Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wewin Febriana Dewi
"Kawasan Mangga Besar didominasi bangunan dengan fungsi perkantoran, komersil, hingga hunian. Istilah kota padat penduduk mungkin bisa menggambarkan suasana kawasan Mangga Besar. Jarak bangunan yang terlalu rapat membuat masyarakat tidak memiliki ruang gerak untuk beraktivitas di ruang terbuka. Penyediaan ruang terbuka di perkotaan menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakatnya. Namun, ruang terbuka dapat dikatakan berhasil jika banyak aktivitas yang bisa dilakukan di dalamnya. Green Village Transit merupakan salah satu solusi yang dapat diwujudkan dalam penyediaan ruang hijau untuk kawasan Mangga Besar. Green Village Transit adalah kawasan berorientasi transit yang mudah dijangkau dengan moda transportasi publik, yaitu MRT. Pengalaman ruang hijau yang ditawarkan memiliki banyak aktivitas di dalamnya seperti koridor ekologis, panggung pertunjukan, area kuliner dengan kemasan yang reusable, hingga ruang komunitas untuk para pelestari lingkungan. Bangunan di sekitar Green Village yang compact memudahkan para pengunjung untuk berjalan kaki mengunjungi dari bangunan satu ke bangunan lainnya. Tujuan utama dari penyediaan Green Village Transit ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan serta menumbuhkan kepedulian masyarakat mengenai pelestarian lingkungan.

The Mangga Besar area is dominated by offices, commercials, and residential functions. Building distances are too close making it hard to have open spaces. The provision of open space in urban areas is a special attraction for the community. However, open space can be said to be successful if many activities can be carried out in it. Green Village Transit is one solution that can be realized by providing green space for the Mangga Besar area. Green Village Transit is a transit-oriented area that is easily accessible by public transportation, MRT. The green space experience offered has many activities in it such as ecological corridors, stage performances, culinary areas with reusable packaging, to community spaces for environmental conservationists. The compact buildings around Green Village make it easy for visitors to walk from one building to another. The main objective of providing Green Village Transit is to improve the quality of life of the people around the area and to raise public awareness about environmental preservation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaishatul Ulya
"ABSTRAK
Dalam keseharian kota, terdapat ruang formal dan informal. Struktur kota,
termasuk elemen-elemen ruang di dalamnya, memberikan peran dalam
mengidentifikasi hadirnya ruang informal. Ruang informal digambarkan melalui
ruang sisa kota yang timbul dari interaksi elemen dan pengguna ruang kota dalam
keseharian. Aktivitas keseharian ?ngetem? atau ?mangkal? yang dilakukan oleh
komunitas supir bajaj, sebagai salah satu pengguna ruang kota, mempertegas dua
sisi representasi ruang kota, yaitu planner dan users. Upaya mengisi atau
memanfaatkan ruang dilakukan melalui interaksi dan negosiasi ruang sisa di
sekitar stasiun Manggarai. Sehingga, penting untuk memahami hubungan antara
elemen ruang sisa kota dan bagaimana komunitas supir bajaj stasiun Manggarai
memanfaatkan ruang tersebut dengan taktik dan strategi keseharian yang mereka
lakukan. Salah satu penggambaran proses memahami hal ini melalui analogi
?dapur? kota.

ABSTRACT
In everyday life of the city, both formal and informal spaces exist. The structure
of the city, including its physical elements, contributes in identifying informal
space in urban life. Informal space is shown through leftover urban space that
emerges from the interaction of elements and users of urban space in everyday
lifes. 'Ngetem' or 'mangkal' done by the community of bajaj drivers, as one of the
user of urban space, highlights the two sides of urban space representations, which
are planners and users. Their efforts to occupy or utilize space are done through
interaction and negotiation of leftover space around the Manggarai Station area.
Therefore, it is important to understand the connection between the elements
of leftover urban space around Manggarai Station and how the community of
bajaj drivers occupy those spaces using their own tactics and daily strategies. One
of the ways to understand the process of this urban informality's phenomena is by
using the analogy 'kitchen' of the city."
2016
S63291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris De Indonesia
"Dalam dunia arsitektur, ruang memiliki berbagai definisi. Di antaranya, ada ruang absolut yang memiliki sifat statis dan ruang relatif yang bersifat lebih dinamis. Ruang apa pun itu, terdapat interioritas di dalamnya yang bekerja sebagai sebuah sistem ruang. Sebagai sistem ruang, interioritas memiliki berbagai konten yang membantunya bekerja. Konten ini sendiri terdiri dari banyak elemen dan variabel yang, pada akhirnya, berpengaruh terhadap pembentukan evolusi, revolusi, dan oposisi ruang itu sendiri. Sebaliknya, evolusi, revolusi, dan oposisi juga dapat digunakan sebagai metode untuk mengendalikan interioritas. Keterkaitan keduanya menjadi keunikan tersendiri sebagai cara untuk memahami dan mengendalikan interioritas, ruang, bahkan waktu.

In architecture world, space has many definitions. Among them, there're absolute space which has static nature and relative space which has more dynamic nature. Whichever it is, it has its own interiority that works as a system of space. As a system of space, interiority has various contents that help it works. These contents itself consist of many elements and variables that, eventually, have an impact to the evolution, revolution, and opposition of space itself. Conversely, evolution, revolution, and opposition could also be used as a method to control interiority. The interrelation of both has its own uniqueness as a method for understanding and controlling interiority, space, even time."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfons Banteng Pramono
"Fotografi telah secara tidak terbantahkan menjadi elemen yang terintegrasi pada masyarakat modern. Hal ini menjadi penting dalam mempelajari proses berfotografi yang sangat kompleks dalam kaitannya dengan konteks keruangan. Karenanya, mempelajari studio fotografi adalah sama dengan memplejari konfigurasi dari ruang-ruang dan komponen-komponennya. Skripsi ini Konfigurasi ruang di studio fotografi, merupakan sebuah investigasi terhadap ruang, sedangkan tujuan dari konfigurasi pada kinteks nya, adalaha untuk memahami bagaman ruang mempengaruhi proces fotografi dan juga sebaliknya. Ini dalah sesuatu yang esensial untuk memahami pengalaman ruang didalam aktifitas berfotografi sehingga kita memahami konfigurasi atas ruangnya.

The significance of photography is undeniable as it has integrated deeply in the modern society. It becomes important to investigate the complex process of photography in regard to its spatial contet. To investigate the studio placce of photographers is to study the configuration of its space and all its spatial components. Space Configuration in Photography studio space is meant as an investigation of the space. The obbjective of configuration in this contet is to understand the way its affect the photography process and vice versa. Moreover, it is essetial firstly to understand the experiential perspective in photography activity in order to learn the configuration of its space
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelly Nurul Latifa
"ABSTRAK
Studi ini menjelaskan pemaknaan ruang (place-meaning) terhadap Car Free Day Jakarta sebagai ruang publik. Car Free Day merupakan agenda Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk mengkampanyekan pengurangan emisi gas melalui pengurangan penggunaan kendaraan bermotor, dan telah digunakan oleh pengunjungnya untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Salah satunya adalah Komunitas Cosplayer yang melakukan pertunjukan kostum, dimana hal ini tidak berhubungan dengan pesan yang dikampanyekan oleh Car Free Day Jakarta. Penulis berargumen bahwa aktivitas Komunitas Cosplayer di area Car Free Day Jakarta tidak dapat dilepaskan dari analisis ruang. Secara khusus, penulis menghubungkan pemaknaan struktur spasial dengan tindakan sosial yang dilakukan aktor di dalam lingkungan ruang Car Free Day. Penelitian kualitatif ini menunjukkan hasil bahwa ruang sebagai sebuah bentuk struktural memiliki hubungan dialektis dengan aktor yang berada di dalamnya. Hal ini membentuk pemaknaan ruang yang diterima oleh aktor dan melakukan aktivitas di Car Free Day atas makna tersebut. Komunitas Cosplayer menggunakan Car Free Day Jakarta sebagai sebuah tempat untuk mencapai tujuan pragmatisnya: mendapat pendapatan lebih banyak yang berasal dari kepadatan pengunjung di dalam ruang Car Free Day Jakarta. Pengambilan data lapangan dalam studi ini dilakukan sebelum terjadinya pandemic COVID-19 dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Jakarta sejak Maret 2020.

ABSTRACT
This study aims to explain the meaning of place of Car Free Day Jakarta as urban public place. Car Free Day is one of the DKI Jakarta Regional Government's agendas to campaign for reducing gas emissions through reducing the use of motorized vehicles, has been used by visitors to carry out activities in accordance with their respective interests. One of them is the Cosplayer Community who perform costumes, which is not related to the message campaigned by Car Free Day Jakarta. The author argues that the activities of the Cosplayer Community in the Jakarta Car Free Day area cannot be separated from place analysis. Specifically, the author connects the meaning of spatial structure with social actions carried out by actors in the Car Free Day place environment. This qualitative study shows the results that place as a structural form has a dialectical relationship with the actors within it. This forms the meaning of the place received by the actor and carries out activities on Car Free Day for that meaning. The Cosplayer community uses Car Free Day Jakarta as a place that aims to achieve its pragmatic goals: get more income, which comes from the density of visitors in the Car Free Day Jakarta. The field data in this study was taken before the pandemic COVID-19 and PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) happened in Jakarta since March 2020."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sambodo
"Kota merupakan sebuah sistem, sehingga perlu diatur dengan suatu kebijakan pengelolaan perkotaan (Urban Management). PERDA DKI No. 6/1999 adalah kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta. Didalam sistem kebijakan ini, diatur upaya pengendalian pemanfaatan ruang pembangunan melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Prinsip KDB adalah menetapkan bagian (porsi) ruang yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun pada suatu rencana pembangunan.
Masalah banjir di Jakarta masih menjadi ancaman. Pada tahun 1996, Jakarta dilanda banjir dan berulang kembali pada tahun 2002, 3 tiga tahun setelah keputusan PERDA dengan area yang lebih leas. Kawasan kena banjir di wilayah penelitian meluas dari 6 kelurahan tahun 1996 menjadi 18 pada tahun 2002. Pertanyaannya kemudian : dimanakah Ietak kesalahan kebijakan tersebut sehingga pembangunan kota malahan telah menghasilkan masalah baru ? Prinsip pelaksanaan KDB, secara internal seharusnya mampu menciptakan kondisi lingkungan kota menjadi lebih bails bukan sebaliknya malahan menjadi lebih buruk.
Atas permasalahan yang terjadi, pertanyaannya : (1) Bagaimana kriteria KDB ditetapkan dalam suatu rencana pembangunan ? (2) bagaimana konsistensi pelaksanaan KDB dan (3) bagaimana hubungan KDB dengan tumbuhnya kawasan barn kena banjir di wilayah penelitian ? Tujuan penelitian : (1) mengetahui kriteria ketetapan KDB, (2) menilai pelaksanaan kebijakan KDB atas Rencana dan Fakta dan (3) mengukur pengaruh KDB terhadap tumbuhnya kawasan baru kena banjir di wilayah penelitian.
Adalah fakta bahwa perubahan penggunaan tanah sejak tahun 1996 hingga 2002 cenderung kepada perluasan Ruang Terbangun, sehingga Ruang Terbuka menjadi berkurang. Dibandingkan dengan kebijakannya, perubahan yang terjadi ternyata tidak seperti yang diharapkan; yaitu basil Fakta tidak sesuai dengan Target Rencana pada RPTR Kecamatan 2005. Perluasan Ruang Terbangun telah meningkatkan nilai Koefisien Run off pada tanah. Daya resapan tanah terhadap Air menjadi menurun. Pada musim hujan, Air hujan lebih banyak berada di atas permukaan tanah. Ruang Terbuka yang menyempit telah berakibat pada peninggian permukaan Air hujan ketika melimpas di permukaannya. Hasil perhitungan Debit banjir menunjukan adanya perbedaan ketinggian Air tersebut pads banjir tahun 1996 dengan 2002, yaitu 76,01 cm x 178,76 cm.
Proses KDB terikat pada RPTR dengan dasar pertimbangan 4 kondisi fisik : Jejaring, Aktivitas, Kepadatan dan internsitas bangunan. Aspek hidrologis seperti daya resapan tanah, koefisien run off dan intensitas hujan tidak menjadi kriterianya; padahal "Ruang" adalah sebuah sistem lingkungan (subyek) yang memiliki fungsi konservasi bagi lingkungan. Unsur kriteria KDB tidak memiliki standar ukuran baku yang tetap dan mengikat besaran KDB, sehingga pelaksanaannya tidak dapat konsisten. Koefisien run-off wilayah telah meningkat sehingga berpeluang besar untuk kena banjir. Orientasi KDB hanya kepada "ruang" untuk' aktivitas (obyek), sehingga perlu di sempurnakan kriterianya dengan menilai aspek hidrologis melalui Reformulasi KDB.

Urban is a system, so it need to managed by a management policy called Urban Management. The Region Regulation of Jakarta, i.e. PERDA DKI No. 611999 is a Master Plan Policy for spatial management plan, called RTRW. In this policy system, the purpose of land development has arranged to monitor and controlled through the decision of Building Coverage Ratio, called KDB. The principle of KDB is to proportionally define the urban space that might becomes to either built area or open space.
The flood problem for Jakarta is still potent. In 1996, Jakarta was flood and repeat again in year of 2002 which greater than before; it was 3 years after the PERDA con-ducted. In the study area, the flood area has increase too larger from 6 district areas only at year of 1996 became 18 districts in 2002. It was wondering; what's wrong with the policy so it's gaining a new flood problem? Internally, the KDB principles actually should be produce a better condition to the urban environment then worse.
Pertaining to the problem, the questions are (1) How the KDB criteria's being stated for the develop planning? (2) How the consistency of KDB implementation it? And (3) how the correlate of KDB to the new of flood area? The objectives of the research are: (1) To know the state of KDB criteria's, (2) To judging the KDB implementation due to Planning concept and the Fact result, and (3) To measure the effect of KDB toward the growth of new area in study area which has been flooded.
In fact, the changes of land utilization was since 1996 to 2002, it tend to increase of built area and decrease of open space. Comparing to the policy goal, those change results was unexpected and had no matched to the Detailed Plan for 2005; obviously because the factual is greater than the target planned.
Any way, the increasing of built area will cause to an increasing of earth Run off Coefficient value. An infiltration capacity of earth will be decrease and Iatter on it will effect to the much more number of water volume on the earth surface. The open space that goes to narrow will cause of rain water level at surface that goes to higher. An account of Q factor from two periods, 1996 and 2002 with different run off coefficient i.e. 0.19 and 0.70 and different large of open space, have gaining a result a different water high level, that is 76.01-cm (1996) versus 178,76 cm (2002).
The states of KDB, it most depend on the Land Utilization Detailed Plan (called RPTR) and was considerate by four (4) criteria's i.e. Network, Activity, Density and Intensity. At those criteria's, none of them are concern to the environmental aspects such as land infiltration capacities or land run off coefficient or rain fall intensities were been a hydrological issues. In Fact, space or region is an environmental system, which have a conserve function (subject) but also have limitations. The KDB's orientation just to fulfill spatial needs for activities (object) and the criteria's has no standard rules to tight up KDB being consistence when it conducted. Otherwise, getting higher value of run off coefficient, it will tend to a bigger chance of flood be. Furthermore, the KDB principle need to reformulate to complete it criteria's with hydrological aspects.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miktha Farid Alkadri
"Tesis ini mengajukan sebuah penelusuran disain berbasis ide void dalam konteks ruang kampung. Ruang kampung yang terdiri dari berbagai aktivitas secara tidak langsung melibatkan berbagai jenis translasi void. Diskursus dalam tesis ini dimulai dengan pemahaman void terhadap persoalan kehadiran dan ketidakhadiran sebagai bentuk kajian representasi ruang. Pendekatan konteks spasial digunakan untuk mencari translasi mekanisme ruang void yang selanjutnya akan menjadi dasar pengembangan metode perancangan. Unsur absence-presence, tangible-intangible menjadi sebuah pengungkapan yang penting dalam penelusuran jejak ruang void ini, hingga pada akhirnya berujung pada mekanisme void sebagai sebuah ketertundaan ruang. Dalam proses ketertundaan itu, bekerja sistem diskontinuitas spasial yang akhirnya mendefinisikan pemaknaan dalam void seperti void as boundary, void as inbetween space, void as intermediary, void as residual space, void as perceptual activity, dan void as servant space. Translasi jenis void ini kemudian membuka kemungkinan yang lain sebagai spatial potential order dalam konteks perancangan ruang kampung. Mekanisme dalam void tersebut menghasilkan beberapa karakter ruang yang digunakan untuk melakukan transaksi ruang terhadap event void yang baru pada konteks. Oleh karena itu, rekonfigurasi event void yang terbentuk dapat membangun sistem ruang void sebagai transformasi ruang potensial dalam kehidupan ruang kampung yang lebih baik. Serta memberikan cara baru dalam melihat investigasi mekanisme pengungkapan ruang dalam arsitektur.

This thesis proposes a design approach based on the idea of “void” in the context of urban kampung. Urban kampung consists of a series of activities involving the existence of “void” in various meaning. The discourse in this thesis begins with the understanding of void in terms of the presence and the absence matter as form of space representation. Spatial context approach is used to explore the translation of void space mechanism as a basis of developing the design method. The element of presence-absence, tangible-intangible becomes a manifestation in exploring void as the delaying space. In the delaying process, there is a system of spatial discontinuity to define the meaning of void such as void as boundary, void as in-between space, void as intermediary, void as residual space, void as perceptual activity, and void as servant space. The translation of these different kind of void opens the other possibility as spatial potential order in the context of urban kampung. The mechanism of the idea of void produces several space character which is used to explores spatial transaction of the new void event in the spatial context. Therefore, the reconfiguration of void event develops the system of spatial void as a potential space transformation in the better kampung living. It also provides the new ways of seeing spatial investigation mechanism in architecture realm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqyana Inan Fadhilah
"Dalam konteks ruang dan waktu, sebuah ruang memiliki masa penggunaan. Jika masa penggunaan suatu ruang telah habis, maka ruang akan dihancurkan. Namun, ruang dapat dihancurkan untuk digantikan dengan penambahan baru meskipun masa penggunaan ruang tersebut belum habis. Hal ini menyebabkan penggunaan ruang menjadi kurang efisien. Menanggapi hal tersebut, skripsi ini akan membahas lebih jauh tentang penggabungan antara jejak pada elemen asal (origin) dan jejak pada elemen baru (alter) yang menghasilkan ruang gabungan. Tujuan dilakukan penggabungan tersebut agar dapat memperpanjang masa penggunaan ruang asal dan dapat menyatu dengan penambahan barunya melalui alterasi jejak. Lebih jauh, hal tersebut akan dipelajari melalui studi literatur dan studi kasus pada preseden. Hasilnya, ditemukan bahwa terdapat suatu titik keseimbangan pada alterasi jejak yang perlu dicapai dalam melakukan alterasi agar jejak asal dan jejak baru dapat menyatu. Selain itu, proses ini perlu melihat kondisi asal dari materialitas dan karakternya.

In confronting the space and time contexts, a space has the usage period. When its usage period is over, the space can be destroyed and replaced with the alter  even its usage period has not over yet. This condition causes the usage period is not efficient. Arguing that issue, this thesis will elaborate the composition between traces in elements of origin and trace in elements of alter, its result is called as composite space. This composition were done for extending the usage period of origin space and merging both the traces of origin and the traces of alter through trace alteration. Furthermore, this thing will be learned through literature review and case studies in several adaptive – reuse precedents. As the results, it was found a balancing point in trace alteration which was needed to be reached in alteration, and create a unity. Then, this process is needed to look over the origin conditions through its materiality and characteristics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Mahdi
"Komunitas penggemar musik berisikan para penikmat musik yang berasal dari berbagai kalangan sudah banyak hadir di dalam kehidupan sosial. Tidak terkecuali bagi mereka yang menggemari suatu musisi ataupun grup musik tertentu, yang bermula dari kesukaan akan warna musik yang dibawakan sehingga berpengaruh pada rasa yang lebih terhadap musisi tersebut. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pola interaksi yang mereka lakukan antar sesama individu dalam komunitas maupun dengan ruang tempat diadakannya kegiatan, yang berujung pada pembentukan ruang yang tercipta saat melakukan berbagai kegiatan. Kemudian bagaimana elemen-elemen yang ada pada ruang yang dapat mendukung keberlangsungan acara. Hal ini terkait dengan batasan ruang dengan standar kenyamanan yang dimiliki masing-masing individu serta pengalaman yang ada pada ruang.

There are many music fanbase which consists of every music fans in community that exist in social life. It is also happened for musician or music bands, who made a music composition, then heard by people and soon become fans whatever the genres of music that the musician or bands brought. The people in fanbase usually create a gathering event to bring them closer. This thesis describes the creation of space in the interaction between the people in fanbase, and between them with the place for their activities. However, the effect of spatial elements can’t be forgotten to support them on every activities they do. All of this related to their boundaries for each other, their comfort zone, and the spatial experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasya Lintang Ayasha Kirti
"Tesis ini berusaha menjelaskan mengenai fenomena festival yang terjadi di ruang-ruang kota dan bagaimana keberadaan festival berkaitan dengan konsep liminal dalam transformasi ruang kota. Festival sebagai sebuah aktivitas publik bisa digunakan sebagai pertimbangan perancangan kota terutama pada kota yang berorientasi pada pariwisata budaya. Perancangan kota yang berorientasi pada festival merupakan kajian yang baru bagi pendekatan perancangan. Penelitian ini berusaha menemukan strategi desain perancangan dengan memahami sifat liminal dalam kota melalui festival. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus pada eksplorasi konsep liminal dalam mekanisme transformasi ruang untuk festival di ruang-ruang kota. Tesis ini akan mengangkat Kota Surakarta sebagai lokus penelitian mempertimbangkan keberadaan festival yang sangat signifikan dalam perkembangan pariwisata budaya serta menjadi strategi keberlanjutan kota. Hasil dari penelitian ini adalah strategi desain perancangan kota yang berorientasi pada festival berdasarkan kajian tentang konsep liminal dalam ruang kota.

This thesis aims to explain the phenomenon of festivals that occur in urban spaces and how the presence of festivals is related to the liminal space of the city. Festivals, as a public activity, have become a consideration in city planning, especially in cities oriented towards cultural tourism. Festival-oriented city planning is a new study in the field of urban design. This research seeks to formulate design planning strategies by understanding festivals and realizing them through the liminality of spaces. This qualitative research focuses on understanding liminality through the mechanism of spatial transformation due to festival. The thesis will focus on the city of Surakarta as the research locus, considering the significant presence of festivals in the development of cultural tourism and as a sustainability strategy for the city. The result of this research is a design planning strategy for the city oriented towards festivals, taking into account the liminality of spaces in the city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>