Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Amelia
"Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam. Adsorpsi dengan Granular Activated Carbon (GAC) sebagai pertimbangan rekomendasi teknologi dalam penyisihan kadar organik terutama dalam air laut. Kadar organik menjadi salah satu parameter yang diuji karena merupakan penyebab fouling pada reverse osmosis pada SWRO Ancol. Penyisihan kadar organik ini diketahui dengan UV-Vis. Adsorpsi dilakukan dengan menggunakan karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dengan metode aktivasi dan non-aktivasi. Tujuan proses aktivasi untuk menambah atau memperbesar diameter pori karbon dan mengembangkan volume yang terserap dalam pori serta untuk membuka pori-pori baru. Dalam penelitian ini, aktivasi dilakukan secara fisika dan kimia menggunakan larutan ZnC2 yang nantinya akan direndam dengan karbon aktif selama 24 jam. Kemudian karbon aktif akan di furnace dengan suhu 750  selama 2 jam. Proses prefiltrasi karbon aktif dilakukkan dengan menghomogenisasi air laut menggunakan orbital shaker dengan dosis karbon aktif sebanyak 1, 2, dan 4 gram selama 30, 60, dan 120 menit. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa dosis optimum berada pada 2 gram dengan waktu optimum selama 30 menit. Pada metode non-aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 76,20% sedangkan pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 85,50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa adsorpsi pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dapat menyisihkan kadar organik pada air laut dan karbon akitf Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi lebih efektif dalam menyisihkan kadar organik pada air laut.

Adsorption is a process of absorption by certain solids of certain substances that occurs on the surface of solids due to the attractive force of molecules on the surface of the solid without seeping into it. Adsorption with Granular Activated Carbon (GAC) is a consideration for technology recommendations in removing organic content, especially in seawater. Organic content is one of the parameters tested because it is the cause of fouling in reverse osmosis at SWRO Ancol. Removal of organic content was known as UV-Vis. Adsorption was carried out using activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 with activation and non-activation methods. The activation process aims to increase or enlarge the carbon's pore diameter, expand the volume adsorbed in the pore, and open new pores. In this study, activation was carried out physically and chemically using a ZnCl2 solution, which would be soak in activated carbon for 24 hours. Then the activated carbon will be in the furnace at a temperature of 750℃ for 2 hours. The activated carbon prefiltration process was carried out by homogenizing sea air using an orbital shaker with a dose of 1, 2, and 4 grams of activated carbon for 30, 60, and 120 minutes. The results of this study indicate that the optimum dose is at 2 grams with an optimum time of 30 minutes. In the non-activation method, the average organic content in Ancol seawater was 76.20%, while in the activated carbon Jacobi Aquasorb 1000, the activation method removed an average organic content in Ancol seawater by 85.50%. Therefore, adsorption on activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 could remove organic content in the seawater and activated carbon. The Jacobi Aquasorb 1000 activation method is more effective in removing organic content in seawater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Yulita
"Anaerobik digester memiliki dua sisi dimana menghasilkan energi dan masih menyisakan produk sampingan yang disebut digestat. Digestat tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan atau badan air karena mengandung zat pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi karbon aktif glanular fluidized bed pada penyisihan parameter COD dan parameter yang terdapat pada , TSS, BOD, Amonia hasil digestat. Pengujian dilakukan dengan sistem batch dan kolom fluidized bed adsorpstion. Pengujian sistem batch untuk menetukan dosis optimum yang akan digunakan pada pengujian isoterm dan pengujian waktu optimum pada penyisihan COD.
Pengujian dosis optimum digunakan varisi antara 5, 7, 10, 15, 18 g dan waktu yang digunakan 5, 10, 15, 30, 45, 60 menit. Waktu optimum diperoleh pada 10 menit dan dosis optimum dalam penyisihan COD sebanyak 15 g. isotherm yang lebih cocok digunakan adalah isotherm freundlich. Dalam pengujian kolom fluidized bed adsorpsi penguian ketiga perbedaan waktu kontak penghapusan beban pencemar mulai terlihat pada  menit pertama hingga pada menit ke 30 menunjukan penyishan yang signifikan, setelah itu beban tercemar yang ada mulai jenuh hingga beberapa diantaranya memelihi konsentrasi awal. Pada pengujian Fluidized bed adsorpsi menunjukkan penyisihan COD , TSS, BOD dan Amonia sebesar mencapai 96%, 85 %, 90 % dan 69% pada waktu 30 menit. 

Anaerobic digestion has two sides where it produces energy and still leaves a by-product called digestat. Digestat cannot be directly thrown into the environment or body of water because it contains contaminants. This study aims to analyze the efficiency of glanular fluidized bed activated carbon in the removal of COD parameters and parameters contained in, TSS, BOD, and digestion. Tests were carried out with a batch system and fluidized bed adsorption column. Batch system testing to determine the optimum dose that will be used in the isotherm testing and testing the optimum time for COD removal.
The optimum dosage test was used between 5, 7, 10, 15, 18 g and the time used was 5, 10, 15, 30, 45, 60 minutes. The optimum time was obtained at 10 minutes and the optimum dose in COD removal was 15 g. the more suitable isotherm is freundlich isotherm. In testing the fluidized bed adsorption column, the third measurement of the removal contact time of pollutant load began to be seen in the first minute until the 30th minute showed significant filtration, after which the existing polluted load began to saturate until some of them maintained the initial concentration. In testing Fluidized bed adsorption shows allowance for COD, TSS, BOD and Ammonia reached 96%, 85%, 90% and 69% at 30 second.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Herlin Rachmasari
"

Pembangunan yang terus berkembang pesat menyebabkan luas permukaan sebagai resapan air berkurang sehingga infiltrasi alami ke dalam tanah berkurang. Muka air tanah terus menurun sehingga timbul masalah ketersediaan air dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk menangani masalah tersebut, dapat diterapkan alternatif lain berupa pemanfaatan air hujan sebagai sumber air baku. Air hujan harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan karena kualitasnya belum memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010. Air hujan diolah dengan reaktor kombinasi dari media filter polypropylene dan lampu ultraviolet dengan variasi pada debit aliran (waktu kontak), yaitu debit 1400 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,62 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 6,43 s), 2250 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,39 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 4,00 s), dan 3000 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,29 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 3,00 s). Pengujian kontaminan berupa parameter zat organik (KMnO4), kekeruhan, TDS, pH, dan bakteri Escherichia coli. Dari hasil penelitian, variasi waktu kontak 1,2, dan 3 dapat menurunkan konsentrasi seluruh kontaminan hingga memenuhi baku mutu, dimana efisiensi penyisihan E. coli mencapai 100% pada seluruh variasi, TDS 9,30% pada variasi ke 1, kekeruhan 76% pada variasi ke 1, dan zat organik 95,56% pada variasi ke 1.


Development that continues to grow causes the surface area as water infiltration is reduced so that natural infiltration into the soil is reduced. The ground water level continues to decrease, causing water problems in terms of quantity and quality. To overcome this problem, an alternative can be used using rainwater as a source of raw water. Rainwater must be processed first before it can be used to improve the quality of the water, which does not meet the quality requirements according to Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Rainwater is treated with a combined reactor of polypropylene filter media and ultraviolet light with variations in flowrate (retention time), i.e. debit of 1400 L/h (HRT on the filtration unit is 0.62 s and contact time on the disinfection unit is 6.43 s), 2250 L/h (HRT on the filtration unit is 0.39 s and contact time on the disinfection unit is 4.00 s) and 3000 L/h (HRT on the filtration unit is 0.29 s and contact time on the disinfection unit is 3.00 s). Testing of contaminants in the form of parameters of organic matter (KMnO4), turbidity, TDS, pH, and Escherichia coli bacteria. From the results of the study, variations in retention time 1, 2, and 3 can reduce the concentration of contaminants to meet the qualifications, while the removal efficiency of E. coli reaches 100% in all variations, TDS 9.30% in variation 1, turbidity 76% in variation 1, and 95.56% organic matter in the variation 1.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatul Jauharoh
"Peningkatan populasi di DKI jakarta mengakibatkan kenaikan kebutuhan air bersih. Hal ini menjadikan air laut sebagai pilihan sumber air alternatif. Teknologi pengolahan air laut desalinasi menggunakan reverse osmosis mampu mengolah menjadi air minum yang layak. Masalah yang kerap timbul pada RO adalah fouling yang dapat diatasi dengan pre-treatment menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC). Adsorpsi PAC dapat menghilangkan bahan organik yang dapat mengakibatkan terjadinya fouling. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan bahan organik dari kadar dosis dan waktu kontak menggunakan PAC dan mengkaji pengaruh kondisi air sampel terhadap efisiensi penyisihan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah bahan organik dalam absorbansi (Abs). Sedangkan variabel bebas berupa variasi dosis, waktu kontak, dan kondisi sampel. Hasil penelitian kondisi hujan menunjukkan waktu optimum terjadi pada 20 menit dan dosis optimum 250 mg/L dengan penyisihan organik sebesar 80,7%. Waktu dan dosis optimum tersebut diberlakukan dalam proses adsorpsi pada pengambilan sampel saat kondisi hujan. Dihasilkan penyisihan organik pada sampel kondisi hujan sebesar 82,7%. Diperoleh hasil isoterm adsorpsi kondisi normal terbesar 1.981,33 mg/g dan kondisi hujan sebesar 2.068,67 mg/g. Sehingga, PAC dapat menyisihkan organik pada air laut pada kondisi normal maupun hujan. 

The increase in population in DKI Jakarta has resulted in an increased demand for clean water. This has made seawater an alternative water source. Desalination technology using reverse osmosis is capable of treating seawater into drinkable water. A common problem in reverse osmosis is fouling, which can be addressed through pre-treatment using Powdered Activated Carbon (PAC). PAC adsorption can remove organic matter that can cause fouling. The aim of this research was to determine the efficiency of organic matter removal based on dosage and contact time using PAC and to assess the influence of sample water conditions on the removal efficiency. The dependent variable in this study is the organic matter in absorbance (Abs). The independent variables include dosage variation, contact time, and sample conditions. The research results under rainy conditions showed that the optimum time was 20 minutes and the optimum dosage was 250 mg/L, resulting in an organic removal efficiency of 80.7%. These optimum time and dosage were applied in the adsorption process for the rainy condition sample collection, resulting in an organic removal of 82.7%. The highest adsorption isotherm result under normal conditions was 1,981.33 mg/g, and under rainy conditions, it was 2,068.67 mg/g. Therefore, PAC is capable of removing organic matter from seawater under both normal and rainy conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Budiarti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode aktivasi terhadap luas permukaan dan kualitas karbon aktif yang dihasilkan dari tongkol jagung. Metode aktivasi yang digunakan adalah metode aktivasi kimia menggunakan KOH dan aktivasi fisika menggunakan gas alir N2 dan CO2. Aktivasi dilakukan pada laju alir 100, 200 dan 300 mL/menit. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika saja dan aktivasi kimia saja. Karbon aktif terbaik diperoleh melalui metode aktivasi kimia-fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 100mL/menit. Melalui proses tersebut diperoleh karbon aktif dengan bilangan iod sebesar 1065,15 mg/g, rendemen 55,65%, kadar air 20,62%, kadar abu 1,96%, dan kadar zat volatile 22,18%.

This research aims to determine the effect of activation methods on surface area and quality of activated carbon produced from corn cobs. In this research controlled by chemical activation method using KOH and physical activation method using N2 and CO2 gasification at a flow rate of 100, 200 and 300 mL/min. For comparison, the study was also carried out the manufacture of activated carbon by physical activation method and chemical activation method. The best activated carbon obtained by chemical-physical activation method using N2 gasification with a flow rate of 100mL/min. This method produced activated carbon with iodine number of 1065,15 mg/g, yield (55,65%), moisture content (20,62%), ash content (1,96%), and volatile matter (22,18%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadhian Adhitya Gangga
"Pada penelitian ini, ingin dilihat pengaruh akivasi kimia dan fisika pada pembuatan karbon aktif berbahan baku sekam padi. Aktivasi kimia dilakukan dengan mengimpregnasi arang sekam dengan KOH dengan rasio massa arang sekam dan KOH 1:4 (berat kering). Dan aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan gas N2 100 mL/ min dan gas CO2 yang divariasikan 100, 200, 300, dan 400 mL/min pada suhu 800°C selama 1 jam. Bilangan iod tertinggi didapatkan dari karbon yang diaktivasi kimia fisika dengan laju N2 100 mL/min dan CO2 100 mL/min yaitu sebesar 793,04 mg/g, sedangkan bilangan iod terendah didapatkan pada karbon ayang diaktivasi kimia fisika yang dialirkan N2 100 mL/min saja 583,26 mg/g. Sebagai pembanding, juga dilakukan pembuatan karbon aktif dengan metode aktivasi fisika saja dan kimia saja. Untuk karbon yang diaktivasi fisika saja dan kimia saja diperoleh bilangan iodin karbon aktif sebesar 421,09 mg/g dan 496,09 mg/g. Karbon aktif yang memiliki bilangan iod tertinggi memiliki kadar air 13,062 %, kadar abu 8,588 %, dan bagian yang hilang pada pemanasan 950°C 23,123 %.

The main purpose of this study is want to see the influence of chemical and physical activation in producing activated carbon made from rice husk. The chemical activation was done by KOH impregnation on rice husk that had been carbonized with a mass ratio of rice husk charcoal and KOH 1:4 (dry weight). And physical activation was done by flewing N2 gas 100 mL / min and CO2 with flow rate varied 100, 200, 300, and 400 mL / min at a temperature of 800°C for 1 h. The highest iodine number of activated carbon obtained from chemical physics at a rate of N2 100 mL / min and CO2 100 mL / min, that is 793,04 mg / g, while the lowest iodine number obtained on activated carbon yang physical chemistry N2 flow 100 mL / min only 583.26 mg / g. For comparison, also made the activated carbon made by physical activation only method and chemistry only. For activated carbon that made by physical and chemical activation only just acquired iodine number at 421,09 mg / g and 496,09 mg / g. Activated carbon that has the highest iodine number has 13,062% moisture content, ash content 8,588%, and the missing parts on heating 950°C 23,123%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Tamala
"Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif yang berbahan baku dari cangkang sawit dan melihat pengaruh aktivasi kimia dan fisika terhadap sifat karbon aktif yang dihasilkan. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400oC. Pada aktivasi kimia digunakan aktivator H3PO4 4M , sedangkan pada aktivasi fisika digunakan aliran gas N2 dan gas CO2 yang laju alirnya divariasikan ( 100 mL/menit, 200 mL/menit, 300 mL/menit dan 400 mL/menit). Karakterisasi karbon aktif yang dipelajari dalam penelitian ini adalah rendemen, kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu dan bilangan iodin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif terbaik berdasarkan daya jerap iodinnya adalah karbon yang mengalami aktivasi kimia (perendaman H3PO4) dan aktivasi fisika dengan menggunakan gas N2 dengan laju alir sebesar 100 mL/menit dilanjutkan gas CO2 dengan laju alir sebesar 200 mL/menit. Karbon ini memiliki bilangan iodin sebesar 678,15 mg/g dengan rendemen sebesar 63,02%, kadar air 14,11%, kadar zat mudah menguap 28,57%, dan kadar abu 4,17%.

In this research be held the making of activated carbon by using palm empty bunches (PEB) as the primery ingredients and to see the effect of chemical and physical activation towards the condition of activated carbon produced. Carbonization is done in the temperature of 400oC. In the chemical activation H3PO4 4M is used as activator, meanwhile, in physical activation N2 and CO2 gases is used while varying the speed of flow (100 mL/min, 200 mL/min, 300 mL/min and 400 mL/min). The characteristic of activated carbon that will be studied in this research is yield, humidity, volatile matter, percentage of ash and iodin number.
The result shows that the best activated carbon is based on the iodin number is the carbon that have been through the chemical activation ( H3PO4 soaking) and physical activation by using N2 gas with the speed of flow 200 ml/min. This carbon has the iodin number for 678.15 mg/g with yield 63.02%, water content 14.11%, volatile matter 28.57%, and ash content 4.17%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Naufal Rianidjar
"Pemanasan global menjadi momok yang menakutkan bagi manusia, seiring dengan meningkatnya konsumsi energi primer berbahan bakar fosil yang menimbulkan gas efek rumah kaca. Hal ini mendorong para peneliti di seluruh dunia untuk merubah kebiasaan tersebut ke energi baru terbarukan (EBT). Namun, EBT baik itu fotovoltaik (PLTS) maupun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) keduanya memiliki sifat intermittent sehingga dibutuhkan alat penyimpanan energi untuk menanggulangi sifat intermittent. Salah satu alat penyimpan energi adalah Kapasitor Lithium Ion (KLI). Penyimpanan energi jenis ini mempunyai karakteristik densitas daya dan energi spesifik yang berada diantara baterai lithium ion dan kapasitor konvensional, sehingga diharapkan mampu memiliki kapasitas mendekati Baterai Lithium Ion dengan densitas daya yang dimiliki mendekati Kapasitor konvensional. Salah satu alternatif bahan material yang dapat digunakan untuk pembuatan KIL yaitu, sampah organik, khususnya dalam penelitan ini ampas tebu. Hasil penggilingan tebu berupa ampas kasar kemudian di olah menjadi karbon aktif dengan memperhatikan variasi suhu aktivasi KOH. Karbon aktif pada skripsi ini memiliki luas permukaan mencapai 2136,66 m2/g terjadi pada suhu aktivasi 800°C. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui prediksi machine learning didapatkan nilai kapasitansi dengan suhu aktivasi 800oC, 700oC dan 600oC masing-masing sebesar 141,214 F; 80,955 F dan 102,855 F dengan MAE sebesar 28,11. Suhu aktivasi memiliki peran penting dalam penentuan hasil luas permukaan dan kapasitansi pada Kapasitor Lithium Ion.

Global warming is a frightening specter for humans, along with the increased consumption of fossil fuel-based primary energy that causes greenhouse gases. This prompted researchers around the world to change these habits to renewable energy (EBT). However, both photovoltaic (PLTS) and wind power plants (PLTB) both have intermittent characteristic so, that energy storage system are needed to cope with intermittent characteristic. One of the energy storage devices is Lithium Ion Capacitors (KIL). This type of energy storage has specific power and specific energy characteristics that are between lithium ion batteries and conventional capacitors, so it is expected to be able to have a capacity close to Lithium Ion Batteries with power density that are close to conventional capacitors. One alternative material that can be used for the manufacture of KIL is organic waste, especially in this research is sugarcane bagasse. The results of sugarcane milling in the form of coarse pulp then processed into activated carbon with temperature variation in KOH activation. Activated carbon in this thesis has a surface area of 2136.66 m2 / g which occurs at an activation temperature of 800 ° C. Based on the results obtained through machine learning prediction, the capacitance values with activation temperatures of 800 oC, 700 oC and 600 oC were 141.214 F; 80,955 F and 102,855 F with MAEs of 28.11. Activation temperature has an important role in determining the results of surface area and capacitance in Lithium Ion Capacitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farist Pratista Andanitya
"Wilayah yang memiliki sumber air baku yang terbatas dapat memanfaatkan sumber daya lain seperti air hujan. Air hujan dapat dipanen dan ditampung agar dapat digunakan menjadi sumber baku air bersih kegiatan ini biasanya disebut dengan pemanenan air hujan (rain water harvesting). Dalam penelitian ini akan membandingkan 2 jenis media karbon aktif yang berbeda yaitu karbon aktif dari tempurung kelapa dan dari ampas kopi dalam penyisihan 4 parameter air pH, warna, zat organik dan besi. Desain reaktor terbuat dari wadah kaca dan masing-masing reaktor diisi karbon aktif dengan ketebalan media 11.25 cm. Analisis dilakukan secara simplo atau satu kali pengukuran. Kandungan besi pada inlet memiliki rata-rata sebesar 0.0617 mg/L. Setelah pengolahan dengan ampas kopi bertambah menjadi 0.0917 mg/L. Berdasarkan hasil tes anova dan post hoc dapat disimpulkan untuk parameter pH dan zat organik karbon aktif dari ampas kopi dan tempurung kelapa memiliki kemampuan yang sama p-value > 0.05. pH akhir range 7.4-7.9 sedangkan zat organik mengalami kenaikan menjadi 42.29 mg/L dan untuk warna yang ditimbulkan setelah pengolahan karbon aktif ampas kopi adalah 45 PtCo. Terdapat keunggulan secara ekonomi sejumlah Rp.72,000.- dalam penggunaan karbon aktif ampas kopi sebagai bahan baku. Namun tempurung kelapa memiliki keunggulan dari masa penggunaannya yang lebih tahan lama.

Areas that have limited raw water sources can utilize other resources such as rainwater. Rainwater can be harvested and collected so that it can be used as a raw source of clean water, this activity is usually called rain water harvesting. In this study will compare 2 different types of activated carbon media, namely activated carbon from coconut shells and from coffee grounds in the removal of 4 water parameters pH, color, organic matter and iron. The reactor design is made of glass containers and each reactor is filled with activated carbon with a media thickness of 11.25 cm. The analysis was done by simplo or one measurement. Iron content at the inlet has an average of 0.0617 mg/L. After processing with coffee grounds, it increased to 0.0917 mg/L. Based on the results of anova and post hoc tests, it can be concluded that for the parameters of pH and organic matter, activated carbon from coffee grounds and coconut shell has the same ability p-value> 0.05. The final pH range is 7.4-7.9 while organic matter has increased to 42.29 mg/L and for the color caused after processing coffee grounds activated carbon is 45 PtCo. There is an economic advantage of Rp.72,000 in the use of coffee grounds activated carbon as raw material. However, coconut shell has the advantage of a more durable period of use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niniek Dwi Hapsari
"Pembuatan karbon aktif menggunakan reaktor aktivasi dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karbon aktif berbahan baku batubara Barito, Kalimantan Selatan, dengan aktivasi menggunakan CO2 serta menganalisis pengaruh waktu aktivasi dan laju alir CO2 terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan. Proses aktivasi dilakukan pada temperatur 900°C dan waktu aktivasi divariasikan pada 30 menit, 60 menit, dan 90 menit, serta laju alir CO2 divariasikan pada 300 mL/menit, 400 mL/menit, dan 500 mL/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 300,67 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan waktu aktivasi selama 90 menit.

Preparation of activated carbon using activation reactor is done in this research. This research aims to produce activated carbon from Barito Coal, South Kalimantan, using CO2 activation and analyze the effects of activation time and CO2 flow rate on the surface area of activated carbon produced. The activation process carried out at a temperature of 900°C and activation time was varied at 30 minutes, 60 minutes, and 90 minutes, and CO2 flow rate was varied at 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. The results showed that increasing activation time and CO2 flow rate, the surface area represented by iodine number is increasing. The highest surface area of activated carbon which represented by iodine number of 300.67 mg/g obtained by activation with CO2 flow rate of 500 mL/min and the activation time for 90 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>