Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzroo Asca Az Zahra
"Fenomena childfree telah menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat karena dianggap bertentangan dengan institusi, wacana dan praktik moral di Indonesia. Sikap masyarakat yang buruk terhadap keputusan untuk tidak memiliki anak membuat individu childfree rentan mengalami kehancuran moral. Ini terjadi ketika beberapa peristiwa atau orang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan memaksa mereka untuk secara sadar merenungkan tanggapan etis yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik etika oleh individu childfree sebagai upaya keluar dari kehancuran moral. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai literatur yang terkait dengan topik kehancuran moral dan etika oleh individu childfree di Indonesia. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa individu childfree yang mengalami kehancuran moral melakukan 5 praktik etika, antara lain: (1) tidak secara terbuka membahas pilihan untuk childfree kepada orang lain; (2) mengabaikan orang-orang yang kontra dengan childfree; (3) bergabung dengan orang-orang atau lingkungan yang menerima childfree; (4) berkomunikasi dengan individu yang kontra dengan childfree; (5) fokus terhadap kehidupan pribadi dan hal-hal positif lainnya.

The childfree phenomenon has raised pros and cons in society because it is considered contrary to institutions, discourse and moral practices in Indonesia. Poor societal attitudes toward the decision not to have children make childfree individuals vulnerable to moral breakdown. It occurs when some event or person interferes with a person's daily life and forces them to consciously contemplate an appropriate ethical response. This study aims to analyze ethical practices by childfree individuals as an effort to get out of moral decay. The research method used in this research is literature study by collecting various literature related to the topic of moral and ethical destruction by childfree individuals in Indonesia. The findings of this study indicate that childfree individuals who experience moral breakdown carry out 5 ethical practices, including: (1) not openly discussing choices for childfree with others; (2) ignoring those who are against childfree; (3) joining people or environments that accept childfree; (4) communicating with individuals who are against childfree; (5) focusing on personal life and other positive things."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginan Aulia Rahman
"David Hume menulis dua buku yang membahas moral secara filosofis dan komprehensif yaitu A Treatise of Human Nature dan An Enquiry Concerning the Principle of Morals. Hume mendapat kritik dari Jeremy Bentham dan Immanuel Kant bahwa kajian filosofisnya terhadap moral tidak memberikan pedoman untuk membuat putusan moral etika normatif . Robert Shaver dan Nicholas Capaldi membantah kritik tersebut. Keduanya mengatakan bahwa Hume memiliki teori putusan moralnya sendiri yang unik. Namun, pembelaan mereka tidak menunjukkan teori moral Hume yang bisa digunakan membuat putusan moral. Penelitian tulisan ini akan memaparkan pemikiran moral Hume yang dilandasi oleh teori epistemologinya yaitu empirisme, lalu dengan menggunakan enam kriteria putusan moral dari B. C. Bostow sebagai alat analisis, tulisan ini memperkuat argumentasi bahwa Hume memiliki teori putusan moral sendiri yaitu etika kebajikan.

David Hume wrote two philosophy books that concern about moral A Treatise of Human Nature dan An Enquiry Concerning the Principle of Morals. Hume gets criticism from Jeremy Bentham and Immanuel Kant that his philosophical theory of morals does not provide guidance for making moral judgments normative ethics . Robert Shaver and Nicholas Capaldi denied the criticism. Both say that Hume has his own unique moral judgement theory. However, their defense does not show Hume 39 s moral theory that can be used to make moral judgments. The study of this paper will describe Hume 39 s moral thinking based on his epistemology theory empiricism and then using the six criteria of the moral ruling by B. C. Bostow as an analytical tool. This paper reinforces the argument that Hume has his own moral judgment theory, that is virtue ethics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Daradjat
Jakarta: Bulan Bintang, 1975
170.92 ZAK m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Rizaldy
"Tulisan ini berkontribusi dalam mengkaji moral entrepreneurs di masyarakat, bahwa ada kelompok tertentu berusaha menegaskan nilai moralnya ke masyarakat. Isu mengenai LGBT tahun 2016 sempat menjadi topik utama di media massa. Isu LGBT berakar pada sebuah organisasi intra kampus Support Group and Resource Center Sexual Studeis Universitas Indonesia atau SGRC UI. Salah satu media yang memberitakan secara intens adalah Media X. Media X yang memiliki ideologi dan kepentingan kelompok tertentu berusaha melakukan penegasan moral ke masyarakat. Perannya dalam mengkonstruksi realitas sosial sangat mungkin untuk mendefinisikan kelompok tertentu sebagai penyimpang moral masyarakat. Media X melalui framing berita berusaha memarjinalkan SGRC UI sebagai kelompok menyimpang karena dianggap mengancam nilai moral masyarakat. Untuk memperkuat argumen akan dilakukan analisis framing dari beberapa karya ilmiah lainnya.

This paper contribute for reviewing moral entrepreneurs in society, there are certain groups trying to assert their moral values to the community. The issue of LGBT in 2016 has become a major topic in the mass media. The LGBT issue is rooted in an intra-campus organization of the Support Group and Resource Center of Sexual Studies University of Indonesia or SGRC UI. One of the media that preaches intensely is Media X. Media X has ideology and their own interest where they want to give moral affirmation to the people. Their role in constructing social reality might be define certain groups as a moral deviation of society. Through news framing, Media X trying to marginalize SGRC UI as a deviant group as it is considered threatening moral values of society. To strengthen the argument, this paper will involve framing analysis of several other scientific works."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salfa Nafisa Nuha
"Di Lebanon, film series “Dollar” dikenal sebagai salah satu tayangan film favorit yang memiliki alur menarik dan berbagai nilai moral yang terdapat dari setiap adegannya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah tentang moral. Penelitian ini membahas tentang nilai moral yang terdapat dalam film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena bertumpu pada fenomenologi. Selain itu, metode yang digunakan lainnya yaitu metode strukturalisme sastra karena pendekatannya yang menekankan unsur intrinsik yang terdapat di dalam suatu karya. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa aspek moral yang paling banyak adalah nilai moral etika dan kesusilaan yang tidak baik yang menggunakan dollar sebagai objeknya.

In Lebanon, the film series "Dollar" is known as one of the favorite film shows that has an interesting plot and various moral values contained in each scene. Therefore, the purpose of this study is about morals. This study discusses the moral values contained in the film. The method used in this study is a qualitative method because it is based on phenomenology. In addition, another method used is the method of literary structuralism because of its approach which emphasizes the intrinsic elements contained in a work. From the results of this study it was found that the moral aspects that were most prevalent were ethical and decency moral values that were not good which used dollars as their object."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Dhuta Wijaya
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang kemampuan Lembaga Penjamin Simpanan dalam
menghadapi potensi risiko moral hazard terutama yang berhubungan dengan
penyaluran kredit perbankan. Keberadaan suatu institusi penjaminan simpanan
dimanapun akan selalu diiringi oleh risiko moral hazard bank-bank anggota
penjaminan. Penelitian ini dibatasi hanya meneliti bank-bank perkreditan rakyat
karena menimbang selama berdiri hingga saat ini, (2005-2012) paparan terbesar LPS
adalah disaat melikuidasi BPR. Risiko moral hazard tidak akan dapat dihilangkan,
namun dapat ditekan. Salah satu parameter yang sangat berpengaruh dalam menjaga
tingkat risiko moral hazard agar tetap rendah dan berada pada batas toleransi yaitu
nilai maksimum simpanan yang dijamin (coverage limit). Tesis ini juga berusaha
meneliti parameter lain yang berpengaruh dengan memasukkan variabel-variabel
makroekonomi seperti pertumbuhan PDB, laju inflasi, suku bunga acuan Bank
Indonesia, suku bunga yang dijamin oleh LPS, dan perkembangan penyaluran dana
kredit pada BPR. Dalam perkembangan penyusunan tesis ini, dilakukan juga
pengujian dalam mengukur risiko moral hazard yang berhubungan dengan kredit
BPR secara kuantitatif dengan mengadopsi metode dalam pengukuran pencadangan
klaim LPS yaitu pendekatan perhitungan value at risk CreditRisk+ dengan input data
berasal dari data non performing loan (NPL) BPR selama tahun 2011 yang masih
berada dalam proses maupun yang telah selesai proses likuidasinya oleh LPS.

Abstract
This research is to determine Indonesia Deposit Insurance Corporation (IDIC) ability
in order to encounter the impact of moral hazard risk in correlation with bank credit
disbursement. The existences of a deposit insurer institution everywhere will always
be followed by the moral hazard risk of bank members. This study limited to
scrutinize only rural banks because since the establishment (2005-2012) the IDIC
largest exposure was when it liquidated rural banks. The risk of moral hazard cannot
be eliminated, but it can be suppressed. One of the robust parameter that very
important in maintaining the level of moral hazard risk in order to remain low and on
the threshold of tolerance is the maximum deposit coverage limit. This research also
attempted to examine the other parameters that affect by asserted the macroeconomic
variables such as GDP growth, inflation rate, BI rate, deposit insurance rate, and the
development of rural banks credit disbursement. Furthermore, this study also try to
measured moral hazard risk in associated with rural banks credit failure quantitatively
by adopting the IDIC?s provision cover claim method using banking credit risk
measurement approach (internal rating based). After further consideration,
CreditRisk+ value at risk approach was chosen using input data from liquidated rural
banks non performing loan (NPL) during 2011"
2012
T32252
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Aina Salsabila
"Sekarang ini, dalam lingkup fandom daring, berkembang kelompok yang dikenal sebagai anti-shippers atau antis. Kelompok tersebut memiliki pemahaman bahwa ketertarikan dan imajinasi fiksional mencerminkan moralitas mereka di dunia nyata. Dengan anggapan tersebut, antis melakukan kekerasan dan ancaman kekerasan pada anggota fandom yang dianggap tidak bermoral. Penelitian ini mencoba menelaaah bagaimana perilaku demikian dapat dikatakan sebagai moral panic dan bagaimana perilaku ini dilihat dalam kriminologi budaya. Sebanyak total 896 post di media sosial X dalam kurun 2020-2024 dikumpulkan dan dikode secara kualitatif menggunakan analisis konten. Penelitian ini menemukan perilaku antis ini memenuhi aspek-aspek moral panic, di mana terdapat kekhawatiran mendalam pada sesuatu yang dianggap sebagai menyimpang, pembesar-besaran masalah, persetujuan bahwa masalah tersebut nyata dan harus segera diatasi, dan rasa permusuhan pada bagian fandom yang dianggap menyimpang. Selain itu, kekhawatiran ini pasang surut, di mana terdapat perbedaan perilaku kekerasan oleh antis yang diobservasi pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Menggunakan sudut pandang kriminologi budaya, dapat dikatakan antis mengkriminalisasi budaya yang telah ada dalam fandom dengan perilaku kekerasan yang sendirinya juga menjadi bagian dari budaya fandom. Antis sebagai bagian media baru memiliki konstruksi makna sendiri atas konsep kejahatan, serta menggunakan agenda political correctness. Penggunaan agenda tersebut digunakan untuk memposisikan diri sebagai pihak yang berwenang untuk menentukan moral mana yang benar dan yang tidak. Penggunaan kata-kata yang serius seperti pedofil sebagai senjata untuk membungkam konten fiksional yang dianggap menyimpang dikhawatirkan membuat maknanya berkurang dan merugikan bagi pihak yang secara keliru diberi stigma pelaku tindak kejahatan demikian.

Recently in online fandom space, there is an emerging group which contends that fictional interests and imaginations are indications of their morality in real life, known as anti-shippers or antis. With that belief, antis use violence and violent threats to those deemed immoral in the larger fandom space. This thesis examine how those behavior can be identified as a moral panic and how this behavior can be seen from cultural criminological lens. A total of 896 posts in social media X from 2020-2024 were evaluated and coded, utilizing content analysis. This thesis shows that the anti behavior fulfills aspects of moral panic, in which a deep concern of something deemed as a problem results in exaggeration of the problem itself, a consensus that the problem is real and something should be done, and hostility to those deemed as the problem. From cultural criminological lens, antis criminalize the fandom culture using violence, which in itself inevitably a part of fandom culture. As a part of new media, antis has their own construction of crime, using politically correct agendas to position themselves as morally pure people who has the authority to decide who is evil and who is not. Usage of heavy words such as “pedophile” as a weapon to silence fictional content regarded as deviant could result in the reduction of the meaning and could harm people who were wrongfully stigmatized as such."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coles, Robert
Boston: The Atlantic Monthly Press, 1986
155.418 COL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahruddin Faiz
"Kaidah Emas, “lakukan pada orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan”, adalah
landasan moral yang mudah sekali diterima oleh semua orang di mana pun. Maka, moral,
yakni soal benar/salah, sesungguhnya mudah dipahami secara intuitif. Tapi, mengapa
moral menjadi isu paling krusial di tengah masyakarat kita?
Lihatlah fakta: Indonesia konon salah satu negara paling religius tapi masuk peringkat
(ter)tinggi korupsi di dunia. Ratusan ribu orang setiap tahun mampu berhaji dan umrah,
tapi problem kemiskinan begitu mengerikan. Betapa sulitnya mengajarkan kebersihan dan
ketertiban di ruang publik, semisal membuang sampah sembarangan dan saling serobot di
jalan raya. Mengapa orang kita lebih mudah tertib di Singapura daripada di negeri sendiri?
Mengapa justru di negeri yang masyarakatnya mementingkan agama, moralitas seperti
terabaikan?
Buku ini membuka mata kita bahwa isu moral tersebut tidak sesederhana yang
dibayangkan orang. Di situ ada faktor kesadaran pribadi, sistem hukum, konvensi sosial,
adat dan kebiasaan, sistem pendidikan, dan sistem sosial, serta sistem keyakinan. Dari
mana kita mengurainya?
“Tak jarang karena ketidaksadaran dan ketidaktahuan, belakangan ini keharusan
mengedepankan moralitas dalam kehidupan keseharian kita terasa makin luntur.
Prioritas-prioritas lain—pengejaran kekuasaan, kemakmuran, dan popularitas—telah
menjadikan persoalan moralitas ini seperti terabaikan. Buku ini menjadi penting dalam
rangka menjernihkan dan memulihkan kesadaran kita bahwa hanya dengan senantiasa
menegakkan moralitas, peluang bagi kehidupan bersama
yang menjanjikan kebahagiaan bisa dipastikan.”
—Haidar Bagir, penulis Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan
“Manakala saya membaca buku ini, secara reflektif saya berteriak girang, ‘Wow, inilah
buku yang ditunggu-tunggu!’ Saya sungguh sangat mengagumi dan menaruh minat atas
karya Dr. Fahruddin Faiz ini. Buku ini disampaikan dengan narasi yang enak dan
menyentuh palung kalbu.”"
Bandung: Mizan, 2024
170 FAH f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Christiana Ratna Dewi
"Skripsi ini membahas nilai-nilai moral di dalam Babad Ponorogo. Nilai-nilai moral ini dianalisis untuk mencari jati diri masyarakat ponorogo. Teori yang digunakan adalah teori sistem nilai budaya yang dikemukakan oleh C. Kluckhohn (1961), sedangkan metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Pada Babad Ponorogo, ada 17 nilai moral yang diperoleh. Ketujuh-belas nilai moral tersebut mencakup hakekat hidup yaitu keimanan, keadilan, demokrasi, kerukunan, bersyukur, berprasangka baik, menjauhkan diri dari hawa napsu, dan kesabaran; hakekat karya manusia nilai moral yaitu gotong-royong, keadilan, keberanian, kemandirian, amanah, dan rajin bekerja; persepsi manusia tentang waktu nilai moralnya yaitu bersikap realistis; pandangan manusia terhadap alam sekitar dengan menghargai alam; hakekat hubungan manusia dengan sesama yaitu amanah, keadilan, tidak pamrih, tolong-menolong, rendah hati, dan kejujuran. Nilai-nilai moral yang terdapat di dalam Babad Ponorogo tersebut dapat dijadikan sebagai jati diri masyarakat Ponorogo.

This thesis discusses the moral values in the Babad Ponorogo. These moral values are being analyzed to find the identity of Ponorogo's community. The theory that being used is the theory of cultural value system by C. Kluckhohn (1961) and the methodelogical that being used is analytical descriptive. Babad Ponorogo has seventeen moral values. These seventeen moral values includes the essence of life: faith, justice, democracy, harmony, gratitude, prejudiced good, stay away from the passions, and patience; the essence of the moral values of human work are mutual help, justice, courage, independence, trust, and diligent work; human perception of time for being realistic; human view of the environment with respect for nature; the essence of human relationships with others that are trustworthy, fairness, no strings attached, mutual help, humility, and honesty. Moral values contained in the Babad Ponorogo can be used as identity Ponorogo society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>