Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71478 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Kompiyang Karmana Putra
"Untuk memperluas jangkauan layanan komunikasi VHF penerbangan saat ini, maka perlu dikembangkan sistem komunikasi VHF berbasis satelit. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan dan menganalisis komunikasi suara pada AMS(R)S frekwensi VHF (117,975 - 137 MHz) menggunakan satelit LEO sesuai dengan studi yang sedang berlangsung oleh ICAO dan ITU. Perhitungan link budget dengan parameter gain antenna pesawat = -1 dBi, gain antenna satelit = 8 dBi, RF pesawat = 16 watt dan RF satelit = 85 watt, mendapatkan nilai sensitivitas minimum penerima satelit = -107 dBm dan C/Nup maksimum = 25,56 dB serta nilai sensitivitas minimum penerima pesawat = -93 dBm dan C/Ndown maksimum = 38,65 dB. Jika dihitung link budget end-to-end (loopback: pesawat-satelit-pesawat) di dapat nilai maksimum C/Ntotal = 14,92 dB dan Eb/No = 14 dB. Penelitian komunikasi suara dilakukan dengan menggunakan ilustrasi kanal AWGN nilai Eb/No dari 4 dB hingga 10 dB sehingga didapatkan unjuk kerja audio link VHF yaitu nilai PNSR dan MSE. Dari hasil penelitian didapat bahwa nilai PSNR dan MSE sangat tergantung dari nilai Eb/No link kanal AWGN. Semakin tinggi nilai Eb/No makan nilai PSNR dan MSE semakin bagus. Sementara uji Mean Opinion Score dilakukan untuk menilai unjuk kerja link berdasar uji pendengaran langsung. Dari Uji MOS di dapat bahwa unjuk kerja yang menghasilkan nilai MOS di atas 3 adalah pada nilai Eb/No 8 dB ke atas untuk data tanpa kompresi, kompresi CELP-16 kbps dan keluarga Wavelet yaitu Daubechies-12, Coiflet-5, Symlet-10 dan Biorthogonal-2.6. Sementara kompresi CELP 9,6 kbps nilai MOS lebih dari 3 didapat pada nilai Eb/No 10 dB. Kompresi CELP 4,8 kbps tidak pernah mendapatkan nilai MOS lebih dari 3 walapun pada nilai Eb/No tertinggi 10 dB pada percobaan ini. Dari penelitian ini maka nilai Eb/No link satelit AMS(R)S VHF yang akan dibangun untuk komunikasi penerbangan harus mendapatkan nilai perhitungan link budget end-to-end komunikasi minimal sebesar 8 dB. Ini belum termasuk margin system yang biasanya ditetapkan sebesar 2 hingga 3 dB.

To expand the coverage range of current VHF aviation communication services, it is necessary to develop a satellite-based VHF communication system. This research aims to simulate and analyse voice communication through AMS(R)S satellite VHF frequencies (117,975 - 137 MHz) using LEO orbit, in accordance with the ongoing studies by ICAO and ITU. Link budget calculations, considering the aircraft antenna gain of -1 dBi, satellite antenna gain of 8 dBi, aircraft RF of 16 watts, and satellite RF of 85 watts, yield a minimum satellite receiver sensitivity of -107 dBm and maximum C/Nup of 25.56 dB, as well as a minimum aircraft receiver sensitivity of -93 dBm and maximum C/Ndown of 38.65 dB. Calculating the end-to-end link budget (loopback: aircraft-satellite-aircraft) results in a maximum C/Ntotal of 14.92 dB and Eb/No of 14 dB. Research of voice communication is performed by using an AWGN channel illustration with Eb/No values ranging from 4 dB to 10 dB, thus obtaining the performance indicators of VHF audio link are PSNR and MSE values. The research results show that the PSNR and MSE values are highly dependent on the Eb/No values of the AWGN channel link. Higher Eb/No values result in better PSNR and MSE values. Mean Opinion Score (MOS) testing is conducted to evaluate the link performance based on direct listening tests. The MOS testing reveals that the performance yielding MOS scores above 3 is achieved with Eb/No values of 8 dB and above for uncompressed data, CELP-16 kbps compression and the mother wavelet compression, including Daubechies-12, Coiflet-5, Symlet-10, and Biorthogonal-2.6. Meanwhile, the CELP-9,6 kbps achieves a MOS score above 3 at an Eb/No value of 10 dB. The CELP compression at 4,8 kbps does not achieve a MOS score above 3, even at the highest Eb/No value of 10 dB in this experiment. Based on this research, the Eb/No value for the AMS(R)S VHF satellite link to be established for aviation communication should achieve a minimum end-to-end link budget calculation of 8 dB. This does not yet include the system margin typically set at 2 to 3 dB"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Haq
"Aktivitas bongkar muat kargo bahan bakar dengan kapal tanker di pelabuhan di Indonesia memiliki kekurangan terkait efisiensi waktu dan kecepatan. Sebuah virtual robotic dibuat untuk dapat meningkatkan efisiensi waktu terhadap proses bongkar muat tersebut. Namun dibutuhkan suatu cara agar robot dapat berkomunikasi dengan petugas kapal tanker selama proses bongkar muat dilakukan. Karena pelabuhan tempat proses bongkar muat termasuk kedalam lokasi berbahaya dan mudah meledak, maka komunikasi yang diperbolehkan hanyalah komunikasi suara melalui radio Very High Frequency (VHF) laut. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan merancang teknologi yang dapat melakukan pengenalan suara melalui radio VHF laut, salah satunya dengan metode Deep Learning menggunakan arsitektur DeepSpeech. Skripsi ini telah mengembangkan simulasi pengenalan suara menggunakan metode DeepSpeech architecture pada komunikasi radio VHF bagi petugas kapal tanker di pelabuhan laut. Skripsi ini telah mengembangkan uji coba dengan arsitektur DeepSpeech untuk menghasilkan model pengenalan suara dengan hasil keluaran nilai rata-rata Word Error Rate (WER) sebesar 0,335 dan rata-rata Character Error Rate (CER) sebesar 0,263. Skripsi ini juga menganalisa pengaruh variasi nilai learning rate, dropout rate, dan epoch untuk mendapatkan model sistem pengenalan suara terbaik.

The loading and unloading of fuel cargo by tanker ships at ports in Indonesia has a problem in terms of time efficiency and speed. A virtual robotic is created to increase the time efficiency of the loading and unloading process. However, the robot needs a way to communicate with the tanker ship officers during the process. Because the port where the loading and unloading process took place is considered as a dangerous and explosive location, the only communication allowed is through voice communication via marine Very High Frequency (VHF) radio. The solution to overcome this problem is to design a technology that can perform speech recognition via marine VHF radio, one of which is using the Deep Learning method with DeepSpeech architecture. This thesis has simulated speech recognition system using DeepSpeeh architecture method on VHF radio communication for tanker ship officers at sea ports. This thesis has tested the DeepSpeech architecture to produce a speech recognition model with an average WER value of 0,335 and an average CER value of 0,263. This thesis also analyzes the effect of variations in learning rate, dropout rate, and epoch value to get the best speech recognition system model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Braun, Gerhard
Berlin: Siemens Aktiengesellschaft, 1982
621.384 1 BRA p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Imam Wahyudin
"Pemerintah Indonesia membentuk Single Air Navigation Service Provider (ANSP)
bernama LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan
Indonesia) berdasar pada UU. Penerbangan No 1 Tahun 2009 pasal 271. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisa proses pembentukan organisasi penyelenggara
pelayanan navigasi penerbangan dari segi keselamatan dengan pemodelan sistem
manajemen keselamatan (SMK) dan eskalasi prioritas 8 kriteria ANSP dengan Analitic
Hierarchy Process yang belum tercakup dalam rencana peralihan, sehingga organisasi
yang dibentuk memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan pemodelan SMK pada proses perubahan
organisasi ANSP terjadi penurunan indeks resiko keselamatan dan diketahui urutan
prioritas kriteria ANSP. Hasil tersebut dijadikan sebagai dasar penyusunan roadmap dan
ceklist kesiapan untuk memandu langkah-langkah Management of Change.

Government of Indonesia established a single Air Navigation Service Providers (ANSP)
named LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia)
based on the Aviation Law No. 1 Year 2009 Article 271. This study aims to analyze the
process of formation of the organization of air navigation service providers in terms of
safety with Safety Management System (SMS) modeling and the priority escalation of 8
ANSP criteria with AHP thats not included in the transition plan, so that the
organization will be formed have good safety level.
This study indicates the priority of ANSP criteria and show that by SMS modeling the of
ANSP organizational change safety risk index.This results serve as the basis for
arranging the Roadmap and Readiness Checklist to guide the step of Management of
Change.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
"ABSTRAK
Loran adalah singkatan dari Long Range Navigation, dan terbagi atas sistem asli yaitu Loran A dan sistem yang secara teknis telah disempurnakan yakni Loran C. Loran memancarkan sinyal radio berbentuk pulsa. Pada Loran c selain memanfaatkan pengukuran perbedaan waktu, juga memanfaatkan pengukuran perbedaan fasa gelombang radio pada saat pulsa-pulsa diterima. Loran C bekerja pada frekuensi 90 hingga 110 kHz.
Dua rantai Loran C yang dipasang pada lalu lintas bahari Saudi Arabia digunakan untuk keamanan dan effisiensi dari lalu lintas bahari (maritim). Sebelumnya Loran C juga telah berkembang di Amerika dan Alaska. Dengan adanya 2 (dua) rantai Loran C ini, yang terdiri atas 7 (tujuh) stasiun pemancar tenaga tinggi dan 3 (tiga) stasiun monitor area, akan membantu lalu lintas maritim dan peiayaran dl Saudi Arabia
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto La Elo
"ABSTRAK
Untuk menilai performa dari sistem komunikasi tanpa kabel, salah satu yang sangat diperlukan adalah menghitung kemampuan dalam memperoleh informasi. Performa dari beberapa sistem ditentukan oleh kapasistas kanal dari sistem tersebut. Tentunya, semakin besar kapasitas kanal dari sebuah sistem akan semakin baik sistem tersebut dimana kemampuan untuk memperoleh informasi akan semakin besar. Kebutuhan akan kapasitas kanal yang maksimal tentunya sangat mendasar mengingat akan kebutuhan manusia akan komunikasi yang terus meningkat. Pada tesis dibahas tentang analisis kapasitas kanal menggunakan pengukuran propagasi gelombang pada frekuensi UHF- S Band dengan karakterisasi ketinggian. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besar kapasitas kanal pada beberapa ketinggian yang diukur. Perhitungan kapasitas kanal menggunakan persamaan yang merepresentasikan kapasitas kanal, yaitu teorema kapasitas kanal Shannon Shannon channel capacity theorem .Pengukuran dilakukan pada frekuensi 800 MHz, 1800 MHz, 2400 MHz dan 3300 MHz di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pengukuran dilakukan dengan meletakan antena penerima dengan ketinggian yang tetap yaitu 2 m sedangkan antena penerima diletakan pada ketinggian 1 m, 2 m, 5 m, 10 m, dan 15 m. Pada masing masing frekuensi dilakukan pengukuran dengan tiga kondisi yaitu dengan menghadapkan antena ke atas, ke tengah dan ke bawah.Hasil pengukuran kemudian diolah dan dianalisa untuk melihat pengaruh variasi ketinggian penempatan antena pengirim dan penerima terhadap kapasitas kanal. Dengan melihat keseluruhan hasil perhitungan kapasitas kanal dari hasil pengukuran pada masing masing frekuensi, dapat kita ketahui bahwa kapasitas kanal akan menurun ketika antena pengirim diletakan semakin tinggi dari permukaan tanah. Dengan kata lain, kapasitas kanal terbesar adalah ketika antena pengirim ditempatkan lebih dekat ke tanah.

ABSTRACT
To assess the performance of a wireless system, one needs to quantify its ability to handle information. Typically, the performance of such systems is Characterized in terms of the channel capacity. Obviously, the greater the channel capacity of a system, the better the system where the ability to obtain information will be greater. The need for maximum channel capacity is certainly very fudamental, because the human need for communication is immediately increase. This thesis discusses about Analysis of Channel Capacity Through Wave Propagation Measurement in UHF S Band Frequency WIth High Characterization. This analysis aims to determine the capacity of the canal at some high measurement. Calculation of channel capacity uses an equation representing channel capacity, which is Shannon channel capacity theorem.The measurements are made at frequencies of 800 MHz, 1800 MHz, 2400 MHz and 3300 MHz in the Faculty of Engineering Universitas Indonesia. The measurement is done by placing the receiving antenna with a fixed height of 2 m while the receiving antenna is placed at 1 m, 2 m, 5 m, 10 m, and 15 m. At each frequency is measured with three conditions that is by facing the antenna up, to the middle and down.The results of these measurements will be processed and analyzed to see the effect of high variations in the placement of the transmitter and receiver antenna to channel capacity. By looking at the overall calculation of channel capacity from measurement results on each frequency, we can know that the channel capacity will decrease when the transmitter antenna is placed higher. In other words, the largest channel capacity is when the transmitter antenna is placed closer to the ground."
2017
T47948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Caswara
"Perubahan yang begitu cepat pada era globalisasi telah melanda bidang tarnsportasi, khususnya transportasi laut. Teknologi transportasi, khususnya transportasi laut telah menciptakan kapal kontainer generasi al (3.000 TEUSI) dan generasi IV (4.000 TEUS). Kapal-kapal tersebut diciptakan dengan kapasitas 46.000 DWT (generasi IV) dan 80.000 DWT2 (generasi V). yang berarti mampu meningkatkan jumlah daya angkut barang lebih besar dibandingkan kapal-kapal generasi II (2.000 TEUS) atau setara dengan 32.000 DWT. Di lain pihak perkembangan teknologi kapal tersebut telah pula memerlukan percepatan pelayanan di bidang sarana dan prasarana pendukung.
Konstelasi geografis Indonesia yang berwujud kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga luas wilayah berwujud perairan dan letaknya sebagai posisi silang dunia dengan jumlah penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, telah menjadikan Indonesia sebagai negara Maritim terbesar di dunia. Dengan demikian aspek transportasi laut di Indonesia memiiki nilai strategis yang tinggi, baik pada masa damai sebagai sarana mencapai kesejahteraan (bidang ideologi, politik ekonomi, sosial-budaya), maupun pada masa perang sebagai sarana pertahanan keamanan negara. Kondisi demikian merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi sistem pelayaran nasional Indonesia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McClure, Connie L.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1960
629.132 MCC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosika Dian Komala
"Salah satu kunci dalam penggelaran jaringan 5G adalah tersedianya spektrum frekuensi radio. Namun begitu, spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya yang jumlahnya terbatas dan harus dioptimalkan penggunaannya. Salah satu kandidat pita frekuensi 5G low band adalah pita frekuensi radio 700 MHz. Dengan rencana penambahan pita frekuensi radio, tentu akan menambah beban BHP IPFR yang harus dibayarkan oleh operator seluler. Sehingga, perlu ditentukan nilai keekonomian pita frekuensi radio 700 MHz yang berada pada angka optimal (equilibrium). Dalam penentuan nilai keekonomian pita frekuensi radio 700 MHz ini menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dan Cost Reduction (CR). Penelitian mengenai penentuan nilai keekonomian pita frekuensi untuk kandidat pita frekuensi 5G di Indonesia juga pernah dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknik shadow pricing dan pendekatan menggunakan formula BHP IPFR N x K x I x C x B. Dari hasil perhitungan, nilai keekonomian pita frekuensi radio 700 MHz menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) skenario BW 90 MHz adalah sebesar Rp64,08 Miliar. Nilai tersebut mendekati nilai keekonomian pita frekuensi 900 MHz saat ini sebesar Rp63,36 Miliar. Sementara nilai keekonomian pita frekuensi radio 700 MHz dengan metode Cost Reduction (CR) untuk industri dengan BW 90 MHz adalah sebesar Rp36,81 Miliar. Nilai keekonomian tersebut mendekati nilai keekonomian pita frekuensi 800 MHz sebesar Rp36,68 Miliar. Selanjutnya dilakukan analisis penambahan beban BHP IPFR, perbandingan nilai keekonomian pita frekuensi radio terhadap pendapatan, dan perbandingan nilai keekonomian pita frekuensi radio terhadap EBITDA. Pengenaan nilai keekonomian pita frekuensi radio 700 MHz ditinjau dari kondisi beban BHP IPFR menggunakan metode DCF dan CR masih memungkinkan bagi Operator A dan Operator C untuk mampu mengoptimalkan penggunaan spektrum frekuensi dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing. Namun sebaliknya, untuk Operator B, Operator E dan Operator F diprediksi mengalami kesulitan untuk mampu mengoptimalkan penggunaan spektrum frekuensi dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing.

One of the keys to deploying a 5G network is the availability of a radio frequency spectrum. However, the radio frequency spectrum is a limited resource and should be used optimized. One of the candidates for the 5G low band frequency band is the 700 MHz radio frequency band. The plan to add radio frequency bands will undoubtedly add to the spectrum fee burden that cellular operators must pay. Thus, it is necessary to determine the economic value of the 700 MHz radio frequency band, which is at the optimal value (equilibrium). The Government's policy in the valuation of radio frequency bands can optimize the use of frequency spectrum in Indonesia and realizing a competitive industry for delivering 5G technology services in Indonesia with the economic value approach of frequency bands and the business potential of telecommunications operations in Indonesia. Calculating this radio frequency band uses Discounted Cash Flow (DCF) and Cost Reduction (CR) methods. The 700 MHz frequency band valuation had researched before using the shadow pricing method and BHP IPFR N x K x I x C x B formulas. From the calculation results, the economic value of the 700 MHz radio frequency band using the Discounted Cash Flow (DCF) method, scenario the BW 90 MHz scenario is IDR 64.08 billion. This valuation is close to the current economic value of the 900 MHz frequency band IDR 63.36 billion. Meanwhile, the valuation of the 700 MHz radio frequency band using the Cost Reduction (CR) method for industries with a BW of 90 MHz is IDR 36.81 billion. The valuation is close to the 800 MHz frequency band of IDR 36.68 billion. Furthermore, analyzing the addition of spectrum fee expenses, comparing the valuation of radio frequency bands to revenue, and comparing the valuation of radio frequency bands to EBITDA. Operator A and operator C can optimize the use of the frequency spectrum and could create a competitive industry. On the other hand, Operator B, Operator E, and Operator F will predict experiencing difficulties in optimizing the use of the frequency spectrum and having the ability to create a competitive industry."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>