Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukmawijiati Inderasari Utami
"Minyak kayu putih dari distilasi Melaleuca cajuputi sering tidak memenuhi standar SNI 3954:2014, khususnya kandungan 1.8-sineol yang memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Fraksinasi distilasi vakum merupakan metode potensial untuk meningkatkan kandungan 1,8-sineol. Namun, belum ada penelitian yang mempertimbangkan rentang suhu fraksi sebagai variabel optimasi dan belum ada yang mengkaji pengaruhnya terhadap aktivitas antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan 1,8-sineol menggunakan fraksinasi distilasi vakum dan menguji pengaruhnya terhadap aktivitas antibakteri dan antioksidan. Fraksinasi distilasi vakum dilakukan pada tekanan -0,97 atm dengan variasi suhu V0 (35-37 °C), V1 (34-40 °C), V2 (32-42 °C), V3 (30-50 °C), V4 (27-60 °C), dan V5 (27-80 °C). Uji antibakteri menggunakan metode paper disc agar dan uji antioksidan menggunakan metode 2,2-diphenyl-1-picryhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi distilasi vakum dengan variasi V0 dapat meningkatkan kandungan 1,8-sineol dari 53,44% menjadi 74,71% dengan persen berat 17,07%. Variasi V4 menunjukkan hasil optimal dengan kandungan 1,8-sineol sebesar 70,54% dan persen berat 63,62%. Aktivitas antibakteri yang kuat terlihat pada variasi V0 dan V4 dengan diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus masing-masing 25,97 mm dan 21,48 mm, serta terhadap Escherichia coli masing-masing 26,92 mm dan 23,66 mm. Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada variasi V3 dengan persentase inhibisi sebesar 19,17%.

Cajuput oil, derived from Melaleuca cajuputi, often fails to meet Indonesian National Standard (SNI) 3954:2014 due to insufficient 1.8-cineole content, which possesses antibacterial and antioxidant properties. This study aimed to enhance 1.8-cineole content through vacuum distillation fractionation and evaluate its effects on antibacterial and antioxidant activities. Fractionation was performed under different range temperatures (V0-V5). Antibacterial activity was assessed using the paper disc agar method, while antioxidant activity was determined using the DPPH method. Results showed that V0 increased 1.8-cineole content from 53.44% to 74.71%, with a weight percentage of 17.07%. V4 yielded optimal results, with 1.8-cineole content of 70.54% and weight percentage of 63.62%. V0 and V4 exhibited strong antibacterial activity against Staphylococcus aureus (25.97 mm and 21.48 mm inhibition zone diameters) and Escherichia coli (26.92 mm and 23.66 mm). V3 displayed the highest antioxidant activity (19.17% inhibition). In conclusion, vacuum distillation fractionation effectively increased 1.8-cineole content in cajuput oil. V4 demonstrated the highest content and could potentially meet SNI requirements. Moreover, V0 and V4 exhibited potent antibacterial activity, while V3 showed notable antioxidant activity. These findings contribute to the development of cajuput oil with improved quality and enhanced bioactive properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Sintesis senyawa fenolipid berbasis asam risinoleat telah dilakukan pada penelitian ini. Sebelum sintesis fenolipid, dilakukan metilasi terhadap asam risinoleat terlebih dahulu. Keberhasilan reaksi metilasi diuji dengan penentuan persen konversi dan identifikasi menggunakan instrumentasi FTIR. Keberhasilan metilasi ditunjukkan dengan hilangnya gugus O-H karboksilat pada produk metilasi yang berada pada bilangan gelombang 3200-2400 cm-1 dengan persen konversi sebesar 94%. Sintesis senyawa fenolipid dilakukan dengan mereaksikan metil ester hasil sintesis dengan asam galat, menggunakan katalis ZnCl2 pada suhu 70 – 80 oC. Kedua reaksi dilakukan selama 6 jam dalam sistem refluks. Rendemen senyawa fenolipid hasil sintesis adalah 70,7%. Hasil sintesis diidentifikasi menggunakan instrumentasi FTIR dan juga dilihat keberhasilannya menggunakan KLT. Campuran kloroform/metanol (93:7) digunakan sebagai eluen pada KLT yang menghasilkan perbedaan nilai Rf pada ketiga sampel yang diuji. Nilai Rf yang dimiliki oleh senyawa fenolipid hasil sintesis 0,84, nilai ini merupakan nilai terbesar, sehingga menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki sifat paling nonpolar dibanding yang lain. Selanjutnya identifikasi FTIR menghasilkan pita serapan baru yang kuat pada bilangan gelombang 758,06 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus C-H aromatik (tekuk) pada produk hasil sintesis yang mengindikasikan keberhasilan dari proses sintesis yang dilakukan. Uji aktivitas antioksidan senyawa fenolipid dengan metode DPPH menunjukkan nilai persen inhibisi dengan kisaran 30-33%. Uji emulsifier senyawa fenolipid hasil sintesis menunjukkan kestabilan emulsi yang cukup baik pada pengamatan hingga 24 jam, dengan tipe emulsi yang terbentuk yaitu air dalam minyak (W/O). Selain itu, dilakukan analisis potensi antibakteri senyawa fenolipid terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Synthesis of phenolipid compounds based on ricinoleic acid has been carried out in this study. Before phenolipid synthesis, methylation of ricinoleic acid is carried out first. The success of the methylation reaction was tested by determining percent conversion and identification using FTIR instrumentation. The success of methylation is shown by the loss of the carboxylic O-H group in the methylation product which is at wave number 3200-2400 cm-1 with a conversion percentage of 94%. Synthesis of phenolipid compounds was carried out by reacting the synthesized methyl esters with gallic acid, using a ZnCl2 catalyst at 70-80 oC. Both reactions are carried out for 6 hours in the reflux system. The yield of synthesized phenolipid compounds is 70.7%. The synthesis results were identified using FTIR instrumentation and seen its success using TLC. A mixture of chloroform/methanol (93: 7) was used as an eluent in TLC which resulted in different Rf values in the three samples tested. The Rf value owned by the synthesized phenolipid compound is 0.84, this value is the largest value, thus indicating that the compound has the most nonpolar properties compared to the others. Furthermore, identification of FTIR produced a strong new absorption band at wave number 758.06 cm-1 indicating the presence of aromatic C-H groups (bending) on the synthesized product which indicated the success of the synthesis process carried out. The antioxidant activity test of phenolipid compounds with DPPH method showed a value of percent inhibition in the range of 30-33%. The emulsifier test of the phenolipid compound synthesized showed the stability of the emulsion was quite good at observations of up to 24 hours, with the type of emulsion formed, namely water in oil (W / O). In addition, an analysis of the antibacterial potential of phenolipid compounds against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis was carried out.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissatul Fitria
"Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri sering menimbulkan wabah penyakit pada ikan budidaya. Lingkungan yang buruk juga dapat menyebabkan stres oksidatif pada ikan. Ipomoea aquatica mengandung senyawa fenol dan flavonoid yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total, serta untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap ekstrak etanol 80% daun, batang, dan akar I. aquatica secara terpisah yang diekstraksi dengan metode ekstraksi UAE. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil penetapan kadar fenol total pada bagian daun sebesar (210,33 mg EAG/g ekstrak), batang (83,76 mg EAG/g ekstrak), dan akar (93,62 mg EAG/g ekstrak), sedangkan penetapan kadar flavonoid total memberikan hasil pada bagian daun sebesar (46,67 mg EK/g ekstrak), batang (14,43 mg EK/g ekstrak), dan akar (21,63 mg EK/g ekstrak). Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan nilai IC50 pada daun sebesar (9,93 μg/mL), batang (18,10 μg/mL), dan akar (17,91 μg/mL), sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP pada bagian daun sebesar (74,17 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), batang (26,44 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), dan akar (46,47 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak). Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 10,95 mm pada daun dan 9,35 mm pada batang, sedangkan ekstrak akar kangkung air tidak memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun, batang, dan akar kangkung air memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh ekstrak daun dan batang kangkung air.

Aeromonas hydrophila is a bacterium that often causes disease outbreaks in cultured fish. A bad environment can also cause oxidative stress in fish. Ipomoea aquatica contains phenolic and flavonoid compounds that have been shown to have antioxidant and antibacterial activity. This study aims to determine the total phenol and flavonoid levels, as well as to test the antioxidant and antibacterial activity of the 80% ethanol extract of the leaves, stems, and roots of I. aquatica which were extracted using the UAE extraction method. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-Ciocalteu method, while the determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method. Antioxidant activity testing was carried out using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity was tested by disc diffusion method. The results of the determination of total phenol levels in the leaves (210.33 mg EAG/g extract), stems (83.76 mg EAG/g extract), and roots (93.62 mg EAG/g extract), while the determination of total flavonoid levels gave results in the leaves (46.67 mg EK/g extract), stem (14.43 mg EK/g extract), and roots (21.63 mg EK/g extract). The results of the DPPH antioxidant activity test showed IC50 values in leaves (9.93 g/mL), stems (18.10 g/mL), and roots (17.91 g/mL), while the results of testing for FRAP antioxidant activity in leaves of (74.17 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), stem (26.44 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), and roots (46.47 g Fe2SO4equivalent/ 100 g extract). The results of the antibacterial activity test using the disc diffusion method showed antibacterial activity with an inhibition zone diameter of 10.95 mm on leaves and 9.35 mm on stems, while water spinach root extract had no antibacterial activity. Based on the results of these studies, it can be concluded that the extracts of water spinach leaves, stems, and roots have antioxidant activity, while the antibacterial activity is only possessed by water spinach leaf and stem extracts."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Rahadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Alfa Wezy Anugrah
"Infeksi bakteri telah menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan secara global. Oleh sebab itu, kebutuhan akan agen antibakteri baru terus dikembangkan untuk mencegah penyebaran bakteri. Kumarin dan turunannya dikenal memiliki aktivitas biologi yang luas, termasuk antibakteri. Dalam penelitian ini, telah berhasil disintesis senyawa turunan 4-metilkumarin yaitu 3-asetil-4-metilkumarin (1), etil-4-metil-kumarin-3-karboksilat (2), dan 3-siano-4-metilkumarin (3) melalui reaksi kondensasi Knoevenagel yang dikatalisis oleh NaOH menggunakan metode MAOS. Senyawa 1 (43,54%) berhasil disintesis dalam kondisi bebas pelarut dengan mereaksikan 2-hidroksi asetofenon dan etil asetoasetat (1:1, mol/mol) dengan katalis NaOH 30% mol pada suhu 80oC selama 7 menit. Dengan memodifikasi waktu dan suhu reaksi pada kondisi optimum sintesis senyawa 1, senyawa 2 (28,00%) dan 3 (51,56%) berturut-turut berhasil disintesis menggunakan dietilmalonat dan etil sianoasetat sebagai pengganti metilen aktifnya. Penggunaan malononitril sebagai metilen aktif menghasilkan senyawa 3 dalam bentuk campuran berbagai turunan heterosiklik sebagai produk samping. Senyawa hasil sintesis diidentifikasi menggunakan KLT dan uji titik leleh, serta dikarakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis, NMR, dan LC-MS. Evaluasi aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram terhadap produk sintesis menunjukkan senyawa 1, 2, 3, dan campuran 3 memiliki aktivitas penghambatan lemah terhadap bakteri gram negatif, E. coli. Sementara hanya senyawa campuran 3 yang memberikan aktivitas penghambatan lemah terhadap bakteri S. aureus.

Bacterial infections have become a significant public health issue globally. Therefore, the need for new antibacterial agents continues to emerge to prevent the spread of bacteria. Coumarins and their derivatives are known to have a wide range of biological activities, including antibacterial. In this study, 4-methyl coumarin derivatives afforded, including 3-acetyl-4-methyl coumarin (1), ethyl-4-methyl-coumarin-3-carboxylate (2), and 3-cyano-4-methyl coumarin (3). through the Knoevenagel condensation reaction catalyzed by NaOH using the MAOS method. Compound 1 (43.54%) was formed under solvent-free conditions by reacting 2-hydroxy acetophenone and ethyl acetoacetate (1:1, mol/mol) with 30% mol NaOH catalyst at 80oC for 7 minutes. Modification of reaction time and temperature of optimum condition shows the formation of compounds 2 (28.00%) and 3 (51.56%). The use of malononitrile as active methylene induces compound 3 in the form of a mixture with various heterocyclic derivatives as a by-product. The synthesized compounds were identified using TLC and melting point tests and characterized using FTIR, UV-Vis, NMR, and LC-MS. Evaluation of antibacterial activity by disc diffusion method shows that compounds 1, 2, 3, and mixtures 3 showed weak inhibitory activity against gram-negative bacteria, namely E. coli. Meanwhile, only mixtures compound 3 showed weak inhibitory activity against S. aureus bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Denny Juli
"Nanas (Ananas Comosus) banyak mengandung nutrisi terutama senyawa bioaktif yang dikenal dengan bromelain. Bromelain merupakan enzim proteolitik yang kaya akan bioaktivitas dibidang kedokteran sebagai antiinflamasi, antibakteri, antitumor, pengobatan kardiovaskular dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini manfaat bromelain sebagai antiinflamasi dan antibakteri diimplementasikan sebagai sedian nanoemulsi dengan tujuan pemakaian topikal. Dengan ukuran droplet yang kecil mampu menembus permukaan kulit, sehingga tujuan pemakaian pun dapat tercapai. Isolasi dan pemurnian bromelain dari bonggol nanas telah dilakukan dimana didapatkan aktivitas spesifik larutan bonggol dan enzim kasar masing-masing 51,36 U/mg dan 68,62 U/mg. Selanjutnya fraksinasi enzim menggunakan (NH4)2SO4 dan menghasilkan aktivitas spesifik 118,48 U/mg dan dilanjutkan dengan formulasi nanoemulsi bromelain. Ada tiga formula nanoemulsi, keseluruh formula ini memiliki karakteristik dan stabilitas yang memenuhi standar nanoemulsi yang telah dilakukan. Namun dari ketiganya formula, formula tiga lebih baik karena memiliki ukuran droplet yang lebih kecil yakni 22.04 nm dengan viskositas ketiganya berada pada range gel yakni 3200cps. Selanjutnya pengujian antibakteri dengan menggunakan nanoemulsi bromelain konsentrasi 3% dan 5% b/v dan memiliki daya hambat yang lemah. Konsetrasi 7% b/v memiliki daya hambat paling kuat terhadap bakteri p. Acnes. Invitro pada kulit tikus memiliki kecepatan penetrasi sebesar 587,56 μg/cm2 yakni pada menit ke 30.

Bromelain is a major proteolytic enzyme that existed in pineapple core and is widely known for its rich bioactivities, including anti-inflammatory and anti- bacterial. In this research, the isolation, extraction, and purification of bromelain from pineapple core was successfully performed, followed by the formulation of bromelain nanoemulsion, which ended with the in vitro testing on mouse skin to determine its skin permeability. The bromelain activity was also evaluated in this study, whereas the specific activity was determined at 51.36 U/mg and 68.62 U/mg at pineapple core and crude enzyme fractions, respectively. Moreover, the further fractionation using (NH4)2SO4 was performed and resulted in the specific activities of 118.48 U/mg for fraction 0-50% at 12 hr. In addition, three formulas of bromelain nanoemulsion were created in this study and characterized further using organoleptic and in vitro tests. According to the PSA data, the Formula 3 nanoemulsion, which majorly comprised of Tween 80 and small amounts of lecithin, shown a smaller droplet size at 22.04 nm, which corresponds to its higher penetration rate at 587.56 μg/cm2 in 30 minutes. Moreover, the decreased bromelain proteolytic activity in Formula 3 was not significant compared to the other two formulas. Anti-bacterial activity of bromelain in formula 3 with the concentration 7% b/v had the higher inhibision activity 20 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Febrianauli
"Pengendalian penyakit pada ikan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan. Ikan rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri serta stres oksidatif yang dapat dipicu oleh kondisi lingkungan perairan. Senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tanaman dapat dijadikan alternatif antioksidan dan antibakteri yang aman dibandingkan dengan senyawa sintetis. Bacopa monnieri (L.) Wettst. merupakan tanaman akuatik yang telah ditemukan secara luas pada daerah tropis dan subtropis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total, kadar fenol total, dan aktivitas antioksidan serta antibakteri dari herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. yang tumbuh di Indonesia. Herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode Ultrasound Assisted ExtractionUAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar kuersetin. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-ciocalteu dengan standar asam galat. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP dengan standar asam askorbat sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara kualitatif dengan metode difusi cakram terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan antibiotik kloramfenikol standar sebagai kontrol positif. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. sebesar 2,05 mgEK/g dan kadar fenol total sebesar 8,83 mgEAG/g. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada asam askorbat dan ekstrak diperoleh nilai IC50 masing-masing sebesar 2,49 dan 61,47 μg/mL. Pada uji aktivitas antioksidan metode FRAP diperoleh nilai aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan ekstrak secara berurutan yaitu 329,09 dan 0,6 g FeSO4.7H2O ekivalen/100 g. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan terbentuknya zona hambat oleh antibiotik kloramfenikol standar dan ekstrak masing-masing sebesar 30,5 dan 7,05 mm.

Disease control in fish is an important aspect that must be considered in fish farming. Fish are susceptible to diseases caused by bacterial infections and oxidative stress that can be triggered by aquatic environmental conditions. Secondary metabolite compounds derived from plants can be used as a safe antioxidant and antibacterial alternative compared to synthetic compounds. Bacopa monnieri (L.) Wettst. is an aquatic plant that has been found widely in the tropics and subtropics region. Previous studies revealed that the extract of Bacopa monnieri (L.) Wetts. herbs have antioxidant and antibacterial activity. This study aimed to determine the total flavonoid content, total phenol content, antioxidant activity, and antibacterial activity of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs growing in Indonesia. Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was extracted with ethanol 70% using the Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-ciocalteu method with gallic acid as standard. Antioxidant activity assay was carried out by DPPH and FRAP methods with ascorbic acid standard as positive control. The antibacterial activity was tested qualitatively by disc diffusion method against Aeromonas hydrophila bacteria with standard chloramphenicol antibiotic as positive control. Total flavonoid content obtained from the extract of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was 2.05 mgQE/g and total phenol content was 8.83 mgGAE/g. The antioxidant activity assay using the DPPH method of ascorbic acid and extract showed IC50 values ​​of 2.49 and 61.47 μg/mL, respectively. In antioxidant activity assay with FRAP method, the antioxidant activity values ​​of ascorbic acid and extract were 329.09 and 0.6 g FeSO4.7H2O equivalent/100 g. The antibacterial activity assay showed inhibition zones by standard chloramphenicol antibiotic and extract were 30.5 and 7.05 mm, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Rasyid
"Teripang merupakan salah satu biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Meskipun demikian, penelitian tentang zat bioaktif teripang dari perairan Indonesia masih terbatas. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis jenis-jenis teripang yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dan menangkal radikal bebas (antioksidan), serta komponen senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi teripang yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Semua jenis teripang yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari perairan Lampung, Indonesia. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ABTS. Identifikasi senyawa dalam ekstrak dan fraksi teripang menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya fraksi n-heksan Stichopus quadrifasciatus dan ekstrak metanol Holothuria lessoni yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Ekstrak metanol H. lessoni dan fraksi etil asetat H. leucospilota terhadap Staphylococcus aureus; Sedangkan fraksi n-heksan S. quadrifasciatus, ekstrak metanol H. lessoni dan Bohadschia marmorata terhadap S. epidermidis. Tingkat aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh fraksi butanol H. lessoni dengan nilai IC50 109,7408 μg/mL, diikuti oleh ekstrak metanol H. leucospilota (155,0729 μg/mL), faksi n-heksan S. quadrifasciatus (157,9000 μg/mL), ekstrak metanol H. lessoni (163,8317 μg/mL) dan fraksi etil asetat H. leucospilota (181,8804 μg/mL). Analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa utama yang diidentifikasi dalam sampel uji terdiri dari siklononasiloksan, oktadekametil-, sikloheksasiloksan, dodekametil-, dan siklooktasiloksan, heksadekametil-. Dapat disimpulkan bahwa teripang H. lessoni merupakan salah satu jenis teripang yang memiliki potensi sebagai sumber antibakteri dan antioksidan alami di masa depan.

Sea cucumbers are one of the many marine biotas found in Indonesian waters. Nevertheless, research on the bioactive substances of sea cucumbers from Indonesian waters is still limited. The purpose of this study was to analyze the types of sea cucumbers that have antibacterial activity against acne-causing bacteria and free radicals scavengers (antioxidants), as well as the components of chemical compounds contained in the extracts and fractions of sea cucumbers that have antibacterial and antioxidant activity. All types of sea cucumbers used in this study were collected from Lampung waters, Indonesia. The maceration method was used for extraction with methanol as the solvent. The agar diffusion method was used to test antibacterial activity, and the ABTS method was used to test antioxidant activity. GC-MS was used for identification of compounds in the extract and fractions of sea cucumbers. The results showed that only the n-hexane fraction of Stichopus quadrifasciatus and the methanol extract of Holothuria lessoni showed antibacterial activity against Propionibacterium acnes. The methanol extract of H. lessoni and the ethyl acetate fraction of H. leucospilota were effective against Staphylococcus aureus, while the n-hexane fraction of S. quadrifasciatus, methanol extract of H. lessoni, and Bohadschia marmorata was effective against S. epidermidis. The highest level of antioxidant activity was shown by the butanol fraction of H. lessoni with an IC50 value of 109.7408 μg/mL, followed by the methanol extract of H. leucospilota (155.0729 μg/mL), the n-hexane faction of S. quadrifasciatus (157.9000 μg/mL), the methanol extract of H. lessoni (163.8317 μg/mL) and the ethyl acetate fraction of H. leucospilota (181.8804 μg/mL). GC-MS analysis showed that the main compounds identified in the test samples consisted of cyclononacyloxane, octadecamethyl-, cyclohexasiloxane, dodecamethyl-, and cyclooctasiloxane, hexadecamethyl-. It can be concluded that the sea cucumber H. lessoni is one type of sea cucumber that has potential as a source of natural antibacterials and antioxidants in the future."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>