Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Reyhan Al Fakhri
"Penelitian ini membahas hubungan dukungan sosial teman sebaya dan peer attachment dengan penyesuaian diri mahasiswa perantau. Kemampuan penyesuaian diri merupakan hal yang penting untuk dimiliki mahasiswa perantau, karena di tahun pertamanya mahasiswa perantau akan mengalami culture shock dalam berbagai hal. Penelitian ini melihat beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian diri mahasiswa, diantaranya yaitu dukungan sosial teman sebaya dan peer attachment. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang cukup atau sedang antara dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri mahasiswa dengan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,541. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki oleh mahasiswa perantau, maka akan semakin baik penyesuaian dirinya. Sementara itu, penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif yang sedang antara peer attachment dengan penyesuaian diri mahasiswa perantau dengan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,498. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kuat peer attachment yang dimiliki oleh mahasiswa perantau, maka akan semakin baik penyesuaian dirinya.

This study discusses the relationship between peer social support and peer attachment with the adjustment of overseas students. The ability to adapt is an important thing for overseas students to have, because in their first-year overseas students will experience culture shock in various ways. This study looks at several factors that can influence student adjustment, including peer social support and peer attachment. Respondents in this study were first-year students of the Faculty of Political Science and Political Science, University of Indonesia who came from outside Jabodetabek. The research method used in this research is a quantitative method with a descriptive research type. The data collection technique in this study used stratified random sampling. The results of this study indicate that there is a moderate positive relationship between peer social support and student adjustment with a correlation coefficient (r) of 0.541. This value indicates that the higher the social support possessed by overseas students, the better their adjustment will be. Meanwhile, this study also showed a moderate positive relationship between peer attachment and self-adjustment of overseas students with a correlation coefficient (r) of 0.498. This shows that the stronger the peer attachment possessed by overseas students, the better their adjustment will be."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Yunian Putri
"Culture shock merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami adanya rasa ketidaknyamanan atas apa yang dilakukannya saat berada di lingkungan yang baru atau berbeda secara signifikan dengan lingkungan asalnya, sehingga membuat seseorang sulit untuk beradaptasi. Ketidaknyamanan ini dapat mencakup perbedaan dalam norma sosial, nilai budaya, dan perilaku yang berlaku di lingkungan baru. Individu yang mengalami culture shock seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi, karena mereka merasa tidak familiar dengan aturan dan norma yang berlaku. Teman sebaya tidak hanya dapat memberikan kenyamanan emosional, tetapi juga menyediakan sumber daya yang mendukung proses adaptasi individu di lingkungan yang baru dan jauh dari lingkungan keluarganya. Dukungan sosial ini mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan pemahaman bersama yang dapat membantu individu untuk mengatasi tantangan culture shock dan mempercepat proses adaptasi mereka. Saat ini pemerintah memberikan kesempatan untuk para mahasiswa yang ingin merasakan belajar di luar negeri melalui program barunya yaitu IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Program IISMA sudah berjalan selama 2 tahun sejak 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan culture shock pada mahasiswa yang mengikuti program belajar di luar negeri, secara spesifik pada penelitian ini ialah program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah stratified random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi Kendall’s tau b serta uji validatitas dan reliabilitas. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Desember 2023 kepada 74 mahasiwa Universitas Indonesia yang telah menyelesaikan program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) batch 1 maupun batch 2. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat culture shock dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,237 dan p-value 0,037. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang dihasilkan rendah, tetapi hubungan antara keduanya negative yang berarti semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat culture shock yang dialami. Terdapat beberapa saran yaitu mahasiswa IISMA perlu persiapan akademis dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial lokal untuk mengatasi culture shock. Kemudian, pengembangan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial dapat diperkaya dengan program adaptasi, metode pengajaran interaktif, dan sumber daya online, serta kolaborasi dengan lembaga dukungan mahasiswa. Terakhir, penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan culture shock, menyarankan penelitian lanjutan untuk eksplorasi program dukungan inovatif.

Culture shock is a condition in which an individual experiences discomfort in response to their actions in a new environment significantly different from their original one, making it challenging for them to adapt. This discomfort may encompass differences in social norms, cultural values, and behaviors prevailing in the new environment. Individuals undergoing culture shock often face difficulties in adapting because they feel unfamiliar with the rules and norms in place. Peers can provide not only emotional comfort but also resources that support the individual's adaptation process in a new environment far from their family setting. This social support includes the exchange of information, experiences, and shared understanding that can help individuals overcome culture shock challenges and expedite their adaptation process. Currently, the government offers opportunities for students who want to experience studying abroad through its new program called the Indonesian International Student Mobility Award (IISMA). The IISMA program has been running for two years since 2021. This research aims to determine the relationship between peer social support and culture shock in students participating in study abroad programs, specifically focusing on the IISMA program. The research employs a quantitative approach with a survey type. The sampling technique used is stratified random sampling. The analysis techniques include univariate and bivariate analyses using cross-tabulation tables and Kendall's tau-b correlation test, as well as validity and reliability tests. The study was conducted from May to December 2023 on 74 students from the University of Indonesia who have completed the IISMA program batches 1 and 2. The results of the Kendall's tau-b correlation test show a significant negative relationship between peer social support and the level of culture shock, with a correlation coefficient of -0.237 and a p-value of 0.037. This result indicates a low relationship, but the negative correlation suggests that the higher the level of peer social support, the lower the level of experienced culture shock. There are several recommendations, namely that IISMA students need academic preparation and active participation in local social life to overcome culture shock. Furthermore, the development of the Human Behavior and Social Environment course can be enriched with adaptation programs, interactive teaching methods, online resources, and collaboration with student support institutions. Finally, research indicates a significant relationship between peer social support and culture shock, suggesting further research to explore innovative support programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Bara Wedaloka
"Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001.

This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Sulistiawijaya
"Mahasiswa keperawatan tentunya akan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan akademik yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecemasan, stres, depresi, sampai dengan pengunduran diri dari perkuliahan. Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang terjadi mahasiswa memerlukan resiliensi, dalam konteks akademik disebut dengan resiliensi akademik. Dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy yang tinggi dapat menjadi faktor dalam membentuk atau meningkatkan resiliensi akademik pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy dengan resiliensi akademik pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dilakukan pada 246 mahasiswa keperawatan di salah satu institusi pendidikan di Indonesia dengan teknik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner karakteristik responden, The Academic Resilience Scale-30 (ARS-30), The Social Provision Scale (SPS), dan General Self-Efficacy Scale (GSE). Penelitian ini telah lolos uji etik fakultas dengan nomor registrasi KET-018/UN2.F12.D1.2.1/PPM.00.02/2023. Hasil penelitian dianalisis dengan uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan resiliensi akademik (p-value= 0,001 r=0,425) dan self-efficacy dengan resiliensi akademik (p-value= 0,001 r=0,557). Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk menyusun dan melaksanakan program yang dapat membantu mahasiswa mengoptimalkan hubungan pertemanannya serta meningkatkan keyakinannya terkait dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan pendidikan.

Nursing students will certainly always be faced with various challenges and academic problems that have the potential to cause anxiety, stress, depression, and even withdrawal from lectures. In facing the challenges and problems that occur, nursing students need resilience, in the academic context it is called academic resilience. High peer social support and self-efficacy can be factors in forming or increasing academic resilience in nursing students. This study aims to identify the relationship between peer social support and self-efficacy with academic resilience in nursing students. This study is a quantitative study with a cross-sectional approach. Conducted on 246 nursing students in one of the educational institutions in Indonesia with a proportionate stratified random sampling technique. Data was collected using a respondent characteristics questionnaire, The Academic Resilience Scale-30 (ARS-30), The Social Provision Scale (SPS), and General Self-Efficacy Scale (GSE). This research has passed the faculty ethics test with registration number KET-018/UN2.F12.D1.2.1/PPM.00.02/2023. The results of the study analyzed with the Spearman correlation test showed a significant relationship between peer social support with academic resilience (p value = 0.001 r = 0.425) and self-efficacy with academic resilience (p value = 0.001 r = 0.557). This study recommends educational institutions develop and implement programs that can help nursing students optimize their friendship relationships and increase their confidence related to their ability to complete their education. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibras Widad Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan empati dengan perilaku prososial pada mahasiswa. Perilaku prososial menjadi suatu perilaku yang penting dimiliki bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial karena mata kuliah dan kurikulum yang dipelajari serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial lekat sekali dengan upaya pengembangan perilaku prososial. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program SarjanaIlmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Angkatan 2019-2022 sebanyak 179 mahasiswa dengan menggunakan metode kuantitatif, jenis penelitian korelasional dan menggunakan stratified random sampling sebagai teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi kendall's tau b dan juga melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Pengukuran variabel dukungan sosial teman sebaya menggunakan 4 dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif (House, 1981). Pengukuran variabel empati menggunakan menggunakan 2 dimensi, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005).Sedangkan, pengukuran untuk variabel terikat perilaku prososial berdasarkan teori dari Schroeder (Bierhoff, 2002) dengan pengukuran berdasarkan 2 dimensi juga, yaitu menolong dan kerja sama. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban, yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu.
Hasil univariat penelitian ini menunjukkan bahwa 86,6% responden memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, 90,5% responden memiliki tingkat empati yang tinggi, dan82,1% responden memiliki tingkat perilaku prososial tinggi. Kemudian, dari hasil uji bivariat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,372 dan p-value 0,001.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun kekuatan hubungan yang dihasilkan cukup, tetapi hubungan antara keduanya positif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya semakin tinggi perilaku prososial. Sedangkan, hubungan antara empati dengan perilaku prososial adalah positif dan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,456 dan p-value sebesar 0,001 < 0,05. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antaranya cukup, tidak lemah dan juga tidak kuat, tetapi hubungan yang dihasilkan positif, artinya semakin tinggi empati mahasiswa semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimiliki.

This study aims to identify the relationship between peer social support and empathy with prosocial behavior in college students. Prosocial behavior is an important behavior for Social Welfare students because the courses and curriculum studied and the activities carried out by Social Welfare students are closely related to efforts to develop prosocial behavior. Respondents in this study were 179 students of the Social Welfare Science Undergraduate Program at the University of Indonesia, with a total of 179 students using quantitative methods, this type of correlational research and using stratified random sampling as a data collection technique. The data analysis technique used was univariate and bivariate analysis using cross tables and Kendall's tau b correlation test and also conducting validity and reliability tests.
The measurement of peer social support variables using 4 dimensions, namely emotional support, appreciation support, instrumental support, and informative support (House, 1981). The measurement of empathy variables using 2 dimensions, namely cognitive and affective (Baron & Byrne, 2005). Meanwhile, the measurement for the dependent variable of prosocial behavior is based on the theory of Schroeder (Bierhoff, 2002) with measurements based on 2 dimensions as well, namely helping and cooperation. The research instrument uses a Likert scale with 5 alternative answers, namely never, rarely, sometimes, often and always.
The univariate results of this study showed that 86.6% of respondents had a high level of peer social support, 90.5% of respondents had a high level of empathy, and 82.1% of respondents had a high level of prosocial behavior. Then, from the results of the bivariate test it is known that there is a positive and significant relationship between peer social support and prosocial behavior with a correlation coefficient of 0.372 and a p-value of 0.001.
These results indicate that although the strength of the resulting relationship is sufficient, the relationship between the two is positive, which means that the higher the peersocial support, the higher the prosocial behavior. Meanwhile, the relationship between empathy and prosocial behavior is positive and the correlation with coefficient is 0.456 and the p-value is 0.001 <0.05. These results can be interpreted that the strength of the relationship between them is sufficient, neither weak nor strong, but the resulting relationship is positive, meaning that the higher the student's empathy, the higher the prosocial behavior they have.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabira Hana Pribadi
"Berbagai tantangan dalam kehidupan mahasiswa membuatnya rentan mengalami masalah kesehatan mental sehingga mahasiswa perlu melakukan koping dengan mencari bantuan kepada profesional. Aspek penting yang mendasari perilaku mencari bantuan kepada profesional adalah sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bertujuan melihat keterkaitan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan figur signifikan dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bersifat korelasional dengan metode pengambilan data survei daring. Partisipan merupakan 268 mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun di Universitas Indonesia. Alat ukur yang digunakan yaitu Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial secara keseluruhan (r = 0,255, p < 0,01), maupun dari masing-masing sumber yaitu keluarga (r = 0,149, p < 0,01), teman (r = 0,230, p < 0,01), dan figur signifikan (r = 0,179, p < 0,01) dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan program intervensi bagi pihak universitas dan tenaga kesehatan mental profesional.

Various challenges in college students’ lives made them prone to mental health problems. Such problems lead to students’ need of coping, by which they seek professional help. An important aspect that underlying help-seeking behavior is attitude toward seeking professional psychological help. This study aims to investigate the relationship between perceived social support from family, friends, and significant others with attitude toward seeking professional psychological help. This study is correlational using the online survey data collection method. Participants were 268 college students aged 18–25 years old at the University of Indonesia. The measurements used in this study are Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). The result shows that there is a positive and significant relationship between overall perceived social support (r = 0,255, p < 0,01) as well as perceived social support from family (r = 0,149, p < 0,01), friends (r = 0,230, p < 0,01), and significant others (r = 0,179, p < 0,01) with attitude toward seeking professional psychological help. This research can be used as a basis for the development of intervention programs for universities and mental health professionals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Azzahra
"Kesulitan mahasiswa tahun pertama untuk berteman atau masuk ke dalam kelompok teman sebaya di lingkungan yang baru dapat menghambat penyesuaian dirinya, terutama ketika masa pandemi COVID-19 yang membatasi interaksi sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat hubungan antara penerimaan teman sebaya dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi di masa pandemi COVID-19. Penerimaan teman sebaya diukur menggunakan Perceived Acceptance Scale (PAS) sementara penyesuaian diri mahasiswa diukur menggunakan Student Attitude and Perception Indonesia (SAPS). Responden dalam penelitian adalah 152 mahasiswa tahun pertama dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan rentang usia 18–22 tahun yang menjalani sistem pembelajaran daring dan belum pernah berkuliah sebelumnya. Teknik analisis Pearson Correlation digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara penerimaan teman sebaya dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama yang berarti bahwa mahasiswa tahun pertama dengan penerimaan teman sebaya yang tinggi cenderung memiliki penyesuaian diri yang tinggi.

The problem of making friends or joining peer groups in a new environment among first-year college students can hinder their adjustment, especially during the COVID-19 pandemic which limits social interaction. This research is a quantitative research that aims to investigate the relationship between peer acceptance and college adjustment among first year students in higher education in COVID-19 pandemic. The degree of peer acceptance is measured by Perceived Acceptance Scale (PAS) while the degree of college adjustment is measured by Student Attitude and Perception Survey (SAPS). Participants in this study were 152 first-year college students from various universities in Indonesia aged 18–22 years old, who were undergoing an online learning system and never had any experience of study in college before. Pearson Correlation analysis technique was used to answer the research problem. The result shows that there is a positive and significant correlation between peer acceptance and college adjustment in first-year college students; it means that when the peer acceptance in firstyear college students is high, the college adjustment in first-year college students will be high too."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwa Solihah
"

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi berprestasi siswa-siswi SMAN 1 Depok. Remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama teman sebaya di sekolah. Dukungan sosial teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi berprestasi siswa-siswi SMAN 1 Depok. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan berjumlah 215 orang siswa dari kelas 10 dan 11 dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Dukungan sosial teman sebaya dengan kategori tinggi sebesar 71,2%. Motivasi berprestasi dalam kategori sangat tinggi sebesar 76,3%.

 


Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi berprestasi siswa-siswi SMAN 1 Depok. Remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama teman sebaya di sekolah. Dukungan sosial teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi berprestasi siswa-siswi SMAN 1 Depok. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan berjumlah 215 orang siswa dari kelas 10 dan 11 dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Dukungan sosial teman sebaya dengan kategori tinggi sebesar 71,2%. Motivasi berprestasi dalam kategori sangat tinggi sebesar 76,3%.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saniyya Sridarmi
"Quarter life crisis adalah kondisi yang menggambarkan krisis atas identitas yang dirasakan oleh seorang individu dari mereka remaja dan kemudian beranjak menjadi seorang individu dewasa dengan sumber krisis yang berpusat pada belum siapnya individu dalam proses transisi antar status tersebut. Secara umum, dampak yang dihasilkan pada saat seseorang mengalami situasi krisis ini adalah mereka akan merasakan penurunan tingkat percaya diri, menarik diri secara sosial, cemas hingga depresi. Dalam menghadapi situasi ini, individu diharapkan memiliki sumber penguatan dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat quarter life crisis pada Individu dewasa awal. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis survei. Sampel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode probability sampling dengan teknik stratified random sampling, sedangkan untuk instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Alat ukur dukungan sosial disusun dengan mengacu kepada teori oleh House (1981) tentang 4 aspek mengenai dukungan sosial, sedangkan untuk alat ukur quarter life crisis, peneliti mengadaptasi kuesioner oleh Hassler (2009) tentang quarter life crisis. Responden dalam penelitian ini berjumlah 85 mahasiswa yang seluruhnya terhimpun sebagai mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2019. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat quarter life crisis dengan arah hubungan antara keduanya adalah negatif (r=-0,686**) di mana semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat quarter life crisis yang dialami oleh seseorang, dan berlaku untuk sebaliknya.

Quarter life crisis is an identity crisis phenomenon that occurs to the unpreparedness in the transition process from a teenager and then turns into an adulthood. The impact that is produced when someone experiences this crisis situation is that they will feel a decrease in their level of self-confidence, anxiety and depression. To dealing with this situation, individuals are expected to have a source of reinforcement from within themselves and their surroundings. Therefore, this study aims to determine the relationship between social support and quarter life crisis in early adulthood. This study uses a quantitative research approach with a survei type. The sample in this study was measured using the probability sampling method with stratified random sampling technique, while the research instrument used was a questionnaire. The measuring instrument for social support was prepared with reference to the theory by House (1981) regarding 4 aspects of social support, while for the measuring instrument for quarter life crisis, researchers adapted the questionnaire by Hassler (2009) about quarter life crisis. Respondents in this study totaled 85 students, all of whom were final year students at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia class of 2019. The results showed that there was relationship between social support and the level of quarter life crisis. The direction of the relationship between the two was negative ( r=-0.686**). The lower the social support score, the higher the level of quarter life crisis experienced by a person, and vice versa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rehulina Karima Kaban
"Sulitnya melakukan interaksi sosial selama pandemi dapat membuat individu merasa kesepian yang dapat teratasi dengan adanya dukungan sosial secara daring yang diterima oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial secara daring dengan kesepian yang melibatkan 270 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampling non-probability. Pengukuran kesepian dilakukan dengan menggunakan alat ukur The de Jong Gierveld Loneliness Scale oleh de Jong Gierveld dan Kamphuis (1985). Pengukuran dukungan sosial secara daring dilakukan dengan menggunakan alat ukur  The Online Social Support Scale oleh Nick et. al (2018). Data penelitian dianalisis menggunakan Pearson Correlation yang hasilnya menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial secara daring dengan kesepian. Hal tersebut menandakan bahwa, peningkatan dukungan sosial secara daring akan diikuti dengan penurunan rasa kesepian pada mahasiswa.

The difficulty of social interaction during a pandemic can make individuals feel lonely which can be overcome by the online social support received by college students. This study aimed to determine the relationship between online social support and loneliness involving 270 college students using a non-probability sampling technique. Loneliness was measured using The de Jong Gierveld Loneliness Scale by de Jong Gierveld and Kamphuis (1985). The measurement of online social support was carried out using The Online Social Support Scale by Nick et. al (2018). The research data were analyzed using Pearson Correlation, the results of which showed that there was a negative significant relationship between online social support and loneliness. This indicated that an increase in online social support will be followed by a decrease in loneliness in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>