Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izzah Mujahidah Edwar
"

Banyaknya limbah makanan yang dihasilkan masyarakat menjadi salah satu akar permasalahan sampah di Indonesia, khususnya limbah buah dan sayur. Contoh buah dan sayur yang banyak menghasilkan limbah adalah kulit nanas dan batang brokoli, dengan jumlah berturut-turut mencapai 867 dan 572 ton. Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi eko-enzim. Pada penelitian ini, eko-enzim difermentasi menggunakan limbah kulit nanas, batang brokoli, serta campuran antara keduanya (dengan perbandingan 1:1) selama 1, 2, dan 3 bulan. Kemudian, larutan eko-enzim disaring dan menghasilkan karakteristik berupa pH 3,4, BOD  40 ppm, COD 76963 ppm, serta TDS 5465 ppm. Selain itu, berdasarkan hasil uji jenis bakteri menunjukkan bahwa sampel eko-enzim mengandung bakteri hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam limbah minyak bumi. Di sisi lain, sebagai cairan multifungsi, eko-enzim berpotensi dalam pengolahan limbah cair. Oleh karena itu, pada penelitian ini eko-enzim digunakan untuk mengolah air limbah hasil kegiatan pengolahan miyak bumi dengan karakteristik pH 6,3, BOD 108 ppm, dan TDS 2880 ppm. Air limbah tersebut kemudian dicampur dengan eko-enzim menggunakan rasio 1:20, 1:10, dan 3:20, lalu didiamkan agar terjadi penguraian selama 0, 3, 7, dan 28 hari. Hasilnya, penggunaan eko-enzim nanas dengan rasio 1:20 dan waktu penguraian selama 7 hari cukup potensial untuk menurunkan nilai BOD sebanyak 62% dan TDS air limbah hasil kegiatan pengolahan minyak bumi sejumlah 36%, tetapi  memiliki efek samping menurunkan pH. Hasil produksi eko-enzim dari riset ini mampu bersaing dengan eko-enzim komersil dengan keunggulan dari segi pH dan BOD. Selain itu, rasio eko-enzim dengan limbah cair serta waktu penguraian turut mempengaruhi hasil olahan limbah yang diperoleh. Semakin tinggi rasio eko-enzim dengan limbah cair menyebabkan semakin rendah nilai pH dan semakin tinggi nilai TDS hasil olahan limbah, sedangkan variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap BOD. Semakin lama waktu penguraian menyebabkan semakin tinggi nilai pH, serta semakin rendah nilai BOD dan TDS hasil olahan limbah.


Indonesia's waste problems are brought on by the amount of food waste produced by community, especially fruit and vegetable waste. Examples of fruits and vegetables that produce a lot of waste are pineapple peels and broccoli stems, with the amounts reaching 867 and 572 tons, respectively. One effort to reduce the amount of waste is to process it into eco-enzymes. In this study, eco-enzymes were fermented using pineapple peel waste, broccoli stems, and a mixture of those two ingredients (with a ratio of 1:1) for 1, 2, and 3 months. Then, the eco-enzyme solution is filtered and produced characteristics in the form of pH 3,4–3,6, BOD 40–68 ppm, COD 49763–76963 ppm, and TDS 5240–6535 ppm. In addition, based on the results of bacterial-type tests, eco-enzyme samples contain hydrocarbonoclastic bacteria that can degrade hydrocarbon compounds in petroleum. On the other hand, as a multifunctional liquid, eco-enzymes have potential in the treatment of liquid waste. Therefore, in this study, eco-enzymes were used to treat wastewater from petroleum processing activities with characteristics of pH 6,3, BOD 108 ppm, and TDS 2880 ppm. The wastewater was then mixed with eco-enzymes using a ratio of 1:20, 1:10, and 3:20, then left for decomposition in 0, 3, 7, and 28 days. The result shows that the use of pineapple eco-enzyme with a ratio of 1:20 and a decomposition period of 7 days reduced the BOD by 62% and the TDS values of wastewater generated from petroleum processing activities by 36%, but it has the side effect of acidifying the pH. The eco-enzyme produced from this research is able to compete with commercial eco-enzymes, with advantages in terms of pH and BOD. Additionally, the ratio of eco-enzyme to wastewater and the decomposition period also affects the quality of the treated waste. A higher ratio of eco-enzyme to liquid waste leads to lower pH values and higher TDS values in the treated wastewater, while these independent variables do not significantly affect the BOD. A longer decomposition period results in higher pH values, as well as lower BOD and TDS values in the treated wastewater.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Iqbal
"ABSTRAK
Setiap tahun jumlah limbah organik padat selalu bertambah dengan pesat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, perkembangan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Limbah organik tersebut beium bisa ditangani karena dari waktu ke waktu terus meningkat jumlahnya, sementara lahan tempat penampungannya semakin terbatas.
Berbagai upaya untuk mengatasi menumpuknya limbah padat, cair dan gas serta cara penangananya masih terbatas. Penanganan limbah organik padat pada umumnya didasarkan pada tiga sistem yaitu pembuangan, pembakaran dan pengomposan. Dari ketiga cara tersebut, yang paling baik dan secara teknis memang sangat cocok untuk menangani limbah organik padat adalah melakukan daur ulang dengan cara pengomposan.
Mendaur ulang sampah dengan cara pengomposan akan dapat mengurangi jumlah sampah di perkotaan, dengan demikian biaya pengangkutan pun akan berkurang. Dalam proses pembuatan kompos, cacing tanah juga dapat digunakan dalam membantu proses perombakan bahan-bahan organik. Sebagai akibat dari perombakan secara biologis yang dilakukan oleh cacing tanah dan mikroorganisme adalah dihasilkannya casting yang mempunyai kandungan unsur hara.
Untuk mengetahui seberapa jauh peranan cacing tanah dalam proses dekomposisi bahan organik, maka dilakukan penelitian yang secara umum bertujuan untuk mengetahui karekteristik casting hasil pengomposan, dan secara spesifik bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara limbah organik padat dari pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang optimal agar proses pengomposan dengan menggunakan cacing tanah berjalan baik dan casting yang dihasilkan mengandung unsur hara yang tinggi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah kombinasi antara limbah pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang dibuat bervariasi dalam volumenya dalam 250 gram cacing tanah, yang terdiri dari: (1) PRi - perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 100 . 0 dalam 250 gram racing tanah. (2) PR2 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 75 : 25 dalam 250 gram cacing tanah. (3) PR3 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 50 : 50 dalam 250 gram cacing tanah, (4) PR4 perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 25 .: 75 dalam 250 gram cacing tanah dan (5) PR5 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 0 100 dalam 250 gram cacing tanah. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap ORAL) yang diulang tiga kali.
Limbah arganik padat dari pasar (sisa sayuran) dan limbah RPH (isi rumen) serta campuran antar keduanya dapat dirombak oleh cacing tanah menjadi casting. Limbah Organik padat yang telah berubah menjadi casting dicirikan oleh berubahnya limbah menjadi massa yang remah, berwarna caklat kehitaman, sulit dikenali lagi dari bahan asalnya dan terjadi perubahan sifat-sifat kimianya. Dilihat dari strukturnya, pada perlakuan PR1, PR2 dan PR3 casting yang diperoleh mempunyai struktur remah sedang pada perlakuan PR4 dan PR5 strukturnya padat.
Sifat-sifat biologi limbah yang telah difermentasikan selama dua minggu tetapi belum diberi racing tanah menunjukkan bahwa jenis mikroorganisme yang terdapat pada limbah pasar terdapat juga pada limbah RPH, namun jumlah totalnya berbeda. Sedangkan hasil panen cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan percobaan memberikan pengaruh yang nyata, dan perlakuan yang memberikan bobot cacing tanah paling tinggi adalah pada perlakuan campuran antar limbah pasar dengan limbah RPH dengan perbandingan 50:50.
Sifat-sifat kimia casting yang ditunjukkan oleh kandungan logam beratnya menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan casting yang mengandung logam berat sangat rendah, jauh di bawah standar lingkungan hidup yang diterapkan di Amerika Serikat (EPA Standard). Demikian juga terhadap kandungan unsur-unsur hara makro (N,P,K.) dan mikro (Fe, Mn, Al, Cu dan Zn) semua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali terhadap unsur nitrogen.

ABSTRACT
Solid Organic Waste Utilization Into Casting Through CompostingEvery year the amount of solid organic waste always increase rapidly parallel with increased number of resident, income improvement, industrial development and other activities. Organic waste mentioned can not yet be handle because from time to time always rises its amount, while its receiver site land is more and more limited. Various attempt for overcoming accumulated solid waste, liquid and gaseous waste its handling manner is still limited. Solid organic waste its waste in general is based on three system i.e disposal, burning and composting. Whereas from the three manner mentioned, so the best one and technically is really very suitable for handling of solid organic waste namely making recycle by way of composting.
Recycling waste by means of composting will be able to reduce the amount of waste in urban, thus its transport cost will also decrease. In the compost making process, earthworm can also be used in helping the organic matters 'process of decomposition. So the result of biological decomposition that is made by earthworm and microorganism namely produced casting which has nutrient element content.
To identify what extent is the role of earthworm in the organic matter process of decomposition, then it is made a research which in general aims to know the characteristic of composting product casting, and specially aims to know the ratio between solid organic waste from market (vegetable remnant) to butcher's waste (rumen content) that is optimal so that process of fertilization by using the earthworm runs well and casting that is produced contains high nutrient element.
Materials used in the experiment is the combination between market waste (vegetable remnant) with butcher's waste (rumen content) that is made various in its volume The biological properties of waste that has been fermented during two weeks but not yet given earthworm indicate that type of microorganism which occurs on the market waste occurs also in butcher's waste, yet its total number differs. While earthworm harvest indicates that trial treatment gives obvious effect, and treatment which gives the highest earthworm is in the mixed treatment between market waste and butcher's waste with ratio 50 : 50.
The chemical properties of casting that is indicated by its heavy metal content indicate that in all treatment it produces casting that contain very low heavy metal, far under life environment standard that is practiced in the United States (EPA Standard). Similarly on the macro (N, P, K) and micro (Fe, Mn, Al, Cu and Zn) nutrient elements content all treatments give obvious effect to all variables observed, except to the nitrogen element.
in 25 grams earthworm, which consists of : (1) PR1 = the ratio between market waste to butcher's waste 100 : 0 in 250 grams earthworm; (2) PR2 = ratio between market waste to butcher's waste 75 : 25 in 250 grams earthworm; (3) FR3 ratio between market waste to butcher's waste 50 : 50 in 250 grams earthworm; (4) PR4 = ratio between market waste to butcher's waste 25 : 75 in 250 grams earthworm and (5) PR5 = ratio between market waste to butcher's waste 0 : 100 in 250 grams earthworm. The design used in experiment is completely Randomized Design (CRD) that is repeated three times.
Solid organic waste from market (vegetable remnant) and butcher's waste (rumen content) and the mixture between both can be decomposed by earthworm into casting. Solid organic waste that has changed into casting is characterized by changed waste into crumbed mass, blackish brown in color, hard to be known again from its original material and it occurs the change of its chemical properties. Observed from its structure, in the treatments PR1, PR2 and PR3 casting that is gain has moderate crumb structure and in the treatment PR4 and PR5 its structure is solid or compact.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulida Zulaichatin
"Stabilitas merupakan salah satu parameter yang menunjukkan sejauh mana bahan organik yang mudah terurai (biodegradable) telah terdekomposisi. Berbagai metode digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas bahan organik, diantaranya metode static respiration index (SRI) dan dynamic respiration index (DRI). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan menganalisa stabilitas sampel sampel sampah makanan, sampah kebun, sampah organik, sampah kota, sampah buah, limbah pabrik tahu, dan kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kadar air, volatile solids, rasio C/N, kadar lignin, serta nilai SRI, dan DRI, serta menentukan metode yang tepat untuk pengolahan lanjutan pada sampel limbah organik yang tidak stabil. Penelitian ini menggunakan sampel limbah organik dari 9 tempat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan nilai SRI dan DRI yang paling tinggi adalah sampel limbah pabrik tahu yaitu sebesar 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. Selain itu, sampel yang dikomposkan yaitu limbah pabrik tahu dan kotoran sapi dengan campuran cangkang kelapa dan serabut kelapa selama 14 hari. Hasil pengomposan menunjukkan bahwa persentase efektifitas pengomposan sampel limbah pabrik tahu sebesar 99,94% pada hari ke-3 pengomposan. Sedangkan, pada sampel kotoran sapi persentasenya sebesar 99,17% pada hari ke-7.

Stability is one parameter which shows how far biodegradable organic matter has decomposed. Various methods are used to measure the level of stability of organic materials, including static respiration index (SRI) and dynamic respiration index (DRI) methods. The purpose of this study was to identify the characteristics and analyze the stability of samples of food waste, garden waste, organic waste, municipal waste, fruit waste, tofu factory waste, and cow dung used in research based on water content, volatile solids, C/N ratio, lignin content, also the value of SRI, and DRI, and determine the appropriate method for further processing in unstable organic waste samples. This study uses organic waste samples from 9 different places. The results showed the highest SRI and DRI were tofu factory waste sample which were 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. In addition, composted samples are tofu factory waste and cow dung with a mixture of coconut shells and coconut fibers for 14 days The composting results showed that the percentage of composting effectiveness of tofu factory waste samples was 99,94% on the 3rd day of composting. Whereas, on cow dung samples the percentage is 99,17% on the 7th day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia Marsino
"ABSTRAK
Tanaman kubis-kubisan adalah komoditas tanaman pangan yang sangat penting untuk Indonesia, dengan ulat kubis Plutella xylostella sebagai hama utamanya. Pengendalian hama dengan bioinsektisida dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan sebagai alternatif dari penggunaan pestisida komersial yang kurang ramah lingkungan. Beberapa zat nabati bersifat racun pada ulat kubis, di antaranya yaitu enzim bromelain dan isotiosianat. Ekstraksi enzim bromelain dilakukan dengan variasi waktu pengadukan 15, 30, 45, 60 menit dan jenis pelarut akuades dan buffer fosfat . Ekstraksi isotiosianat dilakukan dengan variasi rasio umpan:pelarut 1:1, 1:2, 1:3, dengan diklorometana sebagai pelarut. Pada ekstraksi isotiosianat dari tangkai brokoli, juga dilakukan penambahan buffer fosfat untuk menjaga pH. Uji aktivitas enzim bromelain dilakukan dengan instrumen spektrofotometer UV-Vis dengan standar tirosin. Alil isotiosianat dianalisis dengan GC-MS. Metode ekstraksi yang paling efektif untuk enzim bromelain adalah menggunakan akuades sebagai pelarut dan waktu pengadukan 15 menit. Metode ekstraksi isotiosianat yang paling efektif adalah dengan rasio umpan : pelarut sebanyak 1 : 1 pada temperatur 37oC tanpa menambahkan buffer fosfat. Dilakukan pula uji efikasi ketiga jenis ekstrak tersebut pada ulat kubis dengan memberi makan ulat dengan daun brokoli yang sudah dioleskan dengan sampel dan mengamati tingkat mortalitasnya. Enzim bromelain dan isotiosianat terbukti bersifat toksik terhadap ulat kubis dan dapat digunakan sebagai bioinsektisida alternatif dengan sampel isotiosianat dari kulit lobak yang memberikan persentase mortalitas paling tinggi, mencapai 100.

ABSTRACT
Brassicaceae plant is a commodity of edible plant that is very important for Indonesia, with cabbage worm Plutella xylostella as its main pest. Pest control with biopesticide is needed to increase crops production and as the alternative to commercial pesticide which is not environmentally friendly. Several biological substance is toxic to cabbage worm, including bromelain enzyme and isothiocyanates. Extraction of bromelain is experimented by varying mixing duration 15, 30, 45, 60 mins and solvent type distilled water and phosphate buffer . Extraction of isothiocyanate is experimented by varying the solvent ratio 1 1, 1 2, 1 3, using dichloromethane as solvent. For the broccoli stem sample, phosphate buffer is added to maintain pH. Enzyme activity is analysed with UV Vis spectrophotometry instrument with product tyrosin as standard. Isothiocyanate is determined with GC MS analysis. The most effective extraction method for bromelain is using aquadest as solvent with 15 min mixing time. The most effective extraction method for isothiocyanate is with 1 1 solvent ratio at 37oC temperature without adding phosphate buffer. Efficacy of each sample to cabbage worm is also experimented by feeding it broccoli leaf spread with sample and observing the mortality rate. Bromelain and isothiocyanate proved to be toxic to cabbage worm and can be used as alternative bioinsecticide with the highest mortality of cabbage worm is by isothiocyanate from radish peel, reaching 100. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Ristagitania Athar
"Intervensi yang dilakukan pada kelompok pemulung di RT 04/ RW 05 Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Surnedang, Jawa Barat dilakukan untuk mengeluarkan mereka dari siklus kemisldnan. Program intervensi ini diadaptasi dan pcnclitian Malcolm J. Odell, di Nepal (2005), dan rnenggunakan strategi psikologi intervensi sosial. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seligman’s Cycle of Poverty (1975) dan pcndckatan Appreciative Inquiiy yang dikembangkan oleh Cooperrider (2005). Hasil dari program intervensi ini adalah para pemulung yang tclah mengintemalisasi visi dan mimpi mereka mcnjadi bentuk strategi pefencanaan kegiatan yang sesuai dengan latar belakang mereka, yaitu daur ulang limbah organicmenjadi produk dengan nilai tambahan.

Intervention that held among the scavengers in RT 04/RW 05 Desa Jatisati, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumcdang, West Java, is aimed to break the cycle of poverty they have been thriving on. This intervention programme was adapted from the research of Malcolm J. Odell (2005) in Nepal. India. Psychological and social intervention strategies to analyse the grinding poverty and to enable to break the cycle of poverty were used. The ground theories of the programme were Seligma.n’s cycle of poverty (1975) and Cooperrider's appreciative inquiry (2001). The result showed that they succeed on intemalizing their vision into making strategic action plans that reliable with their conditions, recycling organic waste into a vakue added goods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Phanama
"Eko-enzim merupakan cairan multi-fungsi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini. Salah satunya adalah membantu dalam pengolahan air limbah. Kemampuan eko-enzim menjadi carian multi-fungsi ini berdasarkan penelusuran ilmiah dikarenakan adanya kandungan senyawa aktif dan potensi enzim di dalam eko-enzim. Dalam memproduksi eko-enzim perbedaan jenis dari bahan akan mempengaruhi karakteristik yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji pengaruh jenis gula dalam produksi eko-enzim terhadap kualitas limbah cair hasil pengolahan minyak. Penelitian diawali dengan pembuatan eko-enzim selama 3 bulan, kemudian dikarakterisasi. Hasil karakterisasi eko-enzim menunjukkan nilai pH sebesar 3,2-3,7, BOD 44-72 ppm, COD 45389-94024 ppm, TDS 1795–5405 ppm, dan TPC hingga 620000 CFU/mL. Selanjutnya eko-enzim ini dicampurkan dengan limbah dengan variasi perbandingan serta durasi penguraian. Hasil akhir menunjukkan eko-enzim mampu membantu menurunkan nilai pH limbah, menurunkan nilai BOD hingga 85%, dan mengurangi nilai TDS sekitar 90 %. Hasil TPC pencampuran ini juga menunjukkan peningkatan jumlah koloni pada campuran dari hari ke nol ke hari ke tujuh. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linear berganda yang mana berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam penelitian ini jenis gula memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai BOD dan TDS limbah akhir yang dihasilkan, sementara untuk nilai pH tidak. Apabila ditinjau dari baku mutu, nilai pH limbah diperoleh kurang bagus karena menyebabkan limbah menjadi asam, namun untuk BOD dan TDS memberikan pengaruh yang baik karena membuat kualitas limbah meningkat sehingga dapat dikatakan eko-enzim ini berpotensial untuk digunakan dalam memperbaiki kualitas air limbah hasil kegiatan pengolahan minyak bumi.

Eco-enzyme is a multi-functional liquid that is widely used today. One of them is assisting in wastewater treatment. Based on previous research, the ability of eco-enzymes to become multi-functional is due to the presence of active compounds and potential enzymes in them. In producing eco-enzymes, the different types of materials will affect the characteristics produced. Thus, research was conducted to evaluate the effect of the type of sugar used in the production of eco-enzymes on the quality of wastewater from petroleum processing. The research was started by making eco-enzymes for 3 months, then they were characterized. Eco-enzyme characterization results showed pH values of 3.2–3.7, BOD 44–72 ppm, COD 45389–94024 ppm, TDS 1795–5405 ppm, and TPC up to 620000 CFU/mL. Furthermore, these eco-enzymes are mixed with waste, with variations in the ratio and decomposition duration. The final results show that eco-enzymes can lower the pH value of the wastewater, reduce the BOD value by up to 85%, and reduce the TDS value by around 90%. The TPC results also showed an increase in the number of microbe colonies from day zero to day seven. Furthermore, multiple linear regression analyses were carried out. Based on the analysis, this study showed that the type of sugar had a significant effect on the BOD and TDS values of the final waste produced, while the pH had no significant effect. When viewed from the quality standard, the pH value of the waste is not good because it causes the waste to become acidic, but for BOD and TDS, it has a good effect because it improves the quality of the waste, so it can be said that this eco-enzyme has the potential to be used in improving the quality of wastewater resulting from petroleum processing activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Constantia Huinny Asaloei
"ABSTRAK
Besarnya produksi sampah di wilayah komersil dan industri serta masalah krisis energi merupakan masalah penting di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan potensi produksi gas metan berbagai jenis sampah dalam aplikasinya pada teknologi digester anaerobik. Parameter seperti TS,VS, C/N, COD, BOD, lignin diujikan untuk mengetahui karakteristik sampah sedangkan pengujian BMP dilakukan selama 33 hari pada suhu 350C untuk mengetahui potensi produksi gas metan. Hasil penelitian menunjukkan sampah ampas tahu dan rumen sapi memiliki produksi gas metan tertinggi sebesar 77,3 ml dan 73,8 ml dengan parameter VS (97,3%; 85,1%) yang disesuaikan dengan kadar lignin dan parameter COD (11.267 mg/L ; 58.911 mg/L) sebagai parameter kunci. Produksi gas metan yang tinggi juga dipengaruhi oleh jumlah bakteri metanogen seperti pada rumen sapi. Sementara sampel kotoran kambing dan sampah pasar memiliki produksi gas metan terrendah (21,2 ml ; 12,6 ml) akibat parameter VS yang rendah (65,9%; 89,1%), nilai COD tinggi (86.516 mg/L; 14.727 mg/L) serta inhibitor lignin sebesar 62,0%VS dan 21,1%VS. Akumulasi VFA, lignin dan TAN menjadi inhibitor dalam dekomposisi bahan organik. Hasil laju dekomposisi bahan organik akan lebih detail jika dilakukan pengujian parameter VS, COD dan C/N di awal dan akhir prosedur BMP serta penentuan S/I yang sesuai.

ABSTRACT
Increasing organic wastes in commercial and industrial area and also energy deficiency issues are important concerns in Depok. This research is conducted to know the characteristics and methane production of different solid wastes for anaerobic digester technology. TS,VS,C/N, COD,BOD and lignin parameter are examined to obtain solid wastes characteristics meanwhile BMP experiment is conducted for 33 days in 35oC to obtain methane production potential of different solid wastes. Result showed that tofu waste and cow rumen produced the highest methane volume; 77,3 ml and 73,8 ml with VS (97,3%; 85,1%) associated with lignin content and COD value (11.267 mg/L ; 58.911 mg/L) as the key parameter. Higher methane production is influence by methanogens as in cow rumen. While goat manure and market waste showed the lowest methane production (21,2 ml; 12,6 ml) which caused by low VS (65,9%; 89,1%), high COD value (86.516 mg/L; 14.727 mg/L) and lignin as inhibitor (62,0%VS and 21,1%VS). VFA, lignin and TAN accumulation became inhibitor in organic decomposition. Organic decomposition rate will be detailed if VS, COD and C/N parameters are measured in the beginning and end of BMP procedure with precise ratio S/I."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Puspita Sari Ika Pratiwi
"Data timbunan sampah Fakultas Teknik di Universitas Indonesia secara keseluruhan mencapai 120,6 kg/hari. Dimana 67 presentase sampah terbesar berasal dari sampah taman. Penumpukan jumlah sampah merupakan masalah lingkungan yang membuat para ahli terus mengembangkan teknologi yang tepat untuk mencari alternatif dalam menanggulangi masalah tersebut. Pemanfaatan sampah organik menjadi bahan bakar berupa pelet menjadi salah satu teknologi yang menjanjikan. Pelet telah menjadi komuditas yang mendunia. Pada tesis ini dilakukan pengujian skala laboratorium dalam pembuatan pelet dari bahan baku sampah organik yang terdapat di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan menguji karakteristik dari produk pelet yang dihasilkan tersebut. Pembuatan pelet menggunakan alat cetak manual.
Dari pengujian didapatkan komposisi bahan baku yang optimum yaitu daun 10, ranting 80 dan serabut 10, nilai kalor 3772,166 cal/gram, ukuran ayakan 80 mesh, tekanan 70 kg/cm2 dan diketahui karakteristik dari produk pelet adalah panjang 20,7 mm, diameter 6 mm, massa 0,74 gram, kerapatan 1,264 g/cm3, kadar air 9.06, zat terbang 72.62, kadar abu 13.29, kadar karbon terikat 14.90 dan ketahanan 83, serta nilai energi aktivasi devolatilisasi pada campuran daun 10, ranting 80 dan serabut 10 adalah 114,999 kJ/mol, nilainya lebih kecil daripada energi aktivasi devolatilisasi bahan baku, maka campuran bahan baku memiliki laju reaksi yang lebih cepat.Kata kunci: sampah organik, pelet, karakteristik pelet.

Total waste data in Engineering Faculty Of Universitas Indonesia was record at 120.6 kg day. Where 67 of the largest percentage of waste comes from garden waste. The build up of waste amounts is an environmental problem that keeps experts on developing the right technology to find alternatives in trackling the problem. Utilization of organic waste into fuel in the form of pellets become one of the promising technology. Pellet has become a worldwide commodity. In this thesis, laboratory scale testing is done in making pellets from organis waste raw materials contained in the Engineering Faculty Of Universitas Indonesia and test the characteristic of the pellet product. Making pellets using manual printing tools.
From the test, it was found that the composition of the optimum raw material is 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber, calorific value 3772.166 cal gram, sieve size 80 mesh, pressure 70 kg cm2 and known characteristic of pellet product is length 20.7 mm, diameter 6 mm, mass 0.74 gram, density 1.264 g cm3, water content 9.06, volatile matter 72.62, ash 13.29, fixed carbon 14.90 and durability 83 and devolatilization activation energy value at mixture 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber were 114.999 kJ mol, the value was smaller than the activation energy of devolatilization of raw material, then the raw material mixture has a faster reaction rate.Keywords organic waste, pellets, pellet characteristic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alloysius Pamurda Dhika Mahendra
"Sungai Ciliwung merupakan salah satu sumber air bersih bagi sekitar 70.000 penduduk di sekitar bantaran, di mana kondisinya tercemar sampah dari kegiatan domestik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan sampah berjenis organik dan anorganik, pengaruh waktu kontak sampah terhadap perubahan kualitas COD dan amonia, dan menganalisis laju pembentukan dan penguraian COD dan amonia di air Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk menganalisis timbulan sampah adalah persamaan dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan media pengambilan sampah trawl boom.Untuk menganalisis pengaruh waktu kontak dan jenis sampah terhadap kualitas COD dan amonia, metode yang digunakan adalah uji normalitas dan Kruskal Wallis. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis laju pembentukan dan penguraian COD dan amonia menggunakan ODE Linear faktor pengintegrasian. Total timbulan sampah yang didapatkan di titik pengambilan sampel adalah 0,3 ton per hari dengan 68,36% organik dan 31,36% anorganik. Hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa jenis dan waktu kontak sampah memengaruhi perubahan COD dan amonia, di mana dibuktikan dengan nilai titik kritis yang lebih rendah (9,49) jika dibandingkan dengan Hhitung (20,08 dan 21,27). Nilai k1 untuk COD dari reaktor sampah organik berada adalah 3,841 dan 4,655. Sedangkan untuk k1 COD pada reaktor anorganik adalah 0,122 dan 0,425. Hasil untuk nilai k2 COD pada reaktor organik adalah 3,879 dan 3,839. Untuk nilai k2 COD pada reaktor anorganik adalah 1,026 dan 0,355. Pada parameter amonia menggunakan prinsip persamaan yang sama dan menghasilkan nilai k1 pada reaktor organik adalah 0,0028 dan 0,0021. Kemudian pada reaktor anorganik nilai k1 amonia adalah 0,0014 dan 0,001. Sedangkan untuk nilai k2 pada reaktor organik adalah 0,1761 dan 0,100. Kemudian nilai k2 dari reaktor anorganik adalah 0,300 dan 0,3437. Nilai degradasi (k) akan berpengaruh terhadap kondisi pencemar di sungai, di mana kondisinya sudah melebihi baku mutu. Keberadaan COD dan amonia yang tinggi di air sungai akan memberikan dampak buruk terhadap lingkungan

Ciliwung river is one of the clean water sources for approximately 70.000 people in the river bank, which polluted by municipal solid waste. This research aims to analyze the organic and inorganic solid waste generation, the effect of solid waste type and contact time on the decreasing COD and ammonia, and also the waste degradation rate to COD and ammonia (k1) and COD or ammonia degradation rate (k2) in Ciliwung River Water. The method that used for analyzing the solid waste generation is mentioned in the previous research, that used trawl boom as the solid waste sampler media. Normality test and Kruskal Wallis is the method that used for analyzing the impact of solid waste type and contact time on the decreasing of COD and ammonia. Then, the principle for analyzing the degradation rate of COD and ammonia is mass balance and ODE Linear equation with integrating factor. The solid waste generation in this experiment shows 0.3 ton per day with 68,63% organic and 31,36% inorganic. The Kruskal Wallis Test results show that the type of solid waste and contact time impact the quality of COD and ammonia. It is showed by the value of H is bigger (20,08 and 21,27) than the critical value (9,49). The analysis of COD and ammonia degradation that uses ODE Linear equation with integrating factor show the value of organic solid waste degradation to COD (k­1) in reactor 1 and 2 are 4,655 and 3,841. Besides, the k1 value for inorganic 1 and 2 reactor are 0,425 and 0,122. Then, the value of COD degradation (k2) in organic 1 and 2 reactor are 3,879 and 3,839. The COD k2 value for inorganic 1 and 2 reactor are 1,026 and 0,355. For ammonia parameter, the value of k1 in organic 1 and 2 reactor are 0,0028 and 0,0021. In the inorganic 1 and 2 reactor, the value of k1 and k2 are 0,0014 and 0,001. The ammonia degradation rate (k2) in organic 1 and 2 reactor are 0,1761 and 0,100. Then, ammonia k2 in the inorganic reactor 1 and 2 are 0,300 and 0,3437."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiasti Nada Alifah
"Komposisi sampah terbesar di Indonesia adalah sampah organik yang dapat dikonversi menjadi sumber energi melalui metode insinerasi. Namun, pembakaran limbah organik secara langsung tidak stabil dan tidak efisien karena kadar airnya yang tinggi. Biodrying adalah teknik penghilangan kadar air dari limbah biomassa dengan bio-heat mikroba dan menghasilkan luaran berupa solid recovered fuel. Permasalahan utama biodrying adalah terbatasnya tingkat penurunan kadar air pada feedstock yang dipengaruhi oleh panas bio-heat dari degradasi senyawa organik oleh mikroba, seperti karbon kompleks, selulosa, hemiselulosa, dan protein di dalam materi biodrying. Penghilangan kadar air pada biodrying dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis berupa enzim selulase untuk membantu laju degradasi feedstock organik dan meningkatkan suhu feedstock. Pada penelitian ini, enzim selulase ditambahkan dengan dosis yang berbeda-beda pada reaktor 1, 2, dan 3 sejumlah 0; 0,30; dan 0,45 gram. Feedstock pada reaktor terbuat dari sampah organik dengan kadar air awal sebesar 62 dan C/N rasio 29,50. Biodrying dilakukan dengan reaktor skala laboratorium selama 21 hari dan 5 hari tambahan sebagai usaha untuk menstabilkan feedstock. Parameter fisik, kimia, dan biologis feedstock diamati selama proses biodrying berlangsung, yang menunjukan bahwa kadar enzim selulase pada feedstock memiliki korelasi negatif dengan kadar volatile soild dan rasio C/N feedstock. Pada reaktor yang ditambahkan enzim selulase, terjadi peningkatan profil suhu yang signifikan dan pada reaktor 3 terjadi fase termofilik yang stabil selama 11 hari. Reaktor 2 dan 3 juga menghasilkan penurunan kadar air yang lebih tinggi, yaitu sebesar 26 dibandingkan dengan reaktor 1 sebesar 20 . Penambahan enzim selulase pada biodrying sampah organik juga menunjukan hasil yang positif pada solid recovered fuel yang dihasilkan ditinjau dari nilai kalor SRF reaktor 3 sebesar 3320 kkal/kg dibandingkan dengan reaktor 1 dan 2 sebesar 3174 dan 2838 kkal/kg.

The largest waste composition in Indonesia is organic waste, which can be converted into alternative energy sources with various method, including incineration. However, direct combustion of organic waste is not efficient in terms of cost and energy due to the high moisture content in organic waste. Biodrying is a technique that optimizes moisture content removal of biomass waste with bio heat produced by microbes rsquo metabolism in feedstock. It also produces solid recovered fuel as an output. One of the main problems on biodrying is the limitation of moisture content removal on feedstock. The moisture content removal process is affected by bio heat that is produced from the degradation of organic compounds such as carbon complex, cellulose, hemi cellulose, and protein by microbes in biodrying material. Moisture content removal on biodrying could be enhanced by adding catalyst, such as cellulase enzyme, to help degrade the feedstock, thus simultaneously enhance the temperature of the feedstock. On this research, cellulase enzyme added with various dosages as much as 0 0,3 and 0,45 gram to the first, second, and third reactor. The feedstock was made from organic waste with moisture content and C N ratio adjsusted to 62 and 29,50. Biodrying was done in laboratory scaled reactors in 21 days and 5 days addition to stabilize the feedstock. Physical, chemical, and biological parameters were examined during biodrying process. The result showed that cellulase enzyme level during the process has negative correlation with volatile solid and C N ratio on the feedstock. Temperature profile increase was obtained in reactors with enzyme addition. Moreover, the third reactor exhibits more stable and longer thermophilic phase that lasted for 11 days. Enzyme addition also positively influenced moisture content removal, in which the reactors with enzyme addition successfully reached 26 moisture content removal while reactor without enzyme addition only reached 20 . Additionally, cellulase enzyme addition also resulted in higher calorific value of SRF produced from biodrying as shown in SRF produced from the third reactor that reached 3320 kkal kg. Meanwhile, calorific values of SRF from the first and second reactor are 3174 kkal kg and 2838 kkal kg."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>