Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzan Hiroki Imam
"Kecelakaan berkendara menyebabkan sekitar 1.3 juta orang meninggal dan sekitar 20-50 juta orang mengalami cedera non-fatal setiap tahun nya, salah satu factor utama penyebabnya adalah human error. Komunikasi V2X merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan dengan harapan dapat mengurangi kecelakaan akibat human error dan juga diharapkan akan dapat diaplikasikan dalam autonomous driving. Akan tetapi antena untuk komunikasi V2X masih perlu banyak perkembangan dan masih belum banyak dipakai di kendaraan yang sudah beredar di pasar, karena itu penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada bidang ini. Untuk mendapatkan performa sistem yang baik diperlukan antena yang mempunyai kemampuan beamsteering. Pada penelitian ini dibuat antena susun microstrip yang bekerja pada frekuensi 5,9 GHz dan memiliki kemampuan beamsteering yang dapat meningkatkan keandalan dari antena V2X. Berdasarkan hasil yang sudah disimulasikan, antena sudah berhasil bekerja di 5,9 GHz dan memiliki gain yang cukup tinggi di kisaran 8-11 dBi tergantung konfigurasi yang sedang digunakan, simulasi menunjukan kapabilitas beamsteering telah terdapat pada rancangan dan sudah berhasil melakukan pembelokan beam sebanyak 10, 25, dan 40 derajat.

Road accidents result in approximately 1.3 million fatalities and around 20-50 million non-fatal injuries each year, with human error being a major contributing factor. V2X communication is a technology being developed with the hope of reducing accidents caused by human error and is also expected to be implemented in autonomous driving. However, the development of V2X communication antennas still requires significant advancements, and they are not yet widely used in vehicles currently available in the market. Therefore, this research aims to contribute to this field. To achieve a good system performance, antennas with beamsteering capability are needed. In this study, a microstrip array antenna operating at 5.9 GHz frequency was designed, which possesses beamsteering capability to enhance the reliability of V2X communication. Based on the simulated results, the antenna successfully operated at 5.9 GHz and exhibited a high gain ranging from 8-11 dBi, depending on the configuration used. The simulations demonstrated that the designed antenna has beamsteering capabilities, successfully steering the beam at angles of 10, 25, and 40 degrees."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sudjarwo
"Berdasarkan datakecelakaaa lalu lintas selama lima tabun (1995-1999), pads rum Jalan Tol Cawang - Cikampek dari tahun ke tabun masib menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sebanyok 4.986 kejadian kecelakn A (996ltahun). Ruas julan Tol Cawang - Cikampok merupakan salah sate ruas Jalan Tol yang dianggap rawan kecelakaan jug& kuramg membedican rasa aman bagi penggunelpemaW jalam Tol ini. Penentuan lokmi rawan keceiakaaa tersebut didasmrkan atas data kejadiau pads lokasi yang paling sexing terjadi di ruas jalan Tol Cawang - Cikampek. Masing-amsing untuk kecelakaan fatal, kecelaksan yang menyebabkan korban Iuka dan kecelakmm yang hanya menyebabkan kerusakan bends (properties dams a only. Atw dasar hal im dilakukan pengamatan di lapmgan yang bertujuau untuk mengkonfirmasikan pola tabrakan yang kritis. Evaluasi terhadap pola tabrakan di lokasi rawan kecelakaan.n ini kemudian menjadi dasar untuk mencari alternatif-alternatif penangauam di mass yang akan datang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufal Hidayat
"Antena merupakan salah satu bagian terpenting dalam teknologi radar udara. Spesifikasi dari antena akan menentukan tinggi-rendahnya teknologi dan kualiatas dari radar secara keseluruhan. Beberapa spesifikasi antena yang mesti dipenuhi untuk aplikasi radar udara, yaitu berupa gain yang tinggi, bandwidth yang lebar, beamwidth yang sempit dan side lobe level yang rendah. Namun, di antara semua spesifikasi yang disebut di atas, beberapa hal yang juga mesti diperhatikan dan menjadi tantangan, yaitu bagaimana merancang antena yang low profile, ringan dengan harga yang serendah mungkin, tapi tetap memiliki spesifikasi yang tinggi.
Salah satu jenis antena yang dapat memenuhi spesifikasi ini, yaitu berupa antena mikrostrip yang disusun pada rancang bangun antena di sini dirancang antena mikrostrip array 4 x 8 elemen, untuk mendapatkan bandwidth yang lebar digunakan teknik parasitic rectangular patch, sedangkan untuk penurunan side lobe level digunakan teknik pencatuan dengan variasi lebar feeding menggunakan perumusan chebychev.
Hasil pengukuran menunjukkan antena 4x8 elemen berkerja pada frekuensi 2.8 GHz ? 3.1 GHz, dengan gain sebesar 16 dB pada frekuensi 2.95 GHz, sedangkan pada bidang azimuth diperoleh lebar beamwidth sebesar 260 dengan niilai side lobe level

Antenna is one of the most important parts in airborne radar technology. Some important specification for the radar antenna application is high gain, wide bandwidth, narrow beamwidth and low sidelobe level, but among these specification we also consider to design low profile, and light weight antenna for radar. One type of antenna which qualifies for this specification is the microstrip array antenna.
In this research a microstrip array antenna that consist of 4x8 element will be proposed, for bandwidth enhancement the side parasitic patch will be used, while for the side lobe level reduction, the unequal power divider with chebychev distribution is designed.
The measurement result for antenna array 4x8 element shows that the antenna works at 2.8 GHz- 3.1 GHz with gain of 16 dB at frequency 2.95 GHz. In the Azimuth plane, the antena beamwidth is 260 with sidelobe level suppression of 21 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Arlini Puspasari
"Road accident is a leading problem in Indonesia that increases every year. Based on previous studies, mental fatigue is one of the biggest sources of road accident, that is majorly affected by mental workload. Driving duration is one of factors that triggers mental fatigue. Previous literature stated that Electroencephalogram (EEG) measurement is a gold standard to measure fatigue. However, there was limited study that addressing EEG indicators that affected by driving duration, and the previous research still had disagreements regarding the best EEG parameter to measure fatigue. Therefore, this study aimed to evaluate driving duration effect towards EEG fluctuation and determine the best EEG parameter related to fatigue. Seven participants were asked three hours driving in medium fidelity simulator. One-way ANOVA and correlation analysis were performed on the analysis to measure the effect of driving duration towards EEG indicator and determine the correlation of indicator. Receiver Operating Characteristics (ROC) curve was also utilized to determine the best variable that correlates with subjective sleepiness indices. The results showed that in the end of 3 hours driving, there was an increment of delta and theta activities, followed by decrement of alpha and beta activities. In addition, the correlation of all bands were significant, with positive result of alpha-beta band and theta-delta band, and negative result towards each other. Furthermore, results from Receiver Operating Characteristics (ROC) curve showed that RPR of theta, RPR of alpha, and ratio of ?/?+? as the best indicators among others, that had accuracy of high degree (above 85%)."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:6 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Pada jaringan seluler, diperkirakan lebih dari 50% layanan telepon dan lebih dari 70% layanan data berasal dari penggunaan di dalam ruangan. Femtocell, atau yang juga disebut home base station, merupakan access point pada jaringan seluler yang menghubungkan perangkat seluler standar dengan jaringan operator seluler menggunakan Digital Subscriber Line (DSL), koneksi kabel pita lebar fiber optik, maupun teknologi nirkabel. Antena untuk femtocell ini dirancang untuk bekerja pada frekuensi 2,3 GHz -2,4 GHz pada VSWR <2, memiliki impedance bandwidth sebesar 100 MHz, dan memiliki gain tinggi. Beberapa antena satu elemen yang sama disusun agar mendapatkan gain yang cukup tinggi. Hasil pengukuran parameter S11 antena satu elemen menunjukkan antena memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,06-2,44 GHz. Hasil pengukuran antena susun memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,08-2,46 GHz.

In cellular networks, it is estimated that more than 50% calls and over 70% of data services occur indoors. Femtocells, also known as home base station, are cellular network access points that connect standard mobile devices to a mobile operator’s network using residential Digital Subscriber Line (DSL), cable broadband connections, optical fibres or wireless last-mile technologies. This femtocell antenna is designed to work at frequency 2,3-2,5 GHz for VSWR <2, have 100 MHz Impedance bandwidth, high gain. Several identic single element antenna is arrayed to achieve high gain. From S11 parameter measurement single element has 320 MHZ bandwidth at frequency 2,12-2,47 GHz. From S11 parameter measurement array antenna has 380 MHz bandwidth at frequency 2,08-2,46 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liszarwan Baheram
"Kemajuan teknologi bidang otomotif telah memberi manfaat yang sangat besar kepada manusia, manfaat ini terutama di bidang perhubungan darat. Manfaat kendaraan bermotor ini sangat besar dan hal ini menyebabkan manusia berusaha memilikinya terutama sekali untuk kepentingan-kepentingan vital seperti ke kantor, kuliah ataupun bisnis lainnya. Untuk dapat mengemudi kendaraan dengan aman dan lancar dibutuhkan keserasian antara jumlah kendaraan, panjang jalan dan jumlah penduduk, disuatu tempat. Akhir-akhir ini terdapat ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dengan jumlah panjang jalan, dimana jumlah pertambahan jalan tidak secepat pertambahan kendaraan. Akibatnya jalan terasa sempit, kenyamanan mengemudipun mulai berkurang dan kecelakan lalu lintas pun makin meninakat yang disertai pula dengan bertambahnya jumlah manusia yang mati akibat kecelakaan lalu lintas termasuk diantara pares korban ini adalah pejalan kaki.
Di Indonesia setiap tahun jumah kendaraan bertambah 8,13%,jalan hanya bertambah 2,61%.Pada tahun 1987 di lapork.an 10.809 kor-ban mati, 20.987 luka berat dan 26.522 luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1987 adalah 171.710.000 org.
Di USA 4 orang pejalan kaki meninggal karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk. Pertambahan penduduk ini disamping akibat kelahiran juga akibat adanya urbanisasi. Pertambahan jumlah kendaraan timbul akibat berbagai macam hal seperti gengsi, ingin cepat sampai ditujuan , ingin terhindar dari kemacetan lalu lintas dan lain-lain. Kematian pejalan kaki akibat kecelakaan lalu lintas di Jakarta dalam periode 1974-1976 adalah sebesar 48.42%.
Meningkatnya jumlah perdestrian yang menjadi korban kecelakan lalu lintas ini adalah akibat beberapa hal :
1. Adanya pedestrian baru akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
2. Meningkatnya mobilitas penduduk.
3. Trotoir tidak tersedia, di beberapa tempat trotoir dijadikan korban perluasan jalan dan ada juga trotoir yang dipakai untuk tempat berjualan.
4. Tempat penyeberangan , zebra cross tidak tersedia.
5. Disiplin yang kurang dari pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor misalnya menyeberang tidak pada tempatnya, mengendarai kendaraan secara ugalan-ugalan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Utami Mutiara Ningrum
"Kecelakaan lalu lintas, termasuk kecelakaan kereta api merupakan salah satu penyebab umum morbiditas dan mortalitas hampir di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Namun sayangnya dampak cidera dan kerugian yang timbul dari permasalahan tersebut masih belum menjadi perhatian, dan diabaikan dari agenda kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola luka dan cidera yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal akibat tertabrak kereta api yang diperiksa di Departmen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/RSCM pada periode tahun 2009 - 2014. Data diperoleh melalui rekam medik, dan kemudian jenis luka yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel. Hubungan antara luka eksternal dan internal dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Dari total 106 sampel, korban didominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki banding perempuan sebesar 3.61:1. Mayoritas korban berada pada rentang usia 20-50 tahun (85,86%). Luka eksternal yang paling banyak ditemukan berupa abrasi, dan bagian tubuh yang paling banyak mengalami luka eksternal adalah regio kepala, wajah, dan leher. Sebagian korban mengalami fraktur multipel dengan tulang kranial sebagai tulang yang paling banyak mengalami fraktur. Otak merupakan organ yang paling sering mengalami perlukaan. Ditemukan hubungan bermakna antara kontusio pada regio abdomen dan pelvis dengan luka limpa (p = 0,026).

Train accident has been one of the most frequent cause of morbidity and mortality worldwide, especially in areas where railway traffic is higher. The injuries and deaths caused by railway fatalities, although devastating, still has not been considered as an important issue. This research aim to observe the pattern of injuries in victims of railway fatalities that was otopsied in The Department of Forensic, Cipto Mangunkusumo Hospital within the period of 2009 - 2014. Secondary data in the form of meidcal record was collected and the pattern of injuries was presented in table form. The association between external and internal injury was analyzed using Chi-Square test. Out of 106 samples that match the inclusion and exclusion criteria, the fatalities were predominantly seen in the males with a male to female ratio 3.61:1. Most of the external injuries were found on the head, face, and neck region. The commonest external injuries sustained was abrasion. Some of the victims sustained multiple fractures and the majority of fractures were observed in the skull. Multiplicity in visceral injuries were found and the majority of victims had brain injuries. A significant association was found between contusion in abdominal-pelvic region and hepatic injury (p = 0,026).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tauhid Bareno
"Beberapa tahun terakhir, studi mengenai antena mikrostrip memiliki ketertarikan yang besar pada rancang bangun antena untuk peralatan komunikasi nirkabel karena karakateristiknya yang menjanjikan, seperti ringan, kecil, dan mudah untuk diintegrasikan dengan peralatan lain. Skripsi ini akan menginvestigasi antenna mikrostrip segitiga yang dikombinasikan dengan struktur metamaterial guna mendapatkan karakteristik gain yang tinggi. Pada studi ini, sebuah elemen tunggal dan dua elemen susun yang ditumpuk dengan struktur metamaterial digunakan untuk menghasilkan frekuensi tengah pada 2,35 GHz dengan bandwidth yang mencukupi untuk aplikasi Long Term Evolution (LTE). Antena ini dianalisis secara numeric dengan Finite Integration Technique (FIT) pada simulasinya.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa antena bekerja pada frekuensi 2,29-2,39 GHz dengan bandwidth 96 MHz, return loss -25,06 dB pada frekuensi tengah, dan gain 3,2 dBi untuk single elemen. Pada dua elemen susun antena bekerja pada 2,31-2,38 GHz dengan bandwidth 64 MHz, return loss -14,57 dB pada frekuensi tengah, dan gain 5,4 dBi. Guna mendapatkan kinerja tinggi pada antena, dua elemen susun ditumpuk dengan struktur metamaterial. Hasil simulasi menunjukkan antena bekerja pada 2,29-2,39 GHz dengan bandwidth 101 MHz, return loss -22,39 dB pada frekuensi tengah, dan gain 9,1 dBi.
Setelah simulasi terlaksana, antena-antena tersebut difabrikasi dan divalidasi dengan pengukuran yang dilakukan di Anechoic Chamber. Hasil pengukuran menunjukkan, dua elemen susun bekerja pada 2,31-2,37 GHz dengan bandwidth 60 MHz, return loss -18,93 dB pada frekuensi tengah, dan gain 5,02 dBi. Sebagai tambahan, struktur metamaterial dipasang di atas antena susun, antena bisa bekerja pada 2,24-2,35 GHz dengan bandwidth 111 MHz, return loss –11,98 dB pada frekuensi tengah, dan gain 8,9 dBi. Maka, penggunaan struktur metamaterial yang ditumpuk diatas antena, gain bisa ditingkatkan menjadi 8,9 dBi atau terjadi peningkatan 3,8 dBi.

In recent years, the study of microstrip antennas have been great interest in most of antenna design for wireless communication devices due to it's promising characteristics such as light weight, compact, small, and easy to be integrated with other devices. This thesis will investigate a triangular microstrip antenna which is combined with metamaterial structure in order to obtain high gain characteristic. In this study, a single element and two-element array antenna with stacked metamaterial structure are proposed in order to generate the center frequency at 2.35 GHz with sufficient bandwidth for Long Term Evolution (LTE) application. The antenna is numerically analyzed by using the Finite Integration Technique (FIT) during simulation.
The simulation results show that the antenna works at 2.29-2.39 GHz with the bandwidth 96 MHz, return loss -25.06 at the center frequency, and the gain 3.2 dBi for single element. As for two-element array works at 2.312.38 GHz with the bandwidth 64 MHz, return loss -14.57 dB at the center frequency, and the gain 5.4 dBi. In order to obtain high performance of the antenna, the two-element array is stacked by a metamaterial structure. The simulation results show the antenna works at 2.292.39 GHz with bandwidth 101 MHz, return loss -22.39 dB at the center frequency, and the gain 9.1 dBi.
Having conducted the simulation, the antennas have been fabricated and validated by the measurement, which is performed in an Anechoic Chamber. The measurement results show that two-element array works at 2.312.37 GHz with the bandwith 60 MHz, return loss -18.93 dB at the center frequency, and the gain 5.02 dBi. In addition, when the metamaterial structure is installed on the top of the array, it works at 2.242.35 GHz with the bandwidth 111 MHz, return loss - 11.98 dB at the center frequency, and the gain 8.9 dBi. Therefore, by using a a metamaterial structure that is stacked on the top of the antenna, the gain can be increased up to 8.9 dBi or about 3.8 dB improvement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Sam Setiadji
"Teknologi antena mikrostrip saat ini banyak digunakan dalam berbagai aplikasi dalam dunia telekomunikasi, salah satunya digunakan pada aplikasi Antena Radar Vessel Traffic System (VTS). Dimana Radar VTS merupakan radar pengawas pantai untuk memonitoring dan mengawasi lalu-lintas pelayaran yang diterapkan oleh pelabuhan, atau suatu manajemen armada Perkapalan dan memberikan informasi navigasi/ cuaca didalam suatu daerah pelayaran tertentu dan terbatas.
Pada Penelitian Tesis ini dilakukan Rancang Bangun Antena Mikrostrip Sub Array 6x17 elemen Patch Rectangular yang bekerja pada frekuensi 9,4 GHz untuk aplikasi Radar VTS. Antena Mikrostrip Sub Array dirancang dengan bahan substrat FR-4 double layer dengan ketebalan bahan substrat 1,6 mm, dengan teknik pencatuan Corporate Feed Network dan Distribusi Daya pada series feednya menggunakan metoda Chebychev Amplitude Distribution.
Dari Hasil Simulasi Antena Sub Array 6x17 elemen bekerja pada frekuensi 9,4 GHz, Gain 16 dBi, VSWR 1,5 , Bandwidth 460 MHz , Beamwidth horisontal 7,3° , Beamwidth Vertikal 18,5° , Side Lobe Level Horisontal -26 dB dan Pola Radiasi Unidirectional. Dari Hasil Pengukuran Antena Sub Array 6x17 elemen bekerja pada frekuensi 9,4 GHz, Gain sebesar 15,45 dBi, VSWR 1,5 , Bandwidth 421 MHz , Beamwidth horisontal 7° , Beamwidth Vertikal 19° , Side Lobe Level Horisontal -24 dB dan Pola Radiasi Unidirectional.

Microstrip antenna technology is currently widely used in various applications in the telecommunications world, one of which is used for Radar Vessel Traffic System (VTS) Antenna. Where VTS Radar is a coastal surveillance radar to monitor and supervise traffic that is applied by the shipping harbor, or a fleet management Shipping and provide navigation information / weather in a certain area and limited shipping.
The main objective of this Thesis is to Design and Realization of Microstrip Sub Array Antenna 6x17 elements Patch Rectangular who works at frequency of 9.4 GHz for VTS Radar applications. Microstrip Sub Array Antenna is designed using FR-4 substrate material double layer with thickness of substre material is 1.6 mm, with feeding metode techniques use Corporate Feed Network, with power distribution at the series feed using Chebychev Amplitude Distribution.
Simulation Result of 6x17 patchs Sub Array Antenna works at frequency of 9.4 GHz, Gain 16 dBi, VSWR 1,5 Bandwidth of 460 MHz, Horizontal Beamwidth of 7,3 °, Vertical Beamwidth of 18,5 ° , Horizontal Side Lobe Level -26 dB and Radiation Pattern Unidirectional. Measurement Results of 6x17 patchs Sub Array Antenna works at frequency of 9.4 GHz, Gain of 15,45 dBi, VSWR 1,5, Bandwidth 421 MHz, Horizontal Beamwidth of 7°, Vertical Beamwidth of 19°, Horizontal Side Lobe Level -24 dB and Radiation Pattern Unidirectional.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>