Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Naila Azmiya Bariadi
"Tingginya tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh pasangan dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun menandakan bahwa periode awal pernikahan merupakan masa yang rentan bagi pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi dari common dyadic coping dalam hubungan antara stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Partisipan terdiri dari 128 orang (43 laki-laki dan 85 perempuan), berstatus menikah, dan minimal berusia 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple dan Dyadic Coping Inventory. Hasil penelitian mendukung hipotesis dengan menujukkan adanya korelasi antara stres eksternal dan stres internal (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed) serta ditemukannya efek moderasi dari common dyadic coping pada hubungan stres eksternal dan stes internal (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan psikoedukasi mengenai proses penyesuaian dan strategi coping pada pasangan yang akan atau baru menikah.

High divorce rate in Indonesia was dominated by couples with 1-5 years of marriage. This finding indicated that early period of marriage is a vulnerable period for both couples. This study aimed to examine the moderating effects of common dyadic coping in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage. Participants consisted of 128 people (43 men and 85 women), is married, and at least 20 years old. The measuring instruments used are Multidimensional Stress Questionnaire for Couple and Dyadic Coping Inventory. Research result support hypothesis by showing a correlation between external stress and internal stress (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed and also found that there is moderating effect of common dyadic coping on the relationship between external stress and internal stress (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). The result of this study can be used as reference for psychological education regarding the adjustment process and coping strategies for couples who about to get married or are newly married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alula Aurelia Alfediar
"enelitian ini bertujuan untuk melihat peran Supportive Dyadic Coping sebagai moderator dalam hubungan stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia. Diketahui tingkat perceraian di Indonesia meningkat. Hal ini dikarenakan pasangan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain, terutama pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun yang membutuhkan banyak penyesuaian. Penelitian dilaksanakan pada 128 partisipan WNI yang berusia minimal 20 tahun yang sudah menikah dengan memiliki usia pernikahan 1-5 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple Dyadic Coping Inventory (DCI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal serta adanya efek moderasi supportive dyadic coping (SDC) terhadap hubungan stres eksternal dan stres internal. Implikasi penelitian ini adalah dapat menjadi acuan bagi konselor pernikahan/psikolog agar dapat menggunakan strategi supportive dyadic coping (SDC) sebagai strategi dyadic coping yang paling sesuai dengan kriteria partisipan yaitu pasangan yang sudah menikah dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia dalam mengatasi stres eksternal dan stres internal.

This study aims to examine the role of Supportive Dyadic Coping as a moderator in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage in Indonesia. It is known that the divorce rate in Indonesia is increasing. This is because couples have difficulty adjusting to each other, especially couples with a marriage age of 1-5 years which requires a lot of adjustment. The study was conducted on 128 Indonesian participants who were at least 20 years old who were married with a marriage age of 1-5 years. The measuring instruments used were the Multidimensional Stress Questionnaire for Couples (MSF-P) and the Dyadic Coping Inventory (DCI). The results showed that there was a significant positive relationship between external stress and internal stress and the moderating effect of supportive dyadic coping (SDC) on the relationship between external stress and internal stress. The implication of this study is that it can be a reference for marriage counselors/psychologists to be able to use the supportive dyadic coping (SDC) strategy as a dyadic coping strategy that best fits the criteria of participants, namely married couples with a marriage age of 1-5 years in Indonesia in overcoming external stress and internal stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rina Jericho
"Jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Hal ini mulai menggeser peran gender tradisional menjadi egaliter sehingga memunculkan struktur keluarga baru, yaitu dual earner. Pasangan dual earner merupakan suami dan istri yang bekerja keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah common dyadic coping dapat memoderasi hubungan stres internal dan stres eksternal. Partisipan penelitian merupakan 164 individu dari pasangan dual earner yang berusia di atas 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Analisis data menggunakan analisis korelasi dan regresi untuk melihat efek moderasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal (r=0.742, p<0.01, one tailed). Selain itu, hubungan keduanya dimoderasi oleh common dyadic coping secara signifikan (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). Hasil ini dapat dijadikan acuan intervensi mengenai common dyadic coping untuk meminimalisasi tingkat stres eksternal dan internal pada pasangan dual earner.

The number of female workers in Indonesia continues to increase every year. This has begun the shift of traditional gender role to egalitarian gender role which gives a rise to a new family structure, namely the dual earner. Dual earner couples are husband and wife who both work. The aim of this study is to assess whether there is a significant positive relationship between external stress and internal stress. Aside from that, this study aims to the role of common dyadic coping in moderating the relationship between external stress and internal stress. Participants of this study are 164 individuals of dual earner couple aged above 20 years. Measuring instruments in this study are Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). The datas were analyzed using correlation analysis and regression analysis to assess the moderation effect. Results indicated that there is a significant positive relationship between external stress and internal stress (r=0.742, p<0.01, one tailed). Furthermore, that relationship is moderated by common dyadic coping significantly (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). These results can be used as a reference for interventions regarding common dyadic coping to minimize external stress and internal stress levels in dual earner couple."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Cynthia Belinda Rumondor
"Terlepas dari dugaan bahwa konteks budaya berdampak pada efek penanganan stres bersama pasangan (DC; dyadic coping) terhadap kepuasan pernikahan (KP), belum ada penelitian yang melibatkan konteks budaya dalam model tersebut. Disertasi ini bertujuan menguii Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) untuk menjelaskan efek moderasi strategi DC dan attachment dalam memprediksikan dampak stres eksternal terhadap KP pasangan bekerja pada konteks ideologi peran gender (IPG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods explanatory sequential yang terdiri dari dua studi. Studi 1 adalah penelitian kuantitatif – regresi dan SEM pada 421 individu usia 23-55 tahun yang merupakan pasangan bekerja berpendidikan tinggi di perkotaan. Hasil studi 1 menunjukkan bahwa strategi DC memiliki efek lebih signifikan daripada attachment dalam melindungi kepuasan pernikahan dari efek negatif stres eksternal. Akan tetapi, pengujian model yang sama dalam kelompok partisipan dengan IPG tradisional dan non-tradisional memperlihatkan pola yang berbeda. Studi 2 merupakan penelitian kualitatif - fenomenologis pada 5 pasangan dengan kepuasan pernikahan tinggi, 3 pasangan dan 1 istri dengan kepuasan pernikahan rendah. Hasil studi 2 mendukung hasil studi 1, strategi DC yang berbeda berujung pada pemaknaan kepuasan pernikahan yang berbeda, meski stres yang dihadapi serupa. Penelitian ini memperlihatkan bahwa STM dapat diterapkan untuk menjelaskan KP pasangan bekerja di Indonesia, dengan memperhatikan konteks IPG.

Apart from the assumption that cultural context impacts the effect of partners’ dyadic coping (DC) in predicting marital satisfaction (MS), there has been no research involving cultural context in this model. This dissertation aims to examine the Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) to explain the moderating effect of DC strategies and attachment in predicting the impact of external stress on dual-earner couples’ MS in Indonesia’s gender role ideology (GRI) context. This research uses a mixed-methods explanatory sequential design consisting of two studies. Study 1 is a quantitative – regression and SEM study on 421 individuals, 23-55 years old, tertiary-educated dual-earner in an urban area. The results of study 1 show that DC strategies have a more significant effect than attachment in protecting couples’ MS from the adverse effects of external stress. However, testing the same model in groups of participants with traditional and non-traditional GRI shows a different pattern. Study 2 is a qualitative - phenomenological study on five couples with high MS, three couples and one wife with low MS. The results of study 2 support the results of study 1 that different DC strategies will lead to different meanings of marital satisfaction, even though the stressors are similar. This study shows that STM can be applied to explain the MS of dual-earner couples in Indonesia, considering the context of GRI."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khariza Nararya
"Tujuan penelitian ini adalah melihat efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dengan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian dilakukan kepada 131 partisipan di Jabodetabek, Bali, dan Lampung. Penelitian menggunakan alat ukur Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, dan Dyadic Coping Inventory. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson, analisis regresi linear, dan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan kepuasan pernikahan dan parenting stress.

The aim of this study is to evaluate the moderating effect of the two factors of common dyadic coping in the relationship between marital satisfaction and parenting stress for parents of individuals with autism spectrum disorder in Indonesia. The study was conducted to 131 participants in Jabodetabek, Bali, and Lampung area. This study uses Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, and Dyadic Coping Inventory to measure the variables. Data is analyzed using Pearson correlation, linear regression analysis, and Hayes Macro Process. Findings of the study showed that there is a significant negative correlation between marital satisfaction and parenting stress, and there is no moderating effect from the two factors of common dyadic coping to that relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Dwi Monica
"Kepuasan hubungan pacaran jarak jauh merupakan hal yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya adalah attachment dan dyadic coping. Individu dengan anxiety attachment relatif sulit mencapai hubungan yang memuaskan, terlebih dalam kondisi terpisah oleh jarak. Penelitian dilakukan untuk melihat apakah common dan negative dyadic coping memiliki peran moderasi di dalam hubungan antara anxiety attachment dengan kepuasan berpacaran. Data diperoleh dengan menggunakan Experience in Close Relationship-Revised untuk mengukur anxiety attachment, Dyadic Coping Inventory  untuk mengukur common dyadic coping dan negative dyadic coping, serta Relationship Assessment Scale untuk mengukur kepuasan hubungan pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh. Penelitian pada 270 dewasa muda menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara anxiety attachment dan kepuasan pacaran jarak jauh (r= -0.51, p<.01). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya efek moderasi dari common dan negative dyadic coping di dalam hubungan tersebut (p>0.05). Perkembangan attachment, konteks hubungan pacarana serta keterpisahan jarak dinilai merupakan faktor yang mempengaruhi hal tersebut.

Satisfaction in long distance relationships is influenced by various factors, including attachments and dyadic coping. Individuals with anxiety attachment are relatively difficult to achieve a satisfying relationship, especially in the condition when their partner is separated by distance with them. The study was conducted to see whether common dyadic coping and negative dyadic coping have a moderating role in the relationship between anxiety attachment and relationship satisfaction. Data is obtained using the Experience in Close Relationship-Revision (ECR-R) to measure anxiety attachment, Dyadic Coping Inventory (DCI) to measure common and negative dyadic coping, and Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction. Research conducted on 270 young adults found that there is a significant negative relationship between anxiety attachment and relationship satisfaction (r = -0.511, p <0.01). However, no moderating effects of common dyadic coping and negative dyadic coping are found in this research(p> 0.05). The duration of attachments, the status of the relationships, and separation with partner are considered to be factors that influence the result."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal, dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = - 0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = - 0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya penolakan dari orangtua

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social network can actually improve one’s marital satisfaction. This lack of support from parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form of partner’s support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The result from this research found that there is a significant negative correlation between parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Marliyani
"Pernikahan akan sukses ketika masing-masing pasangan merasakan kepuasan sehingga terhindar dari perceraian (Lucas dkk, 2008). Kepuasan pernikahan akan diperoleh dengan mengatasi stres. Stres eksternal adalah stres yang berasal dari luar hubungan yang dapat mempengaruhi hubungan romantis dan tingkat kepuasan pasangan, dan dapat diatasi dengan melakukan dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Upaya lain dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kepuasan pernikahan adalah dengan melakukan religious coping.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan dengan mediasi dyadic coping dan moderator religious coping. Partisipan penelitian adalah individu dari pernikahan taaruf yang merupakan pasangan suami istri (N=130, 65 pasangan) dan non-taaruf (N=138, 69 pasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dyadic coping secara signifikan positif memediasi pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Negatif religious coping memoderasi secara signifikan negatif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Namun religious coping positif hanya memoderasi secara signifikan positif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada pasangan non-taaruf. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan jangkauan partisipan yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan hubungan antar variabel penelitian.

Marriage will be successful when each partner feels satisfaction in order to avoid divorce (Lucas et al, 2008). Marital satisfaction will be obtained by overcoming stress. External stress is stress that originates from outside relationships that can spill into a romantic relationship and affect the partners level of satisfaction, and can be overcome by coping with dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Another effort in order to achieve and maintain marital satisfaction is by religious coping.
The purpose of the study was to study the influence of external stress on marital satisfaction by mediating role of dyadic coping and religious coping as moderators. The participants of the study were individuals from taaruf (N = 130, 65 couples) and non-taaruf (N = 138, 69 couples) marriage.
The results showed that significant positive effect of dyadic coping which mediated external stress on marital satisfaction in both groups of participants. Religious coping has signifficant negative effect in marital satisfaction in both groups of participants. However, positive religious coping only has significant positive effect in moderates the relationship between dyadic coping and marital satisfaction in individuals from non-taaruf marriage. Further research need to be done in the future in order to gain a deeper understanding on the topic.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenica Ardyaputri Martin
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara common dyadic coping dengan parenting stress pada orang tua dengan anak ADHD di Indonesia. Common dyadic coping adalah usaha kedua orang tua untuk melakukan proses manajemen stres bersama. Parenting stress adalah reaksi aversif yang dimunculkan orang tua ketika menghadapi tuntutan mengasuh anak. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena meskipun tingkat anak ADHD di Indonesia tinggi, namun studi mengenai hal tersebut masih minim. Penelitian dilakukan kepada 70 partisipan yang terpusat di daerah Jabodetabek di Indonesia. Sebagian besar dari partisipan merupakan perempuan berumur 31-40 tahun yang sudah menikah selama 5-10 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dan menyebarkan kuesioner secara luring ke beberapa SLB serta Yayasan Terapi. Peneliti menggunakan alat ukur Dyadic Coping Inventory dan Parenting Stress Index - Short Form. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa common dyadic coping tidak berkorelasi secara signifikan dengan parenting stress. Common dyadic coping juga tidak berkorelasi secara signifikan dengan dua dimensi parenting stress yaitu parent-child dysfunctional interaction dan difficult child. Di lain sisi, ditemukan hubungan negatif dan signifikan antara common dyadic coping dan dan satu dimensi parenting stress yaitu parental distress.

The aim of this study is to see the relationship between common dyadic coping and parenting stress in parents with ADHD children in Indonesia. Common dyadic coping is a joint effort between parents to manage stress. Parenting stress is an aversive reaction from handling the responsibility of being a parent. It is important to study this because even though the level of ADHD children are high, studies about this in Indonesia are scarce. The study was done to 70 participants mainly from Jabodetabek area in Indonesia. Most of the participants were female, aging between 31 to 40 years old and married for 5 to 10 years. Data were taken by distributing the questionnaires online and offline through several Special Schools and Therapists. This study uses Dyadic Coping Inventory and Parenting Stress Index - Short Form. The data was analyzed using Pearson correlation. Results show that common dyadic coping is not significantly correlated with parenting stress. There is also no significant correlation between common dyadic coping and two of parenting stress dimensions, parent-child dysfunctional interaction and difficult child. On the other hand, there is a negative significant relationship between common dyadic coping and one of parenting stress dimension, parental distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat
faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun
institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal,
dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah
common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta
menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif
penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam
puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda
agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini
adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network
Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = -
0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping
melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = -
0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu
dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya
penolakan dari orangtua.

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique
factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious
institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social
network can actually improve ones marital satisfaction. This lack of support from
parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form
of partners support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common
dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital
satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who
are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping
Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The
result from this research found that there is a significant negative correlation between
parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also
found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental
disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to
cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>