Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145197 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabila Kensawitri
"Biodiesel disintesis melalui reaksi transesterifikasi menggunakan material metal organic frameworks dengan logam Ca (Ca-MOF) sebagai katalis. Ca-MOF disintesis dengan metode hidrotermal pada suhu 110℃. Katalis Ca-MOF dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, SEM dan SAA. Variasi pengujian transesterifikasi dilakukan berupa berat katalis (2%, 4% dan 6%), rasio bahan baku dan metanol (1:6, 1:8 dan 1:10) serta jenis bahan baku yang digunakan (minyak kelapa sawit dan lemak ayam). Sampel dengan konversi tertinggi yaitu 8,010% terdapat pada variasi bahan baku minyak kelapa sawit dengan katalis 6% serta rasio minyak dan metanol berjumlah 1:10. Sampel tersebut kemudian diuji dengan empat parameter SNI (densitas, viskositas, bilangan asam dan bilangan iodine) serta dianalisis dengan GC-MS. Hasilnya, sampel memenuhi 3 dari 4 parameter meliputi densitas, viskositas dan bilangan iodine. Sedangkan yield yang didapatkan sebesar 7,457%. Aktivasi katalis kemudian dilakukan pada 300℃, yang kemudian meningkatkan koversi sebesar 12,63%. Rendahnya konversi produk diperkirakan karena rusaknya luas permukaan katalis dikarenakan senyawa turunan N,N-dimetilformida (DMF).

Biodiesel is synthesized through transesterification reaction using metal-organic frameworks with calcium (Ca-MOF) as the catalyst. Ca-MOF is synthesized via a hydrothermal method at a temperature of 110℃. The Ca-MOF catalyst is characterized using FTIR, XRD, SEM, and SAA. Variations in transesterification testing are conducted by varying the catalyst weight (2%, 4%, and 6%), the feedstock-to-methanol ratio (1:6, 1:8, and 1:10), and the type of feedstock used (palm oil and chicken fat). The sample with the highest conversion, 8.010%, is obtained using palm oil as the feedstock, 6% catalyst, and a feedstockto-methanol ratio of 1:10. This sample is then tested for four SNI parameters (density, viscosity, acid number, and iodine number) and analyzed using GC-MS. The results show that the sample meets 3 out of 4 parameters, including density, viscosity, and iodine number, with a yield of 7.457%. Catalyst activation is then performed at 300℃, resulting in an increased conversion of 12.63%. The low conversion of the product is attributed to the damage to the catalyst surface area caused by N,N-dimethylformamide (DMF) derivative compounds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Fajratama
"ABSTRAK
Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku unggul pembuatan biodiesel di Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki iklim tropis, Pemanfaatan biodiesel sawit diselidiki memiliki masalah dengan sifat aliran dingin terutama di daerah-daerah dataran tinggi. Masalah umum lainnya dari Biodiesel adalah kemudahan degradasi selama penyimpanan jangka panjang. Minyak kelapa sawit memiliki stabilitas oksidasi yang lebih baik, tetapi titik awannya tinggi karena tingginya kadar asam lemak jenuh. Di sisi lain, minyak mikroalga memiliki titik kabut dan titik tuang yang rendah, tetapi lebih mudah teroksidasi karena tingginya tingkat FAME tak jenuh. Oleh karena itu, kombinasi sifat tak jenuh tunggal dan jenuh antara Minyak Kelapa Sawit dan minyak Mikroalga membuatnya lebih disukai sebagai campuran bahan baku untuk meningkatkan kualitas Biodiesel. Model senyawa alga metil diformulasikan berdasarkan komposisi asam lemak Nannochloropsis sp. dari literatur. Dalam penelitian ini, skema pencampuran minyak dilakukan dengan variasi 5%, 10%, 20%, 30% penambahan Microalgae Oil ke Palm Oil. Transesterifikasi terjadi pada 60-700C dengan penambahan katalis basa 0,6%-wt dan metanol 40% -v/v selama 1-1,5 jam. FAME dianalisis berdasarkan SNI 7182:2015 dengan empat parameter utama diantaranya angka asam total (ASTM D 6644), titik kabut dan titik tuang (ASTM D 2500, dan ASTM D97), dan stabilitas oksidasi (EN 14112). Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan rasio campuran yang optimal antara minyak kelapa sawit dan minyak mikroalga untuk produksi biodiesel. Berdasarkan percobaan, rasio campuran biodiesel yang optimal ditemukan pada 5% dengan cloud dan titik tuang masing-masing adalah 15.30C dan 120C. Stabilitas oksidasi dan angka asam 5% yang diperoleh adalah 10,58 jam, dan 0,175 mg KOH /g. Oleh karena itu, campuran biodiesel mengkonfirmasi bahwa asam lemak tak jenuh dari minyak mikroalga dapat meningkatkan sifat aliran dingin dari bahan bakar biodiesel kelapa sawit.

ABSTRACT
Palm oil is reported as the superior feedstock of biodiesel producing in Indonesia. Although Indonesia has tropical climate, Utilization of palm biodiesel is investigated having problems with the cold flow properties particularly in the high-altitude areas. The other common issue of Biodiesel is the ease of degradation during long-term storage. Palm oil has better oxidation stability, but high cloud point due to the high levels of saturated fatty acids. On the other hand, microalgae oil has low cloud and pour point, but more easily oxidized due to the high levels of unsaturated FAME. Therefore, the combination of monounsaturated and saturated properties between Palm Oil and Microalgae oil makes it preferable as raw materials blending to upgrade the quality of Biodiesel. The model algal methyl compounds were formulated based on fatty acid compositions of Nannochloropsis sp. from the literature. In this research, the oil blending scheme was done by variations 5%,10%,20%,30% of addition Microalgae Oil to Palm Oil. The transesterification occurred at 60-700C with the addition of base catalyst 0.6%- wt and methanol 40%-v/v during 1-1.5 hours. The FAMEs were analysis according to SNI 7182:2015 with four main parameters including total acid number (ASTM D 6644), cloud point and pour point (ASTM D 2500, and ASTM D97 respectively), and oxidation stability (EN 14112). The purpose of this research was to determine the optimum blending ratio between palm oil and microalgae oil for biodiesel production. Based on the experiment, the optimum blending ratio of biodiesel was found on 5% with the cloud and pour point are 15.30C and 120C respectively. The oxidation stability and total acid number of 5% blends obtained were 10.58 hours, and 0.175 mg KOH/g biodiesel respectively. Hence, the biodiesel blends confirm that the unsaturated fatty acids of microalgae oil can enhance the cold flow property of palm biodiesel fuels."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rio Krisdianto
"ABSTRACT
Kebutuhan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama terus meningkat namun ketersediaan semakin sedikit jumlahnya, maka diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Biodiesel dapat disintesis melalui proses transesterifikasi trigliserida yang terkandung pada minyak nabati dengan metanol menjadi metil ester menggunakan katalis. Pada proses ini dibutuhkan katalis yang efektif untuk menghasilkan yield yang besar. MOFs digunakan sebagai katalis dengan kelebihannya memiliki sisi asam Lewis dan basa Bronsted, luas permukaan besar, keunikan strukturnya yang meningkatkan peforma katalitik serta dalam proses ini tidak menghasilkan produk samping seperti reaksi penyabunan. Pada penelitian ini, disintesis senyawa MOFs berbasis logam lantanida yaitu lantanum dengan ligan asam tartarat dan asam suksinat. Dilakukan variasi suhu sintesis La-Suksinat MOFs dan La-Tartarat MOFs untuk melihat pengaruh eksitu pada proses sintesis MOFs. Kedua MOFs hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, TGA, XRD, BET, serta SEM. Hasil karakterisasi menyatakan La-Suksinat MOFs lebih baik dari pada La-Tartarat MOFs. Kedua MOFs hasil sinteis digunakan sebagai katalis dalam konversi trigliserida yang terkandung dalam minyak goreng kelapa sawit dengan metanol menjadi metil ester. Hasil transesterifikasi dikarakterisasi menggunakan GCMS dan didapatkan hasil La-Suksinat MOFs lebih baik untuk menjadi katalis dibandingkan La-Tartarat MOFs dengan % konversi sebesar 76,107%. Sedangkan La-Tartarat MOFs tidak menghasilkan produk metil ester.

ABSTRACT
The need for fossil fuels as the main energy source continues to increase but the availability of fewer and fewer numbers, it requires alternative fuels that are renewable and environmentally friendly. Biodiesel is an alternative fuel that is environmentally friendly and can be renewed. Biodiesel can be synthesized through the transesterification of triglycerides contained in vegetable oils with methanol to methyl ester using a catalyst. In this process, an effective catalyst is needed to produce large yields. MOFs were used as catalysts with the excess having Lewis acid and Bronsted bases, large surface area, a unique structure that improved catalytic performance and in this process did not produce side products such as saponification reactions. In this study, lanthanide-based metal MOFs were synthesized, that is lanthanum with tartrate acid and succinate acid ligands. Temperature variations of the synthesis of La-Succinate MOFs and La-Tartrate MOFs were carried out to see the effect of this on the synthesis process of MOFs. The two synthesized MOFs were characterized using FTIR, TGA, XRD, BET, and SEM. The results of the characterization state that La-Succinate MOFs are better than La-Tartrate MOFs. Both synthesized MOFs were used as catalysts in the conversion of triglycerides contained in palm cooking oil with methanol to methyl esters. The transesterification results were characterized using GCMS and the results of La-Succinate MOFs were better to be a catalyst than La-Tartrate MOFs with a % conversion of 76.107%. Whereas La-Tartrate MOFs do not produce methyl ester products."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Santia Citra Dewi
"ABSTRACT
Sintesis biodiesel dari minyak jelantah MJ dengan proses esterifikasi dan transesterifikasi menggunakan katalis heterogen TiO2 dan CaO telah diteliti. Dalam studi ini, MJ digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel dalam upaya untuk mengurangi dampak negatifnya. MJ dimurnikan melalui proses filtrasi dan pemucatan untuk menghilangkan pengotor dan memulihkan warna minyak. Esterifikasi dilakukan selanjutnya untuk mengurangi kadar asam lemak bebas ALB dengan fotoreaktor yang terdiri dari pengaduk ultrasonik dan lampu ultraviolet yang sepenuhnya dipaparkan ke campuran reaksi untuk mengaktivasi TiO2 P25 sebagai pengganti katalis asam. Proses esterifikasi dilakukan pada variasi loading TiO2 P25, waktu reaksi dan rasio molar minyak dan metanol. Minyak dengan kadar ALB rendah ditransesterifikasi dengan pengadukan mekanik menggunakan katalis heterogen basa CaO untuk menghasilkan metil ester atau biodiesel. Proses transesterifikasi dilakukan dengan variasi kecepatan pengadukan 250 rpm, 500 rpm, 750 rpm, dan 1000 rpm. Hasil esterifikasi diuji menggunakan metode titrasi untuk mengetahui kadar ALB sebelum dan sesudah esterifikasi. Konversi maksimum ALB adalah 45,2 dengan kondisi operasi optimum sebagai berikut: 0,25 wt TiO2, 2 jam reaksi, dan rasio molar minyak dan metanol 1: 24. Biodiesel dikarakterisasi dengan FTIR, GC-FID, viskometer, piknometer, dan GC-MS. Yield biodiesel ditemukan sekitar 80 melalui kondisi operasi optimal sebagai berikut: 4 jam reaksi, 60oC, 1 wt CaO, dan kecepatan pengadukan 500 rpm. Biodiesel yang dihasilkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: massa jenis 855 kg/m3, viskositas kinematik 4,7 cSt, bilangan iodin 58 g iodin/100 g sampel, dan kadar metil ester 98,9.

ABSTRACT
Synthesis of biodiesel from waste cooking oil WCO by esterification and transesterification process using heterogeneous catalysts TiO2 and CaO has been investigated. In this study, WCO is used as raw material for producing biodiesel in an effort to reduce its negative impact. MJ is purified by filtration and bleaching process to remove impurities and recover oil color. Esterification is carried out further to reduce free fatty acid FFA content with a photoreactor consisting of ultrasonic stirrer and ultraviolet lamp which was fully immersed to the reaction mixture to activate TiO2 P25 as a substitute for the acid catalyst. The esterification process is carried out on different variations such as TiO2 P25 loading, reaction time and molar ratio of oil and methanol. Oil with low content of FFA was going through transesterification process by mechanical stirring using a heterogeneous base catalyst CaO to produce methyl esters or biodiesel. The transesterification process is carried out at different stirring speeds 250 rpm, 500 rpm, 750 rpm, dan 1000 rpm . The esterification results were tested using titration method to determine FFA content before and after esterification. The maximum conversion of FFA is 45.2 with the optimum operating conditions as follows 0.25 wt TiO2 P25, 2 hours reaction, and molar ratio of oil and methanol 1 24. Biodiesel is characterized by FTIR, GC FID, viscometer, pycnometer, and GC MS. The yield and maximum methyl ester content were discovered to be approximately 80 and 98.9, respectively, under optimal operating conditions as follows 4 hours reaction, 60 C, 1 wt CaO, and stirring speed of 500 rpm. Biodiesel that was produced have a speicification as following density 855 kg m3, kinematic viscosity 4.7 cSt, iodin value 58 g iodin 100 g sample, and metil ester content 98.9."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqa Dianti Zahra
"Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas Bumi tahun 2021, penjualan BBM mengalami peningkatan sebesar 6,87% dari tahun 2020. Dengan meningkatnya pemakaian bahan bakar minyak mengakibatkan meningkatnya bahan pencemar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif terbarukan dan bersifat ramah lingkungan. Salah satunya, biodiesel yang memiliki kemampuan untuk menggantikan diesel konvensional sebagai bahan bakar pengganti yang lebih ramah lingkungan. Biodiesel yang berasal dari minyak jelantah dapat membantu menyelesaikan 3 masalah, yaitu masalah pangan, polusi dan energi. Digunakannya reaksi transesterifikasi untuk menurunkan viskositas dan bilangan asam dari minyak jelantah dengan katalis basa heterogen, yaitu AEMOFs. AEMOFs memiliki keunggulan harga rendah, toksisitas rendah, proses sintesis yang mudah, porositas tahan lama, termostabilitas tinggi, framework yang teratur, dan ramah lingkungan. Sintesis AEMOFs menggunakan hidrotermal, karakterisasi FTIR, XRD, SAA, dan SEM, dan reaksi transesterifikasi minyak jelantah dengan katalis AEMOFs. Hasil sintesis AEMOFs diperoleh dan dikarakterisasi FTIR menunjukkan pergeseran puncak absorpsi gugus karboksil (COO-), XRD menunjukkan rata-rata ukuran kristal 16,14 nm (Mg), 20,37 nm (Ca), 46,58 nm (Sr), dan 104,76 nm (Ba), SAA menunjukan kurva isoterm berupa material berpori dan analisa SEM-EDX komposisi logam 1,57% (Mg), 12,25% (Ca), 20,96% (Sr), dan 55,11% (Ba). Sintesis AEMOFs menggunakan metode hidrotermal telah dilakukan dan penggunaan katalis AEMOFs Ba-BDC dalam reaksi transesterifikasi memiliki sifat kebasaan paling besar dengan menghasilkan persen konversi asam lemak yang terkandung dalam minyak jelantah tertinggi.

Based on data from the Directorate General of Oil and Gas for 2021, fuel sales have increased by 6.87% from 2020. The increasing use of fuel oil causes an increase in pollutant substances. Therefore, it is necessary to develop alternative energy that is renewable and environmentally friendly. One of them is biodiesel, which can replace conventional diesel as a substitute fuel that is more environmentally friendly. Biodiesel derived from used cooking oil can help solve three problems: food, pollution, and energy. The transesterification reaction was used to reduce the viscosity and acid number of used cooking oil using a heterogeneous base catalyst, called AEMOFs. AEMOFs have the advantages of low price, low toxicity, an easy synthesis process, long-lasting porosity, high thermostability, a regular framework, and environmental friendliness. Synthesis of AEMOFs using hydrothermal, FTIR, XRD, SAA, and SEM characterization, and transesterification reaction of used cooking oil with AEMOF catalyst The results of the synthesis of AEMOFs obtained and characterized FTIR showed a shift in the absorption peak of the carboxyl group (COO-), XRD showed an average crystal size of 16.14 nm (Mg), 20.37 nm (Ca), 46.58 nm (Sr), and 104.76 nm (Ba), SAA showed isothermal curves in the form of porous materials, and SEM-EDX analysis of metal composition showed 1.57% (Mg), 12.25% (Ca), 20.96% (Sr), and 55.11% (Ba). AEMOFs synthesize using hydrothermal methods, and the use of AEMOFs Ba-BDC catalyst in the transesterification reaction has the greatest basicity by producing the highest conversion percentage of fatty acids contained in used cooking oil."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farizan
"

Transesterifikasi adalah reaksi kimia yang digunakan untuk mengubah minyak hewani menjadi biodiesel yang dapat digunakan. Pada penelitian ini, bahan bakar biodiesel disintesis dari lemak sapi dalam reaktor menggunakan katalis CaO yang disintesis dari cangkang telur bebek. Katalis CaO berbasis limbah disintesis dari cangkang telur bebek melalui proses kalsinasi pada suhu 900 OC selama 2 jam. Transesterifikasi dilakukan pada suhu 55 OC pada 6 sampel dengan variasi penggunaan jumlah katalis (1.5 wt%, 6.5 wt%, dan 10 wt%) serta variasi katalis CaO komersial dan limbah. Katalis yang disintesis dari cangkang telur itik menghasilkan kadar Kalsium Oksida (CaO) sebesar 93.2%. Hasil pengujian sampel terbaik diperoleh untuk biodiesel dengan katalis 6.5% berbahan dasar limbah dan 10% katalis komersial. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 6.5%, rendemen 90.75%, densitas 855.1 kg/m3, viskositas 5.73 mm2/cst, keasaman 1.69 mg-KOH/g, dan bilangan yodium 30.87 g-I2/100g. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 10%, rendemen 90.81%, densitas 860.5 kg/m3, viskositas 6.52 mm2/cst, keasaman 2.03 mg-KOH/g, dan bilangan yodium 27.51 g-I2/100g. Angka keasaman standar tidak tercapai dimana maksimumnya adalah 0.5 mg-KOH/g.


Transesterification is a chemical reaction used to convert animal oils into usable biodiesel. In this study, biodiesel fuel was synthesized from beef tallow in a reactor using a CaO catalyst which also synthesized from duck eggshells. Waste-based CaO catalyst synthesized from duck eggshells through a calcination process at 900 OC for 2 hours. Transesterification carried out at a temperature of 55 OC on 6 samples with variations in the use of the amount of catalyst (1.5 wt%, 6.5 wt%, and 10 wt%) as well as variations of commercial and waste based CaO catalysts. The catalyst synthesized from duck eggshells obtained a yield of 93.2% amount of Calcium Oxide (CaO). The synthesized biodiesel also tested for its chemical and physical properties to fulfill the Indonesian National Standard (SNI). The best sample test results were obtained for biodiesel with 6.5% catalyst from waste-based and 10% catalyst from commercial. For biodiesel with 6.5% waste-based catalyst, 90.75% yield, 855.1 kg/m3 density, 5.73 mm2/cst viscosity, 1.69 mg-KOH/g acidity, and 30.87 g-I2/100g iodine number. For biodiesel with 10% waste-based catalyst, 90.81% yield, 860.5 kg/m3 density, 6.52 mm2/cst viscosity, 2.03 mg-KOH/g acidity, and 27.51 g-I2/100g iodine number. The standard acidity number is not reached where the maximum is 0.5 mg-KOH/g.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azhari
"Transesterifikasi adalah reaksi kimia yang mengubah minyak hewani menjadi biodiesel yang berguna melalui proses kimia transesterifikasi. Pada penelitian ini, biodiesel diproduksi dengan cara mentransesterifikasi lemak sapi dalam reaktor dengan katalis CaO berbahan dasar cangkang telur puyuh. Enam sampel menjalani transesterifikasi pada suhu 55 OC dengan perbedaan jumlah katalis yang digunakan (1,5 wt%, 6,5 wt%, dan 10 wt%). Variasi jenis katalis, yang terdiri dari katalis komersial dan berbasis limbah, juga dipakai dalam penelitian ini. Katalis CaO berbasis limbah disintesis dari cangkang telur puyuh melalui proses kalsinasi pada suhu 900 OC dengan durasi 2 jam. Katalis berhasil disiapkan dengan persentase hasil 92,4% kalsium oksida. Hasil pengujian sampel terbaik ditunjukkan oleh biodiesel dengan penggunaan katalis berbasis limbah 6,5% dan katalis komersial 6,5%. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 6,5%, diperoleh yield 91,747%, densitas 856 kg/m3, viskositas 5,2915 mm2/cst, angka keasaman 0,94 mg-KOH/g, dan angka iodin 33,96 g-I2/100g. Untuk biodiesel dengan katalis komersial 6,5% diperoleh yield 90,236%, densitas 861,1 kg/m3, viskositas 5,414 mm2/cst, angka keasaman 4,13 mg-KOH/g, dan angka iodin 29,37 g-I2/100g. Angka keasaman standar dengan maksimum 0,5 mg-KOH/g tidak dipenuhi oleh kedua sampel.

Transesterification is a chemical reaction that transforms animal oils into useful biodiesel by the chemical process of transesterification. In this study, the biodiesel is produced by transesterifying beef tallow in a reactor with a CaO catalyst made from quail eggshell. Six samples are subjected to transesterification at a temperature of of 55 OC with different amounts of catalyst being used (1.5 wt%, 6.5 wt%, and 10 wt%). A variation of catalyst type, that consists of the commercial and waste-based catalyst, is also integrated to this study. Waste-based CaO catalyst is synthesized from quail eggshells through a calcination process at 900 OC with the duration of 2 hours. The catalyst was successfully prepared with the yield percentage of 92.4% calcium oxide. The best sample test results were exhibited by the biodiesel with the usage of 6.5% waste-based catalyst and 6.5% commercial catalyst. For biodiesel with 6.5% waste-based catalyst, 91.747% yield, 856 kg/m3 density, 5.2915 mm2/cst viscosity, 0.94 mg-KOH/g acidity number, and 33.96 g-I2/100g iodine number were obtained. For biodiesel with 6,5% commercial catalyst, 90.236% yield, 861.1 kg/m3 density, 5.414 mm2/cst viscosity, 4.13 mg-KOH/g acidity number, and 29.37 g-I2/100g iodine number were obtained. The standard acidity number with the maximum of 0.5 mg-KOH/g is not satisfied by both samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan bahan bakar
elternetif atau bahan bakar pengganti minyak bumi. Salah satu bahan bakar
elternatif yang dibuat dari minyak nabati adalah biodiesel. Sampai saat ini
biodiesel masih terus dikembangkan untuk dapat menggantikan minyak solar
sebagai bahan bakar mesin diesel. Dalam penelitien ini dicoba menggunakan
katalis padatan yaitu katalis y-AIQO3 yang diimpregnasi dengea KOH dan KQCO3
untuk mengkatalisis reaksi transesterifikasi minyak jarak dengan metanol. Untuk
tujuan ini maka dilakukan beberapa variasi antara lain variasi persen impregnasi
KOH pede y-AIQO3: 10%, 7%, 4% dan impregnasi dengan K2CO3 yang dilakukan
pada kondisi optimum KOH yaitu 10% den 7%. Reaksi katalisis heterogen ini
dilakukan secara batch pada temperatur 65°C dengan % katalis terhadap
minyak jarak yaitu 2%. Hasil %konversi maksimum minyak jarak sebesar
46,51 %. Kecilnya %konversi berhubungan dengan reaksi seponifikasi yang lebih
dominan."
Universitas Indonesia, 2007
S30437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimaseta Rachmanda
"Biodiesel merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Biodiesel dibuat dengan minyak kelapa sawit dengan menggunakan reaktor berpengaduk dan katalis basa melalui reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi memiliki hambatan perpindahan massa akibat perbedaan viskositas antara alkohol dan minyak kelapa sawit di awal reaksi, sehingga membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama.
Reaktor jet column digunakan untuk mengatasi permasalahan perpindahan massa dengan memanfaatkan pencampuran antara fluida turbulen dan non-turbulen yang menghasilkan fenomena entrainment. Reaksi menggunakan nozzle rectangular dan sirkular. Yield biodiesel dengan menggunakan circular nozzle adalah 94.91 dan 92.00 untuk rectangular nozzle. Waktu mulainya asimptotik yield untuk reaksi transesterifikasi dengan reaktor jet column adalah 60 menit. Rasio mol yang lebih dari 6:1 tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan yield.

Biodiesel is a potential renewable energy resource which can be used to reduce dependencies on fossil fuel. Biodiesel produced by transesterification reaction in a stirred tank with base catalyst. Transesterification has an issue on mass transfer resistance due to significant viscosity difference, which resulted longer reaction time. Jet
Column reactor used to reduce mass transfer resistance by utilizing turbulent mixing of turbulent and non turbulent fluid which resulted entrainment, a small scale mixing phenomena. Transesterification reaction used rectangular and circular nozzle. Circular nozzle yields 94.91 of biodiesel while rectangular nozzle yields 92.00 of biodiesel. Asymptotic reaction time for transesterification in a jet column reactor is 60 minutes. While molar ratios more than 6 1 aren rsquo t resulting significant effect on biodiesel yield.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Gayatri Sistiafi
"Mikroalga adalah salah satu sumber biofuel yang menjanjikan karena memiliki kapasitas produksi lipid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biodiesel, terutama Nannochloropsis sp. dan Chlorella vulgaris. Lipid yang dihasilkan dapat diolah menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis homogen atau heterogen. Katalis heterogen memiliki kelebihan dibandingkan katalis homogen karena bentuknya yang padat memudahkan proses pemisahan katalis dari campuran produk. Dalam penelitian ini, digunakan katalis heterogen basa NaOH/zeolit dengan variasi loading Na dalam zeolit untuk melihat pengaruhnya terhadap yield biodiesel yang dihasilkan dari Nannochloropsis sp. dan Chlorella vulgaris. Hasil terbaik didapatkan dengan konsentrasi loading Na sebesar 20,5 . Yield biodiesel terhadap lipid yang didapatkan adalah sebesar 83,5 dari Nannochloropsis sp. dan 98 dari Chlorella vulgaris. Biodiesel yang dihasilkan memiliki kandungan asam lemak jenuh metil ester sebanyak 47,14 dari Nannochloropsis sp. dan 56,41 dari Chlorella vulgaris.

Microalgae are promising sources of biofuel due to its production capacity of lipid that can be utilized as raw material for biodiesel production, especially Nannochloropsis sp. and Chlorella vulgaris. The lipid produced can be converted into biodiesel through transesterification reaction using homogenous or heterogeneous catalysts. Heterogeneous catalysts are more advantageous than homogeneous catalysts due to its solid form that eases the separation of catalysts from the products. In this research, NaOH zeolite heterogeneous catalyst is utilized with varying Na loadings in the zeolite to observe its effect towards the yield of biodiesel produced from Nannochloropsis sp. and Chlorella vulgaris. The best result was obtained with Na loading concentration of 20.5 . The biodiesel yields obtained from the lipids are 83.5 from Nannochloropsis sp. and 98 from Chlorella vulgaris. The biodiesels contain 47.15 of saturated fatty acid methyl esters from Nannochloropsis sp. and 56.41 from Chlorella vulgaris."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>