Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Steven Geovanli
"Penelitian ini membahas mengenai sifat mekanik dan perilaku korosi pada paduan Zn1Zr dengan variasi penambahan kadar tembaga. Penambahan tembaga pada paduan seng-zirkonium membentuk solid solution pada matriks seng serta membentuk fasa CuZn5 yang menyebabkan pembentukan butir yang jauh lebih halus. Semakin banyak penambahan tembaga yang ditambahkan pada paduan Zn1Zr, maka semakin tinggi nilai kekerasan yang dihasilkan. Penguatan paduan terjadi melalui mekanisme solid solution strengthening dan penghalusan butir. Penambahan tembaga pada paduan Zn1Zr meningkatkan nilai potensial korosi dan menghasilkan lapisan pasif oksida CuO yang dapat melindungi matriks Zn. Fasa CuZn5 menyebabkan terjadinya korosi mikro-galvanik akibat perbedaan potensial dengan matriks Zn. Paduan Zn1ZrxCu memiliki laju korosi yang lebih tinggi daripada paduan Zn1Zr, namun masih cocok untuk diaplikasikan untuk material implan mampu luruh karena lebih mendekati laju korosi seng murni dan masih dibawah batas maksimal laju korosi yang diperbolehkan untuk suatu biomaterial.

This research discusses the mechanical properties and corrosion behavior of the Zn1Zr alloy with variations in the addition of copper content. The addition of copper to the zinc-zirconium alloy forms a solid solution in the zinc matrix and forms the CuZn5 phase which causes the formation of much finer grains. The more additional copper added to the Zn1Zr alloy, the higher the hardness value produced. Alloy strengthening occurs through solid solution strengthening and grain refinement mechanisms. The addition of copper to the Zn1Zr alloy increases the corrosion potential value and produces a passive layer of CuO oxide which can protect the Zn matrix. The CuZn5 phase causes micro-galvanic corrosion due to the potential difference with the Zn matrix. The Zn1ZrxCu alloy has a higher corrosion rate than the Zn1Zr alloy, but is still suitable for application to wearable implant materials because it is closer to the corrosion rate of pure zinc and is still below the maximum permissible corrosion rate for a biomaterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hanafiah
"Perkembangan biomaterial berbasis Zn mulai banyak digunakan sebagai aplikasi medis yang memiliki sifat utama yaitu biodegradable. Penggunaan paduan Zn sebagai aplikasi biomaterial sudah mulai digunakan pada sekitar tahun 2011 tetapi masih memerlukan beberapa material pendukung agar mampu memaksimalkan sifat mekanik dan ketahanan degradasi pada paduan Zn. Paduan utama Zn memiliki nilai laju degradasi yang sudah cukup baik tetapi memerlukan unsur pendukung agar dapat memperbaiki sifat mekaniknya. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung aplikasi biomaterial berbasis Zn dengan penambahan unsur lain agar mampu memperbaiki sifat mekanik dan laju degradasi. Pada penelitian ini unsur yang ditambahkan yaitu zirkonium (Zr) dan Mangan (Mn) dengan komposisi Zr sebesar 1% dan komposisi Mn sebesar 0.25%, 0.50%, dan 1%. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara membuat sampel dengan pengecoran pada temperature 650-750°C dan dilanjutkan pengujian mikrostruktur dan perilaku korosi. Dari hasil analisa mikrostruktur, penambahan variasi Mn pada paduan Zn-1Zr akan membentuk banyak presipitat apabila semakin banyak kandungan Mn yang diberikan dan pada kandungan tersebut, ukuran butir yang dihasilkan lebih kecil dan halus. Pengujian polarisasi dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi. Laju korosi yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin banyak penambahan unsur Mn pada paduan Zn-1Zr maka laju korosi yang dihasilkan semakin tinggi.

The development of Zn-based biomaterials has been widely used in medical applications due to their main characteristic of biodegradability. The use of Zn alloys as biomaterial applications started around 2011 but still requires some supporting materials to maximize the mechanical properties and degradation resistance of Zn alloys. The main Zn alloy has a decent degradation rate but requires supporting elements to improve its mechanical properties. This research aims to support Zn-based biomaterial applications by adding other elements to enhance the mechanical properties and degradation rate. In this study, zirconium (Zr) and manganese (Mn) were added with a composition of 1% Zr and Mn compositions of 0.25%, 0.50%, and 1%. The research method used in this study involved creating samples through casting at a temperature of 650-750°C, followed by microstructure analysis and corrosion behavior testing. The microstructure analysis results showed that the addition of various Mn compositions to the Zn-1Zr alloy would form numerous precipitates with an increase in Mn content. At this content level, the resulting grain size is smaller and finer. A polarization test was carried out to determine the corrosion. The corrosion rate demonstrated that the higher the addition of Mn to the Zn-1Zr alloy, the higher the resulting corrosion rate."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rashif Athallah Nurianto
"Pelat kapal, terutama yang digunakan dalam struktur dewi-dewi, harus memiliki kualitas tinggi dan ketahanan terhadap korosi di lingkungan laut untuk menjamin keselamatan operasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku korosi dan karakteristik permukaan pelat dewi-dewi yang terpapar korosi air laut melalui pengujian eksperimental dan tervalidasi melalui pemodelan numerik. Pengujian tarik dilakukan untuk menentukan karakteristik sifat mekanik dari material dewi-dewi, termasuk tegangan yield, tegangan maksimum, regangan saat patah, dan modulus elastisitas. Pengamatan morfologi permukaan dilakukan dengan menggunakan 3D laser scan dna pembuatan model sederhana. Simulasi numerik melibatkan pembuatan model 3D spesimen terkorosi menggunakan 3D Laser Scan dan perangkat lunak Inventor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen terkorsi memiliki yield stress sebesar 94.226 MPa. Selain itu, pemodelan numerik mengindikasikan area dengan konsentrasi tegangan tinggi yang rentan terhadap kegagalan struktural. Faktor keamanan dihitung sebesar 0.537, yang dmenunjukkan bahwa materil dewi-dewi terkorosi tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang diterapkan tanpa mengalami perubahan ataupun kerusakan.

Ship plates, especially those used in dewi-dewi structures, must have high quality and corrosion resistance to ensure operational safety. This study aims to examine the corrosion behavior and surface characteristics of dewi-dewi plates exposed to seawater corrosion through experimental testing and validation via numerical modeling. Tensile tests were conducted to determine the mechanical characteristics of the material, including yield strength, ultimate tensile strength, elongation at fracture, and modulus of elasticity. Surface morphology observations were conducted using 3D laser scanning. Numerical simulation involved creating a 3D model of the corroded specimen using 3D Laser Scanning and Inventor software. The research results indicate that the corroded specimen has a yield stress of 94.226 MPa. Additionally, numerical modeling indicates areas with high stress concentration that are prone to structural failure. The safety factor was calculated to be 0.537, indicating that the corroded material does not have sufficient strength to withstand the applied load without damage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30. Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60% (30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 300°C dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan 120 menit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai 525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan 0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson's Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus, used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component, and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300°C with different holding time from 30, 60, and 120 minutes.
The results showed that as the longer holding time of the heating and was continued by further deformation, it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%), brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404 mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the ammoniacal environment (Mattsson's Solution) brass tend to have higher corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and corrosion resistance of Cu-Zn 70/30.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal Al Farobi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravi Naldi
"Paduan Mg-9Al-1Zn (AZ91) merupakan paduan logam ringan yang digunakan dalam industri otomotif. Masalah utama dari paduan ini adalah memiliki ketahanan mulur yang rendah. Solution treatment merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan ketahanan mulur logam. Pengaruh solution treatment terhadap sifat mekanik dan sifat korosi paduan as-cast AZ91 diteliti dengan menggunakan uji creep, hardness, elektrokimia, dan hilang berat. Solution treatment dilakukan pada suhu 420°C selama 2 jam kemudian dilakukan pendinginan cepat dalam air. Perubahan struktur mikro dan komposisi paduan diamati dengan mikroskop optik, scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive X-ray (EDX) dan X-ray diffraction (XRD). Paduan as-cast AZ91 terdiri dari fasa α-Mg sebagai matrik dan fasa β (Mg17Al12) yang tersebar di sepanjang batas butir. Ukuran butir yang berbentuk sama sumbu (equiaxed) berada pada rentang 40-100 µm. Pengurangan fraksi volume fasa β yang signifikan terjadi setelah solution treatment dimana ukuran fasa β mengecil dan terdistribusi secara acak pada batas butir dan matrik. Solution treatment menyebabkan perbesaran pada butir logam menjadi berukuran 100-500 µm.
Hasil uji hilang berat menunjukkan bahwa laju korosi pada paduan as-cast didapatkan sebesar 179 mmpy kemudian meningkat setelah diberi perlakuan solution treatment menjadi 270 mmpy. Pontensial korosi bebas (open circuit potential) paduan turun setelah solution treatment.
Hasil uji polarisasi potensiodinamik tidak menunjukkan perubahan yang berarti setelah solution treatment. Namun hasil uji impedansi (electrochemical impedance spectroscopy) menunjukkan turunnya nilai impedansi paduan setelah solution treatment. Turunnya ketahanan korosi setelah solution treatment disebabkan oleh berkurangnya fasa β(Mg17Al12) yang berperan dalam menahan laju korosi. Nilai kekerasan paduan as-cast AZ91 yaitu sebesar 61,68 HV turun menjadi 60,66 HV setelah solution treatment.
Hasil uji creep menunjukkan bahwa waktu mulur putus paduan as-cast AZ91 terjadi 10 kali lebih cepat dari paduan yang telah mengalami solution treatment. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya fasa β yang memiliki titik leleh yang lebih rendah disbanding Mg. Perlakuan solution treatment menurunkan ketahanan korosi paduan AZ91 namun dapat meningkatkan ketahanan mulur paduan.

Alloy Mg-9Al-1Zn (AZ91) is a lightweight metal alloy used in the automotive industry. The main problem with this alloy is that it has low creep resistance. Solution treatment is an effective method for increasing metal creep resistance. The effect of solution treatment on the mechanical properties and corrosion properties of AZ91 as-cast alloys was studied using creep, hardness, electrochemical, and weight loss tests. Solution treatment was done at 420 ° C for 2 hours followed by water colling. Changes in microstructure and alloy composition were observed with optical microscopy, scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive X-ray (EDX) and X-ray diffraction (XRD). The as-cast AZ91 alloy consists of the α-Mg phase as the matrix and β phase (Mg17Al12) which are spread along the grain boundary. The size of the axle-shaped grain (equiaxed) is in the range of 40-100 µm. Significant reduction of β phase volume fraction occurs after the solution treatment where the phase size of β decreases and is distributed randomly at the grain boundary and matrix. Solution treatment causes enlargement of metal grains to be 100-500 µm in size.
The results of the weight loss test showed that the corrosion rate in as-cast alloys was obtained at 179 mmpy then increased after being treated with a solution treatment to 270 mmpy. Open circuit potential of the alloy drops after the solution treatment.
Potentiodynamic polarization test results show no significant change after the solution treatment. However, the results of electrochemical impedance spectroscopy show a decrease in the value of the alloy impedance after the solution treatment. The decrease in corrosion resistance after the solution treatment is caused by the reduction of the β phase (Mg17Al12) which plays a role in holding down the corrosion rate. The hardness value of AZ91 as-cast alloy which is equal to 61.68 HV drops to 60.66 HV after the treatment solution.
The creep test results show that the creep fracture time of AZ91 as-cast alloy occurs 10 times faster than the alloy that has undergone a solution treatment. This is caused by a reduction in the β phase which has a lower melting point compared to Mg. The solution treatment treatment reduces the corrosion resistance of AZ91 alloys but can increase alloy creep resistance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iman Utama
"Kebutuhan penghematan energi dunia menuntut untuk melakukan peminimalisasian energi tak terlepas di bidang pengecoran. Penggunaan TWADI (Thin Wall Austempered Ductile Iron) yang didapatkan dari heat treatment TWDI (Thin Wall Ductile Iron) menjadi kandidat yang paling menarik karena ketangguhannya yang sangat tinggi serta biaya lebih murah dan tentunya lebih hemat energi dibandingkan aluminium. Dalam Pemrosesan TWDI menemui masalah yaitu perubahan grafit nodul menjadi flakes atau yang dikenal sebagai skin effect dimana skin akan menurunkan sifat mekanis dari TWDI.
Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan kadar nodulizer terhadap terbentuknya skin serta pengaruhnya terhadap sifat mekanis. Skin yang didapat pada penambahan 1,1 % nodulizer dengan tebal 40 µm lebih tipis dibandingkan 1 % nodulizer yang memiliki tebal skin 45 µm. Nilai UTS yang didapat oleh penambahan 1,1% nodulizer yaitu 416,5 MPa, lebih tinggi dibandingkan 1 % nodulizer sebesar 387,54 MPa, dimana hal tersebut sejalan dengan nodularitas yang lebih tinggi dengan penambahan 1,1 % nodulizer. Nilai elongasi kedua sampel tidak mencapai 10 % yang dikarenakan terbentuknya kolumnar karbida yang terbentuk dari berlebihnya kadar mangan pada kedua sampel.

Recent world energy condition obligates people to reduce quantity of energy useement especially ini casting process. Uses of Thin Wall Austempered Ductile Iron (TWADI), which is a heat treatment material from Thin Wall Ductile Iron (TWDI) , become a best candidate to replace aluminium in industry due to the fact of its high quality toughness and another mechanical properties, with low producing cost and also low energy production. One of the most issue that have been met in processing TWDI is a phenomenon that nodular graphites turn into flakes shape which will decrease large amount of mechanical properties.
This research is studying about the enhacement of content nodulizer for reducing skin thickness and also to increase mechanical properties. The addition of 1,1 % nodulizer that obtained shown an effective result with reducing 11 % thickness of skin compared to the thickness of addition 1 % nodulizer. The thickness of skin with addition 1,1% nodulizer is 40 µm, while with addition 1 % nodulizer is 45 µm. The UTS number that has been reached by 1,1 % nodulizer is 416,5 % MPa, which is bigger than the UTS of 1 % nodulizer in the amount of 387,54 MPa which also as a result of grater nodularity of 1,1 % nodulizer. The elongation of both sample have elongation below 10 %, as result of carbides that have been formed in the microstructure, because of excessive number of manganese.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamri Rahmat
"Teknologi semprot panas merupakan suatu teknologi pelapisan yang sekarang banyak digunakan pada industri pabrik, minyak dan gas ataupun power plant. Pada penelitian ini telah dilakukan dua jenis teknik pelapisan semprot panas yaitu metode pelapisan High Velocity Oxygen Fuel dan metode Electric Arc Spray. Kedua metode ini memiliki jenis pelapisan logam yang berbeda.Tujuannya untuk mempelajari hasil lapisan molibdenum dan lapisan aluminium pada substrat baja tahan karat 316L. Pelapisan molibdenum dengan metode High Velocity Oxygen Fuel dilakukan dengan menggunakan serbuk molibdenum, sedangkan pelapisan aluminium dengan metode Electric Arc Spray menggunakan kawat aluminium.Adapun ketebalan pelapisan molibdenum pada substrat dengan kisaran 15-20 m dan ketebalan pelapisan aluminium pada substrat dengan kisaran 90-100 m.Sebelum proses pelapisan dilakukan pemanasan sampel untuk menghilangkan kontaminasi yang menempel.Selanjutnya dilakukan pengkasaran permukaan subsrat dengan tingkat kekasaran 10-20 m menggunakan grit blasting abrasive Brown Aluminium Oxide.Karakteristik hasil pelapisan dilakukan dengan uji Positive Material Identification PMI merk Niton XL2-800 model X-Ray Fluorescent, pengujian SEM/EDX, pengujian metalografi mikroskop optik, pengujian kekerasan, pengujian keausan dan pengujian ketahanan korosi dengan sembur garam Salt Spray. Pengujian dengan alat Positive Material Identification PMI memperlihatkan bahwa terjadi suatu ikatan mekanis pelapis dengan permukaan substrat. Pada pengamatan mikro dengan mikroskop optik perbesaran 100x terlihat bahwa ikatan pelapis molibdenum terhadap permukaan substrat lebih kuat dibandingkan dengan pelapis aluminium terhadap permukaan substrat. Pada pengamatan dengan uji SEM/EDX terlihat bagian antarmuka lapisan pelapis membentuk suatu ikatan mekanis dengan permukaan substrat, dimana untuk lapisan molibdenum lebih baik ikatannya dengan permukaan substrat dibandingkan dengan lapisan aluminium. Pengamatan dengan pengujian hardness dan uji keausan, terlihat bahwa untuk pelapisan aluminium pada substrat menghasilkan nilai hardness yang lebih rendah dibandingkan substrat yang dilapisi molibdenum sedangkan untuk uji keausan,nilai pelebaran celah substrat yang dilapisi aluminium b= 0,545 mm lebih besar dibandingkan dengan substrat yang dilapisi molibdenum b = 0,375 mm sehingga tingkat keausan lebih baik untuk nilai yang lebih kecil.Pengamatan substrat dengan uji sembur garam, kedua lapisan tidak mempengaruhi daerah penggoresan namun terlihat perubahan warna secara signifikan yang terlihat adanya pembentukan korosi secara merata.

The technology of Thermal Spray is a coating technology is now widely used in the industries of oil and gas, factory or power plant. This research has been conducted on two types of coating technique of thermal spray coating method of High Velocity Oxygen Fuel and method of Electric Arc Spray. This different method to compare of this type coating metal on 316L stainless steel substrates. Molybdenum Coating with the method of High Velocity Oxygen Fuel using powder molybdenum and Aluminium Coating with the method Electric Arc Spray wire with 99.5 aluminium composition. The thickness of the coating on substrates with molybdenum with range 15 20 m and the thickness of the aluminum coating on substrates with the range of 90 100 m. Proceedings before the coating is carried out first warming to eliminate contamination.And then surface to be rough using grit blasting abrasive Brown Aluminum Oxide with range 10 20 m.Observations of the substrate after coating will identified with Positive Material Identification PMI Niton XL2 800 model Fluorescent X ray testing, SEM EDX, testing metalografi optical microscopy, hardness test,wear testing,testing corrosion resistant with Salt Spray.The result of testing with Positive Material Identification PMI shown coating had been a mechanical bond with substrate layer. On the observation with SEM EDX test shown bond of molibdenum's coating is better than aluminium's coating on substrate. Observations with the hardness testing and wear test related both, aluminum coating on substrate produces a lower hardness values than substrate coated molybdenum. The value of wear test results are aluminium coated substrates b 0.545 mm is greater than with molybdenum coated substrates b 0.375 mm . It means that the lower value will be more wear resistance.For observations of the substrate with salt spray test, both of looks discoloration significantly and visible presence of formation of corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desrilia Nursyifaulkhair
"Paduan Al-Zn-Mg (Seri 7xxx) telah banyak dikembangkan dalam berbagai aplikasi, terutama dalam industri penerbangan sebab memiliki kekerasan yang tinggi sementara densitasnya rendah. Paduan tersebut umumnya diperkuat melalui perlakuan penuaan, di mana terjadi difusi atom-atom Zn dan Mg dari larutan padat sangat jenuh sehingga terbentuk presipitat metastabil. Selain itu, paduan dapat diperkuat pula dengan penambahan Ti yang akan memperhalus butir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ti dalam penguatan presipitasi paduan Al-5.1Zn-1.8Mg-0.4Ti (% berat) pada berbagai temperatur.
Paduan ini dibuat dengan proses squeeze casting. Kemudian dilakukan homogenisasi pada temperatur 400 oC selama 4 jam dan laku pelarutan pada 440 oC selama 1 jam yang dilanjutkan dengan pencelupan air hingga temperatur ruang. Penuaan dilakukan pada temperatur 90, 130 dan 200 oC selama 200 jam. Untuk mengetahui respon penuaan, dilakukan pengujian kekerasan Rockwell, sementara itu perubahan struktur mikro diamati dengan menggunakan Mikroskop Optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi dihasilkan setelah penuaan di temperatur 90 oC, bahkan pada temperatur ini, kekerasan terus meningkat setelah 200 jam. Semakin tinggi temperatur penuaan, semakin rendah kekerasan puncak yang dihasilkan, tapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kekerasan puncak akan berkurang. Penambahan Ti diketahui dapat menahan penguatan dengan memperlambat kinetika presipitasi melalui penurunan jumlah kekosongan kompleks zat terlarut. Urutan presipitasi yang terbentuk adalah GP zone  ƞ?  ƞ (MgZn2).

Al-Zn-Mg alloys (7xxx series Al alloys) have been widely used in many applications, especially in aerospace industry because of their high strength and low density. These alloys are commmonly hardened upon ageing treatment, in which diffusion of Zn and Mg atoms from super saturated solid solution results in formation of metastable precipitates. To further increase the strength of the alloys, Ti is added to decrease the grain size. The objective of this study is to investigate the role of Ti in the precipitation strengthening of Al-5Zn-1.8Mg-0.4Ti (wt.%) alloy.
The alloy was fabricated by squeeze casting process. Then, the alloy was homogenized at 400 oC for 4 hours. Subsequent solution treatment was employed at 440 oC for 1 hour and followed by water quenching to room temperature. The ageing was conducted at 90, 130 and 200 oC for 200 hours. The ageing response was followed by Rockwell hardness testing, while the microstructural evolution was observed by using Optical Microscope (OM) and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS).
The results showed that the highest hardness was achieved after ageing at 90 oC, and even at this temperature, the hardness remained increase after 200 h of ageing. The higher the ageing temperature, the lower the achieved peak hardness but the time needed to peak hardness reduced. Addition of Ti retarded the strengthening by slowering kinetics of precipitation through decreasing number of solute-vacancy complexes. The suggested major precipitation sequence was GP zones  ƞ?  ƞ (MgZn2).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina Oktaviana Istiqomah
"Penambahan partikel nano SiC kedalam matriks Al6061 menghasilkan material komposit dengan kekuatan mekanis yang tinggi namun tetap mampu mempertahankan sifat ulet. Magnesium sebesar 10% Vf juga ditambahkan sebagai agen pembasah agar didapatkan ikatan yang kuat pada daerah antarmuka. Pada penelitian ini digunakan variasi penambahan partikel nano SiC sebesar 0,05%, 0,10%, 0,15%, 0,20% dan 0,30% untuk mengetahui titik optimal penambahan penguat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penambahan partikel nano SiC optimal di komposisi 0,15%, dengan kekuatan tarik 263,43 MPa, presentase elongasi 7,67%, kekerasan 56,5 HRB, dan harga impak sebesar 0,0550 J/mm2. Peningkatan kekuatan mekanis pada komposit dihasilkan dari kehadiran fasa penguat Mg2Si, distribusi partikel nano SiC yang merata, serta pembasahan yang baik antara matriks dan partikel penguat.

The addition of nano SiC particles to Al6061 matrix has enhancing the mechanical properties of metal matrix composite while the ductility properties still maintained. 10% Vf of magnesium were used as wetting agent to achieve strong interface bonding. In the present work, Al6061 reinforced with various amounts (0,05%, 0,10%, 0,15%, 0,20% and 0,30%) of nano SiC were prepared. Results of this study shows the optimum content of nano SiC in Al6061 matrix were 0,15% Vf, with UTS (Ultimate Tensile Strength) reached 263,43 MPa, 7,67% elongation, hardness up to 56,5 HRB, and 0,0550 J/mm2 impact value. The enhancement of mechanical properties of Al6061/SiC composite were influenced by the presence of Mg2Si phase, good distribution of nano SiC particles, and also good interface bonding between matrix and reinforce.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>