Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Masitoh
"Penyakit infeksi pada balita merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani karena menjadi penyebab langsung kematian balita dan stunting. Salah satu penyebab tidak langsung dari penyakit infeksi balita adalah kerawanan pangan. Meskipun beberapa bukti saat ini menunjukkan ada hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita tetapi masih sedikit bukti yang meneliti hubungan ini di negara berpenghasilan sedang dan rendah seperti di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data SSGI Tahun 2021. Hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi dikontrol oleh variabel kovariat. Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji multiple multinomial logistic untuk memperoleh nilai OR adjusted. Hasil penelitian menunjukkan balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,367 kali, rawan pangan sedang berisiko 1,490 dan pada rawan pangan berat 1,500 kali. Begitu juga risiko untuk menderita lebih dari satu penyakit infeksi. Balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,685 kali, pada rawan pangan sedang 2,418 kali dan rawan pangan berat 2,596 kali. Dapat disimpulkan risiko balita untuk menderita satu penyakit infeksi maupun lebih dari satu penyakit infeksi semakin meningkat seiring dengan level kerawanan pangan rumah tangga.

Infectious diseases in toddlers are a health problem that needs to be addressed because they are a direct cause of toddlers deaths and stunting. One of the indirect causes of infant infection is food insecurity. Although some current evidence shows that there is a relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers, there is still little evidence examining this relationship in middle and low income countries such as Indonesia. Therefore this study aims to determine the relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers in Indonesia. The research was conducted with a cross-sectional design using SSGI data for 2021. The relationship between food insecurity and infectious diseases was controlled by covariate variables. Multivariate analysis was performed using the multiple multinomial logistic test to obtain an adjusted OR value. The results showed that toddlers from households with mild food insecurity had a risk of 1,367 times, moderate food insecurity had a risk of 1,490 and in severe food insecurity 1.500 times. Likewise, the risk of children suffering from more than one infectious disease. Toddlers from households with mild food insecurity have a risk of 1,685 times, in moderate food insecurity 2,418 times and severe food insecurity 2,596 times. It can be concluded that the risk of toddlers suffering from one infectious disease or more than one infectious disease increases along with the level of household food insecurity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Rizqia Diningtyas
"Kerawanan pangan merupakan isu global dan pengentasannya ditetapkan dalam tujuan SDGs 2030 target 2.1 yaitu zero hunger dan mencapai ketahanan pangan bagi semua orang. Kerawanan pangan dapat mempengaruhi kesehatan baik fisik, mental, sosial serta kualitas hidup secara langsung maupun tidak langsung akibat kekurangan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan tingkat kerawanan pangan terhadap kesehatan balita menggunakan model regresi order logit dari data Susenas Maret 2021. Hasil menunjukkan bahwa kerawanan pangan menurut tingkat keparahannya secara statistik signifikan dan berhubungan positif terhadap keluhan kesehatan balita. Imunisasi sebagai variabel kontrol penting juga secara statistik signifikan dan berhubungan positif terhadap keluhan kesehatan balita.

Food insecurity is a global issue and set out in the 2030 SDGs target 2.1, zero hunger and food security for all people. Food insecurity can affect physical, mental, social health and quality of life directly or indirectly due to malnutrition. This study aims to identify the relationship between the level of food insecurity and child health with an ordered logit regression model using data of Susenas March 2021. The results showed that food insecurity according to the severity level statistically significant and positively related to child health. Immunization as an important control variable is also statistically significant and positively related to child health."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkudung, Suci Nurmaya
"Di Indonesia, salah satu komponen penting dari jaring pengaman sosial untuk mengurangi kerawanan pangan adalah Program Sembako, yang sebelumnya dikenal sebagai Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Manfaat Program Sembako sama di seluruh Indonesia; namun, karena adanya perbedaan harga pangan dan pola konsumsi di tingkat regional, nilai riil - atau daya beli-dari manfaat Program Sembako bisa sangat bervariasi di seluruh Indonesia. Dalam studi ini, kami mengestimasi variasi daya beli Program Sembako di berbagai wilayah di Indonesia untuk menguji dampak Program Sembako terhadap kerawanan pangan. Kami menggunakan metode fixed-effect untuk mengestimasi hubungan antara daya beli lokal Program Sembako dan kerawanan pangan. Penelitian kami menunjukkan bahwa peningkatan daya beli peserta Program Sembako dapat menurunkan prevalensi kerawanan pangan, terutama di wilayah timur Indonesia.

In Indonesia, one of the essential components of the country's social safety net to reduce food insecurity is the Sembako Program, which was formerly known as non-cash food assistance (BPNT). The benefits of the Sembako Program are the same all over Indonesia; Nevertheless, because the disparities in regional food costs and consumption patterns, the purchasing power or the real value of Sembako Program benefits might vary greatly across the nation. In this study, we estimate the variation in Sembako Program purchasing power across regencies/municipalities in Indonesia to examine the effects of the Sembako Program on food insecurity. We use a fixed effects framework to estimate the relationship between the local purchasing power of the Sembako Program and food insecurity. Our research shows that increasing the purchasing power of participants in the Sembako Program leads to a reduction in the prevalence of food insecurity, particularly in the eastern region."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giskar Yudistira
"Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) bertujuan menurunkan kerawanan pangan dengan mendorong kelompok masyarakat desa dan kelurahan menanam bahan pangan di halaman rumah masing-masing. Sejak tahun 2017 hingga 2021, jumlah KRPL terus mengalami peningkatan. Namun sejak tahun 2020 tingkat kerawanan pangan juga meningkat. Pada penelitian ini, diperhitungkan variasi jumlah KRPL yang ditumbuhkan sejak tahun 2017 hingga tahun 2021 untuk mengestimasi peran KRPL terhadap kerawanan pangan. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis data panel dengan metode Fixed Effect dalam memperkirakan besaran dan signifikansi hubungan antara KRPL dengan kerawanan pangan. Hasil estimasi menunjukkan KRPL berperan signifikan terhadap penurunan tingkat kerawanan pangan setelah satu tahun, terutama di wilayah Jawa dan Bali. Rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini adalah dalam intervensi kerawanan pangan, KRPL perlu dibarengi dengan kebijakan lain terutama program penanggulangan kemiskinan setidaknya untuk kabupaten/kota dengan kategori kerawanan pangan “tinggi” dan “sangat tinggi”.

The Government’s Home Garden Areas (KRPL) program aims to decrease food insecurity by encouraging rural and urban communities to grow their own food ingredients in their backyards. The number of KRPLs has steadily increased between 2017 and 2021. However, the level of food insecurity has risen since 2020. Variations in the number KRPLs grew from 2017 to 2021 were considered in this study to estimate the effect of KRPLs on food insecurity. The significance and magnitude of the relationship between KRPLs and food insecurity were estimated using this study's panel data analysis techniques with the Fixed Effect method. According to the estimation results, KRPLs significantly reduce food insecurity after one year, particularly in the Java and Bali regions. This study recommends that KRPL be accompanied by other policies, particularly poverty reduction programs in food insecurity interventions, at least in regencies/municipalities with "high" and "very high" food insecurity categories."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofi Ana Sari
"

Derajat kesehatan penduduk Indonesia secara agregat dilihat dari harapan hidup saat lahir cenderung meningkat, namun tidak di semua tahun tersebut dalam kondisi sehat. Estimasi World Health Organization (WHO) ada sekitar 9 tahun (12,67 persen) di masa hidup seseorang dalam keadaan tidak sehat. Indikator kesehatan dapat juga dilihat melalui seberapa besar beban penyakit yang terjadi per populasi tertentu dapat digunakan Dissability Adjusted Life Years (DALYs). Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan 3 terbawah untuk DALYs terbesar. Selain itu, data keluhan kesehatan untuk Indonesia tahun 2017 meningkat dalam dua dekade. Kondisi kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya rawan pangan serta peran program pemerintah yang terkait bantuan pangan dan jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh rawan pangan, penerimaan bantuan pangan dan kepemilikan jaminan kesehatan pada keluhan kesehatan dan dikontrol oleh karakteristik demografi dan sosial ekonomi (daerah tempat tinggal, jenis kelamin, umur, pendidikan, akses air minum, sanitasi, dan status ekonomi), dan fasilitas kesehatan per kepadatan penduduk. Data yang digunakan yaitu data Survei sosial ekonomi Indonesia (Susenas) yang dilakukan pada bulan Maret 2018, dianalisis menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil studi menunjukkan bahwa individu dengan tingkat rawan pangan sedang hingga parah memiliki risiko mengalami keluhan kesehatan dan terganggu lebih dari 2 kalinya yang tahan pangan. Pemilik jaminan kesehatan BPJS PBI/Jamkesda memiliki risiko keluhan kesehatan yang lebih rendah dari yang BPJS berbayar. Individu yang menerima bantuan pangan dan jamkes BPJS PBI/Jamkesda (penerima bantuan iuran jamkes) memiliki probabilitas keluhan kesehatan lebih kecil daripada menerima salah satu bantuannya. Intervensi pemerintah pada individu rawan pangan sedang/parah dibutuhkan pemberian bantuan pangan dan jaminan kesehatan berupa BPJS PBI/Jamkesda, terutama pada kelompok umur lansia, tinggal di perdesaan, berjenis laki-laki yang belum memiliki jaminan kesehatan.


The degree of health of the Indonesian population in aggregate from life expectancy at birth tends to increase, but not all years are in a healthy condition. The estimation of the World Health Organization (WHO) is around nine years (12.67 percent) in a person's lifetime in an unhealthy state. Health indicators can also be seen through how much disease burden occurs per particular population can be used Disability Adjusted Life Years (DALYs). Compared to Southeast Asian countries, Indonesia ranks the bottom 3 for the largest DALYs. Also, health complaints data for Indonesia in 2017 increased in two decades. The health conditions can be influenced by many factors, including food insecurity and the role of government programs related to food aid and health insurance. This study aims to study the effect of food insecurity, receipt of food aid and ownership of health insurance on health complaints and controlled by demographic and socio-economic characteristics (area of residence, gender, age, education, access to drinking water, sanitation, and economic status), and health facilities per population density. The data used are data from the Indonesian Socio-Economic Survey (Susenas) conducted in March 2018, analyzed using multinomial logistic regression. The results of the study show that individuals with moderate to severe levels of food insecurity have a risk of experiencing severe health complaints more than twice that which is food resistant. The owner of the BPJS PBI/Jamkesda health insurance has a lower risk of health complaints than the paid BPJS. Individu who has receive food assistance and health insurance BPJS PBI/Jamkesda have a smaller probability of health complaint than receiver food assistance. Government intervention in individuals with moderate/severe food insecurity is needed to provide food assistance and health insurance BPJS PBI/Jamkesda, especially in the elderly age group, living in rural areas, men who do not have health insurance.

"
2019
T54715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaya
"Masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan terhadap kerawanan pangan. Strategi bertahan mereka unik karena berkaitan dengan budaya dan kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi bertahan pada keluarga tahan pangan dan keluarga rawan aman pada Masyarakat Adat Kaluppini di Sulawesi Selatan. Informan adalah ibu balita. Enam puluh satu ibu terlibat dalam penelitian ini. Semua informasi dicatat, ditranskripsi verbatim dan dianalisis menggunakan Dedoose. Strategi yang sama diterapkan seperti meminjam makanan/uang serta melakukan strategi tradisional. Keluarga rawan pangan mencari penghasilan tambahan dengan cara mencari pekerjaan tambahan di kota sedangkan keluarga tahan pangan bekerja di luar pulau atau ke negeri.

Indigenous peoples are the most vulnerable to food insecurity. Their coping strategies were unique because related to culture and belief. This study aimed to explore coping strategies among food secure and food insecure households of Kaluppini Indigenous People in South Sulawesi. Informants were mothers of under five. Sixty one mothers involved in this study. All information was recorded, transcribed verbatim and analyzed by using Dedoose. The same strategies were applied such as borrowing food money and doing traditional coping. Food insecure households generated additional money by seeking additional job in town while food secure households migrated to the other islands or working overseas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Nurhamiza
"Food Insecurity Experience adalah keterbatasan yang dialami oleh individu maupun kelompok untuk mendapatkan makanan yang aman dan bergizi secara teratur yang diiringi oleh pengalaman berupa ketidakpastian mengenai makanan yang akan dapat dikonsumsi sehari-harinya. Food insecurity dapat berdampak pada penurunan kesejahteraan, kekurangan gizi spesifik, hingga kelaparan. Kelompok mahasiswa sebagai individu dewasa termasuk kelompok rentan terhadap risiko food insecurity. Penelitian ini menelaah adanya hubungan melalui pengukuran beda proporsi food insecurit pada mahasiswa S1 FMIPA di Universitas Indonesia berdasarkan jenis kelamin, pendapatan pribadi, cooking self-efficacy, tingkat pengetahuan gizi, uang saku, alokasi biaya makan, pemilihan makanan meliputi: kepentingan persepsi sehat, kepentingan persepsi harga, dan kepentingan persepsi aksesibilitas. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan desain studi cross-sectional, pada bulan Maret hingga Juni 2021. Partisipan penelitian terdiri dari 134 mahasiswa dengan metode purposive sampling melalui pengisian kuesioner secara daring. Hasil Penelitian menemukan bahwa sebanyak 64,9% responden mengalami food insecurity. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada food insecurity experience dengan cooking self-efficacy (p-value 0,046), uang saku (p-value 0,006), alokasi besaran biaya makan (p-value 0,045), pemilihan makanan: kepentingan persepsi harga (p-value 0,001).

Food Insecurity Experience is a limitation experienced by individuals and groups to get safe and nutritious food on a regular basis accompanied by an experience in the form of uncertainty about the food that will be able to be consumed daily. Food insecurity can have an impact on decreased well-being, specific malnutrition, and hunger. The group of students as adult individuals is a vulnerable group to the risk of food insecurity. This study examines the relationship through measuring the different proportions of food insecurity in undergraduates students at the Faculty of Mathematics and Sciences of Universitas Indonesia based on gender, personal income, cooking self-efficacy, nutritional knowledge level, allowance, allocation of food costs, food preferences including: perceives of health, perceives of price, and perceives of accessibility. The study was conducted using quantitative methods using a cross-sectional study design, from March to June 2021. The research participants consisted of 134 college students with the purposive sampling method through filling out an online questionnaire. The results of the study found that as many as 64,9% of respondents experienced food insecurity. The results of the bivariate analysis also showed that there was a significant relationship in food insecurity experience with cooking self-efficacy (p-value 0.,46), allowance (p-value 0,006), allocation of food costs (p-value 0.045), food preferences: perceives of price (p-value 0,001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sriningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran dan kompetensi penyuluh pendamping terhadap keberhasilan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Selanjutnya penelitian ini mencoba menganalisis kontribusi keberhasilan Gerakan P2KP dalam mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Klaten.
Jenis penelitian ini menggunakan mix methode dengan menggunakan metode embbeded konkuren. Teknik pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner tertutup dengan skala likert dan kuesioner terbuka, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam dan terstruktur. Selain itu, peneliti juga melakukan studi pustaka, observasi dan dokumentasi. Untuk penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan dua variabel independen yaitu peran (X1) dan kompetensi (X2), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan Gerakan P2KP (Y1).
Unit analisis dalam penelitian ini adalah penyuluh pendamping P2KP di Kabupaten Klaten pada tahun 2010-2013 dengan jumlah 36 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data tentang responden, analisis regresi linier berganda untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel depernden serta teknik analisis gabungan untuk menggabungkan hasil kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh pendamping mempunyai pengaruh signifikan terhadap keberhasilan Gerakan P2KP yaitu sebesar 26,2%, sedangkan kompetensi penyuluh pendamping mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan Gerakan P2KP sebesar 10,1 %. Secara keseluruhan peran dan kompetensi penyuluh pendamping di Kabupaten Klaten terhadap keberhasilan Gerakan P2KP dapat dikatakan berhasil. Gerakan P2KP di Kabupaten Klaten berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan di Klaten dilihat dari kenaikan skor PPH yaitu pada tahun 2010 sebesar 81,6.

This research is conducted to know the effect and the role of extension assistant competency on the success of the Acceleration Movement of Food Consumption Diversity. Another purpose of this research is to analyze the contribution of the Food Consumption Diversity Acceleration Movement to support food resilience in Klaten Municipal.
This research is conducted by using mix method of embbeded konkuren. The technique in collecting quantitative data was using open and closed questionnaire and measured with likert scale. The qualitative research was conducted by using in-depth and structured interview. Moreover, the researcher conducted putala study, observation and documentation. As for quantitative research, the researcher used two independent variables, the role (X1) and the competency (X2) and the success of P2KP movement as dependent variables (Y).
The unit analysis in this research is 36 P2KP extension assistants in Klaten Municipal on 2010-2013. The technique of data analysis is using descriptive statistics to describe the data about respondents, double linear regression analysis to predict the effect of independent variable on to dependent variable and combined analysis technique to combine the qualitative and quantitative result in this research.
The result of the research showed that the role of extension assistant showed significant effect on the success of P2KP movement, that is about 26,2%, and competency showed significant effect on the success of P2KP movement about 10,1%. Totally, the role and competency of extension assistant in Klaten municipal toward P2KP movement categorized as success. P2KP movement in Klaten contributed to support food resilience in Klaten which can be seen from the increase of PPH score at 2010 is 81,6; at 2011 is 83,1; at 2012 is 89,9 and at 2013 is 91,5.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Kuncaraning Sari
"Berbagai indikator kesehatan Indonesia menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan negara tetangga, khususnya Asia. Untuk dapat meningkatkan satus kesehatan masyarakat, pengobatan penyakit ke fasilitas kesehatan (faskes) modern merupakan salah satu determinan penting. Akan tetapi, besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan opportunity cost yang harus dikorbankan sering kali menjadi hambatan dalam pemanfaatan faskes. Hal tersebut terjadi khususnya bagi seseorang yang memiliki keterbatasan sumberdaya atau kemiskinan. Dengan menggunakan indikator persepsi kerawanan pangan untuk menunjukkan individu yang memiliki risiko kesehatan tinggi dan mengalami masalah keterbatasan sumber daya, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh persepsi kerawanan pangan yang dirasakan terhadap perilaku pencarian pengobatan melalui pola rawat jalan ketika sakit. Sebanyak 159.236 individu dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2017 dan Potensi Desa (Podes) 2018 dianalisis dengan menggunakan IVProbit untuk menangani bias akibat endogenitas pada variabel kerawanan pangan. Hasil menunjukkan jika semakin tinggi skor kerawanan pangan individu akan meningkatkan peluang tidak berobat jalan ke faskes modern dalam sebulan terakhir. Hasil yang sama terlihat baik pada sampel yang dikategorikan miskin maupun tidak miskin secara moneter. Selain itu, beberapa faktor sosial, demografi, ekonomi dan karakteristik penyakit juga ditemukan memiliki pengaruh terhadap perilaku individu untuk tidak berobat jalan di faskes modern.

Various Indonesia's health indicators rate represent lower value when compairing with another countries, especially in Asia. To be able to improve public health status, treatment of illness to modern health care is one of the important determinants. However, the the high costs of health care and opportunity costs that have to be sacrificed often be a barriers to utilization of health care. This happens especially for someone who has limited resources or live under the poverty. Using indicators of perception about food insecurity by individuals to describe someone who have high risk in health and have limited resources to fulfill the basic needs, this study aims to see how the perceived of food insecurity affecting someone's health seeking behaviour through outpatient patterns when ill. Total sample of 159,236 individuals from the 2017 National Socio-Economic Survey (SUSENAS) and Village Census (Podes) 2018 were analyzed using IVProbit to handle bias due to endogeneity in food insecurity variables. The results show that the higher raw score of food insecurity will increase the chance of not going for outpatient care in the last month. The same results were seen in both samples that were categorized as poor or not poor in monetary way. In addition, several social, demographic, economic and disease characteristics were also found to have an influence on individual behavior to seek outpatient care in modern health facilities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Apriasna Bhia
"Tesis ini menganalisis tentang implementasi kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut dengan menggunakan teori model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn (1974). Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi lapangan serta studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman anggota kelompok terhadap teknik pembudidayaan tanaman maupun ternak, dan penataan administrasi kelompok masih menjadi kendala. Selain itu belum adanya Peraturan Daerah yang mendukung kebijakan ketahanan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik badan pelaksana dan sikap pelaksana yaitu Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Kabupaten Ende yang sangat menentukan berjalannya program ini. Ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan yang terbatas sementara tugas pemberdayaan kelompok wanita menjadi tugas pemerintah daerah. Komunikasi antar organisasi belum intensif, dan adanya dampak sosial dan ekonomi. Agar implementasi berjalan baik, perlu ada peraturan daerah yang mendukung, sosialisasi dan pendampingan oleh penyuluh pendamping terus harus dilakukan demi peningkatan pemahaman dan keberlanjutan kegiatan kelompok.

This thesis analyzes the implementation of the food security policy in Ende Regency, Province of East Nusa Tenggara through Program of Acceleration of Food Consumption Diversification based on Local Resources and the factors that influence the policy by using a theoretical of policy implementation model Van Meter and Van Horn (1974). This study uses a post-positivist approach with qualitative data collection methods. The technique of the collecting data through indepth interviews, observation and field study and literature study. The results shows that the understanding of the group members about techniques of cultivation livestock and plants, and the arrangement of group administration still an obstacle. In addition to the absence of local regulations that supports food security policies. There are several factors that influence the implementation are characteristic and the attitude of the executing agency namely the Agency of Food Security and Agricultural Extension of Ende Regency which is responsible of this program, the size and purpose of the policy, policy resources are limited while the task of group empowerment of women?s group is the duty of the local government, communication among the organization has not been intensive, and the program has been given the impact in social and economic sectors. In order to make the program implementation goes well, it needs local regulation to support the food security policy, and then socialization and mentoring by an agricultural extension continues to be done in order to improve the understanding and sustainability of group activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>