Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61348 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susan Brades, supervisor
"Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien, seperti pasien dengan terapi obat jangka panjang yang memerlukan pemantauan kepatuhan dalam penggunaannya, pasien dengan kondisi khusus, pasien dengan polifarmasi serta untuk pasien yang diberikan obat-obatan dengan cara penggunaan khusus. Laporan ini berisi panduan konseling obat-obatan dengan cara penggunaan khusus yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk.

Regulation of the Minister of Health No. 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards at Puskesmas, drug counselling is one of the methods of face-to-face medication education or interviews with patients and/or their families which aims to increase patient knowledge and understanding which results in changes in behaviour in the use of drugs. Pharmacists have the responsibility to provide information and drug education to patients, such as patients with long-term drug therapy that requires monitoring compliance in its use, patients with special conditions, patients with polypharmacy and for patients who are given drugs with special ways of use. This report contains guidelines for counselling medicines with special usage methods at Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saori Salma Adelia
"Pemantauan terapi obat pada pasien dengan diagnosis hipertensi emergency, intraventricular hemorrhage, hydrocephalus, dan pneumonia menjadi krusial dalam upaya pengelolaan kondisi kesehatan yang kompleks. Penelitian ini mengevaluasi pendekatan pemantauan terapi obat yang efektif untuk memastikan penggunaan obat yang optimal dan meminimalkan risiko efek samping yang mungkin terjadi pada pasien. Fokus utama studi ini adalah pada pemilihan obat dan pemantauan respons terhadap terapi obat antihipertensi, pengobatan intraventrikular dan manajemen tekanan intrakranial, serta antibiotik untuk pneumonia. Hasil dari pemantauan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam memahami peran dan tugas Apoteker di Rumah Sakit dalam melakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) meliputi alur, tata laksana, maupun etika Apoteker kepada tenaga kesehatan lain dalam merekomendasikan perubahan obat pada pasien berdasarkan diagnosa yang diberikan.
..... Monitoring drug therapy in patients with a diagnosis of hypertensive emergency, intraventricular hemorrhage, hydrocephalus, and pneumonia is crucial in efforts to manage complex health conditions. This study evaluates effective drug therapy monitoring approaches to ensure optimal drug use and minimize the risk of possible side effects in patients. The primary focus of the study was on drug selection and monitoring response to antihypertensive drug therapy, intraventricular treatment and intracranial pressure management, as well as antibiotics for pneumonia. It is hoped that the results of this monitoring will provide insight into understanding the role and duties of Pharmacists in Hospitals in carrying out Drug Therapy Monitoring (PTO) including the flow, management and ethics of Pharmacists to other health workers in recommending drug changes to patients based on the diagnosis given.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Ikhsani Putri
"HIV (Human Immunodeficiency Virus) melemahkan sistem kekebalan tubuh dan dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) jika tidak ditangani. Terapi antiretroviral (ARV) sangat penting dalam pengelolaan HIV, tetapi memerlukan kepatuhan tinggi karena ketidakpatuhan dapat menyebabkan resistensi obat dan hasil terapi yang buruk. Penelitian ini memantau terapi obat pada pasien HIV dengan komorbiditas di RSUD Cengkareng menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan) untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah terkait obat (Drug-Related Problems/DRP). Masalah yang ditemukan meliputi dosis yang tidak tepat, kepatuhan yang rendah, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, dan efek samping obat. Rekomendasi mencakup penyesuaian regimen obat, meningkatkan edukasi pasien, dan evaluasi rutin. Hasil penelitian ini menegaskan peran penting apoteker dalam mengoptimalkan terapi, mengurangi risiko, dan meningkatkan hasil pengobatan pasien.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) weakens the immune system and, if untreated, can progress to AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), a condition marked by opportunistic infections and high mortality rates. Antiretroviral (ARV) therapy is the cornerstone of HIV management, requiring strict adherence to ensure viral suppression, improved immune function, and reduced transmission risks. However, noncompliance and drug-related problems (DRPs), such as dosing errors, irrational drug use, and adverse effects, often hinder therapeutic success. This study monitored drug therapy for hospitalized HIV patients with comorbidities at RSUD Cengkareng using the SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan) method to identify and address DRPs comprehensively. Key findings highlighted issues in medication adherence, irrational antibiotic transitions without culture-based evidence, and potential adverse drug reactions such as hepatotoxicity and anemia. Recommendations included optimizing ARV regimens, ensuring rational antibiotic use based on culture results, enhancing patient counseling on medication adherence, and routine monitoring of drug effects. Additionally, pharmacists' interventions were essential in improving drug safety and effectiveness by providing tailored recommendations and ensuring the appropriateness of therapy. This research underscores the critical role of pharmacists in HIV management, particularly in identifying, preventing, and resolving DRPs, thereby supporting better clinical outcomes and enhancing patient safety. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Tugas akhir ini mengeksplorasi pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien rawat inap dengan diagnosis efusi pleura curiga metastasis, meteorismus, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Fokus utama adalah mengevaluasi masalah terkait obat melalui PTO dengan menggunakan klasifikasi Cipolle pada praktik perawatan farmasi. Penelitian ini bertujuan mengambil data rekam medik pasien dan menilai masalah terkait obat melalui PTO selama enam hari. Hasil menunjukkan bahwa pasien mengalami reaksi obat yang tidak diinginkan, terutama dalam kombinasi obat yang tidak tepat, seperti interaksi obat dan efek samping obat. Meskipun tidak ditemukan masalah dalam kategori perlu terapi tambahan obat, terapi obat yang tidak perlu, pemilihan obat yang tidak efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, dan ketidakpatuhan pasien. Penelitian ini menekankan pentingnya PTO berkelanjutan dan peran apoteker dalam mencegah serta mengatasi masalah terkait obat pada pasien rawat inap. Dengan memahami dan mengidentifikasi masalah obat secara dini, upaya ini dapat meningkatkan keamanan dan efektivitas terapi obat bagi pasien.

This final project explores the drug therapy monitoring (DTM) in hospitalized patients diagnosed with pleural effusion suspicious of metastasis, meteorism, hypokalemia, hypocalcemia, and hypomagnesemia at the Gatot Soebroto Army Central Hospital (RSPAD). The primary focus is to evaluate drug-related problems through DTM using the Cipolle classification in pharmaceutical care practice. The research aims to gather patient medical record data and assess drug-related issues through a six-day DTM. Findings indicate that the patient experienced an adverse drug reaction, particularly involving inappropriate drug combinations, such as drug interactions and side effects. Although no issues were found in categories such as the need for additional drug therapy, unnecessary drug therapy, ineffective drug selection, subtherapeutic dosages, excessive dosages, and patient non-compliance. This study underscores the significance of continuous DTM and the pharmacist's role in preventing and addressing drug-related problems in hospitalized patients. By early understanding and identifying drug problems, these efforts can enhance the safety and effectiveness of drug therapy for patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Hasna Chalid
"Pemantauan terapi obat merupakan peran krusial apoteker dalam memastikan efektivitas, keamanan, dan rasionalitas penggunaan obat pasien, terutama untuk kasus multi-diagnosis. Laporan ini membahas pemantauan terapi pada pasien dengan tuberkulosis paru, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan diabetes mellitus di RSUD Tarakan. Pemantauan melibatkan analisis terapi, identifikasi masalah terkait obat, dan rekomendasi solusi. Ditemukan berbagai masalah, termasuk interaksi obat, efek samping, dan dosis yang tidak optimal. Pendekatan berbasis Hepler-Strand dan PCNE digunakan untuk menganalisis masalah. Rekomendasi berupa penyesuaian terapi, pemberian jeda konsumsi obat untuk mencegah interaksi, dan pemberian suplemen untuk meringankan efek samping, seperti neuropati perifer dan defisiensi vitamin. Hasil menunjukkan manfaat signifikan pemantauan terapi dalam mendukung keberhasilan terapi pasien dan mencegah komplikasi. Kesimpulan menegaskan pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk memastikan pengobatan yang aman dan efektif, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

Therapeutic drug monitoring is a crucial role for pharmacists in ensuring the effectiveness, safety, and rationality of medication use, particularly in multi-diagnosis cases. This report discusses the therapeutic monitoring of a patient with pulmonary tuberculosis, hypertension, congestive heart failure, and diabetes mellitus at RSUD Tarakan. The monitoring process involved therapy analysis, identification of drug-related problems, and recommendation of solutions. Several issues were identified, including drug interactions, side effects, and suboptimal doses. The Hepler-Strand and PCNE frameworks were used for problem analysis. Recommendations included therapy adjustments, administration timing adjustments to prevent interactions, and supplementation to alleviate side effects such as peripheral neuropathy and vitamin deficiencies. Results highlighted the significant benefits of therapy monitoring in supporting therapeutic success and preventing complications. The findings emphasize the importance of continuous monitoring to ensure safe and effective treatment, thereby improving patient quality of life. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Pemantauan Terapi Obat atau PTO adalah proses yang mencakup kegiatan bertujuan untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan PTO seharusnya dilakukan untuk semua pasien, namun mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibanding jumlah pasien sehingga perlu dilakukan prioritas pasien yang dipantau. Klasifikasi pada DRP dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan tools Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis. Berdasarkan kegiatan pemantauan terapi obat yang dilakukan, pengobatan yang diberikan kepada Ny. E telah sesuai dengan indikasi dan rute pemberian pada pedoman tata laksana terapi yang direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan RI; terdapat analisis DRP terkait tidak tepat dosis, yang mana terdapat obat yang melebihi dari dosis maksimal harian yang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada terapi dengan menggunakan Seftazidim.; serta terdapat analisis DRP terkait lama waktu pemberian, yang mana terdapat obat yang melebihi dari anjuran waktu maksimal pemberian obat yang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada terapi menggunakan Azitromisin.

Drug Therapy Monitoring or PTO is a process that includes activities aimed at ensuring that drug therapy is given safely, effectively and rationally for patients. PTO activities should be carried out for all patients, but given the limited number of pharmacists compared to the number of patients, it is necessary to prioritize patients to be monitored. Classification on DRP can be done by using Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) tools based on the data that has been obtained and analyzed. Based on the drug therapy monitoring activities carried out, the treatment given to Mrs. Has complied with the indications and route of administration in the guidelines for managing therapy recommended by the Indonesian Ministry of Health; DRP analysis related to inappropriate dosage, in which there are drugs that exceed the maximum daily dose recommended by the Indonesian Ministry of Health for therapy using ceftazidime; as well as there is a DRP analysis related to the length of time for administration, in which there are drugs that exceed the recommended maximum time for drug administration recommended by the Indonesian Ministry of Health for therapy using Azithromycin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Wajdilfarah
"Rumah Sakit merupakan insitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan pemantauan terapi obat. Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimailisir resiko reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien di RSUP Persahabatan, mengkaji masalah terkait obat, dan memberi rekomendasi dan rencana terkait pemantauan terapi obat. Hasil dari tugas akhir ini adalah penyelesaian masalah terkait pasienĀ  Tn. HD dengan diagnosis CHF ec CAD dengan penyakit penyerta hipertensi, DM tipe 2 dan akut on CKD dd CKD stage 5 di Gedung rawat inap Wijaya Kusuma RSUP Persahabatan. Permasalahan terkait obat dikaji menggunakan metode Hepler dan Strands, ditemukan masalah terakit interaksi antar obat dan indikasi tanpa obat. Rekomendasi terapi dan pemantauan parameter klinis disampaikan untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan.

Hospitals are health service institutions that provide individual health services that provide inpatient, outpatient and emergency services. Pharmaceutical service is a direct and responsible service to patients relating to pharmaceutical preparations with the aim of achieving definite results to improve the patient's quality of life. Pharmaceutical service standards in hospitals include the management of pharmaceutical preparations, medical devices and consumable medical materials as well as clinical pharmacy services. One of the pharmaceutical services in hospitals is monitoring drug therapy. Drug therapy monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Monitoring drug therapy aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of advers drug reactions (ADR). This special task aims to carry out drug therapy monitoring activities for patients at Persahabatan Hospital, examine drug-related problems, and provide recommendations and plans related to drug therapy monitoring. The result of this final assignment is solving problems related to patient Mr. HD with a diagnosis of CHF ec CAD with comorbid hypertension, type 2 DM and acute on CKD dd CKD stage 5 in the Wijaya Kusuma inpatient building at Persahabatan Hospital. Drug-related problems were studied using the Hepler and Strands method, problems were found related to interactions between drugs and indications without drugs. Therapeutic recommendations and monitoring of clinical parameters are delivered to achieve the desired therapeutic results. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Nabilla
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang mencakup kegiatan seperti pengkajian terkait obat yang digunakan pasien, pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat serta pemantauan efektivitas dan efek samping obat. Data penggunaan obat merupakan komponen penting dalam proses PTO. Analisis yang dapat dilakukan berdasarkan data penggunaan obat adalah penilaian kualitas penggunaan antibiotik serta analisis MTO pengobatan yang diterima pasien. Masalah Terkait Obat (MTO) yang terjadi pada pengobatan pasien dan memberikan rekomendasi tindak lanjut menggunakan metode SOAP. PTO dilakukan pada pasien berinisial NAN yang didiagnosis sindrom gangguan pernapasan akut, perdarahan intraserebral dan PDVK. Masalah Terkait Obat (MTO) yang terjadi pada pengobatan pasien N di ruangan PICU RSUP Fatmawati dengan diagnosis sindrom gangguan pernapasan akut, perdarahan intraserebral dan PDVK adalah adanya ketidaksesuaian dosis yaitu amikasin 1x60 mg. Kemudian ditemukan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) terjadi pada pasien yaitu hipoalbumin yang merupakan ROTD dari parasetamol dan hiperglikemi akibat pemberian deksametason. Interaksi obat yang terjadi yaitu antara amikasin dan mannitol, asam valproate dan meropenem, parasetamol dan fenitoin, fenitoin dan asam valproate, amikasin dan furosemide, seftriakson dan furosemide, serta omeprazole dan fenitoin. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik menggunakan metode gyssens menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik seftriakson sudah tepat atau bijak karena masuk ke dalam kategori 0. Kemudian Penggunaan meropenem masuk kategori IVA dan IIIA yang menginterpretasikan bahwa ada antibiotik lain yang lebih efektif daripada meropenem karena berdasarkan hasil kultur yaitu seftazidim dan sefepim masih sensitif terhadap pasien serta penggunaan antibiotik terlalu lama (lebih dari 14 hari). Penggunaan amikasin masuk kategori IIA dan IIB yang menunjukkan bahwa dosis dan interval yang tidak tepat.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a process that includes activities such as assessments related to drugs used by patients, providing recommendations for solving drug-related problems, and monitoring the effectiveness and side effects of drugs. Drug use data is an important component of the DTM process. Analysis that can be carried out based on drug use data is an assessment of the quality of antibiotic use as well as an DRP analysis of the treatment the patient receives. Drug-Related Problems (DRP) that occur in patient treatment and provide follow-up recommendations using the SOAP method. DTM was performed on a patient with the initials NAN who was diagnosed with acute respiratory distress syndrome, intracerebral hemorrhage, and PDVK. Drug-Related Problems (DRP) that occurred in the treatment of patient N in the PICU room at Fatmawati Hospital with a diagnosis of acute respiratory distress syndrome, intracerebral hemorrhage, and PDVK was a dose mismatch, namely amikacin 1x60 mg. Then it was found that adverse drug reactions (ADR) occurred in patients, namely hypoalbumin which was ADR from paracetamol, and hyperglycemia due to dexamethasone administration. Drug interactions that occur are between amikacin and mannitol, valproic acid and meropenem, paracetamol and phenytoin, phenytoin and valproic acid, amikacin and furosemide, ceftriaxone and furosemide, and omeprazole and phenytoin. Assessment of the quality of antibiotic use using the Gyssens method showed that the use of ceftriaxone was appropriate or wise because it was included in category 0. Then the use of meropenem was included in categories IVA and IIIA which interpreted that other antibiotics were more effective than meropenem because they were based on culture results, namely ceftazidime and cefepime. still sensitive to patients and the use of antibiotics for too long (more than 14 days). The use of amikacin is in categories IIA and IIB which shows that the dose and interval are incorrect."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa terapi obat yang diberikan kepada pasien bersifat aman, efektif, dan rasional. Penelitian ini menganalisis Pemantauan Terapi Obat (PTO) pasien spondilitis tuberkulosis di RSUP Fatmawati. Studi dilakukan untuk mengevaluasi masalah terapi obat, memberikan rekomendasi intervensi, serta memahami peran apoteker dalam pelayanan farmasi klinis. Berdasarkan evaluasi menggunakan metode PCNE dan Gyssens, beberapa masalah terkait obat ditemukan, seperti penggunaan antibiotik yang berpotensi efek samping, durasi pemberian obat yang tidak sesuai, dan interaksi obat. Intervensi yang dilakukan melibatkan penyesuaian regimen obat untuk meminimalkan risiko Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) dan meningkatkan efektivitas terapi. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan pasien, yaitu rifampisin dan etambutol, sudah sesuai dengan panduan klinis, tetapi ditemukan beberapa kejadian masalah terkait obat lain, seperti risiko hepatotoksik pada kombinasi rifampisin dan parasetamol serta interaksi ceftriaxone dengan larutan infus. Intervensi terhadap masalah tersebut berhasil diselesaikan. Analisis Gyssens mengidentifikasi bahwa pemilihan antibiotik cefixime sebaiknya menggunakan alternatif yang lebih aman untuk perawatan lanjutan. Kesimpulannya, PTO membantu meningkatkan kualitas terapi pasien dan mencegah risiko ROTD. Diharapkan, PTO terus dilaksanakan sejak awal perawatan hingga pasca-perawatan untuk mencapai terapi yang lebih optimal.

Drug Therapy Monitoring encompasses a series of activities to ensure that patient medication is safe, effective, and rational. This study analyzed Drug Therapy Monitoring for tuberculosis spondylitis patients at RSUP Fatmawati. The study aimed to evaluate drug-related problems (DRPs), provide intervention recommendations, and understand the pharmacist's role in clinical pharmacy services. Based on evaluations using the PCNE and Gyssens methods, several drug-related issues were identified, such as the use of antibiotics with potential adverse effects, inappropriate drug durations, and drug interactions. Interventions involved adjusting drug regimens to minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ADRs) and enhance therapeutic efficacy. The findings showed that the antituberculosis drug combination (rifampicin and ethambutol) administered to patients aligned with clinical guidelines. However, some drug-related issues were noted, such as hepatotoxic risk from the combination of rifampicin and paracetamol and interactions between ceftriaxone and infusion solutions. These issues were successfully resolved through interventions. The Gyssens analysis identified that cefixime could be substituted with safer alternatives for long-term treatment. In conclusion, this monitoring improves the quality of patient therapy and reduces ADR risks. Continuous from admission to post-care is recommended to optimize therapy and ensure patient safety. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Shafira Apriyani
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan kegiatan PTO adalah untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan PTO mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan dan alternatif terapi. PTO harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh agen infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang organ paru pada manusia. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan PTO yaitu pengumpulan data pasien melalui status pasien, data penunjang seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, pengkajian pemilihan obat meliputi dosis, cara pemberian, waktu dan respon terapi, identifikasi masalah terkait obat, analisis pemantauan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan), rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan efektivitas dan efek samping obat. Obat-obat yang diberikan yaitu, kodein, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylsistein, rifampisin, isoniazid, pyrazinamid, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, dan meropenem. Berdasarkan hasil kegiatan PTO yang dilakukan terhadap pasien Nn.S.R. adanya interaksi obat dengan kategorinya yaitu interaksi antara Rifampisin dan Isoniazid dengan kategori major, rifampisin dan pyrazinamid dengan kategori major, isoniazid dan kodein dengan kategori moderate, dan pyrazinamid dan isoniazid dengan kategori minor. Diperlukan monitor pada pemakaian obat-obat yang berinteraksi tersebut, dan monitor terhadap pemeriksaan fungsi hati.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. PTO activities aim to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ROTD). PTO activities include reviewing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response, adverse drug reactions (ROTD), and recommendations for changes and alternative therapies. PTO must be carried out continuously and evaluated regularly at certain periods so that the success or failure of therapy can be known. Tuberculosis is a contagious infectious disease caused by the infectious agent Mycobacterium tuberculosis which generally attacks the lungs in humans. The stages carried out in carrying out PTO activities are collecting patient data through patient status, supporting data such as data from laboratory examination results, assessment of drug selection including dosage, method of administration, time and response to therapy, identification of drug-related problems, analysis of SOAP monitoring (Subjective, Objectives, Assessment and Plan), recommendations for solving drug-related problems, monitoring drug effectiveness and side effects. The drugs given were codeine, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylcysteine, rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, and meropenem. Based on the results of PTO activities carried out on patients Nn.S.R. There were drug interactions with their categories, namely interactions between Rifampicin and Isoniazid in the major category, rifampicin, and pyrazinamide in the major category, isoniazid and codeine in the moderate category, and pyrazinamide and isoniazid in the minor category. Monitoring is needed on the use of these interacting drugs and monitoring of liver function tests."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>