Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199481 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Ivan Maxmillian Putra
"Pemerintah Indonesia melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) optimis untuk mencapai target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% dari energi nasional pada tahun 2025. Penetrasi EBT terhadap sistem tenaga listrik memiliki kekurangan karena adanya sifat ketidakpastian sumber EBT yang bergantung pada kondisi alam. Virtual Power Plant (VPP) sebagai teknologi terbaru menyediakan solusi untuk masalah tersebut yang merupakan gugus dari pembangkit yang terdistribusi, sistem penyimpanan energi, dan beban fleksibel yang berfungsi untuk meningkatkan penetrasi sumber EBT dan menciptakan suatu sistem tenaga listrik yang terkontrol. Penilitian ini bertujuan untuk merancang VPP di kawasan industri Pulo Gadung dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Battery Energy Storage System (BESS) menggunakan platform XENDEE. Simulasi yang dilakukan mengoptimalkan biaya kelistrikan serta keandalan sistem ketika terjadi pemadaman. Hasil simulasi menunjukkan implementasi VPP dapat menurunkan biaya kelistrikan dari $0,1/kWh menjadi $0,881/kWh pada skenario tarif normal dan dari $0,1042/kWh menjadi $0,987/kWh pada skenario tarif dengan Time-of-Use (ToU). Hasil simulasi juga menunjukkan implementasi BESS pada VPP dapat meningkatkan keandalan sistem ketika terjadi pemadaman.

The Indonesian government through the Electricity Procurement Plan (RUPTL) is optimistic to achieve the Renewable Energy Sources (RES) target of 23% of the national energy in 2025. RES penetration into the electric power system has drawbacks due to the intermittency nature of RES that depend on natural conditions. Virtual Power Plant (VPP) as the latest technology provides a solution to this problem which is a group of distributed energy resources (DER), energy storage systems, and flexible loads that function to increase penetration of RES and create a controlled power system. This research aims to design a VPP in the Pulo Gadung industrial area by utilizing a Solar Power Plant and a Battery Energy Storage System (BESS) using the XENDEE platform. The simulations carried out optimize electricity costs and system reliability when outage occur. Optimization results show that the implementation of VPP can reduce costs of energy from $0.1/kWh to $0.881/kWh in the normal tariff scenario and from $0.1042/kWh to $0.987/kWh in the Time-of-Use (ToU) scenario. The simulation results also show that the implementation of BESS in VPP can provide system reliability during power outages."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Akbar Attallah
"Untuk mencapai pembangkitan listrik nol emisi karbon, diperlukan pembangkit listrik energi terbarukan (EBT) sebagai sumber energi utama. Peningkatan pembangkitan listrik EBT memunculkan permasalahan stabilitas tegangan dan frekuensi serta masalah keandalan dikarenakan oleh karakteristik ketidakpastian dan intermiten dari pembangkit listrik EBT yang menggunakan sumber energi yang tidak dapat dikendalikan.Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem VPP pada Kawasan Berikat Nusantara dengan menggunakan perangkat lunak XENDEE. Perangkat lunak XENDEE akan melakukan optimasi tekno-ekonomi untuk memperoleh konfigurasi besaran kapasitas dari komponen VPP yang terbaik. Hasil dari optimasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa skenario sistem VPP yang mengimplementasikan PLTS dengan skema tarif eksisting untuk sektor industri dapat melakukan penghematan biaya tahunan dan penurunan COE sebesar 27%. Kapasitas PLTS yang merupakan hasil optimasi dari perangkat lunak XENDEE berkapasitas sebesar 4.4 MWp. Adapun skenario lain dimana terdapat teknologi BESS pada sistem VPP dengan skema tarif Time-of-Use, yang dapat melakukan penghematan biaya tahunan dan penurunan COE sebesar 19.1%. Skenario ini menggunakan kapasitas PLTS sebesar 4.4 MWp, BESS 4.48 MWh, dan inverter 749 kW. Sistem VPP yang menggunakan BESS juga dapat melakukan peak shaving sehingga dapat menurunkan nilai beban puncak dari jaringan utilitas. Seluruh skenario dari hasil simulasi memiliki hasil analisa aliran daya dengan tegangan pada tiap bus yang mematuhi standar grid code dengan deviasi tegangan tertinggi bernilai 0.12% dari tegangan nominalnya.

To achieve zero-carbon emission electricity generation, Renewable Energy Resources (RES) are needed as the main energy source. The increase in RES raises problems of voltage and frequency stability, as well as reliability problems due to the uncertain and intermittent characteristics of RES. The solution to this challenge is a Virtual Power Plant (VPP) system. VPP is a system that aggregates multiple generation, load, and storage systems to replicate a large-scale power plant. VPP was introduced to RES generation  without sacrificing network stability and reliability, as well as offering many other technical and economic benefits. This study aims to design a VPP system in the PT KBN industrial area using XENDEE. XENDEE will perform techno-economic optimization to obtain the best capacity configuration of the VPP component. The optimization results indicate that by implementing a PV system within an existing tariff scheme for industrial load, a VPP system scenario can achieve annual cost savings and a reduction in COE of 30.2%. The optimized capacity of the PV system using XENDEE software is 4.4 MWp. Another scenario involves a VPP system with Battery Energy Storage System (BESS) technology and a Time-of-Use tariff scheme, which can achieve annual cost savings and a reduction in COE of 19.1%. This scenario uses a PV system capacity of 4.4 MWp, a BESS of 4.48 MWh, and an inverter of 749 kW. A VPP system that uses BESS can also perform peak shaving, thereby reducing the peak load value of the utility network. All simulation scenarios have power flow analysis results with voltages at each bus complying with the grid code standard, with the highest voltage deviation being 0.12% of the nominal voltage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Ramadhanti Hashmi
"Penetrasi pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ke dalam jaringan sistem tenaga listrik dapat menyebabkan masalah pada stabilitas sistem, walaupun dapat membantu mengatasi masalah emisi karbon dan juga krisis iklim yang terjadi. Virtual Power Plant (VPP) merupakan sistem agregasi dari berbagai Distributed Energy Resources (DER), beban fleksibel, Battery Energy Storage System (BESS), dan sistem komunikasi yang dapat meningkatkan efisiensi sistem dan memfasilitasi konsumen untuk melakukan transaksi energi listrik dengan utilitas. VPP mengkoordinasikan semua unit DER menjadi satu kesatuan untuk diintegrasikan ke dalam jaringan utama agar tidak membahayakan stabilitas sistem.. Konfigurasi sizing komponen yang optimal dan kehandalan sistem dapat ditentukan dengan menggunakan perangkat lunak XENDEE. Simulasi optimasi tekno-ekonomis dilakukan untuk mendapatkan sizing dari setiap komponen dan biaya kelistrikan dan simulasi aliran daya dilakukan untuk dapat melakukan analisis keandalan sistem. Dari hasil simulasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian VPP di Universitas Indonesia mampu menurunkan biaya energi listrik, terutama pada skenario yang menerapkan skema tarif Time-of-Use (ToU) dan pemanfaatan teknologi BESS.

The penetration of Renewable Energy Sources (RES) into the power system grid can cause several problems with the system stability, although the penetration can also help overcome the issue of carbon emissions and the climate crisis. A Virtual Power Plant (VPP) is an aggregation system of various Distributed Energy Resources (DER), controllable loads, Battery Energy Storage System (BESS), and Communication System that can improve systems efficiency and facilitate consumers to do the energy trading. The VPP coordinates all DER units into one unit that can be integrated into the main grid without endangering the system stability. XENDEE software can be used to determine the optimal component sizing and to perform a reliability analysis. Techno-economic optimization simulations are aimed to obtain the optimal sizing of each component and calculate the cost of energy of the system. Power flow simulation is performed to conduct a system reliability analysis. The VPP design is expected to achieve optimal results technically and economically. From the simulation results, it can be concluded that the implementation of VPP at the University of Indonesia is able to reduce electricity costs, especially in scenarios that apply the Time-of-Use (ToU) tariff scheme and the utilization of BESS technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Pratama Putra Handaya
"Penetrasi EBT saat ini sedang dicanangkan untuk mencapai kondisi kelistrikan tanpa emisi karbon. Namun, penetrasi EBT ini masih menimbulkan beberapa permasalahan seperti permasalahan pada kestabilan frekuensi dan tegangan, juga keandalan dari sistem. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dapat melakukan agregasi pada pembangkit EBT dengan tetap memperhatikan kondisi kestabilan, keandalan, dan ekonomis dari sistem. Virtual Power Plant dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Virtual power plant (VPP) adalah sistem yang terdiri dari berbagai pembangkit EBT yang tersebar di berbagai lokasi, yang dikendalikan secara terpusat untuk menyediakan energi listrik ke jaringan utama. VPP dapat terdiri dari berbagai sumber energi, seperti panel surya, angin, atau hidroelektrik, dan dapat menggunakan teknologi seperti Battery Energy Storage Systems (BESS) untuk menyimpan dan mengelola energi yang dihasilkan. VPP dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil dan meningkatkan efisiensi energi dengan mengelola dan mengoptimalkan penggunaan pembangkit EBT yang tersebar di berbagai lokasi. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan perancangan sistem VPP di Kawasan Bisnis SCBD dengan bantuan perangkat lunak XENDEE sebagai perangkat simulasi. XENDEE akan melakukan simulasi berupa optimasi tekno-ekonomi dan analisis aliran daya untuk mengetahui konfigurasi yang sesuai dari sistem dengan mempertimbangkan faktor ekonomis dan emisi gas karbon. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengimplementasian VPP di kawasan bisnis SCBD dapat menurunkan biaya energi listrik terutama dengan pemasangan PLTS, BESS, dan penerapan tarif Tou pada sistem.

The current RES penetration is being targeted to achieve carbon emission-free power conditions. However, this EBT penetration still causes some problems such as frequency and voltage stability problems and system reliability. Therefore, a system that can aggregate RES power plants while considering the stability, reliability, and economic conditions of the system is needed. Virtual Power Plant (VPP) can be a solution to these problems. VPP is a system consisting of various RES power plants scattered in various locations, controlled centrally to provide electricity to the main grid. VPP can consist of various energy sources, such as solar panels, wind, or hydroelectric, and can use technologies such as Battery Energy Storage Systems (BESS) to store and manage the energy generated. VPP can help reduce dependence on fossil energy sources and increase energy efficiency by managing and optimizing the use of EBT power plants scattered in various locations. This research is conducted to design a VPP system in the SCBD Business Area with the help of the XENDEE software as a simulation tool. XENDEE will simulate techno-economic optimization and power flow analysis to determine the appropriate configuration of the system considering economic factors and carbon emissions. The simulation results indicate that the implementation of VPP in the SCBD can reduce electricity energy costs, especially with the installation of solar power systems (PLTS), battery energy storage systems (BESS), and the implementation of Time of Use (ToU) tariffs on the system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nur Sabrina
"Tarif energi baru dan terbarukan (EBT) adalah kebijakan yang paling umum dan biasanya digunakan di dunia untuk mendorong pengembang swasta memasuki pasar pembangkit listrik EBT. Namun di Indonesia, tarif EBT yang berlaku saat ini berdasarkan Permen ESDM No. 50/2017 dianggap tidak mencukupi menguntungkan bagi pengembang swasta karena tarif EBT berbasis biaya Pembangkit PLN berbasis daerah (BPP, Harga Pokok Produksi) yang kena flat dengan pembangkit bahan bakar fosil, yang saat ini cenderung lebih mahal rendah dibandingkan dengan biaya investasi pembangkit EBT. Karena itu Dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik Karena kasusnya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seperti apa struktur tarif tersebut EBT saat ini sesuai dengan kelayakan finansial dari potensi yang ada Pembangunan PLTS Fotovoltaik tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pemodelan keuangan disimulasikan untuk dua skenario teknologi berbeda yaitu 1) PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa menggunakan sistem baterai dan 2) PLTS Fotovoltaik on-grid menggunakan sistem baterai. Adapun, hasilnya dari studi ini adalah struktur tarif EBT saat ini, hanya sesuai kelayakan finansial 60% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028 dalam skenario PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa sistem baterai. Sedangkan pada skenario PLTS Fotovoltaik menggunakan sistem baterai, Tarif EBT hanya sesuai dengan kelayakan finansial 24% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028.
ABSTRACT
Tarif energi baru dan terbarukan (EBT) adalah kebijakan yang paling umum dan biasanya digunakan di dunia untuk mendorong swasta memasuki pasar pembangkit listrik EBT. Namun di Indonesia, tarif EBT yang sesuai saat ini berdasarkan Permen ESDM No. 50/2017 respon tidak mencukupi menguntungkan bagi pengembang swasta karena tarif EBT berbasis biaya Pembangkit PLN berbasis daerah (BPP, Harga Pokok Produksi) yang kena flat dengan pembangkit bahan bakar fosil, yang saat ini cenderung lebih mahal dibandingkan dengan biaya investasi pembangkit EBT. Karena itu Dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik Karena kasusnya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seperti apa struktur tarif tersebut EBT saat ini sesuai dengan kelayakan finansial dari potensi yang ada Pembangunan PLTS Fotovoltaik tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019 -2028. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pemodelan keuangan yang disimulasikan untuk dua skenario teknologi yang berbeda yaitu 1) PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa menggunakan sistem baterai dan 2) PLTS Fotovoltaik on-grid menggunakan sistem baterai. Adapun, hasilnya dari studi ini adalah struktur tarif EBT saat ini, hanya sesuai kelayakan finansial 60% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028 dalam skenario PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa sistem baterai. Sedangkan pada skenario PLTS Fotovoltaik menggunakan sistem baterai, Tarif EBT hanya sesuai dengan kelayakan finansial 24% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028.

Tariff policy is important to induce RE developers to enter the market of electricity power plants. In Indonesia, the developers face uncertainty in business they experienced several changes in tariff structure for the last two years. According to MEMR Regulation No.50/2017, the current tariff structure is not the ideal case since the tariff uses mixed energy generation cost per region as the basis instead of renewable energy generation cost. Therefore, using solar PV generation as the case,this study aims to examine how the current tariff structure fits the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028. This research will be conducted using financial modeling to look at two scenarios, which are 1) Solar Photovoltaic on-grid without a battery system, 2) Solar photovoltaic on-grid with a battery system. The result of this study is the current tariff structure is only fits 60% of the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028 in a scenario without battery system and 24% of the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028 in a scenario with a battery system. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasmaratantra Dhaneswara
"Perkembangan harga dari PV belakangan ini telah membuat teknologi PV semakin terjangkau. Harga dari modul PV di US sudah menurun dari 60c/watt menjadi 40c/watt dalam 3 bulan belakangan ini., dan diperkirakan akan semakin menurun sampai sekitar 35c/watt kedepannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari karakteristik dari rugi-rugi pada saluran yang disebabkan oleh penetrasi PV dan mendapatkan lokasi optimum dan kapasitas PV optimum. Simulasi alliran daya dilakukan pada grid pulau sumba timur menggunaka software DIgSILENT Power factory 15.1. Pemasangan PV pada sistim distribusi radial dengan lokasi optiPerkembangan harga dari PV belakangan ini telah membuat teknologi PV semakin terjangkau. Harga dari modul PV di US sudah menurun dari 60c/watt menjadi 40c/watt dalam 3 bulan belakangan ini., dan diperkirakan akan semakin menurun sampai sekitar 35c/watt kedepannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari karakteristik dari rugi-rugi pada saluran yang disebabkan oleh penetrasi PV dan mendapatkan lokasi optimum dan kapasitas PV optimum. Simulasi alliran daya dilakukan pada grid pulau sumba timur menggunaka software DIgSILENT Power factory 15.1. Pemasangan PV pada sistim distribusi radial dengan lokasi optimum dan kapasitas optimum dapat mengurangi rugidaya aktif hingga 50 . Lokasi optimal dan persentase penetrasi optimal untuk sistim distribusi radial di Sumba Timur system Waingapu terletak di bus Kambajawa dengan penetrasi 40.

Recent price wars of the PV technology have made PV technology become more accessible. The price of solar modules in the US has already fallen from around 60c watt to 40c watt in the last quarter alone, and is expected to fall further to around 35c watt in the current quarter. The objectives of this research are to get the characteristic of line losses caused by PV penetration and get the optimum location and optimum PV penetration percentage. Load flow simulation was done on East Sumba Grid by using software DIgSILENT Powerfactory 15.1. Installation of PV in radial distribution system with optimum location and optimum percentage penetration able to decrease the active power losses up to 50 . Optimal location and penetration capacity percentage for radial distribution system in East Sumba Waingapu System Grid located in Kambajawa bus with 40 Penetration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Zakaria Kapa
"Pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil atau somber energi tak terbarukan memberikan harapan yang cerah di mass sekarang maupun yang akan datang. Namun hal ini masih menemui kendala-kendala antara lain biaya investasi dan biaya tahunan yang mahal. Dalam skripsi ini dibahas mengenai minimalisasi biaya tahunan total dengan memperhatikan besamya kebutuhan energi dan ketersediaan sumber energi terbarukan di suatu lokasi terutama di daerah terpencil dengan mendesian suatu Sistem Energi Terbarukan Terpadu (SETT). SETT adalah suatu sistem yang menggunakan dua atau lebih sumber energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, energi air dan energi biogas untuk memenuhi satu set kebutuhan energi. Lokasi yang menjadi pilihan adalah di Mali Alor, NTT karena merupakan daerah yang cocok untuk menerapkan SETT dalam hat ini yang dimanfaatkan adalah energi matahari dan energi angin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Adi Candra
"Pemerintah ditargetkan untuk bauran energi terbarukan minimal 23%. Kontribusi kapasitas pembangkit dari energi surya setara sebesar 6,5 GW dari total kapasitas pembangkitan energi terbarukan sebesar 45 GW pada 2025. Energi surya memiliki potensi lebih dari 200 GW dengan efisiensi teknologi photovoltaic yang tersedia saat ini. Namun, pemanfaatan energi surya dalam pembangkitan listrik masih kurang dari 100 MW. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis selisih biaya tagihan litrik sebelum dan sesudah pemasangan PLTS, menentukan kecepatan pengembalian investasi pemasangan PLTS atap, mendeskripsikan dampak pemasangan PLTS atap terhadap pelanggan, PLN dan pemerintah. Hasil penelitian pada pelanggan daya 450 VA sebelum PV = Rp. 63.154, sesudah PV = Rp. 78.085 dan pada pelanggan daya 900 VA sebelum PV = Rp. 110.413, sesudah PV = Rp. 112.240. Skema export-import yang paling optimal adalah 85%. Potensi pengalihan subsidi listrik berjumlah Rp46.433.637.049.601 untuk pemasangan PLTS sebanyak 1.797.612 unit.

The government is targeted to a renewable energy mix of at least 23%. The contribution of generating capacity from solar energy is equivalent to 6.5 GW of the total renewable energy generation capacity of 45 GW by 2025. Solar energy has the potential of more than 200 GW with the efficiency of photovoltaic technology currently available. However, the use of solar energy in electricity generation is still less than 100 MW. The aim of this study was to analyze the difference in the cost of electricity bills before and after PLTS installation, determine the speed of return on investment in PLTS installation, describing the impact of PLTS installation on customers, PLNs and the government. Research results on 450 VA power customers before PV = Rp. 63,154, after PV = Rp. 78.085 and at 900 VA power customers before PV = Rp. 110.413, after PV = Rp. 112.240. The most optimal export-import scheme is 85%. The potential for the shifting of electricity subsidies is Rp. 46,433,637,049,601 for the installation of 1,797,612 PLTS units."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Monica Virgine
"Kampung Mului merupakan salah satu kampung yang berada di wilayah Desa SwanSlutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kampung Mului belum mendapat pasokan listrik dari PLN sehingga masyarakat memakai genset untuk kebutuhan sehari-hari. Kondisi daerah Kampung Mului merupakan alasan mendasar untuk memberdayakan potensi air terjun di Kampung Mului menjadi sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pada penelitian ini dibahas kelayakan investasi PLTMH dari segi ekonomi menggunakan NPV, PI dan Payback Period PLTMH Kampung Mului 20 tahun beroperasi dengan biaya pengeluaran listrik masyarakat Kampung Mului jika tidak memakai PLTMH. Hasil dari penelitian menunjukkan potensi daya air terjun Kampung Mului sebesar 123,4 kW dan kebutuhan beban listrik Kampung Mului sebesar 19,92 kW. Dari besarnya kebutuhan beban listrik Kampung Mului sehingga yang akan diambil debit air sungai sebesar 0.36 m3 /s dengan tinggi jatuh air 10 m. Hasil NPV skenario 2 sebesar Rp 6.770.000,- dan hasil NPV skenario 3 dengan iuran Rp 130.000,-/rumah dan Rp 43.000,-/rumah adalah sebesar Rp 755.960.000 dan Rp 4.280.000 yang menghasilkan nilai positif (>1), sehingga sumber dana tanpa bunga dan sumber dana hibah secara ekonomi investasi layak untuk membangun PLTMH. Hasil NPV skenario 1 dengan bunga tinggi dan rendah, sama-sama menghasilkan nilai negatif. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi (Payback Period) adalah 13 tahun 1 bulan. Hasil nilai PI dari 3 skenario yang telah didapat, hanya pada skenario 3 dengan nilai PI > 1 dengan nilai 1.0292 sehingga untuk metode PI yang layak untuk dibangun adalah hanya skenario 3. Harga pokok produksi untuk 20 tahun beroperasi sebesar Rp 582,89,- kWh. 

Kampung Mului is one of the villages in the area of SwanSlutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, East Kalimantan Province. Mului Village is one of the villages in the Paser Regency, East Kalimantan. Mului village has not received electricity from PLN, so the community uses generators for their daily needs. The condition of the Kampung Mului area is a fundamental reason for empowering the potential of a waterfall in Kampung Mului to be a source of Micro Hydro Power Plants (PLTMH). This study discusses the economic feasibility of PLTMH investment using NPV, PI and Payback Period for PLTMH Kampung Mului for 20 years operating at the cost of electricity expenditure for Kampung Mului community if they do not use PLTMH. The results of the study showed the potential of Kampung Mului waterfall is 123,4 kW and the electricity load needs of Kampung Mului was 19,92 kW. Of the magnitude of the need for electricity in Kampung Mului, the river water debit will be taken at 0,36 m3 / s with 10 m effective high. The NPV scenario 2 results of IDR 6.770.000 and the NPV results of scenario 3 with contributions of IDR 130.000 / house and IDR 43.000 / house is IDR 755.960.000 and IDR 4.280.000 which results in a positive value (> 1) , so that the source of funds without interest and sources of grant funds are economically feasible to build PLTMH. But for NPV scenario 1 results with high and low interest, both produce negative values. The length of time needed to return the investment cost (Payback Period) is 13 years 1 month. The results of PI values from the 3 scenarios that have been obtained, only in scenario 3 with PI values > 1 with a value of 1,0292 so that for the PI method that is feasible to be built is only scenario 3. The cost of production for 20 years of operation is Rp. 582,89, - kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>