Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michael Christian Ozcar
"

Pengelolaan sampah di Kota Bekasi masih mengelola sampahnya dengan paradigma lama, yaitu kumpul, angkut, dan buang (open dumping) sehingga kapasitas TPA Sumur Batu sudah mencapai titik maksimum. Metode Open Dumping pada TPA dapat menyebabkan permasalahan lingkungan yaitu pencemaran udara dan air lindi, sehingga butuh adanya pengelolaan terbarukan di TPA Sumur Batu dengan teknologi Waste to Energy (WTE), tapi sebelum proses WTE dapat diterapkan di TPA Sumur Batu perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan yang dapat timbul akibat proses WTE, sehingga dapat dibandingkan dampak lingkungan yang terjadi dengan pengolahan sampah eksisting yang ada di TPA Sumur Batu. Rekomendasi skenario terbarukan yang diperoleh dari penilaian kondisi eksisting sampah di TPA dan potensi dampak lingkungan dengan metode Life Cycle Assessment (LCA). Kondisi eksisting sampah anorgaik di TPA Sumur Batu memiliki potensi energi 3931 kkal/kg dan sampah organik berpotensi memproduksi 590 m3 biogas.Potensi Dampak GWP 100 dari skenario eksisting adalah 533.73 kg/CO2eq, sementara untuk skenario 1 (incineration) 489.01 kg/CO2eq dan skenario 2 (anaerobic digestion)  200.72 kg/CO2eq. Sehingga, dari segi potensi energi dan potensi dampak lingkungan yang dihasilkan, penerapan teknologi anaerobic digestion lebih dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di TPA Sumur Batu.


Bekasi City's waste generation continues to increase with an increase in waste generation rate of 0.12%/year. Waste management in Bekasi City still manages its waste using the old paradigm, namely collection, transport and disposal (open dumping) so that the capacity of Sumur Batu landfill has reached its maximum point. The Open Dumping method at landfill can cause environmental problems, namely air pollution and leachate, so there is a need for renewable management at Sumur Batu landfill with Waste to Energy (WTE) technology, but before the WTE process can be implemented at Sumur Batu landfill it needs an analysis of environmental impacts that can arise as a result of the WTE process, so that the environmental impact that occurs with the existing waste processing at Sumur Batu landfill can be compared. Renewable scenario recommendations obtained from an assessment of the existing condition of waste in the landfill and potential environmental impacts using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The existing condition of inorganic waste at the Sumur Batu landfill has an energy potential of 3931 kcal/kg and organic waste has the potential to produce 590 m3 of biogas. 2 (anaerobic digestion) 200.72 kg/CO2eq. Thus, in terms of energy potential and potential environmental impacts, the application of anaerobic digestion technology can be considered for the Sumur Batu landfill.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Agradhyasto
"Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mempunyai jejak emisi yang besar. Deforestasi, penggunaan pupuk yang berlebihan, hingga limbah yang kurang baik dimanfaatkan menjadi masalah yang mengganggu. Limbah kelapa sawit berupa POME atau palm oil mill effluent merupakan limbah cair yang hnaya dimanfaatkan menjadi pupuk. Sementara, terdapat potensi yang besar untuk mengubah POME menjadi sebuah produk yang lebih berharga yaitu biogas. Hal ini dapat didukung dengan analisis siklus hidup atau LCA sebagai pengukur emisi yang hadir dalam setiap tahapan perkebunan kelapa sawit. Analisis LCA yang dilakukan meliputi seluruh tahapan proses dimulai dari pembukaan lahan hingga pembuatan biogas dengan berbagai parameter seperti pemanasan global, ekotoksisitas lingkungan, eutrofikasi hingga penggunaan air. Berdasarkan analisis yang dilakukan, emisi tertinggi dihasilkan oleh perkebunan. Salah satu dampak dari perkebunan sawit adalah lepasnya emisi yang setara dengan 20 ton CO2 per tahun. Emisi yang dihasilkan dapat dikurangi dengan beberapa cara yang diantaranya adalah penggunaan kembali limbah kelapa sawit, termasuk biogas. Pembuatan biogas dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca hingga 85% lebih rendah daripada membiarkan POME di dalam bak terbuka. Penggantian Biogas menjadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik dapat menurunkan emisi hingga menjadi 9,9% dibandingkan diesel. Pengurangan penggunaan pupuk kimia dapat mengurangi dampak hingga emisi 6% dari jumlah penggunaan awal.

Oil palm is one of the crops that has a significant emission footprint. Deforestation, excessive fertilizer use, and poor waste management are among the troubling issues. Palm oil mill effluent (POME), which is the liquid waste from palm oil mills, is typically only utilized as fertilizer. However, there is great potential to convert POME into a more valuable product, namely biogas. This can be supported by conducting a life cycle analysis (LCA) as a measure of emissions throughout every stage of the oil palm plantation. The LCA analysis encompasses the entire process from land clearing to biogas production, considering various parameters such as global warming potential, environmental ecotoxicity, eutrophication, and water usage. Based on the analysis, the highest emissions are generated by the plantations themselves. One of the impacts of oil palm plantations is the release of emissions equivalent to 20 tons of CO2 per year. These emissions can be reduced through various means, including the reuse of oil palm waste, including biogas. Biogas production can reduce greenhouse gas emissions by up to 85% compared to letting POME remain in open ponds. Substituting biogas as a fuel source for electricity generation can reduce emissions by up to 9.9% compared to diesel. Reducing the use of chemical fertilizers can also mitigate impacts, resulting in a 6% reduction in emissions compared to the initial usage level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Dewi Irzalinda
"ABSTRAK
Meningkatnya konsumsi kemasan plastik memberikan pengaruh pada lingkungan. Dampak lingkungan yang dihasilkan seperti kontribusi terhadap peningkatan global warming, non-renewable energy, dan dampak lingkungan lainnya. Dalam studi ini, penilaian dampak lingkungan dilakukan untuk mengevaluasi siklus hidup kemasan plastik fleksibel menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan dampak lingkungan yang diperoleh dalam proses pembuatan kemasan plastik fleksibel yang terdiri dari 2 lapis plastik dan aluminium. Kemasan yang dinilain adalah gabungan dari PET, LLDPE, dan Aluminium dengan OPP, CPP, dan Aluminium. Penelitian dilakukan berdasarkan 1 m2 kemasan plastik fleksibel yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan plastik OPP/CPP/Al memiliki dampak lingkungan terendah dari PET/LLDPE/Al. Selain itu, dampak lingkungan tertinggi dihasilkan dari kedua kemasan plastik selama proses dry laminating.

ABSTRACT
The increasing consumption of plastic packaging has an effect on the environment. The environmental impacts results contributing to increased global warming, non-renewable energy, and other environmental impacts. In this study, an environmental impact assessment was carried out to evaluate the life cycle of flexible plastic packaging using the Life cycle assessment (LCA) method. The purpose of this research is to analyze and compare the environmental impacts obtained in the process of making flexible plastic packaging consisting of 2 layer plastic and aluminum. The packaging assessed is a combination of PET, LLDPE, and Aluminum and OPP, CPP, and Aluminum. The study was conducted based on 1 m2 of flexible plastic packaging produced. The results showed that OPP/CPP/Al plastic packaging had the lower environmental impact than PET/LLDPE/Al. In addition, the highest environmental impact generated from both plastic packaging during the dry laminating process."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indry Maretania
"Meningkatnya konsumsi peralatan listrik dan elektronik terutama telepon seluler memberikan pengaruh pada lingkungan. Dampak lingkungan yang dihasilkan seperti kontribusi terhadap perubahan iklim, paparan partikel berbahaya, dan dampak lingkungan lainnya. Dalam studi ini, penilaian dampak lingkungan dilakukan untuk mengevaluasi proses pengelolaan limbah telepon seluler menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan dampak lingkungan yang diperoleh dari tiga jenis pengelolaan limbah yang sudah dipilih. Jenis yang terpilih tersebut terdiri dari proses pemulihan material tanpa pemulihan energi (MRF), insinerasi, dan pembuangan langsung ke landfill. Penelitian dilakukan berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan dalam ton per tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemulihan material tanpa pemulihan energi (MRF) memiliki dampak lingkungan terendah, sedangkan dampak lingkungan tertinggi dihasilkan dari proses pembuangan langsung ke landfill tanpa dikelola terlebih dahulu.

The increasing consumption of electrical and electronic equipment, especially mobile phones, has an impact on the environment. The resulting environmental impacts include contributions to climate change, exposure to hazardous particles, and other environmental impacts. In this study, an environmental impact assessment was conducted to evaluate the waste management process of mobile phones using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The aim of this research is to analyze and compare the environmental impacts obtained from three selected waste management options. The selected options consist of material recovery process without energy recovery (MRF), incineration, and direct disposal to landfill. The study was conducted based on the amount of waste generated in tons per year. The results showed that the material recovery process without energy recovery (MRF) has the lowest environmental impact, while the highest environmental impact is generated from the direct disposal process to landfill without prior management."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Susilo
"Teknologi pengolahan sampah di lokasi penelitian masih konvensional dengan menggunakan controlled landfill yang memberikan dampak lingkungan yang besar dan lahan yang luas. Life Cycle Assessment (LCA) adalah pendekatan yang berguna untuk menilai dampak lingkungan dari pengolahan limbah padat kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi limbah padat kota menjadi Refused Derived Fuels (RDF) dan menganalisis dampak lingkungan dari proses produksi RDF melalui dua skenario yaitu : mechanical biological treatment (MBT) dengan produksi RDF melalui Low Temperature Belt Dryer (LTBD) dengan menggunakan software OpenLCA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa limbah padat kota di ketiga lokasi memiliki potensi untuk menjadi RDF dengan melakukan pre-treatment karena memiliki kadar air yang tinggi dan Analisis menunjukkan bahwa konversi limbah padat kota yang mudah terbakar menjadi RDF dengan cara MBT lebih ramah lingkungan daripada LTBD dengan dampak lingkungan sebagai berikut: GWP 11,032 kg CO2 eq., Pengasaman 0,034 kg SO2 eq., Eutrofikasi 0,0084 kg PO4 eq, ODP 6,67 x 10-7 kg CFC-11 eq., dan Toksisitas manusia 4.78 kg 1,4 diklorobenzena eq

Waste processing technology at the research site is still conventional by using controlled landfills that provide a large environmental impact and a large area of land. Life Cycle Assessment (LCA) is a useful approach for assessing the environmental impact of municipal solid waste (MSW) treatment. The purpose of this study is to analyze the potential of municipal solid waste into RDF and analyze the environmental impact of the RDF production process through two scenarios, namely: mechanical biological treatment (MBT) with RDF production through a Low Temperature Belt Dryer (LTBD) using OpenLCA software. The results of the study showed that MSW in all three locations has the potential to become RDF by conducting pre-treatment because it has a high water content and analysis shows that the conversion of combustible municipal solid waste into RDF by means of MBT is more environmentally friendly than LTBD with the following environmental impacts: GWP 11.032 kg CO2 eq., Acidification 0.0344 kg SO2 eq., Eutrophication 0.0084 kg PO4 eq, ODP 6,67 x 10-7 kg CFC-11 eq., and Human toxicity 4,78 kg 1.4 dichlorobenzene eq."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Afriansyah
"Industri tahu yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dengan teknologi yang masih tradisional, penggunaan kayu bakar dan tidak adanya fasilitas pengolahan limbah cair berpotensi untuk memberikan dampak bagi lingkungan. Untuk menganalisis potensi dampak lingkungan yang dihasilkan dapat menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment terhadap daur hidup produksi tahu untuk dua industri tahu di kecamatan Mampang Prapatan dan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Analisis dampak dilakukan dengan metode change-oriented yaitu menggunakan tiga skenario untuk membandingkan penggunaan bahan bakar kayu, LPG dan adanya fasilitas pengolahan limbah cair untuk unit fungsional 1 kg tahu. Batasan sistem yang digunakan yaitu gate to gate dan pengolahan data menggunakan software OpenLCA serta metode CML-IA Baseline untuk metode penilaian dampak. Skenario penggunaan sampah kayu sebagai bahan bakar dan tanpa adanya pengolahan limbah cair pada daur hidup produksi tahu menghasilkan dampak tertinggi yaitu dampak GWP sebesar 3.73902 kg CO2 eq, acidification sebesar 0.02424 kg SO2 eq, eutrophication sebesar 0.02215 kg PO4 eq, human toxicity sebesar 2.55568 kg 1.4-DB eq dan photochemical oxidation sebesar 0.00090 kg C2H4 eq. Dengan analisis kontribusi diketahui proses perebusan merupakan hotspot dengan rata-rata kontribusi dampak sebesar 88.18% dengan sampah kayu sebagai kontributor utama. Pada industri tahu yang menggunakan LPG sebagai bahan bakar, hotspot terletak pada proses penggilingan kedelai dengan energi listrik sebagai kontributor utama. Rekomendasi perbaikan dengan penerapan cleaner production dan pembangunan fasilitas pengolahan limbah cair pada industri tahu diharapkan dapat menurunkan potensi dampak lingkungan yang dihasilkan.

The tofu industry, which is spread throughout the DKI Jakarta area, using traditional technologies, relies on firewood, and lacks wastewater treatment facilities, all of which have the potential to harm the environment. A life cycle assessment (LCA) approach can be applied for two tofu industries in the Mampang Prapatan and Jagakarsa sub-districts, South Jakarta, to analyse the potential environmental impacts. The impact analysis used a change-oriented LCA method with three scenarios to compare the use of wood fuel, LPG, and wastewater treatment facilities for the 1 kg tofu functional unit. Impact analysis was performed using OpenLCA software and the CML-IA Baseline method with a gate-to-gate system boundary. The scenario of using wood waste as fuel and without wastewater treatment in the life cycle of tofu production resulted the highest impact GWP of 3.73902 kg CO2 eq, acidification of 0.02424 kg SO2 eq, eutrophication of 0.02215 kg PO4 eq, human toxicity of 2.55568 kg 1.4-DB eq and photochemical oxidation of 0.00090 kg C2H4 eq. With contribution analysis, the use of wood waste as fuel in the boiling process is a main contributor to all impact categories with an average impact contribution of 88.18%. In the tofu industry that employed LPG as fuel, the hotspot lay in the soybean milling process, with electricity as the main contributor. Recommendations for improvement with the implementation of cleaner production and the construction of wastewater treatment facilities in the tofu industry are expected to reduce the potential environmental impacts produced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadian Nadif Haikal
"Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam salah satu penyumbang karbon dioksida terbesar di dunia. Industri semen merupakan industri yang masuk ke dalam sector IPPU (industrial process and product used) yang mana menyumbang emisi gas rumah kaca pada sector tersebut dibandingkan industri lainnya. Semen yang menjadi salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk sebuah infrastruktur bangunan. Indonesia yang sedang menggalangkan pembangunan infrastruktur nasional harus memerhatikan dampak lingkungan proses produksi semen terhadap lingkungan. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi semen dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua tahapan produksi yang memberikan dampak terbesar yaitu klin process dan finish mill & pack yang disebabkan akibat pembakaran batu bara. Penelitian ini membuat analisis perbandingan antara kondisi sekarang dengan target perusahaan dalam meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 15% dengan mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul dan membuat mitigasi pencegahan resiko
Indonesia is a country that is included in one of the largest carbon dioxide emitters in the world. The cement industry is an industry that is included in the IPPU (industrial process and product used) sector which contributes to greenhouse gas emissions in that sector compared to other industries. Cement is one of the raw materials needed for a building infrastructure. Indonesia, which is promoting the development of national infrastructure, must pay attention to the environmental impact of the cement production process on the environment. Thus, this study was conducted to analyze the environmental impact resulting from the cement production process using the life cycle assessment method. There are two stages of production that have the biggest impact, namely the klin process and the finish mill & pack caused by burning coal. This study makes a comparative analysis between the current condition and the company's target in increasing the use of alternative fuels by 15% by identifying risks that have the potential to arise and making risk prevention mitigations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Eugenia Gandasasmita
"Indonesia merupakan negara kedua terburuk dalam hal pengelolaan limbah plastik di dunia. Kebanyakan plastik di Indonesia dibakar secara terbuka dan ditimbun begitu saja. Pemerintah Indonesia sudah memiliki rencana penanganan yakni dengan melipatgandakan laju daur ulang. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang yang dilakukan di Indonesia. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang plastik polyethylene terephthalate dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua faktor terbesar yang menyebabkan dampak lingkungan pada proses daur ulang PET yakni, penggunaan maupun pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi serta pengelolaan limbah air dan bahan kimia sisa produksi yang kurang baik. Kedua faktor tersebut merupakan masalah utama yang harus diperbaiki untuk dapat menghasilkan potensi dampak lingkungan seminimal mungkin. Sehingga, perbaikan proses daur ulang PET dapat dimulai dengan memitigasi kedua faktor tersebut.

Indonesia is the second worst country in the world in terms of plastic waste management. Most plastic waste in Indonesia ended up being openly burned and in landfill. Indonesian government already made a strategic plan in handling this problem by doubling the recycling rate. Therefore, it is important to know how big does recycling process in Indonesia will impact the environment. Thus, this study is conducted to analyse the environmental impact of recycling polyethylene terephthalate plastic using the life cycle assessment method. It has been found that there are two main factors causing mostly of the environmental impact from PET recycling. Those factors are due to the combustion of fossil fuel as an energy source and the poorly managed waste water and chemical residues treatment. These two factors indicate that a corrective action must be made in order to produce minimum amount of environmental impact. Hence, improvement of the recycling process can start with mitigating these two factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Annisa Hariadi
"Life Cycle Assessment merupakan analisa aliran material yang dapat digunakan untuk memodelkan aliran material pada sistem pengolahan limbah padat. Studi dilakukan pada limbah padat TPA Cipayung, Kota Depok dengan jumlah limbah padat masuk rata-rata adalah 546,70 ton/hari atau 199.544,76 ton/tahun dengan potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan 392.425,53 ton CO2e/tahun. Skenario pengolahan limbah padat dilakukan untuk mengurangi potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, yaitu skenario kondisi eksisting, skenario perbaikan kondisi eksisting, dan skenario pengolahan sampah untuk masa yang akan datang pada tahun 2030. Rekomendasi pengolahan limbah padat untuk dapat mengurangi potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan adalah dengan pengomposan, daur ulang, dan Refuse Derived Fuel RDF . Pada pemodelan skenario tersebut diperoleh bahwa potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada kondisi eksisting dapat dikurangi hingga 37 yakni menjadi 246.697,87 ton CO2e/tahun. Pada tahun 2030, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada pengolahan limbah padat yang direkomendasikan meningkat 3,4 dari potensi emisi gas rumah kaca tahun 2016 yakni sebanyak 407.729,55 ton CO2e/tahun dengan jumlah limbah padat yang masuk meningkat 34 dari jumlah sampah tahun 2016.

Life cycle assessment is material flow analysis can be used to design material 39 s flow in waste processing of municipal solid waste. The research was done by waste in TPA Cipayung, Depok City with average amount input of waste 546.70 ton day or 199,544.76 ton year with greenhouse gas emissions potency that is produced 392,425.53 ton CO2e year. The waste processing scenario is made to reduce greenhouse gas emissions potency that is produced, such as exsisting condition scenario, exsisting condition improvement scenario, and waste processing scenario for the future in 2030. The recommendation of waste processing to reduce greenhouse gas emissions potency that is produced with composting, recycle, Refuse Derived Fuel RDF . In this scenario model conclude greenhouse gas emissions potency which is produced in exsisting condition can be reduced until 37 or 246,697.87 ton CO2e year. In 2030, greenhouse gas emissions potency that will be produced in recommended waste processing increase 3.4 from the greenhouse gas emissions potency in 2016 amount 407,729.55 ton CO2e year with total input waste amount increase 34 from total waste amount in 2016."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Dandy Widiantara
"Kegiatan produksi timah memberikan dampak negatif tidak hanya terhadap lingkungan dan tapi juga sumber daya alam. Hal ini terutama terjadi karena kebutuhan energi yang besar dalam kegiatan penambangan dan pengolahan timah. Salah satu kegiatan yang membutuhkan banyak energi adalah penggunaan energi. PT XYZ merupakan salah satu produsen timah di Bangka Belitung yang melakukan upaya efisiensi energi pada proses produksi nya. Untuk mengetahui dampak lingkungan dan efisiensi energi pada PT XYZ dilakukan penilaian daur hidup pada keselurah aktifitas produksi, yaitu menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi timah PT XYZ menggunakan metode LCA serta menganalisis penurunan dampak lingkungan dan biaya yang dihasilkan setelah adanya program-program efisiensi energi. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi daur hidup menggunakan metode LCA dengan software SIMAPRO dan metode CML IA Baseline, analisis pengelolaan energi menggunakan standar Sistem Manajemen Energi ISO 50001, serta perhitungan analisis biaya menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR). Program 1 yang diterapkan adalah modifikasi pengeringan debu tanur dengan menghilangkan unit rotary kiln. Program 2 yang diterapkan adalah peralihan teknologi tanur pantul menjadi tanur listrik. Pemilihan program didapatkan dari hasil penentuan Significant Energy Used (SEU), dan evaluasi eksisting menggunakan LCA. Hasil penilaian daur hidup setelah program didapatkan bahwa persentase dampak yang dihasilkan dari program 1 dan 2 jauh lebih rendah dibandingkan skenario 1, seperti terlihat pada dampak abiotic depletion, setelah adanya program 1 menjadi hanya 87,17% dan setelah program 2 sebesar 12,92% dibandingkan dengan eksisting (100%). Hal itu juga terjadi dengan ke empat dampak yang lain dari mulai global warming potential, ozone layer depletion, acidification, dan euthropication. Hasil analisis biaya program ke-1 adalah program yang akan memberikan benefit secara lebih cepat, karena perbandingan efisiensi energi dengan biaya investasi lebih baik. Tapi tidak signifikan memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan. Namun, program ke-2 memberikan benefit lebih lambat, namun memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan dengan lebih signifikan.

Tin production activities have a negative impact not only on the environment but also on natural resources. This mainly occurs because of the large energy requirements in tin mining and processing activities. One activity that requires a lot of energy is energy use. PT XYZ is one of the tin producers in Bangka Belitung which makes energy efficiency efforts in its production process. To determine the environmental impact and energy efficiency at PT XYZ, a life cycle assessment was carried out on all production activities, namely using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The aim of this research is to evaluate the environmental impacts resulting from PT XYZ's tin production process using the LCA method and to analyze the reduction in environmental impacts and costs resulting from energy efficiency programs. In this research, a life cycle evaluation was carried out using the LCA method with SIMAPRO software and the CML IA Baseline method, energy management analysis using the ISO 50001 Energy Management System standard, and cost analysis calculations using the Benefit Cost Ratio (BCR) method. Program-1 implemented was a modification of kiln dust drying by eliminating the rotary kiln unit. Program-2 implemented is the transition from reflective furnace technology to electric furnace. Program selection is obtained from the results of determining Significant Energy Used (SEU), and existing evaluation using LCA. The results of the life cycle assessment after the program showed that the percentage of impacts resulting from programs 1 and 2 was much lower than scenario 1, as seen in the impact of abiotic depletion, after program 1 it was only 87.17% and after program 2 it was 12.92% compared to existing (100%). This also occurs with the four other impacts starting from global warming potential, ozone layer depletion, acidification, and eutrophication. The results of the 1st program cost analysis are programs that will provide benefits more quickly because the ratio of energy efficiency to investment costs is better. However, it does not have a significant impact on reducing environmental impacts. However, the second program provides benefits more slowly but has a more significant impact on reducing environmental impacts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>