Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prita Ayu Permatasari
"Tingginya tingkat pembangunan di kawasan perkotaan telah meningkatkan degradasi lingkungan pada berbagai ekosistem termasuk danau dan waduk. Degradasi ini mengancam keberlanjutan dan kemampuan ekosistem danau dan waduk untuk memberikan jasa ekosistem kepada masyarakat. Jakarta adalah salah satu kota megapolitan di Indonesia yang memiliki potensi ekosistem danau dan waduk cukup tinggi. Masalah dalam penelitian ini adalah belum dilakukannya pengelolaan ekosistem danau dan waduk secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi jasa ekosistem danau dan waduk di lokasi penelitian; menganalisis keberlanjutan jasa ekosistem pada ekosistem danau dan waduk di lokasi penelitian; dan menyusun konsep keberlanjutan ekosistem danau dan waduk di kota megapolitan berdasarkan hasil analisis. Metode yang digunakan terdiri atas analisis penggunaan lahan, potensi produksi ikan, indeks kualitas air, statistik deskriptif, serta metode lain terkait pendugaan jasa ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian belum secara optimal memberikan jasa penyedia air, ikan, dan produk pertanian karena rendahnya jasa pengaturan kualitas air. Jasa pengaturan iklim mikro dan banjir serta jasa budaya menunjukkan kualitas yang cukup baik sedangkan jasa pendukung ekosistem menunjukkan hasil yang beragam di setiap lokasi. Terdapat beberapa hal yang menghambat keberlanjutan ekosistem seperti program pengelolaan, adanya konflik penyediaan jasa ekosistem dengan pilar keberlanjutan, serta masih rendahnya pemahaman dan kesediaan masyarakat dalam pengelolaan danau dan waduk. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa 4 pilar keberlanjutan (pengelolaan lingkungan, pembangunan sosial, peningkatan ekonomi, dan perbaikan tata kelola) diperlukan untuk mewujudkan ekosistem danau dan waduk perkotaan berkelanjutan yang dapat dicapai dengan perbaikan program optimalisasi jasa ekosistem, sistem tata kelola, dan partisipasi masyarakat.

The high level of development in urban areas has increased environmental degradation in various ecosystems including lakes and reservoirs. This degradation threatens the sustainability and ability of lake and reservoir ecosystems to provide ecosystem services to the community. Jakarta is one of megapolitan cities in Indonesia that has quite high potential for lake and reservoir ecosystems. The problem in this research is that the management of lake and reservoir ecosystems has not been carried out sustainably. The objectives of this study were to analyze the condition of ecosystem services in lakes and reservoirs in the research location; analyze the sustainability of ecosystem services related to environmental, social, and economic aspects of lakes and reservoirs ecosystem in the research location; and develop the concept of sustainable lake and reservoir ecosystems in the megapolitan cities based on the analysis results. The method used consists of land use analysis, fish production potential, water quality index, descriptive statistics, and other methods related to ecosystem services estimation. The results showed that the study site had not optimally provided water, fish and agricultural products due to low water quality regulating services. Microclimate regulating, flood regulating, and cultural services show good quality while ecosystem support services show varying results in each location. There are a number of things that impede ecosystem sustainability such as management programs, conflicts over the supply of ecosystem services with the pillars of sustainability, and the low comprehension and willingness of the community in managing lakes and reservoirs. The conclusion of this study is the 4 pillars of sustainability (environmental management, social development, economic improvement, and good governance) are needed to realize sustainable urban lake and reservoir ecosystems which can be achieved by improving ecosystem service optimization programs, governance systems, and community participation."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Andika Darmawan
"Studi ini menganalisis bagaimana pengalaman migrasi ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan kota metropolitan lainnya di Indonesia berpengaruh terhadap pendapatan, baik pekerja formal maupun informal. Penelitian ini menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 serta data BPS dan Simreg Bappenas. Dengan menggunakan regresi fixed effect, penelitian ini menemukan bahwa pengalaman migrasi ke Jabodetabek tidak memberikan pengaruh terhadap pendapatan, baik bagi pekerja formal maupun informal. Sementara pengalaman migrasi ke kota metropolitan selain Jabodetabek berpengaruh terhadap pendapatan baik bagi pekerja formal maupun informal. Akan tetapi, pekerja di Jabodetabek memperoleh pendapatan lebih tinggi sementara pekerja di kota-kota metropolitan tidak. Temuan ini menunjukkan adanya ketimpangan kesempatan dan ekonomi antara Jabodetabek sebagai primate city dan kawasan lainnya. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi adanya learning effect bagi pekerja formal dan informal. Learning effect tersebut justru lebih tinggi untuk pekerja informal. Hal ini dikarenakan mudahnya melakukan imitasi untuk pekerjaan sektor informal. Selain itu, tingkat kepercayaan serta network externalities lebih kuat antar pekerja informal yang memungkinkan terjadinya transaksi atau kerjasama yang berulang.

This study examines how migration experience to large agglomeration economies of Jabodetabek (Jabodetabek, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi) and other metropolitan cities in Indonesia affect income of both formal and informal workers. This study employs data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 as well as macro data from BPS and Simreg Bappenas. Using fixed effect regression, this study finds that migration experience to Jabodetabek has no effect on income, both formal and informal workers. Meanwhile, migration experience to a metropolitan city other than Jabodetabek increase the income of formal and informal workers. However, workers in Jabodetabek earn higher incomes while workers in metropolitan cities do not. These findings show that there is inequality of opportunity and economy between Jabodetabek as a primate city and other areas. In addition, this study also confirms the existence of a learning effect for formal and informal workers. Interestingly, learning effect is higher for informal workers. This is because it is relatively easy to imitate a product produced by informal sector. In addition, trust and network externalities are stronger among informal workers which allow them to make repeated transactions or partnerships."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sabari Yunus
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006
338.9 HAD m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Antomi
"Danau merupakan tempat bermuaranya segala jenis pencemaran.Penelitian ini menghitung dan mensimulasikan perkembangan nilai ekonomi dari setiap tipe penggunaan lahan, tingkat pencemaran serta menganalisis tingkat kerentanan sosial ekonomi masyarakat nagari.Studi ini mengungkapkan bahwa dari tipe penggunaan lahan yang memperlihatkan perkembangan ekonomi dan tingkat kerusakan yang tinggi adalah penggunaan lahan KJA. Pertumbuhan ekonomi KJA tahun 2014 mencapai 1,5 trilyun rupiah, sedangkan kondisi IMLP perairan danau tahun 2014 adalah 60,37 yang berarti Danau Maninjau dalam kondis tercemar sedang. Dilihat dari tingkat kerentanan sosial ekonomi masyarakat nagari yang ada di KDM ditemukan bahwa nagari yang termasuk rentan yaitu Nagari Tanjung sani, Nagari Sungai Batang, Nagari Bayur, Nagari Koto Malintang dan Nagari Maninjau. Alternatif kebijakan mitigasi dengan menggunakan analisis hierarki proses diajukan prioritas kebijakan mitigasi ekosistem danau maninjau berkelanjutan pada kawasan rentan yaitu mengembangkan pertanian lahan kering, menerapkan pertanian pada lahan basah, penguatan hukum adat dan nilai-nilai tradisi, membuat pakan organik yang ramah lingkungan, mengembangakan ekonomi kreatif.

The lake is place boils down all kinds of pollution. This study calculate and simulate the development of economic value from each type land use, the level of pollution and to analyze the vulnerability of socioeconomic villages. This study revealed that from types of land use that demonstrate the economic development and a high level of damage is land use Floating Net Cages (FNC). FNC economic growth in 2014 reached 1.5 trillion IDR, while the condition of Water Qualityindex(WQI) of the lake in 2014 was 64,56, which means Maninjau Lake in polluted conditions being. Judging from the level of social and economic vulnerability village communities that exist in the lake area maninjau found sub-districts that are prone namely Tanjung sani, Sungai Batang, Bayur, Koto Malintang and Maninjau. Alternative mitigation policies by using analytical hierarchy process proposed priority mitigation policies lake ecosystems maninjau sustainable in areas vulnerable are developing dryland agriculture, agricultural implement on wetlands, strengthening of customary law and traditional values, making organic feed environmentally friendly, develop the creative economy."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidiarsih Eka Savitri
"Pengelolaan mangrove berkelanjutan memiliki pendekatan multidimensional yakni ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Keberlanjutan pengelolaan dapat tercapai jika keempat dimensi tersebut seimbang. Namun, tidak semua daerah dapat mengimplementasikan dimensi keberlanjutan secara seimbang, salah satunya di Desa Kaliwlingi. Tujuan penelitian secara umum untuk menentukan dimensi paling berpengaruh dalam pengelolaan mangrove secara berkelanjutan, sedangkan tujuan khusus untuk menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kaliwlingi ditinjau dari dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi kelembangaan dan merekomendasikan konsep keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah multidimensional scaling menggunakan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) untuk menentukan status keberlanjutan pengelolaan dilanjutkan dengan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) untuk menentukan prioritas alternatif kebijakan. Hasil penelitian status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove cukup berkelanjutan dengan nilai total 63,69. Sedangkan nilai masing-masing dimensi cukup berkelanjutan dengan rincian dimensi sosial (73,65), kelembangaan (63,43), ekologi (66,78) dan ekonomi (54,34). Konsep keberlanjutan dengan prioritas melakukan pengawasan dan patroli pengamanan secara berkala, melaksanakan rehabilitasi mangrove dengan penganekaragaman bibit sesuai kondisi geofisik lingkungan, melaksanakan sosialisasi, penyadartahuan dan kapasitas masyarakat sekitar terkait mangrove, dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan melakukan diversifikasi produk pemanfaatan mangrove.

Sustainable mangrove management employs a multidimensional approach, encompassing ecological, economic, social, and institutional dimensions. Achieving sustainability in management requires a balanced integration of these four dimensions. However, not all regions can implement sustainability dimensions in equilibrium, as exemplified in the case of Kaliwlingi Village. The general objective of this research is to identify the most influential dimension in sustainable mangrove management. The specific goals include analyzing the sustainability status of mangrove ecosystem management in Kaliwlingi Village from ecological, social, economic, and institutional dimensions. The research aims to recommend a concept for the sustainable management of mangrove ecosystems. The methodology employed in this research includes multidimensional scaling using Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) to determine the sustainability status of management. This is followed by the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to establish priorities. The research findings indicate a reasonably sustainable status for mangrove ecosystem management, with a total score of 63.69. The individual dimension scores are as follows: social dimension (73.65), institutional dimension (63.43), ecological dimension (66.78), and economic dimension (54.34). The recommended concept for mangrove ecosystem management is based on participatory management involving the community with strengthening non-formal community institutions."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Icha Musywirah Hamka
"ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah etnografi yang berfokus pada aktivitas pemanfaatan ekosistem danau dan bentuk-bentuk kebijakan pengelolaan yang ditetapkan oleh pemerintah dan kelembagaan adat. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan yang memiliki wilayah danau terluas yakni Kecamatan Tempe, Kecamatan Sabbang Paru, Kecamatan Tanasitolo Dan kecamatan Belawa. Informan adalah masyarakat sekitar danau, tokoh adat, serta kepala dan staf SKPD yang terkait dengan manajemen danau. Penelitian ini menemukan Danau Tempe menjadi sumber daya milik bersama (common property resources) karena dapat dimanfaatkan dan diakses secara bersama oleh semua orang tanpa batasan yang tegas. Bentuk kebijakan pengelolaan danau dirancang dan dibuat oleh pemerintah dan lembaga adat lokal. Bentuk kongkrit kebijakan pengelolaan danau, dijabarkan dalam peraturan daerah serta dalam bentuk system norma, upacara adat dan pamali-pamali, yang pengawasannya dilakukan oleh pembuat kebijakan, serta masyarakat. Secara de yure, Danau tempe dikelola secara kolaborasi (collaborative management ) antara pemerintah dengan lembaga adat, namun secara de facto, fungsi manajemen kolaborasi tidak optimal sehingga Danau Tempe tampak seperti sumber daya yang bisa diakses oleh siapa saja, tanpa aturan ( open access )

ABSTRACT
This research is a ethnography type that focused to the activity of lake ecosystem and forms of management policies set by governments and traditional institutions. The data collection technique is literature, participant observation and deep interviews. Research Location covers four regions districts that had the largest lake district area of Tempe, District Sabbangparu, district Tanasitolo and district Belawa. Informants are people around the lake, traditional leaders and also the heads and staff SKPD who related to lake management. This study found that the lake Tempe as be a common property resources (common property resources) because it can be shared and utilized by all people without clear limits. Forms of lake management policy is designed and made by local government and traditional institutions. Concrete forms of lake management policy, spelled out in local legislation as well as in the form of system norms, ceremonies and taboos-taboos, the monitoring carried out by policy makers and the public. In de yure, Tempe Lake managed in collaboration between the government and indigenous institutions (collaborative management), but de facto, collaboration management functions are not optimal so Tempe lake looks like resources that can be accessed by anyone, without rules (open access) "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Prihartini Djenal
"Danau Toba merupakan danau tekto-vulkanik yang memiliki peran penting dalam berbagai sektor seperti transportasi, pariwisata, pertanian dan perikanan serta energi. Keberadaan Danau Toba yang mendukung berbagai sektor tersebut tidak terlepas dari adanya potensi bencana seperti potensi kecelakaan transportasi akibat cuaca buruk, banjir dan tanah longsor kekeringan serta penurun tinggi muka air yang akan berdampak pada Danau Toba itu sendiri maupun kawasan di sekitar Danau Toba. Untuk itu dalam penelitian ini dibangun sitem monitoring cuaca in-situ di 4 (empat) Pelabuhan di Danau Toba. Data hasil pengamatan secara realtime berupa 7 (tujuh) parameter yaitu suhu dan kelembapan udara, tekanan udara, water level, curah hujan serta arah dan kecepatan angin ditambah dengan adanya informasin peringatan cuaca ekstrim ketika terjadi perubahan signifikan pada parameter kecepatan angin dengan nilai sama dengann atau lebih dari 15 Knot. Data hasil pengamatan tersebut digunakann untuk mendukung keselamatan transportasi. Sedangkan khusus untuk data curah hujan dan water level digunakan dalam kajian hidrometeorologi dengan metode analisis spektral untuk mengetahui gangguan cuaca dominan di Danau Toba. Dari analisis tersebut diperoleh puncak spektral pertama pada periode 183 harian (6 bulanan) yang menunjukkan kedua parameter ini berosilasi semi annual atau setengah tahunan yang dipengaruhi oleh pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence Zone) dan puncak spektral kedua pada periode 55 harian yang dipengaruhi oleh MJO (Madden Julian Oscillation). Hasil analisis di atas dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi pelaksanaan event pariwisata, penyesuaian kalender tanam serta perencanaan pembangunan di kawasan Danau Toba.

Lake Toba is a tecto-volcanic lake which has an important role in various sectors such as transportation, tourism, agriculture and fisheries as well as energy. The existence of Lake Toba which supports these various sectors is inseparable from the potential for disasters such as the potential for transportation accidents due to bad weather, floods and landslides drought as well as lowering the water level which will have an impact on Lake Toba itself and the area around Lake Toba. For this reason, in this study an in-situ weather monitoring system was built at 4 (four) ports on Lake Toba. Observation data in real time is in the form of 7 (seven) parameters, namely air temperature and humidity, air pressure, water level, rainfall and wind direction and speed coupled with extreme weather warning information when there is a significant change in the wind speed parameter with a value equal to or more than 15 Knots. The observed data is used to support transportation safety. Whereas specifically for rainfall and water level data used in hydrometeorological studies with spectral analysis methods to determine dominant weather disturbances in Lake Toba. From this analysis, the first spectral peak was obtained for a period of 183 days (6 months) which shows these two parameters oscillate semi-annually or semi-annually which is influenced by the movement of the ITCZ ​​(Intertropical Convergence Zone) and the second spectral peak is in the period of 55 days which is affected by the MJO (Madden Julian Oscillation). The results of the analysis above can be used as information for implementing tourism events, adjusting the planting calendar and planning for development in the Lake Toba area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habib Subagio
"Lahan basah adalah bagian penting yang terintegrasi dengan ekosistem global yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan seperti mencegah atau mengurangi dampak banjir, menampung air permukaan dan serta menyediakan habitat unik baik flora maupun fauna. Lahan basah perkotaan memberikan jasa ekosistem langsung bagi masyarakat sekaligus mendorong kelangsungan funsi ekologi kota. Upaya pengendalian ruang wilayah kota memerlukan instrumen yang mampu mengintegrasikan variabel lingkungan kompleks yang terdiri dari aspek biofisik, aspek sosial-kultur, dan aspek ekonomi. Perkembangan pemodelan dinamika spasial saat ini masih terkonsentrasi pada penggunaan driving factor biofisik, sementara kompeksitas dinamika alih fungsi lahan perkotaan tentu dipengaruhi oleh faktor pendorong selain biofisik.
Riset ini bertujuan; 1) menganalisis peran dari setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan basah perkotaan berdasarkan hasil pemanfaatan penggalian data (data mining), 2) mengkontruksikan pemanfaatan penggalian data spasial untuk pemodelan dinamika spasial, dan 3) membangun model dinamika spasial untuk memproyeksikan komposisi spasial penggunaan lahan sebagai masukan dalam evaluasi keberlanjutan lahan basah perkotaan.
Metode yang dipakai adalah pemodelan dinamika spasial dengan mengintegrasikan model markov, model cellular automata, dan model driving factor yang dihasilkan dari analisis spasial multitemporal dan pemanfaatan penggalian data spasial. Riset menggunakan 17 data driving factor yang dikategorikan dalam 3 varibel yaitu biofisik, sosio kultur dan ekonomi. Riset mengadopsi 8 driving factor biofisik yang digunakan dalam riset-riset sebelumnya, semnetara itu hasil kontruksi penggalian data spasial menambahkan 9 driving factor yang mewakili variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi. Peran dari variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi secara mayoritas lebih besar dalam mempengaruhi dinamika spasial alih fungsi lahan basah perkotaan.
Hasil riset menunjukkan bahwa keberlangsungan lahan basah perkotaan wilayah riset masih dapat terus terjaga pada seluruh skenario model dengan tren luas lahan basah yang terus menurun. Skenario optimal merupakan pilihan terbaik dengan komposisi spasial yang rasional dan menunjukkan indikator penilaian lingkungan yang memiliki resiko paling rendah untuk indikator nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,458 lebih rendah dibandingkan skenario BAU dengan nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,462. Skenario optimal ini memiliki konsekuensi terjadinya fragementasi lahan basah yang lebih tinggi pada lahan basah yang terdapat pada alokasi lahan untuk permukiman dan lahan jasa perdagangan. Number of Patch (NP) pada skenario optimal pada tahun 2016 sebesar 105 meningkat menjadi 198 pada tahun 2034, lebih tinggi dibandingkan dengan skenario BAU yang menunjukkan NP sebesar 33 pada tahun 2016 dan NP sebesar 78 pada tahun 2034.

Wetlands are an important part that is integrated with global ecosystems that have important functions in maintaining environmental balance such as preventing or reducing the effects of flooding, storing surface water and as well as providing unique habitats for both flora and fauna. Urban wetlands provide ecosystem services directly to the community while promoting the sustainability of the city's ecological functions. Efforts to control spatial planning require instruments capable of integrating complex environmental variables consisting of biophysical aspects, socio-cultural aspects, and economic aspects. The development of spatial dynamics modeling is currently still concentrated on the use of biophysical driving factors, while the complexity of urban land use change is certainly influenced by driving factors other than biophysical aspects.
This research aims; 1) analyzing the role of each factor that influences the conversion of urban wetlands based on the results of the utilization of data mining, 2) constructing the utilization of spatial data mining for spatial dynamics modeling, and 3) building spatial dynamics models to project the spatial composition of land use as input in evaluating the sustainability of urban wetlands.
The method used is spatial dynamics modeling by integrating the Markov model, cellular automata model, and driving factor models resulting from multitemporal spatial analysis and the use of spatial data mining. The research uses 17 driving factor data which are categorized into 3 variables namely biophysical, socio-cultural and economic. The research adopted 8 biophysical driving factors used in previous research, while the results of the construction of spatial data mining added 9 driving factors representing sociocultural and economic variables. The role of socio-cultural variables and economic variables is predominantly higher in influencing spatial dynamics over the function of urban wetlands.
The results of the research show that the sustainability of urban wetlands in the research area can still be maintained in all model scenarios with a trend of decreasing area of wetlands. The optimal scenario is the best choice with a rational spatial composition and shows the environmental assessment indicators that have the lowest risk for the average runoff coefficient value of 0.458 lower than the BAU scenario with an average runoff coefficient of 0.462. This optimal scenario has the consequence of higher fragmentation of wetlands in the wetland area contained in the allocation of land for settlements and commercial areas. The number of patches (NP) in the optimal scenario in 2016 was 105 increased to 198 in 2034, higher than the BAU scenario which showed a NP of 33 in 2016 and a NP of 78 in 2034.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2673
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwono Imanto
"Industri kreatif adalah industri yang berbasis pada  kreativitas manusia dan  mengandalkan pengetahuan dan penelitian  untuk  menghasilkan kemampuan berinovasi. Pada umumnya, industri kreatif di Indonesia adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mempunyai keterbatasan sumber daya untuk memperoleh pengetahuan, sehingga membutuhkan  sumber daya eksternal yaitu dengan cara berkolaborasi dengan universitas, aktif berjejaring dalam komunitas bisnis, dan memanfaatkan dukungan pemerintah, yang disebut sebagai ekosistem inovasi industri kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji model stratejik ekosistem inovasi industri kreatif pada kota kreatif di Indonesia, yang terdiri dari UMKM Industri kreatif, Universitas, Jejaring Komunitas bisnis, dan Pemerintah dengan menganalisis proses inovasi yang terdari dari variabel learning orientation, collaboration with universities, networking capability, dan government support. Unit analisis dari penelitian ini adalah UMKM industri kreatif di kota Bandung, Malang dan Solo sebagai kota kreatif yang mewakili kota kreatif di Indonesia  Sedangkan, responden penelitian terdiri dari 156 pemilik dan atau manajer UMKM industri kreatif di kota Bandung, 160 responden di Malang dan 160 responden di Solo, dengan total responden adalah 476 responden. Analisis hasil survei dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa learning orientation menghasilkan innovation performance melalui collaboration with universities, networking capability, dan innovation capability yang dibangun melalui proses inovasi dalam ekosistem inovasi industri kreatif. Sementara itu, peranan government support tidak signifikan dalam memoderasi pengaruh dari collaboration with universities, networking capability dan learning orientation pada innovation capability. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan pula bahwa learning orientation dari UMKM industri kreatif merupakan driver utama dari pada pembangunan innovation capability dan innovation capability yang dibangun menghasilkan innovation performance.

The creative industry is an industry that based on creativity, knowledge and research in creating innovation. Most of the creative industry players in Indonesia are classified as SMEs who have lack of resources in obtaining knowledge, so they need external resources by collaboration with universities, actively networking with business community and utilizing the government support, which is referred as an innovation ecosystem. The objective of this study is to analyze the model of innovation ecosystem for the creative industry in the creative cities of Indonesia, which consists of SMEs in the creative industry, universities, business community network, and government by analyzing the innovation process which variables are learning orientation, collaboration with universities, networking capability and government support.  Unit analysis of this study is SMEs in the creative industry in Indonesia. The respondents are 476 owners or and managers of SMEs in the creative industry in Bandung (156 respondents), Malang (160 respondents) and Solo (160 respondents).  The survey results are analyzed using Structural Equation Modeling Method (SEM). The results show that learning orientation produces innovation performance through networking capability, collaboration with universities, and innovation capability, which are developed through the process of collaborative innovation in the innovation ecosystem of the creative industries. Meanwhile, the role of government support is not significant in moderating the relationship between collaboration with universities, networking capability, and learning orientation on innovation capability. Hence, the research indicates that learning learning of SMEs in the creative industry is the main driver in building innovation capability which produces innovation performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
D2707
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Aziz
"ABSTRAK
Danau Toba memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan manusia, diantaranya tempat wisata, areal tambak, pertanian, transportasi, sumber air bersih, pembangkit listrik dan fungsi lainnya.  Namun, beberapa tahun terakhir, masyarakat diresahkan dengan adanya penurunan tinggi muka air Danau Toba. Masalah tersebut menjelaskan perlu adanya pemantauan terhadap tinggi dan luas muka air Danau Toba. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi perubahan luas muka air, curah hujan, tutupan lahan dan nilai jasa ekosistem terhadap perubahan tinggi muka air Danau Toba tahun 1990-2017. Metode MNDWI digunakan untuk mendelineasi luas muka air danau melalui citra Landsat series. Peta tutupan lahan diklasifikasi menjadi 6 (enam) kelas menggunakan metode CART Classification and Regression Trees, selanjutnya perhitungan nilai jasa ekosistem menggunakan model inVEST Water Yield. Hasil penelitian menunjukkan korelasi luas muka air danau terhadap tinggi muka air danau sebesar 0,5. Curah hujan memiliki pengaruh sebesar 76% terhadap TMA danau, sedangkan faktor ENSO dan IOD memiliki korelasi sebesar -0,70 dan -0,20 terhadap curah hujan. Selain curah hujan dan ET, tutupan lahan terbangun (0,54), hutan (-0,60), dan sawah (-0,80) memiliki korelasi yang tinggi terhadap limpasan air. Sub-DAS Aek Bolon dan Aek Mandosi memiliki perubahan tutupan lahan yang signifikan serta memiliki nilai limpasan air yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, daerah ini menjadi prioritas konservasi sumberdaya air untuk menjaga limpasan air yang masuk ke danau, sehingga masalah penurunan tinggi muka air Danau Toba dapat diatasi.

ABSTRACT
Lake Toba fill the various function in meeting human needs such as tourist attractions, fisheries, agriculture, transportation, freshwater sources electricity and more.  In the last few years, people disturbed by the reduced water level of Lake Toba, the issue illustrates the need for extensive monitoring water level and surface area of Lake Toba. The purpose of this study is to look at estimates of changes in water surface area, rainfall, and the value of ecosystem services to changes in Lake Toba's water level in 1990-2017. Landsat series images is processed by using the MNDWI (Modified Normalized Difference Water Index) method to delineate water bodies. Land cover map is classified into 6 (six) classes using the CART (Classification and Regression Trees) method. furthermore, calculating the value of ecosystem services using INVEST Water Yield model. The results of this study showed that the water surface area has a 0,50 correlation to the water level. Rainfall has an effect of 76% on the lake water level, while ENSO and IOD factors have a correlation of -0,70 and -0,20 to rainfall. In addition to rainfall and ET, built-up (0,54), forest (-0,60), and cropland (-0,80) have a high correlation with runoff. Aek Bolon and Aek Mandosi sub-watersheds have extreme land cover changes and have high runoff values compared to other regions. Therefore, this area is a priority for conserving water resources to maintain runoff entering the lake, so that the problem of the decline in the water level of Lake Toba can be solved."
2020
T54833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>