Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Putra Mahadika
"Salah satu pewarna sintetik yang sering digunakan adalah zat pewarna procion red yang merupakan senyawa reaktif yang digunakan sebagai pengunci warna kain tradisional. Upaya degradasi limbah pewarna dapat dilakukan dengan menggunakan metode ozonasi gelembung mikro dan hidrogen peroksida. Gabungan metode ini dipilih untuk mengatasi nilai kelarutan ozon pada air yang kecil dan meningkatkan jumlah radikal hidroksil yang terbentuk. Pada penelitian ini variasi yang digunakan adalah konsentrasi H2O2 dengan nilai 60, 80, dan 100 ppm, serta pH pada kondisi pH 4, 7, dan 10. Parameter yang ditinjau adalah Konsentrasi Procion Red, warna (Pt-Co), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), turbidity, pH, dan Dissolved Oxygen (DO). Hasil terbaik diperoleh pada metode gabungan dengan konsentrasi H2O2 100 ppm dan pH 10 yang dapat menurunkan konsentrasi procion red 99,08%, warna 95,92%, COD 44,62%, TSS 86,15%, turbidity 99,07%, pH 19,30%, dan DO mengalami kenaikan sebesar 11,54% dibandingkan dengan metode ozonasi gelembung mikro tunggal pada pH 10 dan penambahan H2O2 tunggal dengan konsentrasi 100 ppm untuk degradasi konsentrasi procion red 98,84% dan 31,25%, warna 93,78% dan 23,49%, COD 35,01% dan 5,54%, TSS 84,95% dan 61,97%, turbidity 95,77% dan 30,21%, pH 20,56% dan 11,96%, dan DO 22,10% dan 10,00%.

One of the synthetic dyes that is often used is procion red dye which is a reactive compound used as a traditional fabric color lock. Degradation efforts of dye waste can be carried out using microbubble ozonation and hydrogen peroxide methods. This combined method was chosen to overcome the small solubility value of ozone in water and increase the number of hydroxyl radicals formed. In this study, the variations used were the concentration of H2O2 with values of 60, 80, and 100 ppm, and pH at pH conditions of 4, 7, and 10. The parameters reviewed were Procion Red concentration, color (Pt-Co), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), turbidity, pH, and Dissolved Oxygen (DO). The best results were obtained in the combined method with a concentration of 100 ppm H2O2 and pH 10 which can reduce the concentration of procion red 99.08%, color 95.92%, COD 44.62%, TSS 86.15%, turbidity 99.07%, pH 19.30%, and DO increased by 11, 54% compared to a single microbubble ozonation method at pH 10 and a single H2O2 addition with a concentration of 100 ppm for the degradation of procion red concentrations of 98.84% and 31.25%, color 93.78% and 23.49%, COD 35.01% and 5.54%, TSS 84.95% and 61.97%, turbidity 95.77% and 30.21%, pH 20.56% and 11.96%, and DO 22.10% and 10.00%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crescencia Melissa Valentina
"

Zat warna procion red adalah salah satu pewarna sintesis yang paling sering digunakan dalam indusrtri tekstil dan dapat menyebabkan efek buruk terhadap ekosistem air. Degradasi limbah cair tekstil dilakukan menggunakan metode Advanced Oxidation Process (AOPs) berbasis ozonasi gelembung mikro dan hidrogen peroksida (H2O2). Gabungan metode ini dipilih untuk mengatasi nilai kelarutan ozon dalam air yang kecil dan untuk meningkatkan pembentukan radikal hidroksil. Penelitian ini dimulai dengan melakukan kuantifikasi radikal OH untuk mengetahui jumlah radikal OH yang terbentuk. Kemudian, proses pengolahan limbah dilakukan selama 1 jam dengan metode ozonasi gelembung mikro tunggal, metode H2O2, dan gabungan metode ozonasi gelembung mikro dan H2O2. Sampel dianalisis setiap 15 menit. Pengolahan limbah dengan metode kombinasi H2O2 dan ozonasi gelembung mikro memiliki kondisi optimal yaitu laju alir 6 LPM dan jumlah injeksi H2O2 sebanyak 2 kali dengan konsentrasi total 100 ppm. Hasil persentase penyisihan kadar Pt-Co, konsentrasi pewarna, COD, turbiditas, TSS, dan DO adalah sebesar 96,27%, 99,22%, dan 66,41%, 99,25%, 95,24%, dan 17,24% dalam 60 menit.


Procion red dye is one of the most used synthetic dyes in the textile industry which can cause adverse effects on aquatic ecosystems. Degradation of textile wastewater was carried out using the Advanced Oxidation Process (AOPs) method based on microbubble ozonation and hydrogen peroxide (H2O2). This combination of methods was chosen to overcome the low solubility of ozone in water and to increase the formation of hydroxyl radicals. This research was started by quantifying OH radicals to determine the amount of OH radicals formed. Then, the waste treatment process was carried out for 1 hour using the single microbubble ozonation method, the H2O2 method, and the combined H2O2 and microbubble ozonation method. The samples were analyzed every 15 minutes. Wastewater treatment using the combined method of H2O2 and microbubble ozonation has the optimum conditions of 6 LPM wastewater flowrate and 2 times injection of H2O2 with the concentration of 100 ppm. The resulting percentage of Pt-Co, dye concentration, COD, turbidity, TSS, and DO removal is 96.27%, 99.22%, dan 66.41%, 99.25%, 95.24%, dan 17.24% in 60 minutes.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa
"ABSTRAK
Limbah tekstil akan terus meningkat seiring dengan semakin beragamnya produksi industri tekstil. Fenolik adalah salah satu kandungan dalam limbah tekstil yang dianggap dapat menyebabkan toksisitas akut dan efek karsinogenik, maka dari itu diperlukan pengolahan bagi limbah yang mengandung senyawa fenolik. Teknik ozonasi katalitik adalah metode yang efektif untuk pengolahan air limbah karena kemampuan katalis untuk menghasilkan radikal yang sangat reaktif dari dekomposisi ozon yang memaksimalkan degradasi fenol dalam limbah tekstil. Karbon aktif jenis granular digunakan sebagai katalis dalam penelitian ini karena kemampuan adsorpsinya yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas teknik ozonasi katalitik dengan teknik ozonasi tunggal untuk proses degradasi senyawa fenolik 4-klorofenol dan fenol dalam reaktor kolom gelembung. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dalam proses degradasi 60 menit dengan teknik ozonasi tunggal untuk 4-klorofenol dapat mencapai 62,79 dalam kondisi basa pH sekitar 10 . Keberadaan GAC granular activated carbon dalam teknik ozonisasi katalitik mampu meningkatkan degradasi 4-klorofenol menjadi 100 di bawah kondisi asam atau netral pH sekitar 5 atau 7 . Kondisi optimal diperoleh ketika menggunakan laju aliran udara 12 lpm, menggunakan sistem injeksi multi ozon, dan penggunaan laju alir air limbah 250 mL/menit

ABSTRACT
Naturally, textile waste and its complexity will grow significantly in tandem with the increasingly diverse production of the textile industry. Phenolic is one of the contents in textile wastewater that considered and treated as well as may cause acute toxicity and carcinogenic effectsCatalytic ozonation techniqueis an effective method of wastewater treatment, due to catalyst rsquo s ability to produce the highly reactive radicals from the decomposition of ozone which maximize the degradation of phenol in textile wastewater. Granular activated carbon is used as catalyst in this study due to its adsorption ability. This study aims to compare the effectiveness of catalytic ozonation technique with ozonation technique to degrade phenolic compounds 4 chlorophenol and phenol in bubble column reactor. From experiment result, it was found that in 60 minutes degradation process of 4 chlorophenol with single ozonation technique can reach 62.79 under basic condition pH about 10 . The existence of GAC granular activated carbon in catalytic ozonation technique was able to increase the degradation of 4 chlorophenol to 100 under acid or neutral conditions pH about 5 or 7 . The optimum condition of the degradation process was obtained by using air flow rate 12 LPM, using a multi ozone injection system, and the use of wastewater flow rate 250 mL min. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriani Rusyda
"Limbah cair dari industri tekstil mengandung berbagai polutan seperti tingginya kandungan bahan organik, zat warna, surfaktan dan zat adiktif sehingga sulit untuk diolah menggunakan sistem pengolahan konvensional. Salah satu teknologi lanjut yang terus berkembang untuk pengolahan limbah yang bersifat non-biodegradable dan mampu menurunkan kadar COD dan warna pada limbah cair tekstil adalah AOPs. Pada penelitian ini telah dilakukan optimisasi dosis H2O2, pH dan waktu kontak yang efektif dalam mendegradasi warna dan COD pada limbah cair tekstil dengan menggunakan hidrogen peroksida dan Ultraviolet (H2O2/UV) sebagai agen oksidasi. Kandungan COD rata-rata influen limbah cair tekstil PT. JABABEKA Infrastruktur adalah 2250 ppm dan BOD rata-rata 530 ppm. Hasil penelitian menunjukkan efesiensi teknologi AOPs dalam penyisihan COD sebesar 50% dan degradasi warna sebesar 63% dengan penambahan H2O2 sebesar 0,75 ml untuk 1 liter limbah cair tekstil, pH = 7,5 dan waktu kontak 1 jam. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa AOPs dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif dalam pengolahan limbah cair industri tekstil.

Wastewater from textile industry contains severalvarieties of pollutants, such as high content of organic materials, pigments, surfactants and addictivematter which difficult to be processed using conventional processing system. One of the advance technology that constantly to non biodegradable wastewater and ableto reduce COD concentration and color in textile wastewater is AOPs. Thisresearch has been conducted optimization of H2O2 dose, pH and contact time that effective in degrading the COD and color in textile wastewater by using hydrogen peroxide and Ultraviolet (H2O2/UV) as an oxidizing agent. Wastewater of PT. JABABEKA Infrastructure contains COD about 2250 ppm and 530 ppm of BOD. The results showed the efficiency of AOPs technology in removal COD about 50% and 63% for color degradation with addition of 0.75 ml H2O2to 1 litertextile wastewater, pH = 7.5 andcontact time of 1 hour. The results of this study can be used as an alternative technology in textile?s industry wastewater treatment for textile?s industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Contamination of petroleum waste has endangered the environment yet its processing technology is not effective and efficient. It is becaused that by petroleum waste is difficult to be degraded by bacteria due to many complex bonding compounds contained in this oil water."
620 SCI 37:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zainah
"Limbah pewarna merupakan limbah cair yang banyak dihasilkan dari Industri Tekstil dan sangat berbahaya bagi lingkungan. Metode Elektrolisis Plasma merupakan metode yang efektif dalam mendegradasi limbah pewarna karena kemampuannya dalam memproduksi OH radikal dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan metode elektrolisis plasma dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu Remazol Brilliant Blue dengan penambahan ion Fe2 dan gelembung mikro. Degradasi limbah pewarna mencapai 99,74 selama 180 menit dengan penambahan ion Fe2 sebesar 40 mg/L akibat adanya reaksi fenton. Penambahan gelembung mikro akan meningkatkan produksi OH radikal hingga sebesar 4,8 dan mampu menurunkan konsumsi energi sebesar 11,3 Nilai COD turun menjadi 20,56 mg/L dan telah memenuhi baku mutu Pemerintah sebesar 50 mg/L. Selain itu, konsentrasi limbah berkurang dari 150 mg/L menjadi 0,388 mg/L. Dimana kondisi maksimum didapatkan dengan menggunakan Na2SO4 0,02 M, tegangan operasi 700 Volt, dan kedalaman anoda 1 cm.

Dye waste is a liquid waste that mostly generated from the textile industry and is very dangerous for the environment. Plasma electrolysis method is an effective method in degrading dye waste because of its ability to produce radical OH in large quantities. This study aims to test the ability of plasma electrolysis method to degrade one of the textile dyes, Remazol Brilliant Blue, with the addition of Fe2 ion and microbubble. The dye waste degredation reached 99.74 for 180 minutes with the addition of 40 mg L of Fe2 ion as a result of fenton reaction. The addition of microbubble will also increase OH radical production by up to 4.8 and be able to reduce energy consumption by 11.3. The COD value decreased until 20.56 mg L and has fulfilled the Government standard of 50 mg L. In addition, the dye waste concentration decreased significantly from 150 mg L to 0.388 mg L. Maximum conditions are obtained by using 0.02 M Na2SO4, 700 Volt operating voltage, and 1 cm anode depth.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Letti Annasari
"Ozonasi merupakan proses yang sudah banyak digunakan dalam pengolahan air. Proses ini memanfaatkan sifat ozon sebagai oksidator kuat dan kemampuan ozon dalam melakukan disinfeksi. Kekurangan dari penggunaan ozon adalah kelarutan dan stabilitasnya di air yang relatif rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kelaruran ozon dalam air adalah dengan kavitasi. Kavitasi merupakan teknik pembangkitan gelembung berukuran mikro.
Pada penelitian ini dilakukan studi perpindahan massa pada proses gabungan ozonasi dan kavitasi atau selanjutnya disebut dengan ozonasi gelembung mikro, dengan menggunakan kolom gelembung pada aliran searah. Dari penelitian yang dilakukan, harga pada penggunaan gelembung mikro 2,45 kali lebih besar dari penggunaan gelembung konvensional.

Ozonation has widely used in water treatment process. This process using ozone characteristic as a strong oxidator and ozone ability as a disinfectant agent. The weaknesses of this process were about its solubility and stability in water. Cavitation, a technique to generate micro-bubbles, can be used to increase ozone solubility in water.
Mass transfer study in this ozonation−cavitation hybrid process, or in the following will be called as micro-bubbles ozonation was done, using bubble column on co-current mode. The result showed that value if micro-bubbles used was 2,45 times higher than conventional bubbles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52217
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Hayudo
"Teknologi elektrolisis plasma sudah banyak dibuktikan efektif mendegradasi limbah pewarna tekstil karena kemampuannya menghasilkan radikal hidroksil dalam jumlah yang besar dan menghasilkan pupuk nitrat cair dengan memanfaatkan gas nitrogen dan oksigen yang diinjeksikan dari udara. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan metode elektrolisis plasma dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu Remazol Brilliant Blue sekaligus secara simultan mensintesis pupuk nitrat cair pada tegangan tinggi. Penelitian dilakukan dengan membangkitkan plasma dengan katoda stainless steel dan anoda tungsten yang tercelup sedalam 2 cm di larutan K2SO4 serta pewarna remazol brilliant blue dalam reaktor sirkulasi internal dengan volume 1,2 L. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan variasi konsentrasi limbah 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, tegangan 800 V, 900 V, 1000 V, 1100 V, suhu 50 oC, 60 oC, 70 oC, serta diameter elektroda 1 mm; 1,6 mm; dan 2,4 mm. Hasil optimum baik dari segi degradasi maupun konsentrasi nitrat terbentuk didapatkan pada tegangan 1100 V, suhu 60 oC, diameter elektroda 2,4 mm dan konsentrasi limbah 100 ppm. Uji COD menunjukkan nilai sebesar 16,65 mg/L dan dampak persentase ketergerusan tertinggi disebabkan oleh penurunan diameter elektroda.

Plasma Electrolysis Technology has been proven to be effective on textile dye waste degradation due to its ability to produce large amounts of hydroxyl radicals. and producing liquid nitrate fertilizer by utilizing nitrogen gas and oxygen injected from the air. This research aims to test the ability of plasma electrolysis methods to degrade the waste of one textile dye, namely Remazol Brilliant Blue, and the simultaneous synthesis of nitrate liquid fertilizer at a high voltage. The study was conducted by generating plasma with stainless steel cathodes and tungsten anodes dyed as deep as 2 cm in electrolyte solutions of K2SO4 and remazol brilliant blue dye in internal circulation reactors with a 1,2 L volume. This method is carried out on batch reactors using variations in waste concentrations of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, voltage of 800 V, 900 V, 1000 V, and 1100 V, temperature of 50 oC, 60 oC, and 70 oC, and also electrode diameter variations of 1 mm; 1.6 mm; and 2.4 mm. The optimum results on the degradation and nitrate production side are 1100 V of voltage, 60 oC of temperature, 2.4 mm of electrode diameter and 100 ppm of waste concentrations. The COD test showed a value of 16.65 mg/L and the highest effect of electrode’s erosion percentages is caused by electrode diameter reduction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Fajar Setiadi
"Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, namun tidak diiringi dengan pengolahan limbah yang baik. Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri tekstil adalah zat pewarna yang dapat membahayakan ekosistem air. Zat pewarna yang terdapat dari industri tekstil adalah methylene blue dan methylene orange. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah tekstil adalah dengan proses adsorbsi. Proses adsorbsi dapat dilakukan menggunakan material silika mesopori silika mesopori. Pada penelitian ini akan dibuat material silika mesopori dengan menggunakan bahan dasar dari biomassa, yaitu sekam padi. Sekam padi memiliki kandungan silika yang sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk bahan dasar pembuatan silika mesopori. Pembuatan silika mesopori dengan sekam padi ini telah berhasil dilakukan sebelumnya namun pemanfaatannya masih bisa dikembangkan lebih jauh, salah satunya adalah sebagai adsorban dari limbah warna. Dalam penelitian ini dilakukan proses pembuatan silika mesopori dengan bahan dasar sekam padi dengan menggunakan cetakan berupa P-123 dan CTAB. Cetakan divariasikan dengan perbandingan 1:0, 3:1, 1:1, dan 1:3. Kemudian keempat variasi silika mesopori yang terbentuk dilakukan pengujian daya adsorbsi dengan menggunakan campuran larutan methylene blue 10 ppm dan methylene orange 10 ppm. Hasil dari silika mesopori kemudian dilakukan karakterisasi menggunakan FTIR, BET, SEM-EDS, dan SAXS. Sedangkan larutan methylene yang telah dilakukan uji adsorbsi akan dilakukan pengujian menggunakan UV-VIS. Dari hasil karakterisasi yang didapatkan hasil dari silika mesopori dengan perbandingan 1:1 yang paling baik dalam proses adsorbsi larutan campuran methylene blue dan methylene orange 10 ppm.

The textile industry in Indonesia is experiencing rapid development, but it is not accompanied by good waste management. One of the wastes generated from the textile industry is dye which can harm the aquatic ecosystem. The dyes found in the textile industry are methylene blue and methylene orange. The textile waste can be minimalised by doing adsorption process. The adsorption process can be carried out using mesoporous silica material. In this research, mesoporous silica material will be made using the basic material of biomass, namely rice husk. Rice husk has a very high silica content so it is suitable for application as a material for the syntesis of mesoporous silica. The manufacture of mesoporous silica with rice husks has been successfully carried out before but its use can still be developed further, one of which is as an adsorbent of color waste. In this research, the process of making mesoporous silica with rice husk as the base material was carried out using a surfactant in the form of P-123 and CTAB. The surfactant are varied in a ratio of 1:0, 3:1, 1:1, and 1:3. Then the four variations of mesoporous silica formed were tested for adsorption power using a mixture of 10 ppm methylene blue and 10 ppm methylene orange. The results of the mesoporous silica were then characterized using FTIR, BET, SEM-EDS, and SAXS. Meanwhile, the methylene solution that has been tested for adsorption will be tested using UV-VIS. From the characterization results, the results obtained from mesoporous silica with a ratio of 1:1 are the best in the adsorption process of a mixed solution of methylene blue and methylene orange 10 ppm"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najla Zulfikar
"Silika mesopori dapat digunakan sebagai material adsorben zat warna sebagai langkah pencegahan timbulnya permasalahan lingkungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa limbah pertanian tongkol jagung telah berhasil dimanfaatkan sebagai prekursor silika dalam pembuatan silika mesopori, agar aplikasinya sebagai adsorben berbagai zat warna memiliki kinerja yang baik maka dibutuhkan adanya inovasi dalam proses sintesis mesopori silika berbahan dasar bio massa. Untuk mengetahui kondisi sintesis yang mampu menghasilkan silika mesopori dengan luas permukaan serta kapasitas adsorpsi yang tinggi maka pada penelitian ini dilakukan variasi rasio massa surfaktan Cetyltrimethyl ammonium bromide(CTAB)/Pluronic (P123) yang digunakan, yaitu; 0:1, 1:3, 1:1, dan 3:1. Kemudian silika mesopori yang terbentuk di karakterisasi dengan SAXS, SEM, BET, FTIR, dan spektrofotometri UV Visible. Silika mesopori yang disintesis pada penelitian ini memiliki volume adsorpsi antara 127 – 425 cc/g dan diameter pori antara 0,17 – 6,24 nm. Silika mesopori yang dihasilkan juga memiliki luas permukaan antara 127,47 – 425,12 m2/g kapasitas adsorbansi pada rentang 0,6 – 2,6 mg/g dan persentase penyerapan zat antara 6 – 26% setelah proses adsorpsi selama 3 jam. Pada penggunaan rasio Cetyltrimethyl ammonium bromide(CTAB)/Pluronic (P123)sebesar 1:1 dihasilkan luas permukaan, kapasitas adsorbansi, dan persentase penyerapan zat warna tertinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa silika mesopori menyerap zat warna kationik lebih baik dibandingkan anionik dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai material adsorben berbasis bio massa

Mesoporous silica can be used as a dye adsorbent material as a measure to prevent environmental problems. Based on previous research, it is known that corncob agricultural waste has been successfully used as a silica precursor in the manufacture of mesoporous silica so that its application as an adsorbent of various dyes has good performance, innovation is needed in the synthesis process of mesoporous silica-based on biomass. To determine the synthesis conditions capable of producing mesoporous silica with a high surface area and adsorption capacity, this study carried out variations in the mass ratio of the surfactant Cetyl trimethyl ammonium bromide (CTAB)/Pluronic (P123) used, namely; 0:1, 1:3, 1:1, and 3:1. Then the mesoporous silica formed was characterized by SAXS, SEM, BET, FTIR, and UV Visible spectrophotometry. The mesoporous silica synthesized in this study had an adsorption volume between 127 – 425 cc/g and a pore diameter between 0.17 – 6.24 nm. The resulting mesoporous silica also has a surface area between 127.47– 425.12 m2/g, the adsorption capacity in the range of 0.6 – 2.6 mg/g, and the percentage of absorption of substances between 6 – 26% after the adsorption process for 3. Using Cetyl trimethyl ammonium bromide ratio (CTAB)/Pluronic (P123) of 1:1 resulted in the highest surface area, adsorption capacity, and percentage of dye absorption. This study proves that mesoporous silica absorbs cationic dyes better than anionic and has the potential to be used as adsorbent-based materials biomass."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>