG companies consider the implementation of the ARIMA forecasting method to enhance inventory management for Home care products. This research provides valuable insights into improving inventory management practices in the FMCG industry and ultimately helps companies optimize inventory levels, minimize stockouts, and meet customer expectations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahib Adiyatma
"Manajemen inventaris pada suatu perusahaan merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh sebuah organisasi atau perusahaan yang kegiatan bisnisnya berhubungan dengan aktivitas penambangan sumber daya alam untuk mengatur perencanaan stok barang dan melaporkan penggunaan barangnya. PT. Palu Batu Madu (PBMadu) merupakan salah satu perusahaan yang melakukan manajemen pencatatan data inventaris. Manajemen inventaris yang dilakukan oleh PBMadu adalah mencangkup pengelolaan stok barang atau sparepart yang akan digunakan untuk pemeliharaan alat berat serta pelaporan penggunaan sparepart yang disimpan pada berkas di dalam satu komputer. Namun pada pelaksanaannya, PBMadu mengalami kesulitan ketika melakukan pencatatan yaitu para staf harus melakukan unggah dan unduh dokumen pencatatan inventaris berulang kali setiap ingin memperbarui data inventaris karena data belum terpusat. PBMadu menerapkan prosedur pencatatan biaya penggunaan sparepart dengan metode First In First Out (FIFO) yang dalam pelaksanaannya seringkali mengalami kendala yaitu para staf tidak dapat memastikan urutan barang yang masuk ke inventaris secara pasti. Perusahaan PBMadu menilai bahwa proses pencatatan inventaris saat ini kurang efisien dan akurat sehingga menginginkan sebuah sistem manajemen inventaris berbasis website yang dapat menyimpan data secara online dan terpusat. Sistem manajemen inventaris tersebut bernama PBMadu Inventaris. Penelitian dan pengembangan sistem PBMadu Inventaris diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan sistem manajemen inventaris yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Alur penelitiannya diawali dengan studi literatur mengenai masalah yang dialami perusahaan, requirement gathering dengan melakukan wawancara dengan pengguna, Unified Modeling Language (UML) dengan membuat Use Case Diagram (UCD) dan model relasional, pengembangan sistem dengan metode Rapid Application Development (RAD), dan diakhiri dengan pengujian sistem dengan User Acceptance Test (UAT), Usability Testing (UT), dan System Usability Scale (SUS). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sistem layak untuk digunakan dan sudah mendapat persetujuan dari pihak perusahaan PBMadu.

Inventory management in a company is an important thing to be done by an organization or company whose business activities are related to natural resource mining activities to manage inventory planning and report the use of goods. PT. Palu Batu Madu (PBMadu) is a company that manages inventory data records. Inventory management carried out by PBMadu includes managing the stock of goods or spare parts that will be used for heavy equipment maintenance as well as reporting on the use of spare parts which are stored in a file on a single computer. However, in practice, PBMadu experienced difficulties when recording the inventory, which is the staff had to upload and download inventory documents repeatedly every time they wanted to update inventory data because the data was not yet centralized. PBMadu applies the procedure for recording the cost of using spare parts using the First In First Out (FIFO) method which in practice often experiences problems, which is staff cannot ensure the exact order of items that enter the inventory. The PBMadu company considers that the current inventory recording process is inefficient and inaccurate, so they want a website-based inventory management system that can store data online and centrally. The inventory management system is called PBMadu Inventaris. Research and development of the PBMadu Inventory system is needed to meet the need for an inventory management system that suits user needs. The research flow begins with a literature study on the problems experienced by companies, requirement gathering by conducting interviews with users, Unified Modeling Language (UML) by making Use Case Diagrams (UCD) and relational model, system development using the Rapid Application Development (RAD) method, and ends with system testing with the User Acceptance Test (UAT), Usability Testing (UT), and the System Usability Scale (SUS). The evaluation results show that the system is feasible to use and has been approved by the PBMadu company."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyidan Fatchur Rochman
"Material MRO merupakan material yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan operasi dalam kegiatan operasional sebuah Perusahaan Migas. Pengelolaan persediaan MRO pada Perusahaan Migas dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan material MRO agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar. Tantangan dalam Manajemen Persediaan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan dengan maksimal dan dalam waktu yang sama berusaha untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Jumlah permintaan terhadap material MRO yang tidak menentu pada Perusahaan Migas menjadi tantangan yang harus dihadapi. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan persedian material MRO adalah Continuous Review System dan Periodic Review System. Metode ini digunakan untuk mendapatkan parameter-parameter kebijakan seperti jumlah pemesanan (Q), ROP, dan biaya total persediaan. Simulasi Monte Carlo digunakan untuk memperoleh range dari biaya total persediaan. Hasil yang diperoleh adalah model kebijakan Continuous Review dapat memberikan biaya total persediaan yang lebih rendah dari Periodic Review dengan selisih biaya total persediaan mencapai $ 76.000,00.

MRO is neccessary material to support maintenance, repair, and operation in Oil and Gas Company operational activity. The purpose of MRO inventory management ini Oil and Gas Company is to fulfill the MRO demand so the operational activity of the company can run smoothly. The challange in inventory management is to fulfill the need for MRO material and at the same time keep the cost associated at minimum. The fluctuation in MRO demand in Oil and Gas Company is one of the challenge the company have to face. Methods that can be used to calculate the inventory policy of MRO are Continuous Review System and Periodic Review System. These methods are used to calculate the parameters of the policy such as order quantity(Q), ROP, and total inventory cost. Monte Carlo Simulation is used to get the range of the total inventory cost for both of the model. The result from this research is that the Continuous Review System result in smaller total inventory cost than the Periodic Review System with margins as much as $76,000.00."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardy Muhammad Ichsan Sukirman
"Risiko dan ketidakpastian dalam kegiatan pemboran merupakan suatu hal yang lumrah dihadapi di industri hulu migas. Tidak diantisipasinya risiko akan berakibat fatal pada biaya pemboran. Kesiapan aspek material tangible oleh KKKS (Owner Company) adalah suatu keharusan dan menjadi faktor pertimbangan utama jadi atau tidaknya proyek. Pemboran tidak bisa dimulai atau dilanjutkan ke tahap trayek berikutnya, ketika material tidak tersedia dalam kuantitas yang mencukupi. Perusahaan harus menjamin ketersediaan material dengan tetap memperhatikan faktor keekonomian dan finansial dalam sudut pandang proses bisnis SCM (Supply Chain Management): Pengelolaan persediaan.
Penelitian dilakukan terhadap 12 jenis material tangible utama, dalam rentang waktu 2 tahun (2018-2019), mencakup 33 sumur bor (7 eksplorasi dan 26 eksploitasi), berdasarkan 4 parameter data primer sebagai informasi historis berupa jumlah: Persediaan, permintaan, pembelian, dan pemakaian. Kerangka berpikir yang digunakan dalam analisis risiko ini mengacu pada ISO 31000 Supply Chain Risk Management (SCRM). Analisis risiko dilakukan secara kuantitif dengan bantuan Crystal Ball®[1] untuk memperoleh nilai perkiraan risiko serta melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh, sehingga dapat dilakukan berbagai upaya untuk menurunkan risiko pada tingkatan yang dapat diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan utama adalah Casing 9.5/8 in. Simulasi model optimasi dapat meningkatkan probabilitas tercapainya kondisi persediaan sehat hingga 78,19%. Dengan menerapkan faktor koreksi sebesar 8,33% terhadap keputusan pembelian secara keseluruhan, sehingga kondisi persediaan sehat dengan toleransi risiko sebesar 10% dari nilai persediaan dapat tercapai.

The risks and uncertainties in gas well drilling activity are common in upstream oil & gas industry. The non-anticipated risk will be fatal to the drilling costs. Readiness of Tangible material aspect by PSC’s (Owner Company) is a must and becoming major consideration factor to the project do or not. Drilling can’t be started or continue to the next trajectory, when the material is not available on sufficient quantity, without ignoring quality. The company must guarantee the availability of material by taking into economic and financial factors in perspective of SCM (Supply Chain Management) business processes: Inventory management.
The research was carried out on 12 main tangible material items, in a span of 2 years (2018-2019), including 33 wellbores (7 explorations and 26 exploitations), based on 4 primary data parameters as historical information of quantity: Initial, requirement, purchasing, and usage. The thinking framework used in this risk analysis refers to ISO 31000 Supply Chain Risk Management (SCRM). Risk analysis used quantitatively method with Crystal Ball® to get the risk forecasting and sensitivity analysis indicating risk priority of the most decisive variable, so that various efforts can be implemented to reducing the risk at a tolerable level.
The results show that the most dominant factor is 9.5/8-inch Casing. Optimization model can increase the probability of health stock achieved up to 78.19%. With implementing correction factor by 8.33% towards purchase decision in overall, so that the health stock condition with 10% risk tolerance of inventory value can be achieved.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fatin Zulkhair Yusuf
"Beton menjadi salah satu material yang biasa digunakan sebagai dinding penghalang radiasi, khususnya pada radiasi yang berasal dari hamburan pasien dan kebocoran kepala linac. Semakin tebal beton yang digunakan maka semakin baik pula kemampuan dinding untuk menghalangi radiasi. Tetapi dinding beton yang terlalu tebal juga memiliki kekurangan, yaitu menghabiskan material yang lebih banyak dan luas daerah yang lebih besar. Sehingga perhitungan dilakukan untuk menentukan ketebalan dinding yang optimal dalam mendesain ruangan radioterapi. Selanjutnya kemampuan dinding dalam menghalangi radiasi di uji dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. penelitian ini menggunakan simulasi Monte Carlo N-Particle eXtended (MCNPX) untuk menghitung dosis dari desain ruangan instalasi radioterapi dengan sumber linac 15 Mv. Ketebalan dinding ruangan radioterapi harus dapat menghalangi radiasi sekunder sampai pada nilai batas laju dosis 0,2 mSv per minggu untuk pekerja radiasi (pada area terkontrol) dan 0,001 mSv per minggu untuk masyarakat umum (pada area tidak terkontrol). perhitungan ketebalan dinding sekunder didasarkan pada persamaan Safety report series 47 dengan menggunakan parameter umum pada radioterapi. Pada penelitian ini dinding sekunder didesain dengan ketebalan 0,882 m pada area terkontrol dan 1,36 m pada area tidak terkontrol. Desain sampel digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi dan efektivitas dari desain ruangan yaitu dinding sekunder dengan ketebalan 1,8 m pada area terkontrol dan 2,8 m pada area tidak terkontrol. Hasilnya ketebalan dinding pada area terkontrol dapat menghalangi radiasi hingga di bawah standar, sedangkan area tidak terkontrol perhitungan masih perlu diperhatikan.

Concrete is one of the materials commonly used as radiation barrier walls, especially in radiation from patient scattering and head leakage. The thicker the concrete used, the better the ability of the walls to block radiation. But if concrete walls that are too thick also have drawbacks, namely spend more materials and have a larger area. So the calculation is carried out to determine the optimal wall thickness in designing the radiotherapy room. Furthermore, the ability of the wall to block radiation is tested using a Monte Carlo simulation. This study uses a Monte Carlo N-Particle eXtended (MCNPX) simulation to calculate the dose from the design of the radiotherapy installation room with a 15 MV linac source. The wall thickness of the radiotherapy room must be able to block secondary radiation up to a dose rate limit of 0.2 mSv per week for radiation workers (in controlled area) and 0.001 mSv per week for the general public (in uncontrolled area). secondary wall thickness calculation is based on the equation on Safety report series 47 using general parameters in radiotherapy. In this study, the secondary wall was designed with a thickness of 0.882 m in controlled area and 1.36 m in uncontrolled area. The sample design is used to compare the efficiency and effectiveness of the room design, namely the secondary wall with a thickness of 1.8 m in the controlled area and 2.8 m in the uncontrolled area. As a result, the walls in the controlled area can withstand radiation below standard, while the uncontrolled area still needs attention."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi Afdol
"Manajemen risiko merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh perusahaan. Tujuan melakukan manajemen risiko adalah untuk mengelola ketidakpastian sehingga sesuai dengan target proyek. Manajemen risiko ini melakukan tahap demi tahap dalam mengidentifikasi hingga mitigasi risiko. Simulasi Monte Carlo digunakan untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam biaya dan waktu pengerjaan proyek.
Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan cukup signifikan dari hasil simulasi biaya dan perbedaan yang tidak signifikan dari hasil simulasi waktu dengan perencanaan perusahaan pada pengerjaan proyek eksplorasi nikel serta terdapat 6 risiko tingkat tinggi, 9 risiko tingkat sedang yang memerlukan mitigasi dan 12 risiko tingkat rendah dari pengerjaan proyek tersebut.

Project Risk management is very important and need to be considered by the company. The purpose of doing risk management is to manage the uncertainty that the project in accordance with the target. Risk management is done step by step in identifying risk until mitigation step. Monte Carlo simulations are used to reduce risk and uncertainty in the cost and time of project.
The results of the research there were significant differences from the results of cost simulation and differences are not significant from the results of the simulation time by planning the company's nickel exploration project work and then there are 6 of high risk, 9 of medium risk requiring mitigation, and 12 of low risk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>