Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rifqi Kurnia
"Raja Willem-Alexander dari kerajaan Belanda melakukan tiga kunjungan kenegaraan pada tahun 2022 ke Austria, Swedia, dan Yunani. Pada kunjungan tersebut dilakukan jamuan kenegaraan, dan terdapat pidato kenegaraan sebagai bentuk komunikasi formal dalam rangkaian acaranya. Dalam pembukaan pidato tersebut, ditemukan adanya penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Penelitian ini membahas bagaimana penggunaan strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, serta strategi kesantunan mana yang paling dominan digunakan oleh Raja Willem-Alexander dalam pembukaan pidato pada jamuan kenegaraan saat kunjungan kenegaraan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Raja Willem-Alexander paling banyak menggunakan strategi kesantunan positif dari pada kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif yang digunakan seperti menggunakan bahasa yang sama dengan pendengar, memuji dengan metafora, mengakui kepemilikkan atau pencapaian pendengar, serta menunjukkan optimisme hubungan dengan pendengar. Hal ini menunjukkan bahwa Raja Willem-Alexander lebih memilih memenuhi kebutuhan pendengar untuk merasa dihargai, dibutuhkan, dan diakui (kesantunan positif), ketimbang untuk mengutamakan atau memberi kebebasan pendengar (kesantunan negatif).

King Willem-Alexander of the Kingdom of the Netherlands made three state visits in 2022 to Austria, Sweden and Greece. During these visits, state banquets were held, and there was a state speech as a form of formal communication in the series of events. In the opening of the speech, the use of language politeness strategies was found. This research discusses how the use of positive politeness strategies, negative politeness strategies, and which politeness strategies are most dominantly used by King Willem-Alexander in the opening speech at the state banquet during the state visit in 2022. This research uses descriptive qualitative method. The results showed that King Willem-Alexander used more positive politeness strategies than negative politeness. He used positive politeness strategies such as using the same language as the listener, praising with metaphors, recognizing the listener's ownership or achievement, and showing optimism in the relationship with the listener. This shows that King Willem-Alexander prefers to fulfill the listener's need to feel valued, needed, and recognized (positive politeness), rather than to prioritize or give the listener freedom (negative politeness)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rotterdam, Uitgeverij Lekturama
R. BLD 923.139 3 WIL (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Ridwan Firdaus
"Penelitian ini membahas tindak tutur ilokusi dan bentuk tuturan langsung atu tidak langsung pada Pidato Vladimir putin dalam sebuah konferensi pers setelah melakukan pembicaraan dengan presiden Jokowi pada kunjungannya di kremlin Moskow tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis tindak tutur ilokusi serta bentuk tuturan yang terdapat pada pidato Vladimir Putin dalam konferensi Pers pada kunjungan Presiden Jokowi di Kremlin, Moskow Tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori tindak tutur George Yule (1996). Sumber data penelitian ini adalah transkrip video yang diunggah oleh situs kremlin.ru berjudul «Заявления для прессы по итогам российско-индонезийских переговоров». Hasil penelitian ini menunjukkan dari temuan 23 ujaran yang mengandung tindak tutur ilokusi terdapat 13 tuturan ilokusi dengan jenis representatif, 2 tuturan ilokusi jenis direktif, 4 tuturan ilokusi jenis komisif dan 4 tuturan jenis ekspresif. Tidak ditemukan jenis tindak tutur deklaratif dalam ujaran pidato. 20 tuturan di antaranya merupakan bentuk tindak tutur langsung dan 3 tuturan merupakan bentuk tindak tutur tidak langsung.

This study discusses the illocutionary speech acts and direct or indirect forms of speech in Vladimir Putin's speech at a press conference after holding talks with President Jokowi during his visit to the Moscow Kremlin in 2022. The study aims to identify and classify the types of illocutionary speech acts and the forms speech found in Vladimir Putin's speech at a press conference during President Jokowi's visit to the Kremlin, Moscow in 2022. The research method used in this research is descriptive qualitative using George Yule's (1996) speech act theory. The data source for this research is a video transcript uploaded by the site kremlin.ru entitled «Заявления для прессы по итогам российско-индонезийских переговоров». The results of this research show that from the findings of 23 utterances containing illocutionary speech acts, there are 13 illocutionary utterances of the representative type, 2 illocutionary utterances of the directive type, 4 illocutionary utterances of the commissive type and 4 utterances of the expressive type. No type of declarative speech act was found in the speech utterance. 20 utterances are direct speech acts and 3 utterances are indirect speech acts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Hanan Ghina
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis penggunaan strategi kesantunan dan prinsip kerjasama dalam bentuk tuturan antartokoh yang disadur dari sebuah buku novel berjudul /Tyufyak/Pemalas karya Aleksey Feofilaktovich Pisemsky. Metode yang digunakan berupa deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh beberapa penggunaan strategi kesantunan dan didapatkan pelanggaran pada prinsip kerjasama yang terjadi dalam beberapa sampel tuturan yang ditemukan.

ABSTRACT
This thesis analyses the usage of politeness strategy and cooperative principles in the form of dialogues between the novel?s characters, adapted from a novella titled Тюфяк/Tjufjak/The Blockhead, collected from a novel titled Тюфяк/Tjufjak written by Aleksey Feofilaktovich Pisemsky. The method used in this thesis is analytical-descriptive with qualitative approach. The analysis resulting in findings of several usages of politeness strategies and several violations to cooperative principles that occured in various found samples of speeches.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Bina Naratama
"Setiap peserta tutur yang terlibat di dalam percakapan diharapkan untuk senantiasa menjaga kelancaran dari proses komunikasi dengan menggunakan strategi kesantunan untuk menghindari terjadinya suatu konflik. Penggunaan dari strategi kesantunan ini sangat penting bagi wanita, mengingat posisi subordinat wanita di masyarakat yang mengharuskan mereka untuk berperilaku santun, khususnya ketika melakukan percakapan. Oleh karena itu, dalam penelitian skripsi ini, penulis menjelaskan karakteristik dari wicara wanita yang tercermin di dalam tuturan strategi kesantunan yang diucapkan oleh tokoh Anne dan Mary dalam film The Other Boleyn Girl. Dengan menggunakan metode kualitatif, skripsi ini menganalisis pemilihan tuturan dalam beberapa dialog dua tokoh protagonis, Anne dan Mary. Teori tindak pengancam muka dari Brown & Levinson (1987) digunakan untuk menguraikan strategi kesantunan yang diterapkan oleh Anne dan Mary di dalam tuturannya, dan konsep karakteristik wicara wanita dari Lakoff (1975) dan Coates (1993) digunakan untuk menganalisis karakteristik wicara wanita yang tercermin di dalam tuturan strategi kesantunan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan gender antara pria dan wanita yang tampak di dalam film The Other Boleyn Girl tidak serta merta mempengaruhi penerapan dari strategi kesantunan oleh tokoh Anne dan Mary, namun dapat mempengaruhi penggunaan kata, frasa, maupun kalimat di dalam tuturan strategi kesantunan tersebut.

Every participant in a conversation is expected to maintain the continuity of the communication process by using politeness strategy in order to avoid a conflict. The use of politeness strategy is very important for women, considering their subordinate position in the society, which constrain them to behave politely particularly when having a conversation. Therefore, in this research paper, the writer explains the characteristic of women’s speech in Anne and Mary's politeness strategy utterances in the movie The Other Boleyn Girl. By using a qualitative method, this paper analyzes on utterances’ selection in some conversations of the two main characters, Anne and Mary. The writer uses the Face Threatening Act theory from Brown & Levinson (1987) to explicate Anne and Mary's politeness strategies, and the concept of women's speech characteristic from Lakoff (1975) and Coates (1993) to analyze the characteristics of women's speech in their politeness strategy utterances. The result of this research shows that the gender differences between men and women in The Other Boleyn Girl does not necessarily affects the use of politeness strategy by Anne and Mary. However, it may influence the use of words, phrases, or sentences in those politeness strategy utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlia Najmiya
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis strategi kesantunan dalam tuturan politisi Indonesia
menjelang Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan strategi kesantunan para politisi terkait pola dalam
tindakan komunikasi yang berlangsung. Data yang digunakan adalah tuturan
politisi selama masa kampanye terbuka dalam Kompas. Hasilnya menunjukkan
bahwa tuturan politisi mengancam citra negatif petutur. Ancaman dilakukan
dengan menggunakan strategi ditutupi kesantunan positif. Keuntungan dari
strategi tersebut adalah penutur dapat meningkatkan citra positif dirinya dan citra
negatif petutur.

ABSTRACT
This thesis analyzed the strategies of politeness in Indonesian political speech
before the General Election Legislative 2014 The purpose of this study is to
describe the politicians politeness strategies related patterns in the act of
communication that took place. The data used are the utterances of politicians
during the campaign period opens in Kompas. The results show that the utterances
of politicians threaten negative image addressees. Threats performed using
positive politeness strategies covered. The advantage of such a strategy is the
speaker himself can enhance the positive image and negative image of addressees"
2014
S57538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Ranakifa Putri Suryana
"Pada Pemilu 2022, Yoon Seok-yeol dari People Power Party berhasil mengalahkan Lee Jae-myung dari Democratic Party of Korea dalam pertarungan memperebutkan kursi Presiden Korea Selatan ke-13. Hasil pemilu tahun 2022 menunjukkan persaingan ketat antara kedua kandidat yang hanya memiliki selisih suara 0,73 persen dengan total partisipasi pemilih 77,1 persen. Pada masa kampanye Pilpres tersebut, ditemukan beberapa narasi yang mempengaruhi hasil suara, antara lain perdebatan seputar paham anti-feminisme dan masalah domestik yang kurang diatasi oleh pemerintahan sebelumnya, administrasi Presiden Moon Jae-In. Dalam rangka untuk memenangkan pemilu, Yoon Seok-yeol berupaya untuk memanfaatkan sentimen anti-feminisme dalam wacana kampanyenya, terutama di kalangan pemilih laki-laki muda. Dengan menggunakan teori strategi politik ofensif milik Peter Schr�der. Melalui empat variabel dari teori tersebut, yaitu target image (citra yang diinginkan), kelompok target, pesan kelompok target, dan instrumen kunci, penelitian ini ingin menjelaskan strategi ofensif Yoon Seok-yeol dari PPP dalam memenangkan kontestasi Pilpres 2022 di Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data sekunder dan studi literatur. Penelitian ini menemukan berkembanganya wacana anti-feminisme sejak Pemerintahan Presiden Moon Jae-In berhasil dimobilisasi oleh Yoon Seok-yeol untuk menggiring opini para kelompok laki-laki muda untuk memilihnya.

In the 2022 Presidential Election, Yoon Seok-yeol from the People Power Party defeated Lee Jae-myung from the Democratic Party of Korea in the battle for the 13th President of South Korea. The election results in 2022 showed a tight competition between the two candidates, with a narrow vote margin of 0.73 percent and a total voter turnout of 77.1 percent. During the presidential campaign, several narratives were found to influence the voting results, including debates surrounding anti-feminism ideology and unresolved domestic issues under the previous administration of President Moon Jae-In. In order to win the election, Yoon Seok-yeol sought to capitalize on anti-feminism sentiments in his campaign discourse, particularly among young male voters. Using Peter Schr�der's theory of offensive political strategy, this research aims to explain Yoon Seok-yeol's offensive strategy from the PPP in winning the 2022 Presidential contest in South Korea. The study examines four variables from the theory, namely target image, target group, group-targeted message, and key instruments, to analayze Yoon Seok-yeol's strategy. The study employs a qualitative methodology by using secondary data collection and literature review. The research finds the proliferation of anti-feminism discourse since the Moon Jae-In administration, succesfully mobilized by Yoon Seok-yeol, exploiting the opinions of young male groups to secure their votes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi
"ABSTRACT
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pidato Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad AlTsani pada 21 Juli 2017 yang tetap menggunakan bahasa yang santun dalam penyampaianya, meskipun Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan mengembargonya pada 5 Juni 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tindak tutur dan kesantunan bahasa dalam pidato Emir Qatar tersebut. Adapun teori yang digunakan ialah teori tindak tutur Searle 1979 dan teori kesantunan bahasa Brown dan Levinson 1987. Tindak tutur menurut Searle 1979 terbagi menjadi lima jenis, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Adapun kesantunan menurut Brown dan Levinson 1987 terbagi menjadi lima jenis, yaitu kesantunan bertutur langsung, kesantunan positif, kesantunan negatif, kesantunan bertutur samar-samar, dan diam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis berupa teks pidato Emir Qatar tertanggal 21 Juli 2017 yang bersumber dari situs resmi pemerintah Qatar. Penulis berhasil mengidentifikasi 35 yang mengandung tindak tutur dengan rincian 19 asertif, 7 direktif, 8 ekspresif, dan 1 komisif. Sedangkan tuturan kesantunan ditemukan sebanyak 26 tuturan, dengan rincian 4 penggunaan strategi bertutur langsung, 5 strategi kesantunan positif, 14 strategi kesantunan negatif, dan 3 strategi kesantunan berututur samar-samar. Identifikasi tersebut menunjukkan bahwa Emir Qatar menekankan pidatonya pada realita yang sesungguhnya terjadi dalam hubungan antara Qatar dengan empat negara tetangganya. Selain itu, ia juga mengkritik dan menyindir mereka di samping menolak tuduhan terorisme dan ikut campur dalam urusan dalam negeri mereka. Meskipun demikian, Emir Qatar tetap berupaya menjaga hubungannya dengan empat negara tetangga dengan mengungkapkan keakrabannya untuk memperbaiki dan mengevaluasi kedekatan hubungan demi mengakhiri perselisihan yang terjadi

ABSTRACT
This research was based on Qatari Emirs speech, Sheikh Tamim bin Hamad AlThani on July 21, 2017, that still preferred to use polite language, although Saudi Arabia, the United Arab Emirates, Bahrain, and Egypt discontinued their diplomatic relations with Qatar and executed embargo it on June 5, 2017. This research aimed to analyze the speech act and politeness in Qatari Emirs speech and reveal the intention of its use. The theory used in this research was Searles speech act theory 1979 and Brown and Levinsons politeness theory 1987. The speech acts according to Searle 1979 are divided into five types, namely assertive, directive, commissive, expressive, and declarative. Brown and Levinson classify politeness into five types, namely on record without redressive action-baldly, on record with positive politeness, on record with negative politeness, off record, and silent (do not do face threatening act). The method used in this research was qualitative-descriptive. The data analyzed in this research was Qatari Emirs speech text on July 21, 2017 which officially sourced from the government of Qatar. The author successfully identified 35 speech acts with details of 19 assertive, 7 directives, 8 expressive, and 1 commissive and 26 politeness speech with 4 on record without redressive action-baldly strategy, 5 positive politeness strategy, 14 negative politeness strategy, and 3 off-record strategy. Based on the results of the identification, it shows that the Qatari Emir stressed his speech on the reality of the relationship between Qatar and its four neighboring countries. In addition, he also criticized and quipped them in addition to rejecting terrorism charges and interfering in their internal affairs. Nevertheless, the Emir of Qatar is still working to maintain his relationship with the four neighboring countries by expressing his intimacy to improve and evaluate the closeness of the relationship to end the disputes."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Anggraini
"Penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba (EM), strategi cost leadership (BSCL) dan diferensiasi (BSD), siklus hidup perusahaan dengan proksi laba ditahap terhadap total aset (FMA) dan terhadap total ekuitas (FME) pada kesulitan keuangan (FD) dengan menjadikan BUMN sebagai variabel moderasi. Model penelitian yang dipilih adalah fixed effect model. Hasil penelitian menunjukan bahwa EM, BSCL, dan FMA berpengaruh pada FD. Untuk BSCL dan FME tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap FD. Uji regresi dengan variabel moderasi dummy memiliki pada EM dan BSCL terhadap FD dan tidak memiliki pengaruh terhadap pada BSD dan FME. Sedangkan FMA tidak memiliki dampak negatif terhadap FD untuk perusahaan BUMN

This research analyzes the effect of earnings management (EM), business strategy cost leadership (BSCL) and differentiation (BSD), and firm’s life cycle with two proxy (FMA) and (FME) on financial distress by using state-owned enterprises as a moderating variable. Fixed effect model is used on this research. The results showed that EM, BSCL, and FMA have an effect on FD. However. BSCL and FME have no effect on FD. The regression result by including the dummy variable of BUMN show that have an effect on EM and BSCL. While, BUMN moderating variable has no effect on BSD and FME to FD. On the other hand, FMA has a negative impact on financial distress for BUMN companies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreyna Tiarasari Mahandry
"Penelitian ini mengkaji tindak tutur mengkritik dalam film Willkommen bei den Hartmanns. Fokus penelitian ini adalah 1) bentuk kalimat yang meliputi tindak tutur mengkritik sertastrategi dalam merealisasikannya dan 2) penggunaan strategi kesantunan dalam tindak tutur mengkritik dalam film terkait. Strategi kesantunan dibahas karena memainkan peran penting dalam realisasi kritik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitiatif deskriptif yang didukung oleh metode kuantitatif. Data didapatkan melalui observasi dan pencatatan. Data kemudian dianalisis menggunakan strategi realisasi kritik yang dikembangkan oleh Nguyen (2005) dan teori strategi kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987). Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat berbagai strategi realisasi tindak tutur mengkritik yang digunakan dalam film terkait meliputistrategi tindak tutur mengkritik langsung (37,7%) dan strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung (62,3%). Dari total 6 klasifikasi dalam strategi tindak tutur mengkritik langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah evaluasi negatif (44,8%). Dari total 9 klasifikasi strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah bertanya/mengandaikan (27,083%). Hasil temuan juga menunjukkan bahwa dalam konteks strategi kesantunan, jumlah penggunaan strategi samar-samar (42,22%) melebihi tiga strategi lainnya.

This research examines the speech acts of criticism in the film Willkommen bei den Hartmanns. The focus of this research is 1) the sentences form that include criticism speech acts and its realization strategy and 2)the use of politeness strategies during criticism speech acts in the aforementioned movie. The politeness strategy is discussed because it plays an important role in the realization of criticism. The research methods used analysis qualitative which is supported by quantitative methods. The data were obtained through observation and recording. The data were then analyzed using the criticism realization strategy developed by Nguyen (2005) and the politeness strategy theory by Brown and Levinson (1987). The findings showed that there are various strategies of criticism speech acts used in the movieincluding direct criticism (37,7%) and indirect criticism (62,3%). Out of 6 classifications in direct criticism strategy, the most used strategy was negative evaluation (44,8%). Out of 9 classificationsin indirect criticism strategy, the most used strategy was asking/supposing (27.083%). The findings also showed that in the context of politeness strategies, the use of off-record strategies (42.22%) outnumbered the other three strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>