Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Rifqa Marisa
"Jalan kaki merupakan transportasi mendasar untuk manusia. Oleh sebab itu, walkability sebagai sebuah gagasan mengenai lingkungan dan kegiatan jalan kaki menjadi penting untuk dibahas. Namun, pembahasan mengenai konsep ini dengan pendekatan persepsi masih jarang diliput, sedangkan persepsi memiliki peran yang sama pentingnya dengan penilaian secara objektif lingkungan karena memengaruhi pengalaman pedestrian secara langsung saat jalan kaki. Didasarkan hal tersebut, studi ini mengeksplorasi persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki dengan tujuan untuk memotret ruang jalan yang walkable dan dipersepsikan walkable, serta atribut-atribut yang memengaruhinya, dengan memerhatikan aspek-aspek walkability seperti keamanan, kenyamanan, ketergunaan, dan daya tarik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, studi ini menggunakan studi kasus di kawasan Suryakencana. Studi ini memanfaatkan wawancara semi-terstruktur dengan bantuan pemetaan, serta observasi untuk menangkap pengalaman jalan kaki pedestrian. Kemudian, data dianalisis dengan analisis tematik untuk mengungkap persepsi pedestrian serta atribut yang terlibat. Didapatkan lima kategori persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki mereka yaitu enjoyable, functional, habituated, unexciting, dan cautious. Selain itu, terdapat 17 atribut ruang jalan kaki yang terlibat dalam pembentukan persepsi tersebut yang berasal dari lingkungan dan eksternal pedestrian. Studi ini diakhiri dengan pemahaman bahwa atribut dari lingkungan jalan kaki memengaruhi persepsi pedestrian dengan cara intervensi terhadap keterbacaan ruang, kebutuhan ruang jalan kaki, dan kemampuan ruang dalam mengakomodasi kegiatan jalan kaki. Diharapkan melalui studi ini dapat membantu memberi masukan terhadap perencana kota dalam merencanakan kawasan yang walkable.

Walking is a fundamental transportation for humans. Therefore, walkability as a concept about walking environment is essential to be discussed. However, discussion on this concept through perception is still overlooked, while perception has an equally crucial role as objective quality of an environment for walking because it affects how the environment is being experienced by pedestrian while walking. Grounding on that condition, this study explored pedestrian perception on walking space with aim to portray a walkable walking space and related attributes from the walking space that is not only considered walkable objectively, but also subjectively through pedestrian perception, by considering walkability aspects such as safety, comfort, attractiveness (interest) and usefulness. To comply with that aim, this study use a study case in Suryakencana area and utilize semi-structured interview, complemented by mapping, and observation to capture pedestrian’s walking experience and perception. All those information is analysed using thematic analysis to reveal pedestrian perception and its related attributes. This study revealed five pedestrian perception on their walking space, which are enjoyable, functional, habituated, unexciting, and cautious. There are 14 external attributes from the walking environment and 3 internal attributed from pedestrian characteristics that are involved in the making of pedestrian perception. This study concluded that attributes from walking space affect pedestrian perception by intervening the legibility of the walking space, walking needs, and ability of the space in accommodating walking. Hopefully, this study can provide input to urban planners when planning walkable area."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tofani Wahyu Saputro
"Aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit terutama dalam pembangunan kawasan MRT Tahap 1. Dengan studi kasus kawasan transit Cipete Raya dan Dukuh Atas analisis dilakukan dengan tiga aspek penelitian aksesibilitas. Pertama aksesibilitas di analisis dari segi konfigurasi ruangnya, kedua aksesibilitas jalur pedestrian dinilai dari tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap kondisi fisik jalur pedestriannya, dan yang ketiga analisis aksesibilitas diidentifikasi dari bagaimana pelayanan transportasi publik di kedua kawasan tersebut terhadap pejalan kaki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung melalui survei pejalan kaki dan kuisioner. Untuk aksesibilitas konfigurasi ruang menggunakan space syntax analysis dengan bantuan software DepthmapX, penilaian tingkat kepuasan pejalan kaki dinilai berdasarkan penilaian sikap yang diolah dengan metode skala likert, sedangkan untuk aksesibilitas pelayanan transportasi publik menggunakan metode PTAL (Public Transport Accessibility Levels). Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konektivitas dan integrasi ruang jalan pada aksesibilitas konfigurasi ruang yang dinamai dengan kejelasan ruang. Serta menurut responden kondisi fisik di kedua wilayah tersebut sudah mencapai penilaian baik dengan nilai >32,5, akan tetapi masih terdapat kekurangan mengenai variabel keamanan, dan kenyamanan, serta ukuran lebar jalan masih kurang dari standar yang ditetapkan. Sedangkan di kedua wilayah tersebut pelayanan transportasi bagi pejalan kaki masih harus ditingkatkan dengan kekurangannya pelayanan di wilayah bagian barat masih terdapat kesenjangan aksesibilitas.

The accessibility of pedestrian paths in transit areas is an important factor in realizing an efficient and sustainable transportation system. This study aims to analyze the accessibility of pedestrian paths in transit areas, particularly in the development of Phase 1 of the MRT. Using the case study of the Cipete Raya and Dukuh Atas transit areas, the analysis is conducted based on three aspects of accessibility research. Firstly, accessibility is analyzed in terms of spatial configuration. Secondly, the accessibility of pedestrian paths is evaluated based on the satisfaction level of pedestrians regarding the physical conditions of the pedestrian paths. Lastly, the analysis of accessibility is identified based on how public transportation services in both areas cater to pedestrians. Data collection methods involve direct observation through pedestrian surveys and questionnaires. For the analysis of spatial configuration accessibility, space syntax analysis is conducted using the DepthmapX software. The assessment of pedestrian satisfaction levels is based on attitude assessments processed using the Likert scale method. Furthermore, the accessibility of public transportation services is evaluated using the PTAL (Public Transport Accessibility Levels) method. The results show a relationship between connectivity and spatial integration of road networks in terms of spatial configuration accessibility, referred to as spatial clarity. According to respondents, the physical conditions in both areas have received satisfactory ratings, with scores above 32.5. However, there are still shortcomings regarding safety and comfort variables, as well as road width measurements that do not meet the established standards. Moreover, transportation services for pedestrians in both areas need to be improved, particularly in the western region where there are still accessibility gaps."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia
"Berjalan kaki bukan hanya merupakan moda transportasi dasar yang murah dan mudah di dalam suatu kota yang pergerakan manusia dan barangnya tinggi dan kompleks, namun disebut juga sebagai perekat moda transportasi. Trotoar adalah salah satu jalur bagi pejalan kaki. Namun sayangnya trotoar tidak dianggap sebagai infrastruktur yang melekat pada sistem transportasi dan perancangan kota yang baik. Tidak adanya standarisasi yang baku dari segi fasilitas dan pengontrolan terhadap pemanfaatan non pejalan kaki yang ada sehingga kondisi trotoar bervariasi dari segi fisik dan sosial. Untuk itu penelitian ini bertujuan menemukan persepsi pejalan kaki terhadap kondisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipasi aktif dan wawancara mendalam dengan informan sebagai pejalan kaki dengan menggunakan tiga indikator persepsi, yaitu motif, harapan, dan minat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini didapat kategori persepsi yang beragam dari tiap indikator persepsi di mana kelengkapan fasilitas dan penyalahgunaan oleh kelompok non pejalan kaki di tiap fungsi bangunan berbeda.
Walking is not just a mode of transportation that is cheap and convenient base in a city. In a city, the movement of people and goods are high and complex, but is also known as adhesive mode of transportation. The sidewalk is one lane for pedestrians. But unfortunately the pavement is not considered as an infrastructure that is attached to the transport system and good urban design. The lack of standardization in terms of facilities and control of the use of non existing pedestrian sidewalk makes a varies condition of physical and social. This research aims to discover pedestrian perception because of those condition. Data collected through observation and active participation of in-depth interviews with informants as a pedestrian by using three indicators of perception, such as motive, expectation, and interest. The analysis used is descriptive analysis. The results of this study concluded that there are varies of perception category for each perception indicator which is facility completeness and use of non-pedestrian for each building function are different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Gede Agung Khrisna Wiryananda
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan pariwisata dan pertumbuhan penduduk menimbulkan masalah pada pemanfaatan ruang Kota Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemanfaatan ruang Kota Denpasar pada aspek sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi serta merumuskan strategi pemanfaatan ruang kota berkelanjutan. Metode yang dilakukan yaitu metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu analisis spasial, analisis tren, menghitung indeks sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi serta analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan ruang belum sesuai dengan rencana tata ruang dan belum tertib dalam pengendalian ruang. Pemanfaatan ruang mengarah pada tidak berkelanjutan. Indeks sosial budaya tahun 2011 yaitu 1,038 turun menjadi 1,036 pada tahun 2015. Indeks lingkungan tahun 2011 yaitu 1,065 turun menjadi 1,056 pada tahun 2015. Indeks ekonomi tahun 2011 yaitu 1,012 turun menjadi 0,992 pada tahun 2015. Rumusan strategi pemanfaatan ruang Kota Denpasar berkelanjutan yaitu mengintegrasikan aturan adat ke dalam dokumen rencana ruang, merencanakan pembangunan vertikal, memperkuat peran adat, penerapan sawah abadi, pemanfaatan lahan kosong, dan pembentukan satuan tugas pengendalian ruang adat.

ABSTRACT
Rapid development of tourism and population growth caused problems in spatial utilization in Denpasar City. The purpose of this research is to analyze the impact of the spatial utilization in Denpasar City on the socio cultural, environmental and economic as well as to formulate sustainable urban spatial utilization strategy. The method used is a mix method with quantitative and qualitative. The analyzes were spatial analysis, trend analysis, to calculate the index of socio cultural, environmental and economic as well as an analysis of the comparative descriptive. The results showed that the spatial utilization has not been in accordance with the spatial plan and not yet orderly in the spatial control. Spatial utilization leads to unsustainable. Socio cultural index values tend to decrease which is 1,038 in 2011 to 1,036 in 2015. Environmental index values tend to decrease, which is 1,065 in 2011 to 1,056 in 2015. Economic index values tend to decrease which is 1,012 in 2011 to 0,992 in 2015. Strategy formulation of sustainable spatial utilization of Denpasar City, that are integrate traditional rules into spatial planning documents, plan vertical building, strengthen traditional roles, implementation of perennial rice field, utilization of vacant land, and establishment of task control unit of traditional village. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Nugroho
"Perilaku manusia dalam membangun interaksi dengan sesamanya akan memiliki dampak terhadap perkembangan kota dirinya bertinggal, termasuk selanjutnya terkait pola kehidupan masyarakat dan latar budaya yang membentuk perilaku bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku interaksi dalam masyarakat mempengaruhi keberadaan ruang-ruang kota, ruang-ruang dimana terjadi proses sosial hubungan kemasyarakatan atau bisa dinamakan ruang publik. Melihat perkembangan kota serta bentuk budaya yang ada, dapat melalui penggunaan keberadaan ruang publiknya terutama jalur pejalan kaki dimana mendapat kuantitas terbesar dalam ruang publik kota dan juga terbangun ke berbagai sudut kota karena merupakan jalur akses atau sirkulasi warga kota.

Human behavior in social interaction will affect development of the city where one lives. It eventually will also affect the way a society lives and the cultural background that shape behaviours in daily life. Human interaction in society will influence the presence of urban space, a space where social interaction happens which also known as public space. We can observe the culture of a city and its development through the presence of public space, especially pedestrian way which heavily occupy the city as a mean of access for its citizens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52286
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Wurianturi
"Kampus urban sebagai salah satu elemen kota, harus turut berperan dalam mewujudkan kota berkelanjutan (SDG’s no 11) dengan menjadi kampus urban berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal ini adalah melalui pendekatan biophilic design, pendekatan perancangan yang mengupayakan kembalinya interaksi manusia dengan alam di sebuah lingkungan buatan. Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya konsep untuk membangun elemen fisik kampus urban berkelanjutan yang menerapkan pendekatan biophilic design dan melibatkan persepsi dan preferensi pengguna kampus. Tujuan penelitian secara khusus adalah menganalisis kondisi elemen fisik kawasan kampus, menganalisis persepsi, preferensi pengguna kampus, serta menyusun hasilnya menjadi sebuah konsep kampus urban berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan biophilic design Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen fisik ruang luar kampus urban dalam keadaan padat dan kurang terawat sedangkan ruang dalam bangunan sebagian sudah direnovasi sehingga lebih nyaman untuk berkegiatan. Konsep panduan perencanaan kampus urban diperoleh dari penggabungan preferensi pengguna dengan pola biophilic design. Penelitian ini menyimpulkan bahwa optimalisasi kawasan kampus urban, baik jangka pendek maupun jangka panjang perlu dilakukan untuk mewujudkan kampus urban berkelanjutan. Penerapan pola biophilic design membentuk persepsi positif dari pengguna kampus, memperbaiki kondisi lingkungan, dengan biaya konstruksi yang standar.

Urban campuses as an element of a city must contribute to the achievement of a sustainable city, as stated in SDG no 11, by turning the campus into a sustainable campus. One of the methods to achieve the goal is by applying a biophilic design pattern, a design approach that improves the relationship between people and nature in the built environment. The problem of this research is there is no sustainable urban campus concept available for designing the physical elements of the campus that applies biophilic design patterns and focuses on the perception, and preference of the user. There are four objectives of this research: to analyze the existing condition of the urban campus, to analyze the user’s perceptions, to analyze the user’s preferences, and to compose a sustainable urban campus concept using a biophilic design approach. This research used a quantitative approach and mixed methods. The sampling technique is incidental sampling. The results showed that the physical element of the urban campus was dense and less maintained while the interior was renovated. The optimization design guideline was composed by combining the perception of users and a biophilic design pattern. The application of biophilic design did not significantly affect the construction cost. The research concluded that an urban campus should be optimized to achieve sustainable conditions. The application of biophilic design patterns can bring a positive perception, and improve the environmental condition at a reasonable cost."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Fadhya Rahman
"Air tanah merupakan sumber air minum utama bagi 73,7% masyarakat Indonesia. Pencemaran tinja pada air tanah berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia, di mana ditandai dengan ditemukannya bakteri E. coli dan Enterococci pada air tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan Enterococci pada sampel air tanah di Kota Depok, serta menganalisis risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan mikroorganisme tersebut. Kandungan E. coli dan Enterococci pada air tanah diidentifikasi menggunakan kultur bakteri, sedangkan penilaian risiko menggunakan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi E. coli dan Enterococci berkisar antara 0–1716,67 CFU/100 mL dan 0–266,67 CFU/100 mL, di mana hanya 1 dari 6 sampel yang memenuhi baku mutu kesehatan. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara konsentrasi bakteri pada air dengan jarak sumur terhadap pencemar (rEc= -0,142; rEn= -0,120) maupun dengan kedalaman sumur (rEc= -0,561; rEn= -0,896). Penilaian risiko menggunakan metode QMRA dilakukan menggunakan rasio E. coli O157:H7 serta Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium sebagai strain dan spesies yang paling umum dijumpai yang dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia. Beban penyakit (DB) diare akibat E. coli dan Enterococci adalah sebesar 0,00137 DALY/orang/tahun, dan 0,000986–0,00109 DALY/orang/tahun, di mana nilai ini belum sesuai dengan health outcome target dari WHO untuk negara berkembang (0,0001 DALY/orang/tahun). Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi air yang terkontaminasi bakteri E. coli dan Enterococci akibat tangki septik dan lindi dapat berbahaya bagi kesehatan. Sehingga perlu dilakukan intervensi, seperti perbaikan dan perawatan tangki septik sesuai SNI 2398:2017, peningkatan efektivitas praktik pengolahan air di rumah tangga, serta peningkatan manajemen lindi oleh TPA Cipayung Depok.

Groundwater is the main source of drinking water for 73.7% of Indonesian population. Fecal contamination in groundwater has the potential to cause adverse impacts on human health, which is characterized by the presence of E. coli and Enterococci in groundwater. This study was conducted to analyze the concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples in Depok City, and to analyze the health risks posed by exposure to these microorganisms. The concentration of E. coli and Enterococci in groundwater was identified using bacterial culture. While risk assessment was conducted using the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method. The results showed that the average concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples ranged from 0-1716.67 CFU/100 mL and 0-266.67 CFU/100 mL, respectively, where only 1 of 6 samples met the health quality standards. The correlation test showed that there is an inversely proportional relationship between the concentration of bacteria in the water with the distance of the well to the pollutant (rEc = -0.142; rEn = -0.142) as well as with the depth of the well (rEc = -0.868; rEn = -0.904). Risk assessment using the QMRA method was conducted using the ratio of E. coli O157:H7 and Enterococcus faecalis and Enterococcus faecium as the most preavelent strains and species that can cause diarrheal disease in humans. The disease burden (DB) of diarrhea due to the exposure of E. coli and Enterococci were 0,00137 DALY/person/year and 0,000986–0,00109 DALY/person/year, respectively, which exceeded the WHO health outcome target for developing countries (0,0001 DALY/person/year). This study showed that consumption of water contaminated with E. coli and Enterococci from septic tanks and leacheate could be harmful to human health. Thus, interventions need to be taken, such as repairing and maintaining septic tanks as specified in SNI 2398:2017, increasing the effectivity of water treatment practices in households, and improving leachate management by TPA Cipayung Depok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Megawati
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis profil keberdayaan konsumen dari perspektif demografi, sosial ekonomi dan kekosmopolitan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah perdesaan dan perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan rendahnya keberdayaan konsumen di perdesaan dan perkotaan. Secara umum, responden yang paling tidak berdaya berdasarkan perspektif demografi, sosial ekonomi dan kekosmopolitan adalah berusia > 37 tahun, bekerja di perdesaan, kategori pendapatan ≤ IDR 397,874.57/kapita/bulan di perdesaan dan perkotaan, besar keluarga ≤ 4 orang di perdesaan, lama pendidikan ≤ 9 tahun di perdesaan dan tidak kosmopolit di perdesaan. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi dan responden yang semakin kosmopolit akan meningkatkan keberdayaan konsumen. Salah satu upaya untuk memberdayakan konsumen adalah dengan mengintensifkan pendidikan konsumen melibatkan pemerintah, LSM maupun swasta.

The purpose of this research was to analyze the profile of consumer empowerment and the influence of demographic characteristics, socio-economic status and cosmopoliteness on consumer empowerment in rural and urban area. The research finding indicated a low consumer empowerment in urban and rural area. In general, most respondents who were not categorized as empowered consumer were aged >37 years old, working in rural areas, included in income category ranged IDR 397,874.57/capita/month both in rural and urban areas, family size of ≤ 4 persons in rural areas, length of education ≤9 years in rural areas and not cosmopolite in rural areas. Higher level of education and the more cosmopolite the respondents would increase consumer empowerment both in rural and urban area. One of the attempts in empowering consumers is by intensifying consumer education involving government, NGOs, and private sector."
Management Research Center (MRC) Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Based from the city planning area, this research is part of downtown planning. As we can see in the city planning of the advanced countries, especially the pedestrian in Yogyakarta and Indonesia in general, it is time for them to get a better attention in the planning. Malioboro street as the main street in the downtown of Yogyakarta has pedestrian with various activities, current, intensity and features. These various activity has become the reason why the researcher chose Malioboro street as the location of this research. The pedestrian's activity were analized by quantitative methods, emphasizing on the various current activities, current flow and intensity flow. There are 10 variables used in this research. The empirical findings were analized with the relevant theories. the findings from this research show 3 types of pedestrian spaces on Malioboro street and each has different pedestrian activities and various space factors. There are 2 conclusions based from empirical and theoritical point of view. a. the physical factors which are affect the pedestrian's activity, i.e: V1 (arcades), V4 (without arcades), V8 (trees), and V9 (street seller) b. the physical factors which are not affect the pedestrian's activity, i.e: V5 (with shopping area), V3 (bus shelter), V6 (view), V7 (near intersection), and V10 (street crossing). The research's recommendation for pedestrian planning, i.e; 1) the factors which are predicted to affect the pedestrian's activities show the pedestrian's social life, 2) across the street seen on all part, although without street crossing. According to the activity need controller, 3) the high intensity occurs if V1 (arcades), 3 (shelter), V9 (street seller) available."
720 JAKUAJ 1:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Hasan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>