Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahara Aramus Putri
"Meningkatnya permukaan kedap air di DKI Jakarta, salah satunya karena alih guna lahan untuk permukiman yang saat ini mencapai 50% serta fakta penurunan muka tanah akibat praktik abstraksi air tanah karena kemampuan suplai air bersih dari pemerintah baru mencapai 65%, mendorong penerapan konsep pemanfaatan kembali limpasan sebagai cara alternatif untuk membantu suplai kebutuhan air di permukiman yang saat ini semakin padat. Studi ini bertujuan untuk fokus mengkaji teknologi pengolahan awal untuk pemanfaatan kembali limpasan yang berpotensi untuk penerapan di permukiman padat DKI Jakarta. Melalui identifikasi terhadap karakteristik tapak sampel permukiman padat dari studi terdahulu yaitu di Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, ditemukan bahwa untuk kondisi saat ini teknologi pengolahan awal untuk pemanfaatan kembali limpasan tidak ada yang berpotensi untuk diterapkan. Namun, dengan dengan peluang pembangunan kembali di masa depan sesuai Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta, teknologi pengolahan awal seperti buffer strip, permeable pavement, sand filter, dan biofilter berpotensi diterapkan sebagai elemen ruang terbuka hijau yang berfokus melakukan pengolahan awal limpasan untuk pemanfaatan yang dapat dilakukan di ruang terbuka seperti irigasi ruang terbuka hijau ataupun kebutuhan air bukan untuk minum lainnya yang diperlukan bagi sarana publik yang direncanakan dibangun di ruang terbuka hijau tersebut.

The increasing amount of impermeability in DKI Jakarta is partly due to land conversion for settlement purposes, which is currently reaching 50%. Additionally, the fact that land subsidence is due to groundwater abstraction practices, caused by the government's clean water supply, only reaches 65%, which has prompted the implementation of the concept of re-utilizing runoff as an alternative method to support water supply in dense settlement areas. This study aims to focus on identify preliminary treatment technologies for re-utilizing runoff that have the potential for implementation in dense settlement areas in DKI Jakarta. Through the identification of site characteristics in a previous study conducted in Kampung Luar Batang, Penjaringan, North Jakarta. It was found that currently there are no potential preliminary treatment technologies for re-utilizing runoff that can be applied. However, according to the Detailed Spatial Plan of DKI Jakarta, preliminary treatment technologies such as buffer strips, permeable pavements, sand filters, and biofilters have the potential to be implemented as green open space elements in the future. Those technologies focus on the preliminary treatment of runoff for re-utilization purposes such as irrigation or other non-potable water needs for public facilities in those green open spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Zhafran Wisnuwardana
"Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, dimana urbanisasi menjadi masalah di Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 0,86% menurut Badan Pusat Statistik. Dengan pertumbuhan penduduk yang masih terus bertambah, pengelolaan sumber air menjadi aspek yang krusial dalam tata kota dan urban planning. Salah satu aspek utama dalam pengelolaan tersebut adalah mengelola hubungan curah hujan-limpasan permukaan pada daerah tersebut. Salah satu cara dalam pengelolaan tersebut adalah melalui metode pemodelan dimana metode ini dapat memberikan analisis secara mendalam serta kemampuannya dalam memprediksi yang berguna untuk pengelolaan sumber air. Terdapat berbagai cara dalam memodelkan hubungan curah hujan-limpasan permukaan dimana salah satunya adalah pemodelan berbasis data. Salah satu metode pemodelan tersebut adalah melalui deep learning dimana pada penelitian ini penulis mengunakan metode Long Short-term Memory (LSTM). Penelitian ini akan menggunakan LSTM sebagai alat untuk memodelkan data curah hujan dari tiga stasiun pengukuran dan data debit sungai dari tiga stasiun pengukuran dengan rentang waktu sepanjang 12 tahun (2009-2020). Hasil dari prediksi menunjukkan bahwa model LSTM memiliki performa yang buruk dalam dataset curah hujan dimana nilai R² tertinggi yang mencapai 0.09 dengan nilai MAE dan RMSE yang masing-masing berada pada 9,7 mm dan 18,14 mm. Performa pada dataset limpasan permukaan menunjukkan bahwa LSTM memiliki performa yang cukup baik dimana masing-masing rata-rata nilai R², MAE dan RMSE tertinggi berada pada 0,58, 4,15 m³/s dan 8 m³/s. Berdasarkan dari hasil evaluasi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa meskipun dengan nilai akurasi yang rendah, model LSTM masih memiliki potensi untuk dikembangkan secara lebih lanjut apabila melihat nilai MAE dan RMSE yang berada pada kisaran yang cenderung lumayan sehingga LSTM dapat dikembangkan dengan penambahan data masukan.

Jakarta is a capital city which functioned as both a governmental and economic centre in Indonesia, which makes urbanization a problem in Jakarta, on which Jakarta itself has a population growth rate of 0.86% according to Statistic Indonesia. As Jakarta is still growing in terms of its population, managing water resources in the city is such a critical aspect of its urban planning. ­One of the key aspects of water resources management is managing the rainfall-runoff relationship in the area. One of the ways of managing it is through modelling the relationship itself which can give an in-depth analysis and its capability for forecasting which can be valuable in water resources management. Various approaches to modelling rainfall-runoff have been developed over the years, which data-driven modelling is one of them. One of the methods is through deep learning, which in this study we will use long short-term memory (LSTM) neural network. This study will use LSTM neural network as a tool to model 9 years (2009-2020) of rainfall data from three rain gauge stations and three discharge gauge stations to train the model. Results from the prediction shows that the LSTM model performed terribly on rainfall datasets, which the highest from the R² values are 0.09 with MAE and RMSE are on 9.7 mm and 18.4 respectively. Performance on runoff datasets shows that LSTM performed on a decent level, which mean from the R², MAE and RMSE are on 0.58, 4.15 m³/s and 8 m³/s respectively. Based on the evaluation results, author suggests that despite of its low level of accuracy, models based on LSTM still have some room for improvement based on their MAE and RMSE value that at least are on a respectable level shown that they could benefit from adding more data as an input for better performance of the model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsyarief Baqaruzi
"Saat ini upaya pembangkitan listrik sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah lingkungan. Padahal potensi sumber energi terbarukan (renewable energy) yang tersedia sangat melimpah namun hingga kini belum tergarap secara optimal. Salah satu sumber energi terbarukan (renewable energy) tersebut adalah sampah. Dikarenakan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi sebanding dengan volume sampah yang dihasilkan oleh sebab itu dipilih lokasi DKI Jakarta. Untuk dianalisis potensi sampah seoptimal mungkin menjadi energi, yang dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan proses konversi termokimia untuk sampah yang memiliki persentase material organik (non biodegradable/ tidak mudah terurai) yang tinggi serta kadar air yang rendah. Dan proses konversi biokimia untuk sampah yang memiliki persentase material organik (biodegradable/ mudah terurai) yang tinggi dan kadar air tinggi. Suatu metodologi diperlukan untuk melakukan penelitian baik kajian secara teknis maupun kelayakan keekonomian konsep tersebut dapat menghasilkan suatu model management tools, untuk menentukan kelayakan keekonomiannya sekaligus untuk melakukan pengujian sensitivitas setiap parameter yang berkaitan, termasuk menganalisis penerimaan tipping fee serta hasil analisis strategi lingkungan harus sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, yang menyatakan pembangkit perencanaan PLTSa layak digunakan untuk membangkitkan listrik dan mereduksi sampah.

Currently the electricity generation mainly still use fossil fuels that can not be renewed and not environmentally friendly. The potential for renewable energy sources provided abundant but until now has not been explored optimally. One of the sources of renewable energy is waste. Due to the growth of population is very high in proportion to the volume of waste generated therefore been the location in DKI Jakarta. An analysis of potential waste into energy as possible as optimal , which can be done by calculating the thermochemical conversion of waste that has percentage of organic material (non biodegradable) high with low water levels. And biochemical conversion processes for waste that have a percentage of organic material (biodegradable) high with high water content. The methodology is needed to research studies in technical and feasibility of the economics concept can produce a model management tools, to determine study of its economical as well to test the sensitivity of each parameter related, including analyzing the revenue of tipping fee as well as analysis report of strategy environment assessment must be in accordance with the regulations issued by Indonesia government, which state the planned of PLTSa can be feasible to used generate electricity and reduce waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Aini Herminindian
"Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah harus ditangani secara serius. Ibarat sebuah "bom waktu? masalah sampah dapat menjadi bencana besar bagi umat manusia, karena dapat meledak kapan saja. Pada tanggal 8 September 2006 pukul 00.00 WIB, telah terjadi tragedi yang menelan korban jiwa di TPA Bantar Gebang milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Keadaan ini semata-mata bukanlah sekedar persoalan kelemahan teknologi, melainkan sistem pengelolaan persampahan yang tidak terpadu.
Jumlah penduduk di DKI Jakarta, berdasarkan Jakarta Dalam Angka 2003 (tidak termasuk wilayah Kepulauan Seribu) tercatat sebanyak 7.438.008 jiwa dengan tingkat kepadatan 11.244 jiwa/km2. Berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta diperkirakan telah menghasilkan sampah padat kurang lebih 22.265 m3 per hari atau sekitar 6.000 ton per hari. Pola pengelolaan sampah di Kota Jakarta umumnya masih menganut pola sistem kumpul-angkut-buang dari sumber hingga ke TPA. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2001, estimasi sampah padat yang terkumpul dan diangkut kurang lebih 70% ke TPA Bantargebang, 16,5% ke lokasi-lokasi informal, dan 13% tidak terkelola (seperti dibuang ke sungai dan sepanjang pinggir jalan), TPA Bantar gebang semula direncanakan untuk ditutup pada tahun 2003. Sementara mencari altematif pengganti TPA Bantar Gebang yang lain, Pemda DKI Jakarta berusaha mencari jalan keluar, .yaitu memperpanjang usia lahan tersebut dengan melakukan pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) sebelum sampah masuk ke TPA. Salah satu bentuk usaha lain untuk pengurangan sampah pra TPA yaitu dengan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) I Intermediate Treatment Facilities (1TF) di 4 wilayah Kota Jakarta berdasarkan hasil kajian review master plan DKI Jakarta 2005 - 2015.
Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendapatkan informasi mengenai kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya proses pengambilan keputusan tentang pemilihan teknologi pengolahan sampah terpadu 1 intermediate Treatment Facilities (ITF) dan prosedur kerjasama antara pihak Pemda dengan swasta yang telah berjalan saat ini, (2) Menentukan prioritas pilihan teknologi ITF yang dibutuhkan untuk kota Jakarta, (3) Merumuskan Strategi untuk mendukung kelancaran penerapan ITF di dalam sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta.
Konsep pengelolaan sampah paradigma baru yaitu dengan melakukan intervensi pengolahan sampah dengan cara 3R (reduce, reuse,recycle) dari sumber hingga ke TPA. Untuk mengubah pola kebijakan pengelolaan sampah setidaknya meliputi 5 (lima) aspek yaitu: (1) aspek hukum, (2) aspek kelembagaan, (3) aspek pembiayaan, (4) aspek sosial budaya, dan (5) aspek teknis operasional/ teknologi.
Pada tahap penentuan prioritas pemilihan teknologi ITF menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dan perumusan strategi pengelolaan sampah dipergunakan model analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threaths).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) hingga akhir tahun 2006 rencana pembangunan intermediate Treament Facilities (ITF) belum ada yang terealisasi, baru sampai dengan tahap perjanjian kerjasama antara pihak Pemda dan Swasta. Proposal penawaran teknologi ITF yang diterima belum disertai panduan hasil kajian jenis teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan kondisi kota Jakarta; (2) berdasarkan kaidah kriteria pembangunan berkelanjutan, kecenderungan pemilihan teknologi pengolahan sampah berdasarkan hasil analisis AHP adalah teknologi composting & recycling 68% dibandingkan dengan incinerator 32%, dengan overall inconsistency index 0.05. Teknologi tersebut akan dapat memperpanjang usia pemakaian TPA yang telah ada, serta produk akhir berupa kompos lebih aman diserap lingkungan dan dapat digunakan sebagai tanah penutup sanitary landfill; (3) untuk mendukung penerapan ITF agar terkelola dengan baik dan mendukung fungsi pembangunan berkelanjutan, maka hasil rumusan dari analisis SWOT menjelaskan posisi daya saing Pemda DKI Jakarta berada pada posisi yang memiliki kekuatan dan menghadapi ancaman. Istilah lain pada kuadran ini adalah mobilization strategy yaitu strategi memobilisasi kekuatan yang dimiliki lembaga untuk mengatasi hambatan /ancaman. Pada posisi tersebut telah dirumuskan beberapa strategi yaitu: (i) perlu dibuat desain socio-engineering untuk mengantisipasi protes/penolakan masyarakat dengan keinginan Pemda DKI Jakarta untuk mewujudkan pengelolaan sampah terpadu, (ii) pengalokasian dana APBD untuk penanganan sampah dan socio¬engineering, dan (iii) melibatkan peran serta stakeholder sejak awal desain perencanaan pengelolaan sampah.
Disarankan untuk mendukung rencana pembangunan ITF perlu diketahui jenis dan teknologi yang benar-benar dibutuhkan bagi Kota Jakarta. Sesuai dengan rencana hasil kajian persampahan dari Bank Dunia, residu dari ITF dapat diteruskan untuk dikelola ke TPA Regional melalui Jabodetabek Waste Management Corporation, maupun ke TPA Bantar Gebang milik Pemda DKI Jakarta. Untuk penerapan ITF di salah satu wilayah Kota Jakarta, maka perlu disertakan konsep desain socio¬engineering-nya. Target socio-engineering tersebut yaitu merubah pola pikir masyarakat NIMBY (Not in My Back Yard) Syndrome menjadi "Sampahku Tanggung Jawabku". Untuk melakukan proses tender pun, kecenderungan pilihan teknologi komposting pada penelitian ini dapat memudahkan pihak Pemda-DKI Jakarta jika tertarik untuk menseleksi tawaran-tawaran proposal teknologi dari pihak swasta yang masuk untuk pengolahan sampah.
Seleksi bukan lagi antara teknologi yang tidak sejenis, tapi seleksi antara teknologi yang sejenis dari pihak yang berbeda-beda. Pemda dapat fokus untuk memilih swasta yang profesional dan berpengalaman menangani masalah sampah. Proses seleksi ini sudah diatur oleh Pemerintah Pusat di dalam Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam upaya Penyediaan Infrastruktur. Selain itu upaya 3R juga sudah dilakukan dari sumber, sarana dan prasarana persampahan sudah mulai dipilah-pilah sesual komposisi sampahnya. Tidak hanya dimulai dari sistem pewadahan yang terpilah namun hingga transportasi pengangkutan sampahnya pun mulai tidak bercampur lagi. Truk-truk pengangkut sampah diharapkan dalam kondisi yang layak, sehingga tidak lagi menyebabkan tetesan air lindi yang menetes disepanjang perjalanan menuju lokasi pengolahan seperti sekarang ini.

Degrading quality of the environment caused by waste should be taken seriously. Like a "time bomb" that may go off any time, the problem of waste may turn into a great disaster for people unexpectedly. On September 8, 2006, at 00.00 hours, a tragedy at Bantar Gebang garbage dump (TPA Bantar Gebang) owned by the city administration of Jakarta took place and cost many lives. The cause was not a lack of technology; rather, it was the waste management system that was not implemented in an integrated manner.
According to '2003 Jakarta in Figures' data, the capital city (Kepulauan Seribu not included) had a population of 7,438,008 with population density of 11,2441sq.km. The city's sanitary service estimates that these people produce solid waste of around 22,265 cu.m. per day or 6,000 tons daily. Garbage in Jakarta is still handled using the conservative collect-transport-dump system, from collection sites to dump sites. The sanitary service's 2001 data show that of all solid waste collected, about 70% was transported to Bantar Gebang landfill site and 16.5% was taken to unofficial locations while 13% was not properly handled (dumped to rivers and on roadsides). The city originally planned to close down TPA Bantar Gebang in 2003. While looking for alternative landfills sites, the city administration tried to find solutions to the problem - one of them was to extend the life of landfill use by handling waste using 3R (reduce, reuse, recycle) method before taking it for final processing at garbage dump sites. Another attempt made by city officials was to reduce the amount of waste going to these sites by constructing intermediate treatment facilities (ITF) in 4 areas prescribed according to the results of Jakarta's 2005-2015 master plan review.
This research aims at: (1) describing existing conditions of Jakarta's waste management system, with respect to the plan to install intermediate treatment facilities (ITFs); (2) giving recommendations as to one single technology for use in the ITF installation plan using Analytical Hierarchy Process (AHP) method; and (3) analyzing strategies devised by the city administration in connection with ITF installation plan using SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis.
The new concept of waste management is to handle waste using the 3R (reduce, reuse, recycle) method. In order for the city to be able to change its current waste management policy, the following five aspects should be considered: (1) legal; (2) institutional; (3) financial; (4) socio-cultural; and (5) operational/technological.
Problems were assessed using AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis. The AHP model was used at the technical stage in which ITF technologies were selected while the SWOT analysis method was used at the waste management strategy identification stage.
With regard to Jakarta's waste management system, research results showed the following: (1) until the end of 2006 year, the city's plan to install ITFs in support of the overall waste management system is not realization. The city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements; (2) Base on sustainable development principle, the AHP results with regard to appropriate waste management technologies give composting & recycling model than incineration model (with overall inconsistency index of 0.05) as the best approach for Jakarta's waste problem; (3) in order to support technologically manageable for the ITF, SWOT analysis results positioned the city administration in the strengths and threats quadrants in terms of competitive advantages. It is regarding with the mobilization strategy. It has sufficient and favorable internal strengths to mobilize these threats. The strategy are: (i) need a socio-engineering design to anticipate such threats from the society, regarding local government program of integrated solid waste management, (ii) allocate local government fund (APDB) for solid waste management and socio- engineering design, (iii) involve the stakeholder from the first design of solid waste management plan.
A suggestion to support ITF program, the Jakarta city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements. Based on World Bank study/examination, ITF system can be integrated with Regional Sanitary Landfill, on behalf of Jabodetabek Waste Management Corporation or TPA Banter Gebang. In order to implement of 1TF technology in Jakarta's city, it needs a socio-engineering design. Targets of socio - engineering design are changing a society mindset from "Not in My Backyard Syndrome" into "responsibility of my own waste". Concepts of waste management offered by external parties should go through strict selection procedures. A tender should be held by the administration to select offers made by private technology providers. Bidding should not be concerned with the selection of different technologies but with the selection of different providers of one type of technology. The city administration can focus on appointing a professional private company that has extensive experiences in handling waste.
The selection process itself is governed by the National Government Regulation No. 67. of 2005 on the Cooperation between the Government and Business Entities in the Provision of Infrastructures. An ideal waste management is an integrated system of collecting, sorting and processing garbage starting from the collection all through the garbage dump sites. In order to support such integrated system, waste infrastructures and facilities should be arranged differently according to types of waste. Different containers and means of transportation should be used. Garbage trucks should be properly serviceable to prevent waste water (leachate) dripping all the way to .the dump sites, a problem the city is currently struggling to deal with.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
"ABSTRAK
Industri kecil (IK) electroplating yang dijadikan studi adalah IK-electroplating yang berada di wilayah DKI Jakarta. Untuk pengembangan teknologi pengolahan, sebagai upaya dalam penanggulangan dampak pencemar, dilakukan pendekatan penelitian dengan perolehan data primer dan sekunder, yang meliputi kegiatan pendataan penyebaran industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, observasi serta analisis proses produksi, pengambilan dan pemeriksaan sample air limbah, analisis karakteristik air limbah yang dihasilkan serta percobaan secara fisik-kimia di laboratorium. Hasil dari uji coba tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan konsep bangun pengolahan limbah industri kecil electroplating tersebut.
Jenis industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, adalah jenis pelapisan Nikel-Krom, pelapisan Tembaga - Nikel Krom dan pelapisan Seng. Jumlah IK Electroplating yang didata berjumlah 37 buah yang tercatat di Kanwil DInas Perindustrian menyebar di daerah pemukiman dan daerah komersial. Jumlah terbsear dari penyebaran industri kecil electroplating berada di wilayah Jakarta Barat (±70%), dengan jenis pelapisan Nikel-Krom yang dominan.
Karakteristik air limbah yang dihasilkan secara kualitas, umumnya ditandai dengan pH yang rendah sampai netral, kesadahan tinggi, COD yang rendah sampai sedang, DHL yang tinggi serta kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, dan Zn. Konsentrasi tingkat pencemar yang diukur dengan nilai COD bervariasi dari 108 mg/l sampai 14033 mg/l. Perbandingan BOD Terhadap COD yang umumnya rendah, hal ini menunjukkan rendahnya fraksi organik yang terbiodegrasi, sehngga penanganan air limbahnya yang tepat adalah dengan proses pengolahan secara fisik - kimiawi.
Percobaan pengolahan dilakukan terhadap air limbah Nikel-Krom yang merupakan jenis industri kecil electroplating yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Hasil percobaan disajikan dalam tabel 1 dan 2 dan gambar 01. Untuk mencapai kualitas efluen air limbah yang ditetapkan di DKI Jakarta, diperlukan pengolahan kimia fisis dengan dosis optimum koagulan FeSO4 (99%) sebesar 1500 mg/l, Ca(OH)2 teknis 2% sebesar 1360 mg/l, H2SO4 1N sebanyak 15 ml/500 ml sampel. Koagulan air diperlukan sebesar 0,5 ml/500 ml dengan pengadukan 60 rpm selama 15 menit. Periode waktu pengendapan 30 menit dengan produksi lumpur 99 ml/500 ml sampel atau 20% dari limbah yang diolah (kadar air ± 95 - 98%). Kondisi optimal untuk reduksi Cr adalah pada pH = 2,0, sedangkan untuk terbentuknya endapan pada pH 8-9,50.
Untuk sistem pengolahan limbah IK-EP tersebut disarankan menggunakan sistem terpusat yaitu limbah dari beberapa industri digabung menjadi satu dengan menggunakan sistem MOduk. Namun jika mempunyai halaman dapat mengolah sendiri. Untuk kapasistas 0.5 m3/hari (dengan 4x "run" perhari) dibutuhkan 1 bak penangkap minyak/detergen, bal ekualisasi dan 1 drum bak koagulasi/flokulasi dan sedimentasi. Luas area yang dibutuhkan 3x3m2. Rancang Bangun Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kecil Electroplating tertera pada gambar 02.

ABSTRACT
The object study focused on small electroplating industries located in DKI Jakarta area. To overcome the impact of pollution, we try to develop technology of waste treatment of small electroplating industries. Firstly, we have mad an observation covered the primary data as well as secondary data about small electroplating industry which spread throughout the DKI Jakarta area. Then, we observed the process of production, sampling the waste water, analysed the characteristic of waste water, and the test is managed physically as well as chemically in Laboratorium. The result of these observations is used to prepare the concept of the waste water treatment plant of small electroplating industry.
There are about 37 electroplating industries registered in Kantor Wilayah Dinas Perindustrian DKI (Region office in the Industrial Department) which are spread out in the human settlement area and commercial area. Those are Ni-Cr plating, Cu-Ni-Cr plating and Zn Plating. The most dominan is the Ni-Cr-plating (±70%) located in west java.
The quality of waste water produced by these electroplating industries generally characterized by the low up to normal pH, very high hardness, high conductivity, COD low slightly medium, and contained metal such as Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, and Zn. The pollution is generally above average. The level of pollution indicated by COD varied considerably from 108 mg/l to 14033 mg/l.
.
The ratio BOD/COD generally low that indicates biodegradation of organic fraction is low. Therefore the proper method to treat the waste water is physically as well as chemically.
The result of the test for treating the electroplating waste water are presented in tabel 1 and tabel 2, figure 01. In order to meet the effluent standard of DKI Jakarta, it is needed to treat the waste water chemically and physically. The optimal dosage of coagulant FeSO4, (99%) 1500 mg/l Ca(OH)2 2% is 360mg/l, H2SO4 1 N is 15 ml/500 ml sampling.
The coagulant aid needed is 0,5 mg/500 ml water mixed in 60 rpm in 15 minutes. The precipitation periode is 30 minutes and it produces sludge 99 ml/500 ml or 20% treated water (the water content in between 95-8%). The optimum condition of reducing Cr is in pH 2,0 : whilst the pH for forming sediment are in the range pH 8-9,50.
For waste water treatment of electroplating it is suggested to use central system by mixing them up and use modul system. However if they have enough land they may treat or process the waste by their ow. For a capacity of 0.5 m3/day with 4 x run per day, one needs to have grease/oil trap, equalization tank, coagulation flocculation & sedimentation tank in one drums. A space of 3x3 m2 is needed. The construction drawing presented in figure 0,2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shalimar
"Permukiman kumuh muncul ketika masyarakat tidak dapat mengakses tempat tinggal yang layak huni dan tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah ataupun melakukan pemeliharaan terhadap bangunan yang mereka tempati. Dalam rangka mengatasi permasalahan terkait dengan permukiman kumuh, pemerintah melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) melakukan penataan kawasan yang bertujuan meningkatkan kualitas permukiman kumuh menjadi lebih baik. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kinerja DPRKP dalam melakukan penataan kawasan permukiman kumuh di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan teori kinerja organisasi yang terdiri dari lima indikator yaitu macro efficiency, micro efficiency, equality, happiness, dan capabilities. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan mixed methods melalui survei dan wawancara mendalam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja DPRKP DKI Jakarta dalam melakukan penataan kawasan permukiman kumuh masuk ke dalam kinerja kategori baik. Namun, terkait anggaran, alternatif pembiayaan dan koordinasi dengan dinas lain terkait penataan kawasan permukiman kumuh masih harus diperbaiki dan evaluasi kembali.

Slum settlements arise when people cannot access a decent place to live in and do not have the ability to buy a house or carry out maintenance of the building they occupy. In order to overcome problems related to slum settlements, the government through the Office of Public Housing and Settlement Areas (DPRKP) carried out regional arrangements aimed at improving the quality of slum settlements for the better. This prompted the conduct of research aimed at analyzing the performance of the DPRKP in structuring slum areas in DKI Jakarta. This study uses the theory of organizational performance which consists of five indicators, namely macro efficiency, micro efficiency, equality, happiness, and capabilities. Researchers used mixed methods collection techniques through surveys and in-depth interviews. The research findings show that the performance of the DKI Jakarta DPRKP in structuring slum areas falls into the good category of performance. However, regarding the budget, alternative financing and coordination with other agencies related to structuring slum areas, they still need to be repaired and re-evaluated."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakib Arsalan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia
"Program Peningkatan Kualitas Permukiman dilaksanakan tahun 2018-2022 pada 220 RW Kumuh dari total 445 RW Kumuh di DKI Jakarta yang berupa penataan fisik melalui peningkatan jalan lingkungan, trotoar, drainase lingkungan, penerangan jalan umum, septictank komunal, IPAL komunal, penghijauan, dan persampahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak program terhadap harga tanah di DKI Jakarta serta menguji hubungan spasial dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah khususnya di lokasi Transit Oriented Development Dukuh Atas dan Istora Senayan. Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga tanah sedangkan variable independennya merupakan dummy treatment RW kumuh yang mendapatkan program dengan memasukkan variabel kontrol yang relevan. Data yang digunakan adalah level RW Kumuh serta sub sampel RW tidak kumuh di DKI Jakarta. Dengan menggunakan metode Staggered Difference in Differences didapatkan bahwa nilai pertumbuhan harga tanah pada lokasi penataan memiliki tingkat signifikansi yang lemah dan dapat meningkatkan harga tanah rata-rata hanya sebesar Rp. 68.919,-/m2 dibandingkan dengan RW yang tidak mendapatkan program peningkatan kualitas permukiman. Sementara itu pada analisis spasial menambahkan variable penjelas antara lain tingkat kekumuhan, kepadatan penduduk, aksesibilitas, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pusat perbelanjaan, ruang publik dan daerah rawan banjir. Dengan menggunakan metode Spatial Durbin Mode diperoleh bahwa faktor-faktor yangmempunyai hubungan spasial dalam mempengaruhi harga tanah secara langsung dan tidak langsung yaitu kepadatan penduduk, tingkat kekumuhan, fasilitas pendidikan, ruang publik dan rawan banjir. Selain itu, penelitian ini juga mengukur harga tanah dalam klaster RW dengan menggunakan metode LISA (Local Indicator Spatial Asociation) serta mengkaji pengelompokan spasial yang signifikan di sekitar wilayah pengamatan.

The Urban Settlement Quality Improvement Program was implemented in 220 slum areas (RW) out of a total of 445 slum areas in DKI Jakarta from 2018 to 2022. The program focused on physical design through improving environmental roads, sidewalks, environmental drainage, public street lighting, communal septic tanks, communal wastewater treatment plants (IPAL), greening, and waste management. This study aims to measure the impact of the program on land prices in DKI Jakarta, particularly in the transit-oriented development locations in Dukuh Atas and Istora Senayan, as well as spatial factors affecting land prices. The dependent variable used in this study is land price, while the independent variables include a dummy treatment for slum RWs that received the program with the inclusion of relevant control variables. The data used include slum RW levels and sub-samples of non-slum RWs in DKI Jakarta. Using the Staggered Difference in Differences method, it was found that the increase in land prices in the developing areas had considerably weak statistical significance and only increased the average land price by Rp. 68,919 per square meter compared to RWs that did not receive the settlement quality improvement program. The spatial analysis added explanatory variables such as slum level, population density, accessibility, health facilities, educational institutions, shopping malls, public spaces and flood-prone areas. Using Durbin spatial model method, it was found that direct and indirect factors affecting land prices are population density, slum level, educational institutions, public spaces and flood-prone areas. In addition, this study measured land prices in RW clusters using the Local Indicator Spatial Association (LISA) method and examined the significant spatial clustering around the observation area."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokman Lizar
"Di Provinsi DKI Jakarta khususnya kota madya Jakarta Timur masih banyak Permukiman kumuh dan ilegal termasuk dalam katogori terkumuh di tingkat DKI Jakarta. Dalam upaya penanganan pembangunan perumahan dan permukiman Pemerintah Propinsi DKI Jakarta telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain melalui Penataan lingkungan Perumahan dan Permukiman. Dalam Perbaikan lingkungan dengan penekanan pada 3 aspek yaitu aspek sosial, ekonomi dan fisik lingkungan.Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana permukiman di suatu kawasan perlu koordinasi dan sinkronisasi antar unit terkait sesuai bidangnya serta peran aktip dari masyarakat. Permasalahan yang sering timbul dalam pelaksanaan kegiatan adalah kurangnya koordinasi dan sinkronisasi yang dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi tercapainya target yang ditentukan yaitu mutu, waktu dan biaya.
Tujuan Tesis ini adalah mendapatkan metode pendekatan manajemen proyek dan penerapan manajemen risiko yang terstruktur akan bermanfaat untuk mengetahui risiko risiko yang berpengaruh terhadap kinerja mutu proyek, sehingga dapat mengatasi dampak, penyebab dan tindakan yang diperlukan. Tahapan dalam penyusunan tesis ini adalah menetapkan Sasaran,Identifikasi faktor- faktor risiko, analisa risiko, evaluasi risiko dan memberi tanggapan dan perlakuan atas risiko, memantau dan mengkaji ulang, komunikasi dan konsultansi dan tahapan terakhir menyusun dokumentasi. Untuk mengetahui faktor risiko dilakukan secara kualitatif dengan menganalisa data persepsi dari kuesioner dan analisa risiko secara kuantitatif terhadap variabel risiko data diolah dengan dibantu oleh SPSS versi 13. Dengan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam mengelola risiko yang ada diharapkan kinerja mutu dalam Penataan lingkungan Perumahan Permukiman kumuh di Provinsi DKI Jakarta akan semakin baik.

In DKI Jakarta province, particularly East Jakarta municipality, there are still many slum and illegal settlement area and labeled as the dirtiest in the level of DKI Jakarta. In order to manage the settlement development, the DKI Jakarta administration had conducted some activities, among others, slum settlement arrangement. In the improvement of the environment, the highlight was shed into 3 aspects, social, economy and physical environment. In fulfilling the need of facility and infrastructure of settlement in an area, coordination and synchronization are needed among related units in accordance with the respective field and active participation of people. The coordination and synchronization may cause risk that will afffect the target achievement defined, they area, quality, time and cost.
The purpose of this thesis is to get structured project management approaching method and risk management application that will be beneficial to recognize the risks affecting the project quality performance, in turn, it may overcome the impact, cause and action needed. The phase of this thesis composition is to define objective, risk factor identification, risk analyses, risk evaluation and providing responses and handling to the risk, observing and reviewing, communication and consultation from the last phase of document composition. In recognizing the risk factor, the qualitative way is performed to the risk variable, the data was processed by SPSS version 13. Knowing what action should be done in managing the existing risks, it is expected that the quality performance in the slum settlement area in DKI Jakarta will get better.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24950
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Setyowati
"[Keterbatasan ruang pada pemukiman padat, membuat hunian seringkali tidak
dilengkapi oleh sanitasi domestik yaitu kamar mandi. Untuk itu, masyarakat
membuat kamar mandi komunal yang digunakan secara bersama-sama. Secara
umum, kamar mandi komunal pada pemukiman padat berada di luar rumah dan
melayani skala manusia dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, dilakukan
pengamatan terhadap kamar mandi komunal di wilayah Manggarai, Jakarta
Selatan untuk mengetahui gambaran terhadappenggunaan kamar mandi komunal
dan hubungan dengan teritorialitas, serta pengaruhnya terbentuknya interioritas
pada ruang., Limitations of space in densely populated area, making shelters are often not
equipped by domestic sanitary,namely bathroom. therefore, people make the
communal bathrooms for sharing purposed. In general, the communal bathrooms
in dense area, is located outside the home and serve people in large numbers.
Therefore, carried out observations of communal bathrooms in the area
Manggarai, South Jakarta to find a picture towards utilization of communal
bathrooms and its relationship with territoriality, as well as the influence
ofinteriority in space.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>