Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217777 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Himma Illiyana
"Radiologi gigi dan mulut tidak lepas dari efek paparan radiasi sehingga diperlukan kebijakan untuk mengatur pemanfaatan peralatan radiasi dalam pelayanan kesehatan. Pemerintah mengatur pelayanan radiologi di Indonesia melalui Permenkes No.24 /2020 untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan yang diselenggarakan berdasarkan kemampuan fasilitas kesehatan meliputi sumber daya manusia dan peralatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Permenkes No.24/2020 dalam pelayanan gigi dan mulut, serta untuk mengetahui apakah kebijakan ini dapat terlaksana di RS Umum dan Khusus. Penelitian ini merupakan penelitian analisis kebijakan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep yang digunakan didasarkan pada berbagai teori top down dengan variabel yang diteliti berupa output, sumber daya manusia, sarana prasarana, pendanaan, dukungan organisasi, perhatian pers, budaya kerja, komunikasi dan struktur birokrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Permenkes No.24/2020 tidak dapat dilaksanakan di RS Khusus karena adanya perbedaan kebutuhan dengan RS Umum sehingga tidak sejalan dengan terminologi dan persyaratan yang disebutkan dalam Permenkes No.24/2020. Permenkes No.24/2020 tidak memfasilitasi tenaga spesialis radiologi dan peralatan seperti CBCT. sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Budaya kerja, komunikasi dan struktur birokrasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena tidak tersampaikannya isi peraturan kepada pelaksana pelayanan. Organisasi profesi dan perhatian pers tidak secara langsung mempengaruhi pelaksanaan kebijakan tetapi penting dalam tahap perumusan kebijakan. Perlu adanya koreksi dan tinjauan ulang terhadap muatan Permenkes No.24/2020 terkait dari  aspek efektivitas kebijakan, kejelasan rumusan, dan keterbukaan.

Dental radiology cannot be separated from the effects of radiation exposure. Radiology policies are needed to regulate the use of radiation equipment in health services. The government regulates radiology services in Indonesia through Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020 to improve the quality of health services by paying attention to safety and security aspects which are organized based on the capabilities of health facilities including human resources and equipment. This study aims to analyze the implementation of Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020 in dental care services, and to find out whether the policy can be implemented in General and Dental Hospitals. This research is a policy analysis with a qualitative approach through in-depth interviews and document review. The conceptual framework is based on various top down theories with the variables studied in the form of output, human resources, infrastructure, funding, organizational support, press attention, work culture, communication and bureaucratic structure. The results show that Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020 cannot be implemented in Dental Hospitals because there are differences in needs with General Hospitals so that they are out of sync with the terminology and requirements stated in Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020. Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020 does not facilitate dental radiology specialists and equipment such as CBCT thus creating legal uncertainty. Work culture, communication and bureaucratic structure are not functioning as they should because the contents of the regulations are not conveyed to service providers. Support from organizations and press attention do not directly affect service delivery but are important in policy process. Review of the contents of Regulation of Minister of Health Number 24 of 2020 is needed, especially related to the aspects of policy effectiveness, clarity of policy formulation, and transparency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ardhani
"Tuberkulosis (TB) saat ini masih menjadi global burden disease. Indonesia memiliki jumlah penderita TB terbanyak kedua di dunia dengan notifikasi kasus yang masih rendah, ini menandakan bahwa keterlibatan rumah sakit dalam program TB masih rendah salah satunya adalah rumah sakit khusus gigi dan mulut. Padahal tindakan perawatan gigi dan mulut memiliki risiko infeksi yang tinggi dan setidaknya terdapat lebih dari 15% pasien TB yang memiliki masalah gigi dan mulut. RSGM UGM Prof. Soedomo merupakan salah satu RS khusus dengan angka penemuan kasus yang rendah. Tujun Penelitian : Evaluasi program penanggulangan tuberkulosis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Gadjah Mada Prof. Soedomo Tahun 2023 yang dilihat dari komponen input, proses, dan output. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data akan diperoleh dengan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi di RSGM UGM Prof. Soedomo. Informan berjumlah 9 dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil : Komponen program TB mulai dari komponen input RS (SDM, sarana – prasarana, pembiayaan, sistem informasi, jejaring dan kemitraan), dan komponen proses (promosi kesehatan, surveilans, pengendalian faktor risiko, penemuan kasus) serta monitoring dan evaluasi sudah dijalankan sesuai dengan regulasi yang ada tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti pada pemanfaatan klinik isolasi dan bilik dahak yang jarang terpakai, mencegah keterlambatan pelaporan kasus TB ke aplikasi SITB, memperbaharui poster TB yang sudah lama, leaflet TB yang sudah habis dapat diisi kembali, monitor TV agar dapat dihidupkan setiap hari, dan kegiatan monitoring dan evaluasi TB yang belum dijalankan secara rutin. Komponen output yang hanya dilihat dari angka penemuan kasus masih berada dibawah target yang ditetapkan yaitu 0 (zero), ini disebabkan oleh tidak adanya pasien suspek TB yang datang ke RS mengingat RS merupakan RS Khusus Gigi dan Mulut. Kesimpulan : Seluruh komponen input, proses, dan output program TB RSGM UGM telah dijalankan sesuai dengan regulasi yang ada tetapi masih dapat dimaksimalkan.

Tuberculosis (TB) is currently still a global burden disease. Indonesia has the second highest number of TB sufferers in the world with case notifications which are still low, this indicates that hospital involvement in the TB program is still low, one of which is a special dental and oral hospital. However, dental and oral care procedures have a high risk of infection and at least more than 15% of TB patients have dental and oral problems. RSGM UGM Prof. Soedomo is a special hospital with a low case discovery rate. Research Aim: Evaluation of the tuberculosis control program at the Dental and Oral Hospital, Gadjah Mada University, Prof. Soedomo in 2023 as seen from the input, process and output components. Method: This research uses qualitative methods with a case study approach. Data will be obtained by in-depth interviews, document review, and observations at RSGM UGM Prof. Soedomo. Nine informants were selected using purposive sampling technique. Results: TB program components starting from hospital input components (HR, facilities, financing, information systems, networks and partnerships), and process components (health promotion, surveillance, risk factor control, case finding) as well as monitoring and evaluation have been carried out in accordance with existing regulations but there are several things that need to be improved, such as the use of isolation clinics and sputum chambers which are rarely used, preventing delays in reporting TB cases to the SITB application, renewing old TB posters, TB leaflets that have run out can be refilled, turn on the TV monitors every day, and TB monitoring and evaluation activities that are not yet carried out routinely. The output component which is only seen from the case discovery rate is still below the set target, namely 0 (zero), this is caused by the absence of suspected TB patients coming to the hospital considering that the hospital is a special dental and oral hospital. Conclusion: All input, process and output components of the UGM RSGM TB program have been carried out in accordance with existing regulations but can still be maximized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifuddin Dwi Satria
"Penelitian ini bertujuan menganalisis tuntutan klien terhadap pelayanan kesehatan yang dipersepsikan oleh perawat dan dihubungkan dengan kepuasan kerja perawat. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa perawat masih menggunakan paradigma lama dalam memberikan pelayanan dan belum berorientasi pada kebutuhan klien. Tempat penelitian adalah RSUD dr. Soedomo Trenggalek dengan responden 120 orang perawat dari total 140 orang perawat pelaksana. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesi,oner dari PPM (a = 0,873) untuk kepuasan kerja dan kuesioner hasil modifikasi dari peneliti sendiri untuk tuntutan klien terhadap pelayanan kesehatan. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional Uji coba kuesioner dilakukan di RSUD dr. Iskhak Tulungagung diperoleh nilai a = 0,941. Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil uji bivariat dengan kai kuadrat diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara tuntutan klieg terhadap pelayanan kesehatan yang dipersepsikan oleh perawat yang terdiri dari tuntutan disambut (p value = 0,009), tuntutan dimengerti (p value = 0,000), tuntutan rasa aman (p value = 0,000), tuntutan rasa nyaman (p value = 0,002) dengan kepuasan kerja. Tuntutan untuk dimengerti adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepuasan kerja. Hal ini bias berimplikasi pada penurunan pelayanan keperawatan karena perawat masih menganggap tuntutan klien rendah dan rata-rata tidak puas dengan pekerjannya. Rekomendasi untuk manajemen keperawatan Rumah Sakit terkait hasil penelitian ini adalah mempergunakan basil penelitian sebagai data awal guna pengembangan data awal manajemen keparawatan, mengadakan pelatihan atau seminar tentang pelayanan publik.

The aim of this research was to analyze client's demand for the health services which have been percept by nurses and correlated with nurses' job satisfaction. The background of this research was nurses still use old paradigm to give the health service to the client and have not oriented on the client's need. The place of this research in dr. Soedomo general hospital Trenggalek with 120 nurses as the sample which was taken of 140 nurses. Data was collected using the modification questioner of the researcher for client's demand (a = 0,941) and from PPNI for the nurses' job satisfaction (a = 0,873), Research design was co relational description with the cross sectional approach. For answer the research aim was using univariate, bivariate, and multivariate analysis.
The result of bivariate analysis with Chi-Square has been obtained there were significant relationship between the client's demands which was percept by nurses with nurses' job satisfaction. Severally client's demand for welcome (p value = 0,009), for understand (p value = 0,000), for security (p value = 0,000), and for comfort (p value = 0,002). The client's demand for understand was the most dominant variable which connect with nurses' job satisfaction. The recommendation for the Nursing Management in this general hospital are to use the result of this research as the beginning data to grow the data base nursing management, introduce the training and seminary about public services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Akmaludin Sahid
"Pemerintah Indonesia memliki target bebas karies 2030 diaman berdasarkan data pada tahun 2018, rata-rata indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah 7.1 dan masih belum memenuhi untuk target tahun 2020 yaitu sebesar 4.1, selain itu peresentase masyarakat di Indonesia yang memiliki kesadaran untuk melakukan pengobatan gigi masih tergolong rendah yaitu sebesar 16.3% pada tahun 2018. Sehingga terdapat tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada bidang kedokteran gigi agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan di dokter gigi. Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelyanan pada klinik gigi yang ada di Jakarta sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dari pasien dan mendorong masyarakat Indonesia untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini menggunakan dimensi kualitas pelayanan berdasarkan SERVQUAL yaitu Tangibility¸ Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy kemudian ditentukan 30 faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan gigi, survei dilakukan terhadap pasien pada 100 klinik di Jakarta untuk mendapatkan kesenjangan dalam kualitas layanan dan kemudian mengintegrasikan kessenjangan tersebut terhadap Model Kano sehingga didapat prioritas terhadap faktor-faktor tersebut dalam rangka peningkatan kualitas layanan pada klinik gigi di Jakarta

The Indonesian government has a caries-free target of 2030, and based on data in 2018, the average DMF-T index of permanent teeth in Indonesia is 7.1 that still does not meet the 2020 target of 4.1, besides that the percentage of people in Indonesia who have the awareness to do dental treatment is still relatively low at 16.3% in 2018. So there is a demand to improve the quality of services in the field of dentistry in order to improve the quality of dental health and public awareness to perform treatment at the dentist. This study aims to find out the factors that can affect the quality of services at dental clinics in Jakarta so that it is expected to increase patient satisfaction and encourage Indonesian people to seek treatment at the dentist. This study uses the dimensions of service quality based on SERVQUAL, namely Tangibility¸ Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy then determined 30 factors that affect the quality of dental health services, a survey was conducted on patients at 100 clinics in Jakarta to find gaps in service quality and then integrate these gaps into Kano model so that priority is obtained for these factors in order to improve service quality at dental clinics in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Agustina
"Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia hingga saat ini masih merupakan permasalahan yang belum kunjung usai. Sebanyak 57,6% penduduk Indonesia yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulutnya, baru terdapat 10,2% penduduk yang memperoleh perawatan dari tenaga medis gigi. Tesis ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kepemilkan jaminan kesehatan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ke tenaga medis gigi di Indonesia tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas terintegrasi Susesnas tahun 2018 dengan desain studi potong lintang. Permodelan menggunakan instrumental variabel digunakan karena adanya endogenitas pada variabel kepemilikan jaminan kesehatan. Hasil penelitian turut membandingkan besaran pengaruh antara kepemilikan jaminan kesehatan JKN dan Non-JKN.

Dental and oral health in Indonesia is still an unsolved problem. As many as 57.6% of the Indonesian population who have dental and oral health problems, only 10.2% of the population receive treatment from dental medical workers. This thesis aims to prove that health insurance ownership increases the utilization of dental and oral health services to dental medical workers in Indonesia in 2018. This study uses integrated data from Riskesdas and Susesnas 2018 with a cross sectional study design. For modeling, instrumental variables is used because of the endogeneity of the health insurance ownership variable. The results of the study also compare the magnitude of the effect between the JKN and Non-JKN health insurance ownership."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Ashari
"Saat ini masalah yang sering dihadapi rumah sakit pada umumnya yaitu belum mampu memberikan apa yang sebenarnya yang diharapkan pasien. Kurangnya kepedulian dan lambatnya penanganan dari pelaku kesehatan juga menjadi kendala mengapa pelayanan rumah sakit. Pasien menuntut sikap terhadap kepuasan pasien terhadap kualitas dan kepercayaan kepada pemberi jasa layanan. RSGM UNAND merupakan rumah sakit kesehatan gigi dan mulut dibawah naungan Fakultas Kedokteran Gigi UNAND yang memiliki mahasiswa profesi atau dokter gigi muda. Setiap tindakan dokter gigi muda masih berada dibawah supervisi dokter pembimbingnya. Dokter gigi muda yang menjalani pendidikan harus tetap memberikan perawatan sesuai keluhan dan diagnosis pasien tetapi juga harus menyelesaikan treatment kasus yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan pendidikan. Dalam studi pre klinik tentunya ini menjadi tantangan bagi dokter gigi muda maupun pihak RSGM UNAND untuk memberikan layanan yang berkualitas sehingga pasien dapat percaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut terhadap kepuasan dan kepercayaan pasien pada dokter gigi muda di RSGM Universitas Andalas. Penelitian kuantitatif menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan 228 sampel yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Dari hasil data analisis secara univariat dan path analysis ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kualitas layanan terhadap kepercayaan pasien (p value= <0,001, B=47,7%), hubungan kualitas layanan yang signifikan terhadap kepuasan pasien (p value= <0,001, B=37,4%), hubungan kepuasan layanan yang signifikan terhadapkepercayaan pasien (p value= <0,001, B=32,2%), dan hubungan kepuasaan pasien signifikan sebagai mediator pengaruh kualitas layanan terhadap kepercayaan pasien (p value= <0,001, B=12%).

Currently, the problem that hospitals often face in general is that they have not been able to provide what patients actually expect. The lack of concern and slow handling of health actors is also an obstacle to why hospital services. Patients demand an attitude towards patient satisfaction with quality and trust in service providers. RSGM UNAND is a dental and oral health hospital under the auspices of the Faculty of Dentistry UNAND which has dental preclinical students. Every action of dental preclinical students is still under the supervision of his supervising doctor. Dental preclinical students undergoing education must continue to provide treatment according to the patient's complaints and diagnosis but also must complete the case treatment that has been determined in completing education. In pre-clinical studies, of course, this is a challenge for dental preclinical students and the RSGM UNAND to provide quality services so that patients can trust.This study aimed to determine the effect of the quality of oral health services on patient satisfaction and trust in dental preclinical students at RSGM Universitas Andalas. Quantitative research using descriptive research with a cross sectional approach using 228 samples determined by accidental sampling technique. From the results of univariate data analysis and path analysis, it was found that there is a significant relationship between service quality and patient trust (p value = <0.001, B = 47.7%), a significant relationship between service quality and patient satisfaction (p value = <0.001, B = 37.4%), a significant relationship between service satisfaction and patient trust (p value = <0.001, B = 32.2%), and a significant relationship between patient satisfaction as a mediator of the effect of service quality on patient trust (p value = <0.001, B = 12%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Ayu Hapsari
"Tujuan: Mendeskripsikan inequality dalam perceived need dan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tahun 1993-2014.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain cohort menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) pada tahun 1993-2014 (n = 122.575). Analisis deskriptif, penghitungan Concentration Index (CI) dilakukan untuk melihat inequality pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan berbagai karakteristik sosiodemografi penduduk Indonesia pada tahun 1993-2014.
Hasil: Dari total keseluruhan responden IFLS 1-5, terdapat 12,86% individu yang memiliki perceived need dan hanya 23,13% individu yang melakukan utilisasi. Kemudian pada hasil analisis concentration index (CI) dari perceived need bernilai negatif pada IFLS 1 (CI = -0,006), IFLS 4 (CI = -0,014), dan IFLS 5 (CI = -0,004) sehingga mengindikasikan adanya signifikansi pro-poor inequality dalam perceived need dan bernilai positif pada IFLS 2 (CI = 0,02) dan IFLS 3 (CI = 0,015) sehingga mengindikasikan adanya signifikansi pro-rich inequality dalam perceived need. Sedangkan pada hasil analisis concentration index (CI) dari utilisasi bernilai positif pada IFLS 1 (CI = 0,111), IFLS 3 (CI = 0,092), IFLS 4 (CI = 0,94), dan IFLS 5 (CI = 0,249) sehingga mengindikasikan adanya signifikansi pro-rich inequality dalam utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut bernilai negative pada IFLS 2 (CI = - 0,008) sehingga mengindikasikan adanya signifikansi pro-poor inequality dalam utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat inequality dalam perceived need dan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 1993-2014.

Objectives: Describe the inequality in perceived need and utilization of dental and oral health services in Indonesia in 1993-2014.
Method: This research is a descriptive analytic study with a cohort design using secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 1993-2014 (n = 122.575). Descriptive analysis, calculating the Concentration Index (CI) was carried out to see the inequality in dental and oral health services with various sociodemographic characteristics of the Indonesian population in 1993-2014.
Result: Of the total IFLS respondents 1-5, there are 12.86% individuals who have perceived need and only 23.13% individuals who do utilization. Then the results of the concentration index (CI) analysis of perceived need are negative at IFLS 1 (CI = -0.006), IFLS 4 (CI = -0.014), and IFLS 5 (CI = -0.004), indicating a significant pro-poor inequality. in perceived need and has a positive value in IFLS 2 (CI = 0.02) and IFLS 3 (CI = 0.015) thus indicating a significant pro-rich inequality in perceived need. While the results of the concentration index (CI) analysis of utilization are positive at IFLS 1 (CI = 0.111), IFLS 3 (CI = 0.092), IFLS 4 (CI = 0.94), and IFLS 5 (CI = 0.249) thus indicating the significance of the pro-rich inequality in the utilization of dental and oral health services is negative in IFLS 2 (CI = -0.008), thus indicating a significant pro-poor inequality in the utilization of dental and oral health services.
Conclusion: Based on this research, it shows that there is still inequality in the perceived need and utilization of dental and oral health services in Indonesia in 1993-2014.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khullat Anees
"Latar Belakang: Tingginya angka pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan, kemungkinan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena akan lebih banyak populasi lansia dengan kondisi partially edentulous. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada responden dalam penelitian ini, dilakukan di Klinik Integrasi RSGM FKG UI oleh mahasiswa Program Profesi dan di Klinik Spesialis Prostodonsia oleh mahasiswa PPDGS Prostodonsia. Salah satu aspek keberhasilan perawatan gigi tiruan dapat dinilai dari tingkat kepuasan pasien. Salah satu kuesioner yang digunakan untuk self-assessment oleh pasien adalah kuesioner Patient’s Denture Assessment versi Bahasa Indonesia (PDA-ID) yang telah divalidasi untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Pada penelitian ini, kuesioner PDA-ID dimodifikasi untuk mengevaluasi kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Tujuan: Untuk mengevaluasi tingkat kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI, yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi, serta menganalisis pengaruh faktor sosio-demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) terhadap kepuasan pasien. Metode: Studi cross-sectional pada 52 responden (15 laki-laki, 37 perempuan), berusia 20 – 75 tahun, yang melakukan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI. Uji validitas kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dengan product moment Pearson dan uji reliabilitas dengan Cronbach’s alpha. Uji analitik bivariat dengan uji Fisher exact untuk menganalisis pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap kepuasan pasien, dan uji Kruskal-Wallis untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien. Hasil: Hasil uji validitas menunjukkan nilai korelasi Pearson seluruh item instrumen lebih dari r-tabel (r>0,2732) dan p<0,05. Hasil uji reliabilitas Cronbach’s alpha untuk skor keseluruhan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi adalah 0,927. Sebagian besar pasien (N=51, 98,1%) puas dan 1 orang (1,9%) pasien tidak puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasannya yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi. Kemudian berdasarkan hasil uji analitik bivariat, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik antara usia (p=0,250), jenis kelamin (p=0,288), dan tingkat pendidikan (p=0,583) yang berbeda terhadap kepuasan pasien.. Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dapat digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 98,1% pasien puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis RSGM FKG UI. Tidak terdapat pengaruh usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien.

Background: Patient wearing removable partial dentures has been high in the past and is expected to continue in the future. This happens as an aging population who retains more teeth will present with more partially edentulous conditions. Removable partial denture wore by respondents in this study was fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, by a prosthodontic resident and undergraduate student who had been supervised by a prosthodontist. One aspect of clinical success of denture treatment can be assessed in terms of patient satisfaction. One of questionnaires used for patient self-assessment is the validated Indonesian version of patient’s denture assessment (PDA-ID) for complete denture treatment. In this study, PDA-ID had been modified to evaluate patient satisfaction with removable partial denture. Objectives: To evaluate patient’s satisfaction with removable partial dentures (RPD) treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, using a modified PDA-ID questionnaire, and to analyze impact of socio-demography (age, sex, and level of education) to patient satisfaction. Methods: A cross-sectional study, that consisted of 52 respondents (15 male, 37 female), aged 20 – 75 years old, who wore removable partial denture that were fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. The validity testing was conducted with Pearson’s product moment and reliability testing was conducted with Cronbach’s alpha for modified PDA-ID questionnaire. The bivariate test through Fisher exact test was used for statistical analysis to analyze impact of age and sex to patient satisfaction, and Kruskal-Wallis test to analyze impact of educational level to patient satisfaction. Results: Statistical analyses results showed that instrument was valid, with Pearson’s product moment r > 0,2732, p<0,05 and instrument was reliable, with Cronbach’s alpha in summary score modified PDA-ID=0,927. Most of the patients (N=51, 98,1%) were satisfied and 1 patient (1,9%) was dissatisfied with their removable partial denture treatment. Statistically, bivariat test results showed that there were no significant differences in patient satisfaction between different age groups (p=0,590), between sexes (p=0,431), and level of education (p=0,615). Conclusion: Modified PDA-ID questionnaire can be used to assess patient satisfaction towards their removable partial denture treatment. The results of this study showed that 98,1% patients were satisfied with their removable partial denture treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Age, sex, and level of education were not associated with patient satisfaction with removable partial denture treatment"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Nur Fitriani
"Penelitian inimerupakan penelitian yang mencoba menjelaskan peran suatu bagian dalam sebuah organisasi,dalam mencapai tujuan organisasi. Penelitian ini mengkaji peranan Hubungan Masyarakat (humas) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dengan mengacu pada pelaksanaan Undang-undang no. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik danbagaimana humas kementerian tersebut menerapkan beberapa hal yang diwajibkan dalam undang-undang demi tercapainya suatu konsep good governance.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metode studi kasus yang menjadikan HumasKementerian PU sebagai objek penelitian. Pada pengumpulan data, penelitian ini menggunakan wawancara terhadap beberapa pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan strategis pada kinerja humas. Disamping itu peneliti menggunakan teori multi sistem dari Grunig sebagai alat analisis kinerja suatu kelompok atau organisasi.
Penelitian ini menemukan bahwa Humas Kementerian PU adalah tipe organisasi Sinkronis (synchronic) yang lebih mengutamakan respon masyarakat dari kebijakan yang sudah ditentukan. Disamping itu Humas Kementerian PU saat ini memiliki perilaku organisasi yang dikategorikan sebagai routine habit yang menjalankan program hanya sebatas rutinitas tanpa melakukan pencarian informasi yang lengkap. Sedangkan dari sisi anggota organisasi sebagian besar anggota Humas Kementerian PU saat ini bertipe routine habit yang bersifat pasif dan lebih bersifat menunggu arahan yang diberikandari atasan dibandingkan melakukan inisiatif tertentu.

This research conducted to explain how part of organization playing its role to reach out the organization?s aim. It trying to inspect the role of the public relations of Kementerian Pekerjaan Umum (PU) in applying the Act, which is UU no. 25 year 2009 about public services, and how they implemented compulsory Act in order to achieve good governance concept.
This research is a qualitative case study method and the public relations of Kementerian Pekerjaan Umum (PU) is the research object. Data collected by interviewing several official that have authorities in strategic decision-making in the public relations performances. Besides that, researcher using the Grunig?s theory of multi-system as organization?s analysis tools.
This research discover that they are a synchronic type organization, which means they accentuate responses from civilians about the policy that have been made before. At the same time, they have a fashion (so called ?routine-habit?) in running policy without digging any further complete information on how people responses. Meanwhile, this ?routine-habit? is also become a manner among organization?s member, lack of initiative and passively waiting for duty call.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlia Fardhana
"Clinical pathway merupakan sebuah alat untuk menjaga kualitas pelayanan dan efisiensi biaya dengan cara menstandarkan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi clinical pathway terhadap peningkatan kualitas pelayanan dan pengeluaran biaya yang lebih efisien. Analisis dampak dari implementasi clinical pathway dilakukan dengan cara membandingkan lama hari rawat, pelayanan, dan tagihan antara kelompok sebelum dan setelah implementasi clinical pathway dengan standar pelayanan. Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara sebelum dan setelah clinical pathway pada lama hari rawat yaitu sebesar 5,9 hari, namun pada setelah clinical pathway terjadi penurunan variasi dan lebih mengikuti standar dalam clinical pathway. Variasi laboratorium dan radiologi mengalami penurunan pada kelompok setelah clinical pathway namun pada obat terjadi peningkatan jumlah variasi. Tagihan pasien mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 19,66%. Peningkatan tagihan disebabkan oleh lama hari rawat yang cenderung lebih panjang pada kelompok setelah clinical pathway sehingga meningkatkan biaya akomodasi dan tindakan. Rumah sakit perlu melibatkan seluruh tenaga kesehatan terkait mulai dari proses pembuatan clinical pathway hingga implementasinya agar proses implementasi menjadi lebih maksimal. Selain itu, diperlukan peninjauan dan sosialisasi perihal peraturan terkait Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan, Panduan Praktik Klinis, dan clinical pathway oleh Kementerian Kesehatan, serta diperlukan kerja sama antara rumah sakit, Kementerian Kesehatan, dan BPJS dalam penyusunan hospital base rate untuk perbaikan tarif INACBG.

Clinical pathway is a tool to maintain service quality and cost efficiency by standardizing services. This study aims to determine the variations of medical services and costs by comparing before and after clinical pathway implementation. Medical services that were compared with service standard were length of stay and medical services including laboratory, radiology, and drugs. In this study, costs were the calculation of patients bills. There was no significant difference between the average length of stay before and after the clinical pathway, which was 5.9 days, but after clinical pathway group followed standard more precise with a decrease in variation. Laboratory and radiological variations decreased in the group after clinical pathway but for the drugs, there was an increase in the number of variations. Patient bills experienced a significant increase of 19.66%. The increase of patient bills was caused by length of stay which tend to be longer in groups after clinical pathway, thereby increasing accommodation and medical service costs. Hospitals need to involve all related medical practitioner starting from clinical pathway planning process to the implementation, so then the implementation become better. In addition, it is necessary to review and socialize regulation regarding National Health Service Guidelines, Clinical Practice Guidelines, and clinical pathway by the Ministry of Health, and cooperation between hospitals, Ministry of Health, and Social Insurance Administration Organization is required in preparation of base rate hospitals to improve INA-CBG tariffs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>