Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183697 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raissa Kyla Izzani Putri
"Lindi yang mengandung logam berat, merupakan permasalahan yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Fasilitas pengolahan lindi di TPA Cipayung sudah tidak beroperasi sejak 2019, sehingga lindi langsung mengalir ke Sungai Pesanggrahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lindi, jenis tanaman, potensi fitoremediasi, serta risiko pencemaran Mn dan Pb terhadap masyarakat. Lindi TPA Cipayung mempunyai konsentrasi Mn 4,38 mg/l dan Pb 4,92 mg/l. Penelitian dilakukan dengan metode Range Finding Test/RFT (50%) dan dilanjutkan metode fitoremediasi dengan variasi berat tanaman (300 g, 600 g, dan 900 g) serta jenis tanaman (kangkung air/Ipomoea aquatica dan Hydrilla verticillata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tanaman mampu mereduksi Mn dan Pb dengan penurunan terbaik pada kangkung air 900 g sebesar 0,46 mg/l Mn dan 0,73 mg/l Pb serta Hydrilla verticillata 300 g sebesar 0,36 mg/l Mn dan 1,4 mg/l Pb. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berat tanaman berkorelasi lemah (r=0,392; 0,012) dan tidak signifikan (sig.=0,058; 0,955), sementara jenis tanaman berkorelasi kuat (r=-0,819; -0,494) dan signifikan (sig.=0,000; 0,014) terhadap nilai Mn dan Pb. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat risiko yang diterima masyarakat terkategori rendah (HQ<1). Secara keseluruhan, Hydrilla verticillata lebih efektif dalam menurunkan logam Mn dan Pb pada lindi TPA Cipayung.

Leachate that contains heavy metals is harmful to the environment and society. The leachate treatment facility at Cipayung Landfill hasn’t been operating since 2019, so the leachate flows directly into the Pesanggrahan River. This study aims to analyze characteristics of leachate, plant species, phytoremediation potential, and risk of Mn and Pb pollution to human. Leachate of Cipayung Landfill had concentrations of Mn 4,38 mg/l and Pb 4,92 mg/l. This study was conducted using Range Finding Test/RFT (50%) and phytoremediation with variation of weight (300 g, 600 g, and 900 g) and species (Ipomoea aquatica and Hydrilla verticillata). The results showed both plantswere able to reduce heavy metal contaminants with the best reduction of Ipomoea aquatica 900 greduced 0,46 mg/l Mn and 0,73 mg/l Pb, and Hydrilla verticillata 300 greduced 0,36 mg/l Mn and 1,4 mg/l Pb. The statistical analysis indicated that the variation of weight had weak correlation (r=0,392;0,012) and wasn’t statistically significant (sig.=0,058;0,955), while the species showed strong significant (r=-0,819;-0,494) and was statistically significant (sig.=0,000;0,014) to the values of Mn and Pb. The analysis results showed that the impact of risk to human was classified as low (HQ<1). Overall, Hydrilla verticillata was more effective plant in reducing Mn and Pb in the leachate of Cipayung Landfill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Aisyah Malik
"Azolla sp. telah banyak digunakan sebagai pelengkap pupuk anorganik pada budidaya sayuran untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Azolla sp. segar terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung air dan pengaruh Azolla sp. dalam mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Parameter pertumbuhan vegetatif yang dianalisis meliputi berat basah, berat kering, panjang akar, dan kadar klorofil. Penelitian dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juli 2022 di Gunung Putri, Bogor dan Laboratorium Kolaborasi Merck FMIPA UI, Depok. Penanaman menggunakan teknik hidroponik sistem sumbu selama 21 hari dengan tiga jenis larutan dengan 5 perlakuan, yaitu: larutan nutrien AB Mix 100% + 0 g Azolla sp. (P1), AB Mix 50% + 0 g Azolla sp. (P2), AB Mix 50% + 20 g Azolla sp. (P3), AB Mix 50% + 40 g Azolla sp. (P4), dan Air + 40 g Azolla sp. (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan AB Mix 50% + Azolla sp. 20 dan 40 g (P3 & P4) menunjukkan hasil yang mampu mengimbangi perlakuan kontrol (P1 & P2). Uji statistik Dunn juga menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada pertumbuhan vegetatif kontrol (P1 & P2) dengan perlakuan yang diberikan penambahan Azolla sp. (P3 & P4). Sementara itu, penambahan Azolla sp. 40 g pada larutan nutrien berupa air sebagai pupuk hayati tunggal menghasilkan pertumbuhan kangkung air yang rendah. Penggunaan Azolla sp. berpengaruh dalam melengkapi nutrien sebagai pelengkap pupuk anorganik (AB Mix), namun tidak dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik.

 

 

 


Azolla sp. has been widely used as a complement to inorganic fertilizers in vegetable cultivation to increase nitrogen availability. The aim of the study was to determine the effect of adding Azolla sp. fresh water spinach on vegetative growth and the effect of Azolla sp. in reducing the use of inorganic fertilizers. The vegetative growth parameters analyzed included wet weight, dry weight, root length, and chlorophyll content. The research was carried out from February to July 2022 at Gunung Putri, Bogor and the Merck Collaboration Lab FMIPA UI, Depok. Planting using the hydroponic cultivation technique of the wick system for 21 days with three types of nutrient solutions with 5 treatments, namely: nutrien solutions AB Mix 100% + 0 g Azolla sp. (P1), AB Mix 50% + 0 g Azolla sp. (P2), AB Mix 50% + 20 g Azolla sp. (P3), AB Mix 50% + 40 g Azolla sp. (P4), and Water + 40 g of Azolla sp. (P5). The results showed that the treatment with AB Mix 50% + Azolla sp. 20 and 40 g (P3 & P4) showed results that were able to compensate for the control treatment (P1 & P2). Dunn's statistical test also showed no significant difference in the vegetative growth of the control (P1 & P2) with the treatment given the addition of Azolla sp. (P3 & P4). Meanwhile, the addition of Azolla sp. 40 g of nutrient solution in the form of water as the sole bio-fertilizer resulted in low water spinach growth. Azolla sp. can be used as a substitute for adding nutrients to inorganic fertilizers (AB Mix), but cannot replace the use of inorganic fertilizers.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Rana Aqilah
"Saat ini TPA Cipayung tidak memiliki unit pengolahan lindi, sehingga lindi dialirkan menuju Kali Pesanggrahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi fitoremediasi yang ditinjau dari pengaruh persentase luas tutupan dan jenis tanaman air yang optimal dalam penyisihan pencemar dari lindi TPA Cipayung. Tahapan penelitian terdiri dari observasi lapangan, range finding test, adaptasi dan fitoremediasi. Penelitian ini menggunakan metode fitoremediasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu apu. Eceng gondok mampu menyisihkan parameter TDS, TSS, COD, BOD, dan total koliform berturut-turut sebesar 33%, 32%, 20%, 25%, dan 39%, sedangkan kayu apu sebesar 24%, 28%, 25%, 34%, dan 43%. Berdasarkan uji statistik, persentase luas tutupan tanaman memiliki korelasi positif tidak signifikan (sig >0,05) dengan persentase penyisihan pencemar yaitu TSS, COD dan BOD. Hubungan korelasi didapatkan jika semakin besar persentase luas penutupan tanaman, maka akan semakin besar nilai persentase penyisihan parameter pencemar. Selain itu, hasil uji korelasi antara jenis tanaman dengan penurunan persentase penyisihan pencemar menujukan korelasi negatif pada parameter COD, BOD, dan total koliform. Hasil dari penelitian ini yaitu eceng gondok lebih baik dalam menurunkan pencemar dibandingkan kayu apu. Penerapan fitoremediasi pada TPA Cipayung direncanakan pada unit constructed wetland.

Cipayung Landfill does not have a leachate treatment, so the leachate flows into the Pesanggrahan River. This study aims to analyze the potential of phytoremediation with the percentage of the cover area and the optimal type of aquatic plants in removing pollutants. The research stages included observation, range finding test, adaptation and phytoremediation. This study used phytoremediation with water hyacinth and water lettuce. Water hyacinth was able to remove TDS, TSS, COD, BOD, and total coliform parameters by 33%, 32%, 20%, 25%, and 39%, while water lettuce was 24%, 28%, 25%, 34%, and 43%. Based on statistical tests, the percentage of plant cover area has an insignificant positive correlation (sig>0,05) with the removal efficiency TSS, COD and BOD. The correlation relationship is if the more significant the percentage of plant cover area, the greater the removal efficiency pollutant. The correlation test results between plant types and the decrease in the percentage of pollutant removal showed a negative correlation in COD, BOD, and total coliform parameters. This study concludes that water hyacinth is better at reducing contaminants than water lettuce. The constructed wetland unit plans the application of phytoremediation in the Cipayung landfill.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"Insektisida Diazinon yang rendah dalam perairan meskipun tidak mematikan dapat menyebabkan gangguan faal biota air (ganggang), fauna air dan bahkan melalui rantai makanan dapat menganggu faal marnalia. Tujuan penelitian ini adalah apakah insektisida Diazinon (Basudin SO-EG) dapat diserap biota air dan fauna air (ikan mas).
Dengan menggunakan konsentrasi Diazinon yang aman yaitu 13.94 ppm, dengan membuat dua perlakuan. Perlakuan pertama yaitu 10 ekor ikan mas dipelihara pada aquarium yang diberi Hidrylla verticillata sedangkan kedua macam aquarium tersebut masing-masing berisi diazinon 19.94 ppm sebanyak 20 liter. Setelah 24 jam perlakuan, kandungan diazinon pada organ-organ ikan mas (sisik, insang, hati, usus, otot dan otak) baik dari perlakuan pertama dan kedua diperiksa dengan menggunakan alat Khromatografi Gas (messing-masing duplo).
Hasil yang diperoleh adalah bahwa ganggang Hidrylla verticillata dapat mengakumulasi diazinon dalam waktu 24 jam sebesar 4.37 ppm atau 0.19 kali konsentrasi yang ada dalam mediumnya. Pada perlakuan pertama organ-organ ikan mas dapat mengakumulasi diazinon rata-rata untuk sisik 2,950 ppm, insang 2.7530 ppm, hati 1.76 ppm, usus 3.075 ppm, otot 5.88 ppm dan otak 0.04 ppm. Sedangkan dari perlakuan kedua rata-rata akumulasi diazinon pada sisik 2.745 ppm, insang 3.0770 ppm, hati 2.84 PPm, usus 3.33 ppm, otot 2.825 ppm dan otak 3,43 ppm.
Dengan menggunakan uji t-test akumulasi diazinon pada organ-organ ikan yang berasal dari perlakuan pertama dan perlakuan kedua ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik yaitu p sisik = 0.952, p insang = 0.863, p hati = 0.694, p usus = 0,654, p otot = 0.242 kecuali p otak = 0.003.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa Hydrilla verticillata dapat mengakumulasi 4.37 ppm atau 0.19 kali dari medium yang mengandung diazinon sebesar 19.94 ppm. Dengan demikian hydrilla sp dapat digunakan untuk membersihkan perairan yang tercemar diazinon. Tetapi ganggang tersebut tidak berpengaruh terhadap kandungan diazinon pada organ-organ ikan mas (sisik, insang, hati, usus dan otot), karena ikan-ikan tidak mau ii akan ganggang tersebut sehingga akumulasi diazinon dalam organ ikan hanya berasal dari perairan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Rachmidiani
"Bahan bakar minyak dapat mengemisikan logam berat timbal ke udara dan akan jatuh mengikuti gaya gravitasi dan terakumulasi di tanah atau air. Tanah memiliki kemampuan untuk mempertahankan sebagian besar unsur berbahaya yang dikandungnya dalam waktu lama. Penanaman kangkung di pinggir jalan raya yang padat dilalui kendaraan bermotor akan berpengaruh terhadap kadar timbal di tanaman kangkung akibat penyerapan logam berat timbal dari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan petani kangkung akibat pajanan timbal secara ingesti di kangkung yang ditanam di Kelurahan Sukapura, Jakarta Utara. Metode penelitian ini adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap pola konsumsi kangkung pada 25 orang petani. Rata-rata konsentrasi timbal dalam kangkung adalah 1,54 mg/kg. Nilai ini telah melebihi standar BPOM No 23/2017 yaitu 0,2 mg/kg. Hasil nilai asupan (intake) realtime adalah sebesar 0,00026 mg/kg/hari dengan rata-rata durasi pajanan selama 21,08 tahun, berat badan 60 kg, dan frekuensi pajanan 52 hari/tahun. Nilai RQ sebesar 0,07 (RQ<1) menunjukkan kangkung masih aman untuk dikonsumsi.

Fuel can emit lead heavy metal into the air and will fall to the ground and accumulate in the soil or water. Soil has the ability to retain most of the harmful elements it contains in a long time. Planting water spinach on the edge of a road that is heavily traversed by vehicles will affect lead levels in water spinach due to the absorption of lead from the environment. This study aims to estimate the level of health risk of water spinach farmers due to ingestion of lead in water spinach grown in Sukapura District, North Jakarta. The method of this research is Environmental Health Risk Assessment of water spinach consumption in 25 farmers. The average concentration of lead in water spinach is 1.54 mg/kg. This value has exceeded BPOM standard No. 23/2017 which is 0.2 mg/kg. The results of realtime intake are 0,00026 mg/kg/day with an average duration of exposure of 21.08 years, body weight of 60 kg, and frequency of exposure 52 days/year. RQ value of 0.07 (RQ <1) indicates that water spinach is still safe for consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poety Hikmawati
"ABSTRAK
Fitoremediasi merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah yang menggunakan tanaman dengan sistem lahan basah sebagai pengolahannya. Penelitian fitoremediasi ini menggunakan vegetasi Vetiveria zizanioides dimana telah diketahui kemampuannya dalam pengolahan air limbah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan akar wangi dalam menurunkan kadar Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), (Total Suspended Solid) TSS, Ammonia, Nitrat, Fosfat setelah melalui bak lahan basah. Penelitian ini menggunakan dua buah reaktor dengan kerapatan tanaman yang berbeda yakni Reaktor A (15 rumpun/m2) dan Reaktor B (18 rumpun/m2) dengan air limbah yang digunakan berasal dari Asrama Mahasiswa UI Depok. Dengan menggunakan waktu tinggal kelipatan 8 jam maka efisiensi rata-rata pada Reaktor A untuk BOD sebesar 78,89%, COD 87,63%, TSS 93,06%, ammonia 90,39%, nitrat 88,50%, dan untuk fosfat 99,07% sedangkan pada Reaktor B efisiensi rata-rata BOD sebesar 89,55%, COD 90,12%, TSS 96,96%, ammonia 95,30%, nitrat 93,79%, dan untuk fosfat 99,39%.

ABSTRACT
Phytoremediation is an alternative wastewater treatment plants that use the wetland as a processing system. The phytoremediation research using Vetiveria zizanioides vegetation which has been known ability in wastewater treatment. The purpose of this study was to determine the level of efficiency of the use of vetiver in lowering levels of Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), (Total Suspended Solid) TSS, Ammonia, Nitrate, Phosphate after wetland basin . This study uses two reactors with different plant densities namely reactor A (15 rumpun/m2) and reactor B (18 rumpun/m2) with waste water used comes from Student UI Dormitory. By using multiple 8 hour detention time then the average efficiency in Reactor A for BOD of 78.89%, 87.63% COD, TSS 93.06%, 90.39% ammonia, nitrate 88.50 %, and for phosphate 99.07% and Reactor B, BOD average efficiency of 89.55%, 90.12% COD, TSS 96.96%, 95.30% ammonia, nitrate 93.79%, and 99.39 % for phosphate."
2014
S53802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xuebin Yin, editor
"This book shows how, despite having different goals, both phytoremediation and biofortification technologies can be closely connected as they are both based on the phytoextraction process that involves plant uptake, accumulation, and transformation of nutrient elements from soil. More specifically, this brief offers a comprehensive introduction to Phytoremediation and Biofortification of selenium (Se), zinc (Zn), iron (Fe), cadium (Cd) and copper (Cu), and illustrates the emerging integration of these two bio-technologies. "
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20406000
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sisilia Heyden
"Substrat makrofita memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman struktur komunitas epifiton. Mikroalga yang berpotensi bersifat perifitik menjadi komponen penyusun struktur komunitas epifiton. Berdasarkan penelitian sebelumnya, epifiton pada Utricularia berkeanekaragaman sedang dengan Cosmarium dan diatom sebagai penyusun utama komunitas epifiton, sementara epifiton pada Hydrilla dan Chara yaitu Closterium, Cosmarium, Euastrum, Micrasterias, Pleurotaenium, dan Staurastrum.
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan antara struktur komunitas epifiton pada Utricularia sp. dengan Hydrilla sp. dan mengetahui plankton yang berpotensi menjadi epifiton di Situ Alam FMIPA UI. Komponen yang dikaji yaitu kelimpahan dan keanekaragaman epifiton.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018 hingga Mei 2018 menggunakan metode purposive sampling dan mengambil sampel epifiton pada Utricularia sp., Hydrilla sp., gelas objek, dan plankton pada sampel air. Pengambilan tiap sampel dilakukan 3 kali dengan pengulangan 1 kali dalam jarak waktu 2 minggu.
Penelitian menunjukkan 67 genus dengan 1 genus planktonik yang hanya ditemukan di sampel gelas objek saja. Kelimpahan epifiton pada Utricularia sp. sebanyak 84.609 sel/ml, lebih tinggi dibanding epifiton pada Hydrilla sp. yaitu 74.392 sel/ml. Nilai keanekaragaman epifiton pada kedua tanaman tersebut dikategorikan keanekaragaman rendah H rsquo;< 2,302. Keanekaragaman komunitas epifiton pada Utricularia sp. berbeda dengan komunitas epifiton pada Hydrilla sp. P0,05.

Macrophytes as substrate affect abundance and diversity in community structure of epiphyton with periphytic microalgae become part of it. Previous research showed medium diversity of epiphyton on Utricularia mostly consists of Cosmarium and diatom, also Closterium, Cosmarium, Euastrum, Micrasterias, Pleurotaenium, and Staurastrum was found on epiphyton of Hydrilla and Chara.
The purpose of this research is to know the differences between community structure of epiphyton on Utricularia sp. and Hydrilla sp., also to know planktons that become epiphyton at Situ Alam FMIPA UI. Abundance and diversity of epiphyton community are the main discussion in this research.
Research begins on March 2018 until May 2018. Using purposive sampling method, samples were taken from Utricularia sp., Hydrilla sp., object glass, and water. Each sample was taken thrice, one repetition, once every 2 weeks.
Research shows 67 genera, including 1 planktonic genus that was found only on object glass. The abundance of epiphyton on Utricularia sp. shows 84.609 cell ml, higher than 74.392 cell ml that was found on epihyton of Hydrilla sp. Both diversity indices are categorized as low diversity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dira Alifa
"ABSTRAK
Pada studi ini, Eichornia crassipes diuji untuk mengetahui potensi aplikasi makrofit tersebut sebagai fitoremediator dari air asam tambang (AAT) dengan menganalisis akumulasi dari logam berat yang kandungannya berlimpah pada AAT batu bara yaitu seng (Zn) bersamaan dengan respons adaptasi terkait dengan perubahan fisiologis dan biokimia dalam makrofit tersebut selama pembebanan AAT asli dan artfisial yang memiliki variasi beban konsentrasi Zn sebesar 10, 20, dan 30 mg L dan pH yang ekstrem (3,0). Terjadi peningkatan secara lambat pada pH tanpa ditemui gejala toksisitas yang signifikan pada pembebanan AAT artifisial hingga pH mencapai 6,0; 6,4; dan 7,0 untuk variasi pembebanan logam berat Zn 10, 20, dan 30 mg L. Sebaliknya, dalam paparan selama dua minggu dari AAT asli, terjadi gejala toksisitas yang signifikan akibat dari kandungan beragam logam berat yang ada di dalamnya pada konsentrasi yang tinggi pula bersamaan dengan peningkatan pH pada tiga hari pertama hingga pH dan penurunan pada sebelas hari setelahnya dengan pH yang tertinggi mencapai 5,5. Penurunan konsentrasi Zn untuk AAT artifisial dan asli selalu terjadi bahkan pada konsentrasi yang tinggi. Namun, konsentrasi akhir dari Zn yang tidak memenuhi baku mutu dengan konsentrasi Zn paling rendah yang dicapai adalah 8,74 mg L; 14,63 mg L; 22,5 mg L; dan 7160 mg L untuk pembebanan variasi logam berat Zn 10, 20, dan 30 mg L (AAT artifisial) dan AAT asli sehingga penggunaan E. crassipes untuk fitoremediasi dilakukan secara seri (lebih dari satu kali pengolahan) yang masing-masing pengolahan memiliki waktu retensi selama 72 jam. Secara keseluruhan, metode fitoremediasi yang menggunakan E. crassipes cocok untuk diterapkan di lapangan untuk menyisihkan logam berat Zn pada kandungan logam berat tunggal maupun beragam jenis logam berat lain yang jumlahnya dibawah dosis letal dari makrofit tersebut.

ABSTRACT
Under present investigation Eichornia crassipes (water hyacinth) has been tested in knowing the applicability of this macrophyte as phytoremediator of Acid Mine Drainage (AMD) by analysing the accumulation of important heavy metal zinc (Zn) parallel with adaptive responses due to physiological and biochemical matters during exposure of actual AMD and artificial AMD having different concentrations (10, 20, and 30 mg L of Zn) and extreme pH (3.0). There is slow-but-steady significant increase in pH along with no severe morphological symptoms in exposure of artificial AMD as the pH reach value of 6,0; 6,4; and 7,0 in loading of 10, 20, and 30 mg L of Zn. Conversely, in 2-weeks exposure of actual AMD there is critical morphological symptoms due to its toxicity in exposure of multi-metals along with immediate increase in the first 3-days and slow decrease in 11-days after as the pH reach value of 5,5. The decreasing in Zn concentration for both actual and artificial AMD is occurred even in high level concentration. The final concentration of Zn didnt meet the quality standard as the value reach number of 8,74 mg L; 14,63 mg L; 22,5 mg L; and 7160 mg L in loading of 10, 20, and 30 mg L of Zn (artificial AMD) and actual AMD, so it needs to be a serial treatment with each treatment has 72-hours in retention time. Overall this methodology is applicable for the removal of Zn in AMD that has single-metal or various-metals in any amounts that is negligible or under its lethal dosage.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>