Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nadhifah Eprillia Salsabila
"Praktek Perkawinan anak di Pakistan merupakan pelanggaran norma sosial yang telah terjadi di masyarakat Pakistan sebelum Pakistan mendapat kemerdekaannya dari India. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Pakistan telah memberlakukan UU tentang larangan perkawinan anak. Namun, perkawinan anak masih marak terjadi dalam masyarakat Pakistan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa serta mengkaji peran
Save the Children dalam penurunan perkawinan anak di Pakistan (2019-2021). Dalam menganalisis peran Save the Children dalam penurunan perkawinan anak di Pakistan penulis menggunakan konsep Peran International Non-Governmental Organization (INGO) Menurut David Lewis dan Nazneen Kanzi. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan dikembangkan dengan menggunakan teknik kepustakaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara. Sumber data primer didapatkan dari sumber berupa dokumen-dokumen atau publikasi resmi, baik didapatkan dari pihak-pihak terkait maupun situs resmi Save the Children.Sementara itu, sumber data sekunder didapatkan dengan melakukan literature review atas berbagai sumber ilmiah seperti jurnal atau buku serta sumber dari internet yang kredibel

The practice of child marriage in Pakistan is a violation of social norms that has occurred in Pakistani society before Pakistan got its independence from India. To overcome these problems, the government of Pakistan has enacted a law on the prohibition of child marriage. However, child marriage is still rife in Pakistani society. This study aims to analyze and examine the role of Save the Children in reducing child marriage in Pakistan (2019-2021). In analyzing the role of Save the Children in reducing child marriage in Pakistan, the authors use the concept of the Role of International Non-Governmental Organizations (INGOs) according to David Lewis and Nazneen Kanzi. This study uses qualitative research methods and is developed using library techniques. Sources of data used in this study were obtained in several ways. Primary data sources are obtained from sources in the form of official documents or publications, both obtained from related parties and the official website of Save the Children. Meanwhile, secondary data sources are obtained by conducting literature reviews of various scientific sources such as journals or books as well as credible sources from the internet."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Zahira Salsabila Usman
"Perlindungan anak merupakan program yang telah dijalankan oleh beragam organisasi baik pemerintahan maupun swasta dan menjadi salah satu fokus utama di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, Lembaga pemerintah dan LSM bersama-sama menjadi penggerak berjalannya program perlindungan anak Indonesia. Salah satu LSM yang mempunyai program tersebut adalah Save the Children dengan program yang bernama Coaching for Life. Untuk menilai apakah suatu program tepat sasaran seperti yang diharapkan, maka dibutuhkan evaluasi program. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Coaching for Life, yang ditinjau dari dimensi efektivitas, efisiensi, dampak dan keberlanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan alat evaluasi menggunakan main categorical analysis dan SWOT disertai analisis konsep partisipasi dan pembangunan kapasitas. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa program Coaching for life, telah berjalan efektif dan efisien, serta memberi dampak positif serta berkelanjutan untuk jangka panjang. Materi yang digunakan dalam kegiatan program cukup aplikatif sehingga dapat mengasah kemampuan penerima program dan dipraktikan secara langsung. Praktik langsung membuat manfaat yang diterima melekat dengan penerima program dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, hal tersebut mendorong terbentuknya kebertahanan pada anak dan terciptanya lingkungan yang positif bagi anak.

Child protection programme has been obtained by various organization, both government and private sector, and the child protection programe has been the main focus all over the world. In Indonesia, government organization and NGOs both take an important role on the running of Indonesian child protection programme. One of the NGO that have this programme is Save The Children with the programme named Coaching for Life. To asses the programme accordance with the goals and target, programme evaluation needed to be done. This research is meant to evaluate Coaching for Life programme which will be reviewed with a few dimention of evaluation such as effectivity, efficiency, impact, and sustainability. This research used qualitative method, with main categorical analysis and SWOT analysis as tools of evaluation, there is also an analysis on participation and capacity building concept. The result of this research found that the implementation of Coaching for Life programme has been effective and efficient, along with giving positive impact and sustainability for a long period of time. The subjects that are used in program activity are quite applicable in the real life. Therefore, the subjects that are given can sharpen the skills of the program participant where they can directly practice their skill in their real life. Direct practice can make the result of this program stick with them for a long period of time with the result that this practice will encourage the shaping of children resilience and creating a positive environment for children."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Duwi Kurnia Sari
"Pada tahun 2012, terdapat sekitar 265 juta jiwa atau sebesar 16,7 persen anak yang bekerja di seluruh dunia. Pekerja anak berdampak negatif terhadap kesehatan dan pendidikan anak. Salah satu cara mengatasi pekerja anak ialah dengan memberikan Program Keluarga Harapan (PKH) kepada masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Program Keluarga Harapan terhadap peluang terjadinya pekerja anak di Indonesia. Terdapat tiga variabel dependen dalam penelitian ini yaitu partisipasi anak dalam bekerja secara keseluruhan, partisipasi anak dalam aktivitas ekonomi, dan partisipasi anak dalam pekerjaan rumah tangga. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh faktor-faktor selain PKH terhadap pekerja anak di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia gelombang kelima. Hasil studi ini menunjukkan bahwa meskipun keluarga miskin sudah menerima Program Keluarga Harapan, anak-anak dari keluarga miskin tersebut tetap berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi. Sementara itu, Program Keluarga Harapan belum signifikan berpengaruh pada penurunan partisipasi anak dalam bekerja secara keseluruhan dan partisipasi anak dalam pekerjaan rumah tangga.

In 2012, there were about 265 million people or 16.7 percent of working children worldwide. Child labor has a negative impact on children's health and education. One way to overcome child labor is to provide Conditional Cash Transfer Program to the poor. This study aims to analyze the effect of the Conditional Cash Transfer Program on the opportunities for child labor in Indonesia. There are three dependent variables in this study, namely children's participation in work as a whole, children's participation in economic activities, and children's participation in household work. This study also analyzes the influence of factors other than Conditional Cash Transfer Program on child labor in Indonesia. The data used in this study came from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey. The results of this study indicate that although poor families have received the Conditional Cash Tranfer Program, children from poor families still participate in economic activities. Meanwhile, the Conditional Cash Tranfer Program has not significantly affected the decrease in children's participation in work as a whole and children's participation in household work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Nadinda
"Regulasi emosi merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mencegah masalah dalam aspek sosial emosional anak seperti perilaku internalizing dan externalizing. Usia prasekolah merupakan masa yang kritikal untuk mengembangkan regulasi emosi yang optimal. Orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan regulasi emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kualitas hubungan orang tua-anak dapat memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah. Partisipan penelitian ini adalah 133 partisipan orang tua dengan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi anak dilakukan menggunakan alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC), sementara pengukuran kualitas hubungan orang tua-anak dilakukan menggunakan alat ukur Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan orang tua-anak secara signifikan memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah.

Emotion regulation is one of the skills needed to prevent problems in children’s socio-emotional aspects such as internalizing and externalizing behavior. Preschool is considered to be a critical period for the optimal emotional regulation development. Parents have an important role in the development of children's emotional regulation. This study aims to see whether the quality of parent-child relationship can predict the emotional regulation of preschoolers. There were 133 Indonesian parents of 3-6 years old children involved in the study. Children's emotion regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC), and the quality of the parent-child relationship was measured using the Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Data processing is done by linear regression analysis. The results showed that the quality of the parent-child relationship significantly predicted the emotional regulation of preschoolers. It was also shown that both conflict and closeness significantly predicted emotion regulation of preschoolers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cobb, Nancy J.
California: Mayfield Publishing Company , 2001
305 231 COB c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Mulyantika
"Upaya mewujudkan kesejahteraan anak penting untuk dilakukan karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran aktor dalam mewujudkan kesejahteraan anak melalui Kota Layak Anak (KLA)di Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya dan Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Aktor yang dimaksud adalah peran pemerintah, partisipasi masyarakat dan kontribusi dunia usaha dalam pengembangan KLA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Kelurahan Cisalak dalam pengembangan KLA terdapat sinergisitas dari peran pemerintah, partisipasi masyarakat dan kontribusi dunia usaha. Sinergisitas ini muncul karena ada peran pemerintah di dalam melakukan sosialisasi dan pembinaan terkait dengan KLA, ditambah dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat sehingga bisa bekerja sama dengan dunia usaha di dalam melakukan berbagai kegiatan untuk pemenuhan hak anak. Sementara itu, di Kelurahan Cipayung Jaya peran pemerintah kurang di dalam memberikan sosialisasi dan pembinaan terkait KLA, partisipasi masyarakat cenderung rendah dan belum ada keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan KLA, sehingga kegitaan pemenuhan hak anak kurang berjalan dan hanya aktif di RW Ramah Anak percontohan. Oleh karena itu, untuk pengoptimalan pengembangan KLA perlu adanya peningkatan sinergisitas komitmen dan sumberdaya dari peran pemerintah, partisipasi masyarakat dan kontribusi dunia usaha.

Efforts to realize children's welfare are important because children are the nation's next generation. This study aims to describe and analyze the role of actors in realizing children's welfare through Child Friendly City (CFC) in Cisalak Village, Sukmajaya District and Cipayung Jaya Village, Cipayung District, Depok City, West Java. The actor in question are the role of the government, community participation and the contribution of the business world in developing CFC. This research uses qualitative methods with a descriptive approach. The results showed that in the Cisalak Village in the development of CFC there was a synergy of the role of government, community participation and contribution of the business world. This synergy arises because there are a role for the government in conducting socialization and coaching related to CFC, the high level of community participation so that they can cooperate with the business world in carrying out various activities to fulfill children's rights. Meanwhile, in Cipayung Jaya Village, the government's role is lacking in providing socialization and coaching related to CFC, community participation tends to be low and there is no involvement of the business world in developing CFC, so that the fulfillment of children's rights is not running well. Therefore, to optimize the development of CFC, it is necessary to increase the synergy of commitment and resources from the role of government, community participation and contribution of the business world"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Anitia
"Penelitian ini membahas tentang determinan yang berhubungan dengan kejadian perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kejadian perkawinan anak di Indonesia dan hubungan antara faktor-faktor tersebut (individu, rumah tangga, dan lingkungan sosial) dengan kejadian perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional (potong lintang) dengan analisis multivariabel regresi logistik menggunakan sumber data dari data sekunder SDKI 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur berusia 15 – 24 tahun di Indonesia yang menjadi responden SDKI 2017, sedangkan sampel penelitiannya adalah seluruh wanita usia subur yang berusia 15 – 24 tahun yang sudah menikah di Indonesia dan tercakup dalam SDKI 2017 yang berjumlah 3.939 responden. Dalam penelitian ini, ditemukan hasil prevalensi perkawinan anak pada wanita muda berusia 15 – 24 tahun di Indonesia sebesar 54,9%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara usia (AOR= 29,72; 95% CI= 18,32 – 48,21), lokasi tempat tinggal (AOR= 1,46; 95% CI= 1,19 – 1,79), tingkat pendidikan (AOR= 3,23; 95% CI= 2,47 – 4,23), status ekonomi (AOR= 2,10; 95% CI= 1,73 – 2,56), keterpaparan informasi (AOR= 0,67; 95% CI= 0,50 – 0,89), jumlah anggota keluarga (AOR= 0,70; 95% CI= 0,58 – 0,85), dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan menikah (AOR= 1,50; 95% CI= 1,22 – 1,84) terhadap kejadian perkawinan anak. Dapat disimpulkan, bahwa prevalensi perkawian anak masih tinggi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, dengan meningkatkan akses pendidikan (penyuluhan dan edukasi), sosialisasi dampak perkawinan anak, dan melakukan pemberdayaan masyarakat dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi perkawinan anak pada wanita muda di Indonesia.

This study discusses the determinants associated with the incidence of child marriage in young women aged 15 – 24 years to know the description of the incidence of child marriage in Indonesia and the relationship between these factors (individuals, households, and the social environment) with the incidence of child marriage. in young women aged 15-24 years in Indonesia. The study design used in this study was cross-sectional (cross-sectional) with multivariable logistic regression analysis using data sources from secondary data from the 2017 IDHS. The study population was all women of childbearing age aged 15-24 years in Indonesia who were respondents to the 2017 IDHS. while the research sample was all women of childbearing age aged 15-24 who were married in Indonesia and included in the 2017 IDHS, totaling 3,939 respondents. In this study, it was found that the prevalence of child marriage among young women aged 15-24 years in Indonesia was 54.9% (95% CI: 52.7 - 57.1). Statistical test results showed a statistically significant relationship between age (AOR= 29.72; 95% CI= 18.32 – 48.21), location of residence (AOR= 1.46; 95% CI= 1.19 – 1.79), educational level (AOR= 3.23; 95% CI= 2.47 – 4.23), economic status (AOR= 2.10; 95% CI= 1.73 – 2.56), exposure information (AOR= 0.67; 95% CI= 0.50 – 0.89), number of family members (AOR= 0.70; 95% CI= 0.58 – 0.85), and the role of women in decision making married (AOR = 1.50; 95% CI = 1.22 – 1.84) on the incidence of child marriage. It can be concluded that the prevalence of child marriage is still high and is influenced by these factors. Therefore, increasing access to education (counseling and education), socializing the impact of child marriage and applicable regulations regarding the minimum age for marriage, as well as conducting community empowerment can be solutions to reduce the prevalence of child marriage among young women in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Quinta Salsabila
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi peran kualitas hubungan ibu dan anak terhadap regulasi emosi anak usia dini, serta melihat peran dari setiap dimensi kualitas hubungan ibu dan anak terhadap regulasi emosi anak usia dini. Dalam penelitian ini, alat ukur Parenting Interactions with Children: Checklist of Observations Linked to Outcomes (PICCOLO) dan Emotion Regulation Checklist (ERC) diadministrasikan pada 32 partisipan ibu dan anak yang berusia 24-47 bulan melalui metode observasi dan pengisian kuesioner. Hasil analisis utama dengan menggunakan regresi menunjukkan bahwa kualitas hubungan ibu dan anak tidak berperan secaraa signifikan terhadap regulasi emosi anak usia dini (F = 0,179, p < 0,05).

This study aims to find out about the role of the quality of the mother-child relationship on children’s emotion regulation in early childhood, and also to know how the role of each dimension of the quality of the mother-child relationship on the children’s emotion regulation in early childhood. In this study, measuring instruments such as Parenting Interactions with Children: Checklist of Observations Linked to Outcomes (PICCOLO) and Emotion Regulation Checklist (ERC) were administered to 32 participants, mothers and children aged 24-47 months through observation and filling out questionnaires. The results of the main analysis using regression showed that the quality of the mother-child relationship did not play a significant role in the children’s emotion regulation in early childhood (F = 0.179, p < 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilovar Zalsabillah
"Seiring bertambahnya usia, kemampuan anak untuk melakukan perilaku berbohong cenderung meningkat. Salah satu motif yang menyebabkan anak berbohong adalah untuk melindungi perasaan orang yang disayang oleh anak. Perilaku berbohong ini disebut dengan prosocial lying. Prosocial lying adalah perilaku berbohong yang memiliki motif menguntungkan bagi orang lain, perilaku ini memiliki fungsi sosial dalam interaksi sehari-hari. Kemampuan berbohong menjadi salah satu indikasi perkembangan sosial dan moral pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran empati terhadap perilaku prosocial lying pada anak usia 7-11 tahun. Penelitian ini juga menguji peran faktor lain seperti semantic leakage control dan usia terhadap perilaku prosocial lying. Semantic leakage control merupakan kemampuan anak dalam mempertahankan kebohongan. Sebanyak 74 partisipan siswa/i SDN Beji 05 berpartisipasi pada penelitian ini (M= 9,11 , SD= 1,299). Pengambilan data dilakukan menggunakan disappointing gift paradigm serta kuesioner empati yang diberikan kepada orang tua siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan hierarchical logistic regression. Analisis regresi menunjukkan hasil tidak signifikan secara statistik pada dimensi affective χ2 = .281, p >.05, Nagelkerke R2 = .114 dan cognitive χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114, namun analisis point biserial correlation menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan negatif antara prosocial lying dan usia partisipan rpb= -0,287, n=74, p<0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa empati tidak menjadi prediktor prosocial lying, oleh sebab itu, perlu dilihat faktor lain yang menjadi prediktor prosocial lying lain nya seperti executive functions, parenting dan emotional understanding.

As children grow older, their ability to engage in lying behavior tends to increase. One of the motives that leads children to lie is to protect the feelings of people they care about. This type of lying is called prosocial lying. Prosocial lying is a behavior that involves lying for the benefit of others and has a social function in daily interactions. The ability to lie is an indication of social and moral development in children. This study aims to examine the role of empathy in prosocial lying behavior in children aged 7-11 years. This research also tests the role of other factors such as semantic leakage control and age in prosocial lying behavior. Semantic leakage control is the ability of children to maintain a lie. A total of 74 participants from SDN Beji 05 elementary school participated in this study (M=9.11, SD=1.299). Data was collected using the disappointing gift paradigm and empathy questionnaires given to the parents of the students. The data obtained was then analyzed using hierarchical logistic regression. Regression analysis showed statistically non-significant results in the affective dimension χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114 and cognitive dimension χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114, but point biserial correlation analysis showed a significant negative result between prosocial lying and participant age rpb = -0.287, n = 74, p < 0.05. These results indicate that empathy is not a predictor of prosocial lying, therefore, other factors that may be predictors of prosocial lying, such as executive functions, parenting, and emotional understanding, need to be examined."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lust, Barbara
New York: Cambridge University Press, 2006
407 L 439 c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>